//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663449 times)

0 Members and 5 Guests are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1500 on: 04 June 2009, 08:03:59 PM »
Hehe.. sori kalau saya jabarin semuanya itu sgt panjang dan memakan banyak waktu, rasanya saya belum bisa....

Apalagi yg reply pasti akan seabrek, jadi tentu saya harus punya waktu luang yang lumayan.

Nanti kapan klo ada waktu.

Baru ikut latihan belajar Lamrim cuma dua kali..... haha.... yang lainnya cuma baca dan berusaha pahami sendiri. Belum ada waktu soalnya. Makanya kayanya saya gak berkompeten nih ya?

_/\_
The Siddha Wanderer

« Last Edit: 04 June 2009, 08:07:02 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1501 on: 04 June 2009, 08:07:45 PM »
MARCEDES:

lebih tepat nya seperti visudhimagga yang menjelaskan cukup terperinci mengenai jalan menuju nibbana,

sedangkan mahayana, hanya mempratekkan ini, tiba-tiba langsung "Zap" telah mencapai pencerahan..
sedangkan penjelasan-nya tidak ada.^^

TAN:

Pandangan yang salah dan jelas sekali memperlihatkan bahwa Anda tidak paham mengenai Mahayana. Di dalam Mahayana sendiri banyak risalah-risalah (sastra) mengenai bagaimana seseorang berpraktik, sehigga tidak langsung "zap" seperti kata Anda. Apakah Anda pernah dengar Yogacarabhumisastra, Cheng Wei Shi Lun, Mo ho Chi Kuan, karya2 Master Zhiyi, gongan2 guru Zen, dll. Apakah semua itu bukan penjelasan tentang metoda berpraktik guna merealisasi pencerahan?

Amiduofo,

Tan
Quote
lebih tepat nya seperti visudhimagga yang menjelaskan cukup terperinci mengenai jalan menuju nibbana,

sedangkan mahayana, hanya mempratekkan ini, tiba-tiba langsung "Zap" telah mencapai pencerahan..
sedangkan penjelasan-nya tidak ada.^^

Di Tibet, Guru Tantrik yang menekankan pembelajaran pada Sutra-sutra Mahayana bahkan menulis Bodhipathapradipa, yang menjadi cikal bakal teks2 Tahapan Jalan (Lamrim) di Tibet.

Lamrim menjelaskan secara terperinci mengenai jalan menuju Nirvana. Di antaranya Lamrim Chenmo [Tahapan Agung Menuju Pencerahan) karya Tsongkhapa, Pembebasan Di Tangan Kita karya Phabongkha Rinpoche, Ornamen Permata Kebebasan karya Gampopa, Ucapan Guruku Yang Sempurna karya Patrul Rinpoche.

Bahkan kalangan Mahayana / Vajrayana Tibetan sangat menentang pandangan pencerahan langsung "Zap".

Semuanya ada TAHAPANNYA.

Lama Jey Tsongkhapa bahkan juga menulis sebuah teks yang menjelaskan secara terperinci tingkatan2 pencapaian menuju Hinayana Arhat dan tingkatan2 menuju Mahayana Arhat (Samyaksambuddha).

Sungguh lucu kalau ada statement seperti yang anda sebutkan.

Ngomong2 apakah anda sudah baca Visuddhi Magga?

Saya sih sudah dikit2. Dan kelengkapan isinya juga nggak jauh beda dengan karya2 Mahayana seperti Abhidharmasamuccayya dan Abhisamayalamkara.

 _/\_
The Siddha Wanderer
saudara Tan,
ayo bahas disini, kebetulan pengetahuan saya tentang mahayana dangkal habis....
benar kata saudara Bond, siapa tahu visudhimagga versi mahayana jauh lebih detail..dan bisa saja saya juga memiliki tekad bodhisatva

mula-mula yah, dari nian fo lah...

