//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663450 times)

0 Members and 7 Guests are viewing this topic.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1665 on: 05 August 2009, 10:16:44 PM »
:)) iya jg.. but we'll never know until we try. kalo keluarnya teka teki lagi.. mayan kan bisa dipake buat ngbingungin orang laen di laen kesempatan. ^-^
appamadena sampadetha

Offline hariyono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 17
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1666 on: 05 August 2009, 10:41:28 PM »
Buddha berkata , "O Bhikku , Kamu harus menjauhkan diri dari bertengkar mulut , karena itu akan membuatmu terlalu banyak bicara .
Ketika kamu bicara banyak , pikiranmu akan jauh dari meditasi .
Ketika kamu jauh dari meditasi maka pannya atau kebijaksanaan tidak akan ada padamu ."

Ini adalah ucapan yang menarik karena hampir semua orang senang ber aduh argumentasi demi ' kemenangan " . Ketika seseorang tidak dapat menerima pendapat orang lain yang berbeda , orang cenderung untuk berargumentasi dengan gigih.
Tetapi kita semua harus ingat bahwa pertikaian tidak akan menyelesaikan masalah .

Semua pihak , ingin pihak lain menerima pendapatnya .
 Perang mulut tidak berguna.
Itu hanya membawa lebih banyak permasalahan .
Kadang kadang malahan merusak suatu kelompok

Namo Sanghyang Adi Buddhaya

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1667 on: 05 August 2009, 10:49:19 PM »
Buddha berkata , "O Bhikku , Kamu harus menjauhkan diri dari bertengkar mulut , karena itu akan membuatmu terlalu banyak bicara .
Ketika kamu bicara banyak , pikiranmu akan jauh dari meditasi .
Ketika kamu jauh dari meditasi maka pannya atau kebijaksanaan tidak akan ada padamu ."

Ini adalah ucapan yang menarik karena hampir semua orang senang ber aduh argumentasi demi ' kemenangan " . Ketika seseorang tidak dapat menerima pendapat orang lain yang berbeda , orang cenderung untuk berargumentasi dengan gigih.
Tetapi kita semua harus ingat bahwa pertikaian tidak akan menyelesaikan masalah .

Semua pihak , ingin pihak lain menerima pendapatnya .
 Perang mulut tidak berguna.
Itu hanya membawa lebih banyak permasalahan .
Kadang kadang malahan merusak suatu kelompok

Namo Sanghyang Adi Buddhaya

Bro Hariyono, sadarkah anda bahwa anda sedang berada di sebuah forum diskusi? kita di sini semua berdiskusi? bagaimana caranya diskusi tanpa berkata2? saya tidak melihat ada yg bertengkar di sini. Dalam suatu diskusi tentu wajar jika ada adu argumentasi, debat, namun kita semua dapat mengambil pelajaran dari argumentasi yg dilontarkan oleh peserta diskusi.

Offline hariyono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 17
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1668 on: 05 August 2009, 10:53:35 PM »
Namo Sanhyang adi Buddhaya

Offline hariyono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 17
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1669 on: 05 August 2009, 10:56:34 PM »
Melihat bahwa pembahasan mengenai mahzab Mahayana selalu OOT, karena banyaknya member2 mempertanyakan sesuai dengan aliran laen, sehingga pembahasan mengenai topik itu sendiri menjadi kacau dan ujung2nya selalu membahas antara T vs M...

Gw coba memfasilitasi dengan membuat thread khusus bagi member2 yg ingin bertanya...
Selanjutnya, jika ada pertanyaan2 OOT yg ujung2nya T vs M, akan dilempar k thread ini...

Silahkan berdikusi, mempertanyakan, atau mengkritik , tapi harap masih dalam koridor kesopanan dan tidak menghina atau merendahkan..

 _/\_

.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1670 on: 05 August 2009, 10:58:51 PM »
Melihat bahwa pembahasan mengenai mahzab Mahayana selalu OOT, karena banyaknya member2 mempertanyakan sesuai dengan aliran laen, sehingga pembahasan mengenai topik itu sendiri menjadi kacau dan ujung2nya selalu membahas antara T vs M...

