Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: sefung on 14 November 2012, 01:07:25 AM

Title: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: sefung on 14 November 2012, 01:07:25 AM
para sesepuh minta pencerahanya  ^:)^
awalnya saya dl jarang membunuh mahkluk apaan karena tentu takut sama hukum karma.
kejadian ini sejak pindah kerumah baru banyak sekali nyamuk, sehari bisa membunuh nyamuk puluhan,

awalnya pertama kali membunuh rasanya sngat berdosa ( bahasa umum ) tp lama kelamaan rasanya membunuh nyamuk menjadi hal yg biasa. .. tiap hari hampir sethun selalu membunuh nyamuk puluhan,  kalau begini terus  sampai kapan br benar2 bisa melaksanakan 5 sila yg paling rendah? ????

yg ingin saya tanyakan apakah membunuh nyamuk setelah nyamuk itu binasa,  saya mendoakannya  supaya lahir di alam yg bahagia
apakah masih menimbun karma buruk?

pertanyaan ke 2
berbohong  tanpa menyakti manusia apakah termasuk karma buruk?

semogA pada sesepuh bisa mencerahkan saya 
sejak menyadari hidup ini penuh dengan peneritaan dan kondisi spt ini, sayapun enggan mencari gara2 dengan karma buruk lg.

semoga pertannyaan ini tidak  konyol walaupun agak konyol bagi saya,  namun  tak ada salahnya bertanya berharap sebuah jawaban dharma dari sesepuh disini
 _/\_
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Wolvie on 14 November 2012, 01:17:59 AM
dua2nya tetap menghasilkan karma klo menurut gw sih..

membunuh ya tetap ada..

mendoakan mereka ya itu setidaknya menanam karma baik lewat pikiran..

klo udah tau ya setidaknya coba kurangin lah, pasang kelambu ato gimana, mungkin di ruangan pasang kipas angin juga bisa mengurangi
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: siswahardy on 14 November 2012, 01:27:19 AM
yg ingin saya tanyakan apakah membunuh nyamuk setelah nyamuk itu binasa,  saya mendoakannya  supaya lahir di alam yg bahagia
apakah masih menimbun karma buruk?
tetap saja masih menimbun karma buruk, tapi setidaknya anda terpaksa dan telah mendoakannya

berbohong  tanpa menyakti manusia apakah termasuk karma buruk?
tetap saja termasuk karma buruk, tapi setidaknya bukan untuk menyakiti orang tsb

jadi setiap perbuatan pasti ada konsekwensinya, namun kondisi subjek dan objek juga mempunyai pengaruh thd konsekwensi
yang penting, sebelumnya dipikirkan opsi-opsi yang ada dan baik-buruknya, lalu usahakan untuk memilih yang paling baik
setelah itu laksanakanlah apa yang telah diputuskan, tanpa perlu dibayang-bayangi rasa cemas yang berlebihan
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: sefung on 14 November 2012, 01:32:46 AM
tetap saja masih menimbun karma buruk, tapi setidaknya anda terpaksa dan telah mendoakannya
tetap saja termasuk karma buruk, tapi setidaknya bukan untuk menyakiti orang tsb

jadi setiap perbuatan pasti ada konsekwensinya, namun kondisi subjek dan objek juga mempunyai pengaruh thd konsekwensi
yang penting, sebelumnya dipikirkan opsi-opsi yang ada dan baik-buruknya, lalu usahakan untuk memilih yang paling baik
setelah itu laksanakanlah apa yang telah diputuskan, tanpa perlu dibayang-bayangi rasa cemas yang berlebihan

menjadi serba salah skg. ..

kenapa postingan jd ada 2 yah 
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: siswahardy on 14 November 2012, 01:33:54 AM
[at] momod

thread ini kok bisa double dgn thread ini (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23304.msg422286.html#msg422286)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: sefung on 14 November 2012, 01:35:13 AM
dua2nya tetap menghasilkan karma klo menurut gw sih..

membunuh ya tetap ada..

mendoakan mereka ya itu setidaknya menanam karma baik lewat pikiran..

klo udah tau ya setidaknya coba kurangin lah, pasang kelambu ato gimana, mungkin di ruangan pasang kipas angin juga bisa mengurangi

masalahnya diruang tamu bro. ..jd serba salah d

kenapa double posting yah
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: siswahardy on 14 November 2012, 01:37:06 AM
menjadi serba salah skg. ..

ngak jugalah... pilih saja yang paling baik...  :)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: sefung on 14 November 2012, 01:41:14 AM


ngak jugalah... pilih saja yang paling baik...  :)

itu yg binggung, di usir 1000x pasti datang lagi, dibiarmengigittubuh menderita jg.  makaya jd serbah sulit
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 14 November 2012, 05:19:19 AM
para sesepuh minta pencerahanya  ^:)^
awalnya saya dl jarang membunuh mahkluk apaan karena tentu takut sama hukum karma.
kejadian ini sejak pindah kerumah baru banyak sekali nyamuk, sehari bisa membunuh nyamuk puluhan,

sebagai umat awam yang berkeyakinan kepada Sang Tiratana, tentunya anda sudah melakukan perbuatan yang melanggar sila 1

daerah sub tropis memang sangat subur bagi perkembangan biak nyamuk, apalagi di Indonesia, dimana saluran got tidak bersih dan tersumbat
jadi nyamuk bukan hanya di rumah baru, dimana2 juga ada.
jika untuk menghindari nyamuk masuk rumah, pasanglah kawat nyamuk di pintu atau di jendela.