Bentuk Nianfo melalui meditasi visualisasi adalah suatu usaha menciptakan sebuah objek yang divisualkan melalui pikiran dan mengarahkan pikiran pada objek tersebut secara terpadu hingga mencapai pikiran terpusat. Praktik Nianfo melalui visualisasi ini diajarkan oleh sang Buddha kepada ratu Vaidehi dalam Amitayur-dhyana Sutra. Sang Buddha berkata kepada ratu Vadehi bahwa cara untuk melihat dan terlahir di alam Sukhavati adalah dengan mempraktikkan 16 tahap meditasi visualisai pada bentuk-bentuk kemuliaan alam Sukahvati beserta tanda-tanda kemuliaan 9 jenjang alam tersebut.

mari bahas mengenai apa itu tanda-tanda kemuliaan 9 jenjang alam.
kemudian 16 tahap meditasi visualisasi itu apa.


oh ya, bagaimana jika saudara Gandalf tidak keberatan membahasnya dan tampilkan disini...

karena dulu saudara pernah mengatakan bahwa "arahat masih dapat merosot dan tercatat dalam kitab suci"(entah aliran apa lupa namanya)
sampai hari ini,belum juga ada bukti atau kutipan-nya.

dan sekalian pertanyaan saya yang diatas mengenai sutra mahayana yang "sangat dalam artinya" mohon diberi penjelasan.

salam metta.
« Last Edit: 04 June 2009, 08:13:36 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1502 on: 04 June 2009, 08:10:07 PM »
Ok nanti kalo om ada waktu silakan di share ya....thx om Gandalf  ;D _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1503 on: 04 June 2009, 08:12:10 PM »
Nah itu dia ... masih belum ada waktu saya... kapan2 aja.....

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1504 on: 04 June 2009, 08:20:45 PM »
Dalam Sutra YeBaoChaBieJing (Sutra tentang berbagai jenis karma) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh manfaat dari melafal nama Buddha dengan suara lantang:
1. Mengatasi rasa kantuk
2. Membuat takut Mara.
3. Suara berdentang ke sepuluh penjuru
4. Penderitaan di 3 alam buruk menjadi jeda
5. Suara lain tidak dapat masuk (menjadi tidak terganggu)
6. Pikiran menjadi tidak berkeliaran
7. Semangat dan tekun
8. Para Buddha "bergembira"
9. Mencapai kedaan Samadhi
10. Terlahir di Tanah murni.


saya sekalian mau tanya yang nomor 8 itu..
apa benar? jadi buddha yang parinibbana masih memiliki indra pendengar?

-------------

kalau begitu minta om Tan saja...
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1505 on: 04 June 2009, 08:56:20 PM »
[at] Marcedes

Jadi begini saya sebenarnya agak enggan menjelaskan kalau hanya untuk debat saja. Tetapi kali ini akan coba saya jelaskan (semoga bukan untuk debat):

Kalaupun dikatakan para Buddha "bergembira," maka "kegembiraan" mereka itu berbeda dengan pengertian "kegembiraan" kita. Apakah Buddha punya "indra pendengar"? Kalaupun ada "indra pendengar" maka hal itu berbeda dengan "indra pendengar" kita. Mungkin Anda bertanya lagi "seperti apa pastinya"? Tentu saja saya yang belum merealisasi Kebuddhaan tidak akan dapat menjawabnya. Ibaratnya seekor ikan yang belum pernah melihat daratan, tidak akan dapat sungguh2 mengerti apa itu daratan. Dalam bahasa singkatnya "Sang Buddha bergembira" itu adalah bagian ashankata Dharma Mahayana.
Semoga bermanfaat.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1506 on: 04 June 2009, 09:04:31 PM »
MARCEDES:

seseorang hanya mendengar kan saja....tidak akan bisa mendengar hal jahat selama 60.000 kalpa?apa benar
seorang Sammsambuddha seperti Buddha Gotama saja sudah beberapa kali mendengar hal jahat....

dan lagi kalau se-tahu saya Raja Cakkavatti adalah merupakan seorang Raja penguasa dunia...secara Tunggal.

apa benar bisa umur bisa sampai 60 kalpa/kappa?
jadi ketika 1 kappa saja hancur, raja itu menetap dimana tinggal?...

moho penjelasan.
salam metta.