Gw coba memfasilitasi dengan membuat thread khusus bagi member2 yg ingin bertanya...
Selanjutnya, jika ada pertanyaan2 OOT yg ujung2nya T vs M, akan dilempar k thread ini...

Silahkan berdikusi, mempertanyakan, atau mengkritik , tapi harap masih dalam koridor kesopanan dan tidak menghina atau merendahkan..

 _/\_

.

yg saya lihat batasannya adalah tidak menghina atau merendahkan, apaakh Bro Hariyono melihat ada bagian yg menghina atau merendahkan? mohon petunjuk

Offline hariyono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 17
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1671 on: 05 August 2009, 11:23:38 PM »
saya tak melihat ..alangkah bijaksananya apabila kita melangkah yang lain .

sadhu.sadhu.sadhu.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1672 on: 06 August 2009, 02:55:37 PM »
Daripada mulai beralih ke debat kusir yang defensif, mari kita kembali ke persoalan yang sebenarnya. Pertanyaannya yang diajukan oleh bro Indra adalah, apakah benar dalam Sutra Teratai, Ananda dikatakan telah mencapai Kearahatan pada saa Buddha masih hidu? Pertanyaan ini didasarkan pada temuannya pada Bab Satu sutra ini yang memasukkan Ananda dalam list para Arahat. Tentu saja hal ini sebenarnya adalah pertanyaan yang mengusik dan penting. Saya salut dengan ketelitian bro Indra. Menurut saya para Mahayanis (termasuk saya dalam hal ini) tidak perlu menjadi defensif dalam soal demikian, biarlah hitam dikatakan hitam, putih dikatakan putih  :)

Mari kita coba telusuri ke isi Sutra tersebut. Memang kemungkinan ada beberapa sutra terjemahan inggris yang menyatakan bahwa Ananda berada dalam daftar para arahat, hal tersebut dapat ditemukan pada bagian pembuka sutra yang bercerita tentang para haridirin yang ikut menjadi saksi tentang pembabaran sutra ini oleh Sang Buddha. Soal ini saya tidak akan mengutip lagi, karena sudah banyak dikutip di atas.

Di sini kemudian terjadi beberapa asumsi. Bro Triyana dengan asumsinya bahwa  terdapat dua Ananda, yaitu Ananda yang menjadi asisten tetap Sang Buddha, yang diyakini masih belum mencapai Kearahatan hingga parinirvana Sang Buddha, dan Ananda yang dikatakan telah mencapai Kearahat pada saat sutra tersebut dibabarkan. Asumsi ini kemudian dibantah oleh bro. gandalf yang mengatakan bahwa tidak mungkin ada dua Ananda, yang sayangnya belum juga bisa menunjukkan bukti mengenai pendapatnya. Meskipun demikian, asumsi tentang adanya dua Ananda juga belum bisa dibuktikan oleh bro Triyana karena sumber-sumber yang diajukan seputar perbedaan versi terjemahan sutra tersebut ke dalam bahasa inggris, bukan perbedaan dalam naskah bahasa sansekerta ataupun mandarin sebagai pembandingnya.

Di luar semua pendapat tersebut, saya sendiri, dalam hal ini, melihat bahwa memang terjadi 'kesalahan' dalam pencatatan di bagian awal sutra ini. Pendapat saya didasarkan pada temuan saya mengenai setelah membaca terjemahan sutra ini pada Bab 8 dan Bab 9. Berikut ini adalah dasar-dasar asumsi saya.

