Bro 4DMYN, penggunaan kendaraan apakah kuda, Roll Royce atau jet tidak pernah dipermasalahkan.
Ada kisah Buddha diundang oleh Culasubhadda, anak dari Anathapindika, yang berjarak 120 Yojana. Sakka memerintahkan para deva membuatkan kendaraan terbang bagi Buddha dan 500 bhikkhu.
jaman sekarang saya tidak pernah melihat ada bhiksu yang mampu memanggil dewa Sakka untuk membuatkan kendaraan terbang. jadi kalau enggak ada kendaraan terbang dewa Sakka, saya kira wajar-wajar saja kalau bhiksu kemudian naik kendaraan terbang buatan manusia, dengan menggunakan duit umat.
Seperti saya bilang, saya tidak mempermasalahkan jenis kendaraan.
Yang dipermasalahkan di sini adalah kepemilikan dari kendaraan itu. Jaman itu juga sudah digunakan kuda dan gajah sebagai kereta, tetapi tidak ada bhikkhu yang punya kereta tersebut dengan alasan kemudahan pembabaran dhamma. Bahkan kesaktian pindah tempat pun tidak digunakan dengan alasan mudah menyebarkan dhamma.
Pengetahuan anda rupanya tidak up to date, coba anda baca kisah bhiksu Xuan Zang (玄奘). Beliau mengambil kitab suci ke India menaiki kuda putih pemberian raja. Apakah ini berarti tidak ada bhiksu yang memiliki kendaraan untuk membabarkan Dharma? kisah beliau begitu heroik , sampai-sampai menjadi kisah legenda "Kera Sakti".
Betul, saya memang tidak up-to-date dan terorientasi pada jaman Buddha. Kalau di-update terus pengetahuannya, nanti saya terpaksa menyetujui bhiksu pakai Roll Royce.
Kalau menurut saya pribadi, seharusnya umat yang mencari dan mendatangi sang guru. Reputasi tentang pengetahuan dan tindakan sang guru itu yang membuatnya masyhur dan dicari orang. Maka itu, tidak perlu Buddha Gotama yang terkenal dengan kesempurnaan pengetahuan dan tindak tanduk meminta fasilitas untuk menyebarkan ajaran seluas-luasnya.
Rupanya anda ini tipikal orang yang senang menutupi fakta. Sampai hari ini saya tidak pernah menjumpai bhiksu dari aliran manapun (Tantrayana, Mahayana, Theravada) berjalan kaki untuk membabarkan Dharma. Kalau bhiksu naik mobil saya pernah jumpa, bahkan sering.
Rupanya anda tipikal orang yang tidak memahami tulisan orang lain sambil menghakimi. Baca-baik-baik. Yang saya katakan adalah "seharusnya orang-orang mencari & mendatangi guru".
Jadi yang perlu menyediakan fasilitas adalah orang-orang tersebut. Berbeda dengan tipe "guru mencari murid" yang perlu fasilitas untuk menyebarkan ajarannya, karena orang-orang tidak mendatanginya.
Dalam kasus LSY, yang terjadi adalah sebaliknya. Sang "guru" yang seharusnya dicari dan dikunjungi, malah mencari-cari fasilitas untuk menyebarkan ajarannya. Bukankah terlihat perbedaannya?
mana ada mencari fasilitas? fasilitas itu diberikan setelah Sang "guru" berhasil membantu menyelesaikan masalah muridnya. Di jaman sekarang ini, dimana semua orang serba materialistis, mana ada orang mau memberikan Rolls Royce dengan gratis ? pikir baik-baik sebelum menulis.
Lagi-lagi anda tidak mengerti maksud yang saya sampaikan. Baik saya mau ambil cerita sebagai perbandingan.
Beberapa hari lalu saya baca buku dari Ajahn Brahm, seorang bhikkhu hutan Theravada (Thai) yang pernah belajar di bawah bimbingan Ajahn Chah. Ajahn Chah adalah orang yang sangat dihormati dan banyak sekali pejabat dan jenderal yang datang mencari beliau. Suatu hari karena ketinggalan suatu barang, Ajahn Chah menyuruh Ajahn Brahm ini mengambil barang di kutinya (kuti=kamar). Ajahn Brahm penasaran benda-benda apa saja yang ada di dalam kutinya karena ia melihat Ajahn Chah sering dikunjungi orang-orang besar dan diberikan persembahan yang mewah-mewah. Ketika masuk, ia terkejut karena isinya hanyalah kamar kosong. Hanya ada jubah dan bantal kayu.
Persamaan antara Ajahn Chah & LSY:
Mereka sama-sama masyhur, diberikan aneka fasilitas dan kemewahan oleh umat.
Perbedaan antara Ajahn Chan & LSY:
Ajahn Chah tidak menyimpan barang-barang tersebut untuk dirinya karena memang ia menjadi bhikkhu untuk hidup suci dan menghindari kenikmatan duniawi.
LSY menyimpan barang-barang tersebut untuk dirinya dengan alasan yang tentu saya tidak ketahui.
Kemudian anda menyinggung tentang diberikan fasilitas setelah membantu orang lain. Ini sudah dijelaskan Bro Indra. Ada kisah di mana seseorang brahmana yang melakukan pemujaan api ingin berdana pada seorang petapa dan melihat Buddha Gotama duduk di kejauhan. Ia mendekat dan Buddha membuka penutup kepalanya sehingga kepalanya yang tercukur terlihat. Maka Brahmana itu tidak jadi memberikan dananya. Tetapi kemudian dia berpikir lagi bahwa di antara para Brahmana, ada juga yang mencukur kepalanya. Ia mendekat dengan maksud menanyakan kastanya. Kemudian Buddha Gotama memberikan nasihat bahwa seseorang mulia bukan dari kelahiran (kasta), melainkan dari perbuatannya. Brahmana itu terkesan dengan ajaran tersebut, sehingga yakin ingin memberikan dana tersebut kepada Buddha, namun ditolaknya. Buddha menjelaskan bahwa dirinya tidak mencari penghidupan dari mengajar.
Perbedaan LSY & Buddha Gotama:
Buddha Gotama hanya hidup dari pemberian
dana. Jika tidak ada yang berdana, maka ia tidak makan.
LSY berpenghidupan sebagai "pengamen dharma". Ia menyimpan kekayaan yang adalah
imbalan dari bantuan yang diberikan.