TAN:

Tidak "mendengar" hal jahat dapat ditafsirkan pula terpengaruh hal-hal jahat. Waktu ada kita mendengarkan sesuatu yang jahat atau mengesalkan, barangkali ada teman yang mengatakan "jangan dengarkan saja!" Yang dimaksud tentu saja agar kita jangan terpengaruh oleh apa yang kita dengar tersebut.
Mendengar di sini tentu saja yang dimaksud bukan sekedar mendengar, tetapi mengembangkan konsentrasi pada suara atau mantra. Meditasi pada suara memang ada dalam Mahayana, khususnya yang terdapat dalam Sutra Shurangama (LengYanjing).
Selanjutnya, dalam Sutra disebutkan bahwa ia akan menjadi raja Cakravartin selama 60 kalpa, tetapi tidak dikatakan itu berkesinambungan terus menerus. Jadi mungkin saja ia mengalami kehancuran kalpa dahulu dan "mengungsi" ke abhassara, lalu setelah pembentukan jagad raya, ia menjadi raja Cakravartin lagi, demikianlah terus menerus hingga jumlahnya total 60 kalpa.
Demikian semoga membantu.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1507 on: 04 June 2009, 09:07:10 PM »
[at] MARCEDES:

Sutra  Sutra YeBaoChaBieJing  itu omong2 Taisho no berapa ya? Saya ingin baca juga

Amiduofo,

Tan

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1508 on: 04 June 2009, 09:49:35 PM »
Quote
Jadi begini saya sebenarnya agak enggan menjelaskan kalau hanya untuk debat saja.


Betul, saya setuju.

Percuma kalau ujung2nya nanti ya debat. Awalnya mau tahu tapi lama2 debat dan jadi sektarian. Pantesan aja topik ini kaga selesai2.... hehe.....

Diskusi Dharma yang tidak kondusif.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1509 on: 04 June 2009, 11:22:27 PM »
^
^
^

Perbedaan pada kualitas parami lebih bisa diterima daripada mengatakan masih ada kilesa pada arahat vs bodhisatva yg merupakan kontradiktif tiada akhir(ini diakibatkan tidak adanya kejelasan praktek dhamma yg bisa dipertanggung jawabkan kecuali ada yg bisa memberikannya secara sutra mengenai praktek langsung-minimal) .Nirvana adalah nirvana, Dhamma adalah dhamma apalagi yg harus dikatakan selain Yatthabhutam nyanadassanam.

GRP sent  :jempol:

Saya malah merasa perbedaan kualitas ya adalah juga kata lain dari perbedaan tingkatan tertentu, bisa karena masih ada kilesa atau apa sajalah, memungkinkan bukan? karena beda kualitas toh? :)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1510 on: 04 June 2009, 11:32:36 PM »
perbedaan kualitas menurut saya adalah misalnya dalam hal kebijaksanaan dan pengetahuan, kalo soal kilesa sih udah sama2 null, contohnya, pengetahuan (kekuatan batin) keajaiban ganda, ini adalah eksklusif pada Sammasambuddha, para savaka tidak memilikinya.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1511 on: 04 June 2009, 11:33:16 PM »
^
^
^

Perbedaan pada kualitas parami lebih bisa diterima daripada mengatakan masih ada kilesa pada arahat vs bodhisatva yg merupakan kontradiktif tiada akhir(ini diakibatkan tidak adanya kejelasan praktek dhamma yg bisa dipertanggung jawabkan kecuali ada yg bisa memberikannya secara sutra mengenai praktek langsung-minimal) .Nirvana adalah nirvana, Dhamma adalah dhamma apalagi yg harus dikatakan selain Yatthabhutam nyanadassanam.

GRP sent  :jempol:

Saya malah merasa perbedaan kualitas ya adalah juga kata lain dari perbedaan tingkatan tertentu, bisa karena masih ada kilesa atau apa sajalah, memungkinkan bukan? karena beda kualitas toh? :)


Kalau dalam konsep Theravada, Pencerahan adalah padamnya lobha-dosa-moha. Jadi tidak mungkin ada Pencerahan (baik Sammasambuddha, Pacceka Buddha maupun Savaka Buddha) yang masih memiliki kilesa (kotoran batin).

Basicnya...

Sammasambuddha lebih dihormati karena Beliaulah yang menemukan kembali Dhamma dan menembusnya serta mengajarkannya ke khalayak ramai; yang sebelumnya telah melewati perjalanan dan pengumpulan Parami yang sangat besar.

Pacceka Buddha juga dihormati karena Beliau adalah orang yang mampu menemukan kembali Dhamma dan menembusnya secara otodidak, meski tidak ada yang membimbing Beliau.

Savaka Buddha turut dihormati pula karena Beliau adalah orang yang mampu menembus Dhamma yang diajarkan oleh Sammasambuddha. Pencapaian Beliau adalah luar biasa, mengingat tidak semua orang memiliki kematangan parami untuk menembus Dhamma pada kehidupan kali ini.