Pada sutra ini bagian Bab 8, yang berisi tentang ramalan Sang Buddha tentang pencerahan sempurna kelimaratus Arahat dalam kata-kata berikut:

"Dihadapan keduabelas Arhat ini, biarlah sekarang Aku mengantarkannya ke dalam Penerangan Agung. Diantara persidangan ini, pengikut agungKU Bhiksu Katindinya, setelah mengabdi pada 62 ribu kotis para Buddha akan, menjadi seorang Buddha yang bergelar SAMANTAPRABHASA Tathagata, Yang Maha Mulia, Bijaksana. Yang telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna. Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung. Kelima ratus para arhat yang lain, yaitu Uruvilva-Kasyapa, Gaya-Kayapa, Nadi-Kasyapa, Kalodayin, Udayin, Aniruddha, Revata, Kapphina, Vakkhula, Cunda, Svagata, dan lain-lainnya, semuanya akan mencapai Penerangan Agung dan semuanya akan bergelar sama yaitu SAMANTAPRABHASA"
(Sumber dari terjemahan Oka Diputera berdasarkan terjemahan Soothill & Kern).

Dalam kutipan di sini, walaupun disebutkan kata "lain-lain", nama Ananda maupun Rahula tidak muncul ketika menyebutkan tentang kumpulan Para Arahat. Sebaliknya di sini disebutkan beberapa nama seperti Kalodayin, Udayin, Aniruddha, Kapphina, Cunda, Svagata yang tidak disebutkan dalam daftar Arahat Bab 1. Dalam hal ini, perlu dicermati pula baik nama Rahula maupun Ananda sama sekali tidak muncul dalam Bab 8 yang berisi tentang Para Arahat. Apakah dengan demikian hal ini berarti nama Ananda dan Rahula otomatis sudah dianggap terwakili dalam deretan 500 Arahat yang disebutkan dalam Bab 8, sepert halnya dalam Bab  1?

Jawabanya ada di dalam Bab 9, di mana Ananda dan Rahula muncul pada Bab 9, bersama dengan rombongan 2.000 Sravaka. Dalam hal ini, keduanya tidak dimasukkan dalam rombongan 500 Arahat, namun bersama dengan 2.000 Sravaka yang memohon kepada Sang BUddha dengan kata-kata berikut:


"Yang Maha Agung ! biarlah kami didalam hal ini juga mempunyai sebuah kedudukan. Kami hanya percaya kepada Sang Tathagata. Kami diperkenalkan serta dikenal oleh semua dunia termasuk para dewanya, manusia-manusianya, dan asuranya. Ananda selalu sebagai pembantu yang melindungi dan memelihara Hukum Kesunyataan ini, dan Rahula adalah putra Sang Buddha. Seandainya Sang Buddha menganggap layak untuk menetapkan kami mencapai Penerangan Agung, maka keinginan-keinginan kami akan terkabul dan harapan orang-orang akan terpenuhi.”
(sumber kutipan idem dg atas)

Kemudian permohonan tersebut dijawab oleh Sang Buddha:

"Sang Buddha bersabda kepada Ananda : 'Apakah Engkau melihat dua ribu manusia yang masih dibawah asuhan maupun yang sudah tidak dibawah asuhan ini ?'

'Ya, saya melihat, Ananda ! manusia-manusia ini akan mengabdi kepada para Buddha Tathagata yang tak terbatas jumlahnya seperti atom-atom dari lima puluh dunia, memuja dan menghormatinya, memelihara kekayaan hukumnya, dan akhirnya pada waktu yang bersamaan, didalam kawasan-kawasan diseluruh penjuru, masing-masing akan menjadi seorang Buddha. Semua akan mempunyai gelar yang sama, yaitu Ratna Keturagas Tathagata, Maha Terhormat, Maha Bijaksana, Pemimpin Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Bebas dari ikatan-ikatan, Maha Tahu Dunia, Pemimpin yang tak ada bandingannya, Maha Pengatur, Guru dari Para Dewa dan Manusia, Sang Buddha, Yang Dihormati Dunia. Masa hidupnya akan menjadi satu kalpa, dan kemegahan kawasannya, para Sravaka dan para Bodhisatvanya, hukumnya yang sejati dan hukumnya yang palsu, semuanya akan menjadi sama.'"
(Sumber kutipan idem sama dengan yang di atas).