:)

Offline Nagaratana

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 40
  • Reputasi: 1
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1512 on: 04 June 2009, 11:34:16 PM »
Bro. truth lover,

Tidak usah menyindir dengan bahasa yang "sopan". Apabila anda posting dengan niat seperti ini terus, maka terpaksa akan saya karantina postingan anda baik yang di topik ini atau topik lainnya.

Apa anda pikir Mahayana tidak menghormati Sakyamuni sebagai Guru Utama? Lalu "Namo Penshi Shijia Moni Fo" itu apa?

Amitabha Buddha dalam paham Mahayana adalah Sambhogakaya dari Buddha ke-4 di masa Bhadrakalpa ini yaitu Sakyamuni Buddha. Lima Panca Dhyani Buddha bermanasi menjadi Lima Samyasakmbuddha pada masa Bhadrakalpa ini.

Jadi Amitabha = ya Shakyamuni Buddha.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Sdr. Gandalf yang sopan,

Coba baca artikel berikut :

----------------------------

Amitabha (Amitofo) merupakan kata yang sudah tidak asing kita dengar. Sebenarnya, apakah teman-teman tau makna daripada kata itu? Kita mungkin sering menyebutkan kata tersebut ketika bertemu dengan teman sedharma atau ketika kita melakukan puja. Kata Amitabha atau Amitayus, disampaikan oleh Buddha Gautama dalam Sutra Amitabha. Berikut ini adalah kutipan dari Sutra Amitabha yang menjelaskan tentang makna dari nama Amitayus:

“Dari panjangnya usia Hyang Bhagava Amitabha, Hyang Tathagata. Oh Ananda, tidaklah terukur, sehingga sulit untuk diketahui lainnya, agar dapat dikatakan (bahwa itu meliputi) begitu banyak ratusan kalpa, begitu banyak ribuan kalpa, begitu banyak ratusan ribu kalpa, begitu banyak berkoti-koti kalpa, begitu banyak ratusan koti kalpa, begitu banyak ribuan koti kalpa, begitu banyak ratusan ribu koti kalpa, begitu banyak ratusan ribu niyuta koti kalpa. Karenanya, Hyang Tathagata itu disebut Amitayus.”

Jadi dapat disimpulkan, Buddha Amitabha (Amitayus) adalah Buddha Cahaya Tanpa Batas yang usianya tidak terbatas oleh waktu. Negeri tempat beliau tinggal disebut Sukhavati yang konon dikatakan berada nun jauh di sebelah barat bumi kita. Amitabha Buddha memiliki empat puluh delapan ikrar, yang isinya terutama untuk mendirikaan tanah suci atau surga, yang penghuninya dapat menghayati kehidupan berkebahagiaan tingkat tertinggi. Makhluk hidup yang memanggil nama Beliau, untuk memohon pertolongan, akan Beliau bawa mengarungi samudera kehidupan, hingga tiba di Tanah Suci yang Beliau ciptakan itu. Di antara ke-48 Ikrar-Nya, ada tiga yang merupakan Ikrar yang paling utama, yaitu:

1. Saya bersumpah bahwa makhluk-makhluk hidup yang ada di sepuluh penjuru mata angin, yang mempercayai ajaran Buddha, Saya usahakan agar semuanya dapat dilahirkan di Tanah Suci ini. Apabila diantara mereka masih masih ada yang belum dapat terlahirkan di Tanah Suci Saya itu, Saya tidak akan mau menikmati hasil Pencerahan Agung (Pencapaian Nirvana) secara sempurna, yang telah Saya capai.

2. Saya bersumpah bahwa makhluk-makhluk yang telah berusaha dengan segenap kemampuan jiwanyauntuk mencapai tingkat Ke-Bodhi-an, dan yang telah melatih diri untuk memiliki, memelihara, dan meningkatkan jasa-jasa kebaikan dan kebajikannya, Saya usahakan agar semuanya dapat dilahirkan di Tanah Suci Saya itu. Pada saat-saat menjelang kematiaannya, maka makhluk tersebut akan dikelilingi oleh Para Penolong Gaib (yang akan mengantarkan orang-orang yang telah meninggal dunia itu, ke Tanah Suci atau Surga ciptaan Saya itu). Apabila diantara mereka masih masih ada yang belum dapat terlahirkan di Tanah Suci Saya itu, Saya tidak akan mau menikmati hasil Pencerahan Agung (Pencapaian Nirvana) secara sempurna, yang telah Saya capai.

3. Saya bersumpah bahwa makhluk-makhluk hidup yang ada di sepuluh penjuru mata angin, yang mendengar nama Saya, yang telah memikirkan mengenai Tanah Suci yang Saya ciptakan, dan telah merencanakan akan berbuat kebajikan-kebajikan, Saya usahakan agar mereka itu dapat terlahirkan di Tanah Suci Saya itu. Apabila diantara mereka masih masih ada yang belum dapat terlahirkan di Tanah Suci Saya itu, Saya tidak akan mau menikmati hasil Pencerahan Agung (Pencapaian Nirvana) secara sempurna, yang telah Saya capai.

Sekarang , yang menjadi pertanyaan, bagaimana agar dapat terlahir di Tanah Suci ini?

“Karena tekad lampau (purva-pranidhana) Ku, maka makhluk-makhluk yang dengan cara apapun pernah mendengar nama-Ku, selamanya akan pergi ke negeri-Ku (tanah suci Sukhavati). Tekad-Ku, yang mulia ini telah tercapai dan setelah makhluk-makhluk dari berbagai alam datang kemari ke hadapan-Ku, mereka tak akan pernah berlalu dari sini, meskipun hanya untuk satu kelahiran.” (Mahasukhavativyuha Sutra 50:17)

Selain itu, di dalam Amitayurdhyana Sutra, dijelaskan beberapa hal yang dapat menyebabkan kita terlahir di Sukhavati.
“Jenis kelahiran mulia (dalam alam Sukhavati) tingkat tinggi dapat dicapai oleh mereka yang di dalam pencarian mereka untuk terlahir di sana, telah mengembangkan tiga macam pikiran. Engkau mungkin akan bertanya apakah ketiga macam pikiran itu:
1. Pikiran yang tulus,
2. Pikiran yang penuh keyakinan,
3. Pikiran yang terpusat pada tekad untuk terlahir di alam Sukhavati dengan mempersembahkan segenap kumpulan kebajikan yang mengakibatkan kelahiran kembali di sana.

Mereka yang telah menyempurnakan ketiga macam pikiran ini pasti akan terlahir di alam Sukhavati.


Source : http://kmbui.net/index.php?option=com_content&task=view&id=64&Itemid=33

----------------------------


Artikel di atas dengan jelas menyatakan kalau Buddha Amitabha tidak sama dengan Buddha Sakyamuni. Membaca postingan anda, rasanya sudah jelas bahwa penjelmaan di konsep Mahayana memang betul penjelmaan / reinkarnasi.

<1> Sejak kapan Buddha Sakyamuni berikrar untuk membangun Tanah Suci?

<2> Artikel di atas menunjukkan iman bisa membawa kita ke Sukhavati.

<3> Artikel di atas menyatakan manusia memiliki jiwa (atman).

<4> Artikel di atas memperlihatkan adanya konsep Para Penolong / Juru Selamat di Mahayana.

<5> Jika poin nomor 3 benar, maka saya berbahagia bila Sukhavati ternyata adalah masa depan saya.

<6> Dan hal itu diperkuat dengan pernyataan berikut di paragraf selanjutnya.

<7> Enak sekali caranya menuju Sukhavati. Hanya dengan memikirkan sampai melekat pada Sukhavati, maka kita bisa pergi ke sana. Dan dapat jemputan VIP pula. Sungguh konsep yang sangat tidak masuk akal.

Offline Nagaratana

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 40
  • Reputasi: 1
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1513 on: 04 June 2009, 11:34:56 PM »
Quote

Apa yang diajarkan oleh Bodhidharma adalah pencerahan seketika yang tidak mengikuti penembusan melalui Jhana 1, 2, 3 dan seterusnya, namun langsung menembus Landasan kekosongan dan Landasan bukan persepsi dan bukan tanpa-persepsi guna mendekati kondisi yang paling dekat dengan Nirvana.