Dengan demikian, Ananda dan Rahula seharusnya tidak masuk dalam rombongan kelima ratus Arahat, karena dalam Bab 9 jelas-jelas mereka berdua diramalkan pencapaian penerangan sempurnanya bersama dengan kedua ribu sravaka, yang di dalam Bab 1 disebutkan sebagai "Disamping para Arahat yang termashur itu, datang pula menghadap kira-kira 2.000 orang Saiksha dan Asaiksha." Dalam hal ini, seharusnya Ananda dan Rahula termasuk dalam kelompok tersebut.

Lantas mengapa terjadi ketidakkonsistenan yang menyebutkan bahwa Ananda dan Rahula adalah Arahat dalam Bab 1?

Jika kita saksikan dalam bagian tersebut yang seharusnya berisi tentang berbagai rombongan makhuk-makhluk yang menghadiri khotbah Sutra teratai, selalu menyebutkan tentang jumlah rombongan masing-masing kelompok disertai dengan nama-nama yang mewakili kelompok-kelompok tersebut. Misalnya, ketika menyebutkan tentang Para Arahat, dicatat nama-nama yang mewakili siapa saja, baru jumlah rombongannya, begitu seterusnya juga untuk Para Bodhisattva,  bhiksuni, raja, yakhsa, garuda, naga, dst. Namun anehnya, ketika menyebutkan tentang "2.000 orang Saiksha dan Asaiksha" tidak ada nama yang disebutkan sebagai wakil mereka. Bukan hal tersebut adalah kejanggalan.

Menurutku, kejanggalan ini seharusnya bisa terjawan ketika kita membaca Bab 9, di mana Ananda dan Rahula dikatakan mewakili para Saiksha dan Asaiksha memohon pada Sang Buddha untuk diramal tentang penerangan sempurna yang akan dicapai mereka. Hal ini sangat jelas sekali, sebenarnya dalam Sutra Teratai pun, Ananda dan Rahula sebenarnya bukan termasuk dalam rombongan 500 Para Arahat, namun 2.000 Sravaka yang berada setelahnya.

Lantas, mengapa pada Sutra Teratai yang ada pada kita saat ini, nama Ananda dan Rahula dimasukkan dalam Rombongan Para Ahrahat? dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan alasan yang akan kujawab di bawah ini:
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1673 on: 06 August 2009, 03:27:20 PM »
Untuk menjawab tentang mengapa teradi ketidakkonsistenan antara Bab 1 dan Bab 8+9 pada Sutra Teratai, sebenarnya perlu dikaji lebih jauh pada naskah-naskah terjemahan lebih awal, ketimbang hanya pada terjemahan bahasa inggrisnya. Oleh karena itu, jawaban saya di bawah hanyalah spekulatif sifatnya, bukan berdasarkan fakta.

1. Kemungkinan terjadi perubahan yang bisa sengaja atau tidak sengaja selama masa penyalinan sutra ini selama masa hampir ribuan tahun lamanya. Selain dalam tradisi Mahayana sendiri yang mendorong terus meyalin sutra ini, tentu saja para Buddhis pada sebelumnya yang berniat melestarikan ajaran Sang Buddha pasti terus menyalin sutra ini sebagai cara untuk meperbaharuinya, mengingat bahan yang digunakan untuk mencatat di masa lalu selalu beresiko rusak atau aus. Yang terakhir ini, berlaku untuk naskah kuno kegamaan manapun. Dalam proses penyalinan ulang ini, tidak tertutup kemungkinan terjadi kesalahan dalam pencatatan. Kesalahan akibat keteledoran tidak tertutup kemungkinanya, namun mengingat naskah demikian selalu dianggap suci maka sikap hati-hati penyalin selalu diutama karena rasa hormat pada naskah ini. Pemujaan naslah Buddhis dalam kalangan Mahayana adalah hal yang wajar, meski tidak tertutup kemungkinan tetap saja ada penyalin yang teledor,walaupun kecil kemungkinannya. Kemungkinan kedua, si penyalin dengan sengaja merubah isi yang dianggapnya keliru menurut pengetahuannya. Misalnya, dalam pegetahuan si penyalin, Ananda dan Rahula adalah Arahat, maka ia megambil inisiatif untuk mengkoreksi  apa yang dikiranya sebagai 'kesalahan' dengan pengetahuan yang dimilikinya. Jika seandainya demikian, maka si penyalin tidak tahu kisah Ananda baru mencapai Kearahatan setelah Sang Buddha parinirvana. Atau juga si penyalin membaca sebuah versi lain tentang kisah hidup Sang Buddha yang lalu berusaha menyesuaikan isi sutra ini dengan yang dibacanya. Kemungkinan kesengajaan yang lain adalah si penyalin adalah seorang penganut yang meyakini Arahat dan Sravaka adalah sosok yang sama, yang sebenarnya bertentangan dengan isi Sutra Teratai yang membedakan keduanya, dan berusaha menyesuaikannya dengan pandangan ini. Demikianlah asumsi mengenai kesalahan ditingkat penyalinan.