Maaf ini agak rancu, untuk mencapai jhana ini tidak bisa langsung lompat. Kelihatanya lompat karena kemahiranya padahal ia melewati pintu demi pintu dengan cepat. Jadi bila dikatakan langsung ini tidak sesuai dengan praktek/hal yg sebenarnya dan teori jhana. Perlu diingat kalau tidak salah Bodhidharma bertapa 13 tahun di goa menghadap dinding. Dan memiliki kesaktian (yg biasanya didasarkan jhana 4). Yg dimungkinkan bila ia melatih direct vipasana. Bukan jhana lompat.  _/\_

Quote
Masalahnya adalah ada perbedaan konsep pencapaian nirvana antara Theravada dan Mahayana yang memang menyebabkan perdebatan dalam topik ini. Terutama pandangan Mahayana bahwa Bodhisattva mampu menunda realisasi Nirvana Absolut dan tetap mempertahankan kondisi "nirvana mikro" (Bodhicitta) dalam setiap tindakannya. Sedangkan bagi Theravada, tidak ada bedanya antara Nirvana yang direalisasi oleh Sang Buddha dengan yang dicapai oleh siswa-siswanya. Perbedaan ini, tampaknya berkaitan dengan persoalan yang pelik dan sulit dibuktikan oleh kedua belah pihak, karena menyangkut tentang Nirvana yang hanya memang bisa dipahami oleh yang menembusnya.

Bodhisatva menunda karena ingin menjadi SammasamBuddha bukan? Jika saat itu juga dia realisasikan tentu jadi arahat tapi karena tekad untuk menjadi Buddha maka tertunda, disini artinya masih ada Bhava tanha(keinginan utk menjadi) inilah yg disebut kilesa. Saya memahami masalah nirwana pelik, tetapi mengapa Sang Buddha mengatakan siswa2 arahat telah bersih dari kilesa/nibbana?

Quote
Dalam hal ini, Mahayana menganggap bahwa terjadinya kesalahpahaman para Sravaka bahwa "nirvana mikro" adalah Nirvana Mutlak.Dalam hal ini, Bodhidharma sebagai Mahayanis, dan sesuai dengan pencapaiannya, membenarkan bahwa Para Sravaka belum mencapai "pantai seberang." Sedangkan Para Arahat (Pacceka Buddha) mencapai "pantai seberang," namun Para Bodhisattva melampaui "pantai ini" ataupun "pantai seberang." Tentu saja ini hanyalah gambaran kasar, bukan mencerminkan pencapaian sesungguhnya ataupun identitas seperti apapun yang diberikan padanya. Seorang Guru yang dinamai sebagai "Arahat" jika ia memiliki kualitas seperti halnya seorang Bodhisattva maka ia adalah "yang melampaui pantai ini ataupun pantai seberang". Seorang Guru yang meski dijuluki siswa Mahayana sebagai "Bodhisattva" namun jika kualitasnya adalah Sravaka, ia tetap adalah "yang belum mencapai pantai seberang." Dalam hal ini, mohon kita tidak terlalu terikat dengan label-label seperti "Sravaka", "Arahat", "Bodhisattva," dsb-nya. Bukankah bagi Bodhidharma kata-kata dan wujud justru adalah cerminan dari delusi?

Apa sih nirvana menurut mahayana? apa juga arti nirvana mikro dan absolut? Kalau bicara Arahat bukan hanya Pacekka Buddha. Savaka Buddha, pacceka Buddha dan Sammasambuddha adalah arahat.  Kalau Sravaka Arahat baru dengar juga sih  ;D. Kalo sravaka/savaka arahat masih ada kilesa masih bisa diterima.

Quote
Oleh karena itu, saya sepakat dengan anda bahwa dalam membahas hal seperti ini diskusi yang berbelit-belit hanya akan memperumit keadaan, karena selama ini saya selalu menolak membahas hal ini. Sebaliknya saya kurang setuju dengan pandangan bahwa cukup dengan penjabaran teknik-teknik meditasi dan dukungan referensi sutta ataupun sutra dapat menjernihkan persoalan ini. Sekali lagi, cara penjabaran demikian dengan menyusun deskripsi pencapaiannya secara detil tahap demi tahap yang kemudian dikait-kaitan dengan referensi sutta tidak membuktikan suatu pendekatan lebih baik daripada lainnya, sebab bagaimanapun yang tejadi hanyalah usaha memberikan pembenaran terhadap suatu metode tertentu.

Makanya supaya tidak berbelit saya tanya prakteknya jika tidak lalu untuk apa kita berlatih ?. Misalnya penjelasannya prakteknya gini lho dan ini ada dalam sutra ini. Cirinya mencapai ini adalah itu. paling tidak yg dasar2.  Atau Ada penjelasan gamblang ini lho yg dilatih Bodhidharma. Artinya jangan sampai langsung tertulis dia mencapai pencerahan tapi apa landasan latihannya/prakteknya?. Misal telah ditulis meditasi ala mahayana ada a,b,c dan d. Hanya itu saja. Bagaimana dan gimana tidak jelas. Lalu bagaimana kita bisa maju. Karena kemajuan dalam Praktek harus tau cara mengolahnya.Jadi disini sebenarnya bukan untuk membenarkan metode tertentu. Smoga dipahami pointnya, dan saya tidak ada maksud berdebat tanpa dasar. Karena minimnya pengetahuan saya ttg mahayana khususnya maka saya banyak bertanya hal yg lebih konkrit .
Contoh begini : Ada seorang bhikkhu melatih untuk menghilangkan kilesa.....lalu mencapai nibbana. Dan tiba2 ada orang lain bilang "membayangkan" padahal yg dilatih benar2 melihat langsung nah tentunya saya tanya koq bisa begitu? atau bisa juga si bhikhu itu bertanya koq kamu tau ?

Contoh lain : sharing saja ya. Misal Anda berlatih pada seorang guru contoh Paauk Sayadaw, lalu kita katakan sudah sampai sini ternyata belum. Lalu diberikan instruksinya yg benar dan dijelaskan mengapa demikian. Dan akhirnya mencapai tahap itu. Dan ini bisa dijelaskan. Nah makanya saya tanya...mungkin selain bro bisa juga praktisi mahayanis lainnya menjelaskan maksud Bodhidharma membayangkan dasarnya apa? Apa ada dalam sutra, apa alasannya ? dan bagaimana cara berlatih menurut sutra? dan apakah cara menurut sutra itu sesuai yg diajarkan Sang Buddha. Kalau Sutta kan jelas ada, jadi disini saya tidak memperbandingkan sutta dan sutra.

Quote
Dikatakan dalam Mahayana, Arahat terlepas dari Kilesavarana (Rintangan Kekotoran Batin), namun Bodhisattva terlepas dari Kilesavarana (Rintangan kekotoran batin) dan Jneyavarana (Rintangan Paham). Maka dalam Mahayanapun diakui bahwa Arahat lepas dari kekotorna batin. Meskipun demikian untuk mencapai Anuttara Samyak Sambodhi, ia harus bebas dari Jneyavarana.  Menurut saya pribadi, Jneyavara berkaitan dengan keempat corak yang disebut dalam  Sutra Maha Kesadaran Yang Sempurna, yang terdiri dari ‘corak aku’, ‘corak manusia’, ‘corak makhluk’ dan ‘corak kehidupan’.

Apa arti jneyavarana menurut sutra Mahayana sendiri selain pandangan bro pribadi.?

Apakah Jneyavarana adalah juga kilesa?

4 corak itu adalah tentang micchaditthi yg telah tidak ada lagi pada diri arahat dan prakteknya juga demikian. Jangan2 yg dimaksud non mahayanis arahat sebenarnya bodhisatva di mahayanis lagi, karena masalah konsep, nah lho  ;D (spekulatif deh...)

Quote
Dalam hal ini, ke-Bodhisattva-an sebenarnya adalah kondisi yang bebas dari keempat corak sehingga dengan demikian meskipun ia tetap tinggal dalam samsara, namun ia tidak pernah melekat padanya. Sedangkan Arahat dan Sravaka diyakini masih memiliki keempat Corak ini.

Berarti ini karena diyakini? bukan fakta lapangan dong  ;D
Quote
Demikianlah yang kuketahui. Mohon maaf jika ada kesalahan ucap yang menyebabkan ketidaksenangan.

Demikian juga saya  ;D _/\_

Sdr. Sobat Dharma dan Sdr. Bond,

Saya ingin menambahkan.

<1> Dalam Mahaparinibbana Sutta (Kanon Pali), Sang Buddha saja memasuki Parinibbana dengan tahapan jhana-jhana sebelum masuk dalam tahap landasangan bukan-pencerapan, bukan bukan-pencerapan, dst. Kecuali jika kemampuan Bodhidharma itu memang tertulis pula di Kanon Mahayana. Seumpamanya betul, ini lagi-lagi menunjukkan kontradiksi antara Theravada dan Mahayana.