2. Kemungkinan kesalahan lain mungkin juga bisa muncul dari tingkat penerjemahan, mengingat sutra ini diterjemahkan dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Mandarin baru ke Bahasa  Jepang atau Inggris (Biasanya edisi Bahasa Indonesia mengikuti terjemahan Bahasa Inggrisnya). So, sulit menilai kesalahan yang terjadi dalam suatu terjemahan semata-mata hanya berdasarkan perbandingan murni beberapa terjemahan yang tingkat terjemahan sama, misalnya terjemahan Bahasa Inggris yang satu dengan yang lain. Meski, perbandingan demikian, bisa membuktikan konsisten atau tidaknya kesalahan tersebut, namun tidak bisa membuktikan kapan kesalahan tersebut terjadi jika hampir semua terjemahan Bahasa Inggris kosisten kesalahannya. Misalnya dalam kasus Sutra Teratai ini, sebagian besar versi terjemahan bisa jadi melakukan 'kesalahan' yang sama, kecuali satu terjemahan. Kita tidak bisa benar-benar meyakini perbedaan tersebut terjadi karena kesalahan mayoritas penerjemah, dengan menutupi kemungkinan bahwa penerjemah yang satu ini yang melihat kesalahan tersebut lalu berusaha membetulkannya sendiri menurut yang ia ketahui. So, dalam hal ini, kita belum bisa bicara banyak sampai ada kajian perbandingan berbagai versi bahasanya dan tahun pembuatan yang berbeda dibuat.

3. Kemungkinan terakhir, yang merupakan kemungkinan paling kecil, adalah tidak terjadi kesalahan dalam penyalinan ataupun penerjemahan, melainkan terjadi 'kesalahan' dalam pencatatan sejak awalnya. Dalam hal ini termasuk juga kemungkinan sutra ini dikarang tidak berdasarkan kenyataan atau yang disebut sebagi 'aspal'.  Saya sampai saat ini belum meliihat adanya kemungkinan ke arah sana. Dalam hal ini, saya sendiri belum mengkajinya, dan tidak berniat mengkajinya, hingga kemungkinan ini. Sebab, saya sendiri tidak melihat ada manfaatnya mengatakan sutra ini 'aspal' semata-mata hanya atas nama kebenaran historis ataupun alasan lainnya. Dalam hal ini, saya lebih suka melihat sisi manfaat dari sutra ini dibandingkan mempertanyakan keotentikannya  ;D. Demikianlah pendirian saya mengenai ini, harap dimaklumi  ^:)^.