<2> Sudah saya katakan, ternyata benar kalau Mahayana memiliki konsep bahwa Nirvana itu bertingkat. Jika benar Nirvana itu memiliki tingkatan, dengan kata lain Nirvana itu sendiri berkondisi. Ini jelas sekali menujukkan ketidakkonsistenan di Mahayana.

<3> Nirvana menurut Mahayana adalah identik dengan samsara. Salah satu harapan Umat Mahayanis adalah "semoga samsara berubah menjadi Nirvana". Begitu bukan? Atau bukankah begitu?

<4> Fokus pelatihan di Mahayana cenderung menitik-beratkan pada pengembangan sifat welas asih, berdasarkan konsep Bodhicitta. Selain itu, nianfo (puja Buddha) juga menjadi tool utk memperkuat keyakinan dan keteguhan. Mahayana lebih berkonsentrasi pada "tidak berbuat kejahatan" dan "kembangkan perbuatan baik". Dan bisa dibilang tidak terlalu menyentuh "menyucikan pikiran". Dalam konsep Mahayana, penyucian pikiran adalah suatu hal yang dapat direalisasi secara alamiah, yaitu dengan cara mengumpulkan Paramita sebanyak-banyaknya. Dan cara mengumpulkan Paramita ini diterapkan lewat dua poin tadi. Begitu bukan? Atau bukankah begitu?

<5> Konsep jneyavarana itu merupakan pembendahan detil dari corak anatta. Orang yang sudah merealisasi Pencerahan adalah orang yang sudah menyelami anitya, dukkha dan anatta. Akan terlihat sangat konyol ketika memberi pernyataan bahwa ada orang yang sudah merealisasi Pencerahan tapi masih melekat pada 4 corak jneyavarana. Inilah yang menjadi delusi umat manusia. Umat manusia cenderung percaya pada hal-hal yang disajikan lewat data statistik dan uraian ilmiah. Saya bisa katakan bahwa konsep jneyavarana adalah hipnotis. TIDAK ADA orang yang mencapai PENCERAHAN tapi masih memiliki KESALAHAN-PANDANG.

<6> Lagi-lagi menelan doktrin Mahayana lewat iman dan keyakinan.

Offline Nagaratana

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 40
  • Reputasi: 1
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1514 on: 04 June 2009, 11:36:23 PM »
Quote
lebih tepat nya seperti visudhimagga yang menjelaskan cukup terperinci mengenai jalan menuju nibbana,

sedangkan mahayana, hanya mempratekkan ini, tiba-tiba langsung "Zap" telah mencapai pencerahan..
sedangkan penjelasan-nya tidak ada.^^

Di Tibet, Guru Tantrik yang menekankan pembelajaran pada Sutra-sutra Mahayana (Atisha) bahkan menulis Bodhipathapradipa, yang menjadi cikal bakal teks2 Tahapan Jalan (Lamrim) di Tibet.

Lamrim menjelaskan secara terperinci mengenai jalan menuju Nirvana. Di antaranya Lamrim Chenmo [Tahapan Agung Menuju Pencerahan) karya Tsongkhapa, Pembebasan Di Tangan Kita karya Phabongkha Rinpoche, Ornamen Permata Kebebasan karya Gampopa, Ucapan Guruku Yang Sempurna karya Patrul Rinpoche.

Bahkan kalangan Mahayana / Vajrayana Tibetan sangat menentang pandangan pencerahan langsung "Zap".

Semuanya ada TAHAPANNYA.

Lama Jey Tsongkhapa bahkan juga menulis sebuah teks yang menjelaskan secara terperinci tingkatan2 pencapaian menuju Hinayana Arhat dan tingkatan2 menuju Mahayana Arhat (Samyaksambuddha).

Sungguh lucu kalau ada statement seperti yang anda sebutkan.

Ngomong2 apakah anda sudah baca Visuddhi Magga?

Saya sih sudah dikit2. Dan kelengkapan isinya juga nggak jauh beda dengan karya2 Mahayana seperti Abhidharmasamuccayya dan Abhisamayalamkara.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Jadi maksudnya ada revisi baru Buddhisme yang mewacanakan tahapan Pencerahan dari Para Lama?
Nampaknya semakin kontradiksi dengan versi Sang Buddha.

Begitu bukan? Atau bukankah begitu?