4. Kemungkinan tambahan: ada dua Ananda. Tapi hal ini sama sekali belum ada bukti di dalam naskah lain.

Fiuhhh... selesai juga telaah in. Terimakasih   :P

 

« Last Edit: 06 August 2009, 03:33:17 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1674 on: 06 August 2009, 10:16:48 PM »
Sip sobat-dharma. Penjelasan seperti inilah yg kita inginkan dlm sebuah diskusi. Membahas berbagai kemungkinan yg ada, dr sikap netral. Bukannya pertanyaan 1 dijawab dengan melempar pertanyaan balik. Atau memberi teka-teki ==" :jempol:

+1 :)

_/\_
appamadena sampadetha

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1675 on: 06 August 2009, 10:27:38 PM »
Analisis yg baik sekali, Sobat.

clicked!

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1676 on: 06 August 2009, 10:41:06 PM »
sebenarnya aye dah tau itu, cuma aye diemin dulu ternyata Sobat Dharma yang telah memeriksa dengan baik ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1677 on: 06 August 2009, 10:52:14 PM »
sebenarnya aye dah tau itu, cuma aye diemin dulu ternyata Sobat Dharma yang telah memeriksa dengan baik ;D
ok ok, tapi
Sorry, you can't repeat a karma action without waiting 720 hours.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1678 on: 06 August 2009, 11:13:15 PM »
sebenarnya aye dah tau itu, cuma aye diemin dulu ternyata Sobat Dharma yang telah memeriksa dengan baik ;D
ok ok, tapi
Sorry, you can't repeat a karma action without waiting 720 hours.
karena didiemin dulu ama Ryu jadi clickednya didiemin dulu hingga 720 hrs. :))

done ;)
« Last Edit: 06 August 2009, 11:38:33 PM by xuvie »
appamadena sampadetha

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1679 on: 07 August 2009, 03:35:28 PM »
Namo Buddhaya,

Sebenarnya saya mau menutup topik ini tetapi berhubung Bro Sobat Dharma mempertanyakan kesahihan 2 Terjemahan Saddharma Pundarika Sutra maka saya coba jawab :

"Untuk menjawab tentang mengapa teradi ketidakkonsistenan antara Bab 1 dan Bab 8+9 pada Sutra Teratai, sebenarnya perlu dikaji lebih jauh pada naskah-naskah terjemahan lebih awal, ketimbang hanya pada terjemahan bahasa inggrisnya. Oleh karena itu, jawaban saya di bawah hanyalah spekulatif sifatnya, bukan berdasarkan fakta."

= Seharusnya saudara tidak gegabah mengatakan ada ketidakkonsistenan dalam Saddharma Pundarika Sutra karena setiap Sutra yang ada sudah diteliti dan dicermati dan terbukti tepat dan benar. Disini anda menjawab bahwa sebenarnya perlu dikaji lebih jauh pada naskah-naskah terjemahan lebih awal, ketimbang hanya pada terjemahan bahasa inggrisnya, perlu saudara ketahui bahwa hal tersebut sudah dilakukan oleh para cendekiawan Buddhis.

Seharusnya saudara dalam menjawab pertanyaan tidak spekulatif tetapi berdasarkan fakta agar tidak menimbulkan fitnah. Hal ini juga untuk menjaga kredibilitas saudara sendiri.

= Perlu saudara ketahui bahwa terjemahan yang digunakan berasal dari kanon Tiongkok (Taisho Tripitaka 0262) yang telah diakui tepat dan benar.

Seperti yang telah saya jelaskan diawal bahwa dimungkinkan ada 2 terjemahan dalam satu Sutra yang sama dikarenakan perbedaan kanon.

Tetapi tidak pernah, saya tegaskan kembali tidak pernah ada kekeliruan dalam Sutra-Sutra tersebut apalagi kekeliruan tentang ke Arahat an Ananda.

Jadi saudara harus lebih berhati-hati dalam berkomentar.  :)

Wonderful Dharma Lotus Sutra
(Taisho Tripitaka 0262)
(Also known as:)
Saddharma Pundarika Sutra
Translated into Chinese during the Yil, Tson Dynasty by Kumarajiva
Translated into English by the Buddhist Text Translation Society

 _/\_







« Last Edit: 07 August 2009, 03:47:55 PM by Triyana2009 »

 

anything