Quote

awalnya pertama kali membunuh rasanya sangat berdosa ( bahasa umum ) tp lama kelamaan rasanya membunuh nyamuk menjadi hal yg biasa. .. tiap hari hampir setahun selalu membunuh nyamuk puluhan,  kalau begini terus  sampai kapan br benar2 bisa melaksanakan 5 sila yg paling rendah? ????

anda yang harusnya bertekad praktek sila dan hanya anda yang bisa berhenti membunuh, bukan orang lain yang ditanya !

Quote
yg ingin saya tanyakan apakah membunuh nyamuk setelah nyamuk itu binasa,  saya mendoakannya  supaya lahir di alam yg bahagia, apakah masih menimbun karma buruk?

jika sudah membunuh nyamuk kemudian melakukan doa, kemudian kamma buruk akan berkurang  ???, cara ini hanya pembenaran utk membunuh.
tidak ada gunanya kamu berdoa, karena perbuatan buruk sudah dilakukan,
yang anda bisa lakukan adalah berhentilah membantai nyamuk/hewan lainnya.

Quote
pertanyaan ke 2
berbohong  tanpa menyakiti manusia apakah termasuk karma buruk?

dan ini sering terjadi, kita hanya menduga2 bahwa dengan berbohong kepada orang itu agar yang dibohong tidak tersakiti, bisa saja dengan ucapan benar malah orang itu senang.

berbohong adalah perbuatan melanggar sila 4, termasuk perbuatan buruk.
jika sering dilakukan tentunya ucapan2 anda tidak dihargai.

Quote
semogA pada sesepuh bisa mencerahkan saya 
sejak menyadari hidup ini penuh dengan peneritaan dan kondisi spt ini, sayapun enggan mencari gara2 dengan karma buruk lg.

sebagai umat awam berkeyakinan kepada Sang Tiratana, setiap hari wajib berlatih praktek 5 sila dan berlatih praktek 8 sila pada hari uposatha.

Quote
semoga pertannyaan ini tidak  konyol walaupun agak konyol bagi saya,  namun  tak ada salahnya bertanya berharap sebuah jawaban dharma dari sesepuh disini
 _/\_

lebih bagus bertanya, dari pada bingung  ???
seperti pepatah mengatakan malu bertanya sesat di jalan

semoga jawaban ini, bisa meyakinkan anda untuk bertekad latihan 5 sila.
 _/\_
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Alucard Lloyd on 14 November 2012, 07:14:41 AM
Masalah nyamuk seperti nya masalah paling banyak dikaitkan dengan sila ke 1.

Sebenarnya banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengusir nyamuk seperti memakai lotion anti nyamuk, membersihkan ruangan yang banyak nyamuknya ( setau saya nyamuk tidak suka tempat bersih) ataupun menyemprot obat nyamuk dan lain acara yang mungkin kita dapat lakukan.

Dilema pasti nyamuk kita tidak usir/ bunuh akan menganggu kita dan keluarga. Kita bisa tidak membunuh tapi dapatkah kita rela nyamuk itu menganggu anak kita atau keluarga kita yang kita sayangi dirumah. logika kita berkerja banyak nyamuk dapat menimbulkan penyakit seperti Deman berdarah misalanya.

Saya disini tidak mencoba membuat sesuatu penyangkalan bahwa bunuh nyamuk tidak melanggar sila sebab setau saya sila kita ambil sebagai pedoman hidup untuk mengatur kehidupan kita agar lebih baik. Tetapi bila sesuatu kondisi yang membuat kita harus melakukan sesuatu tindakan akan lebih baiknya kita menimbang terlebih dahulu resikonya dan bila kita sanggup menghadapi resiko tersebut maka lakukan bahkan bila kita harus melanggar sebuah sila yang kita yakini.

Contoh sederhana dikeluarga saya ada bayi dan kita tahu bila bayi digigit nyamuk akan terlihat jelas bekas bentolannya di kulitnya bahkan dapat menjadi bernanah. Kalau saya tidak membunuh nyamuk yanga ada di sekitar ruangan bayi itu berada maka ini akan membuat bayi saya menderita. Maka dengan kemelekatan saya pada rasa kasihan pada bayi dan dendam pada si nyamuk maka saya bantai nyamuk nyamuk tersebut. Salah kah perbuatan saya? Bisa dikatakan salah dan bisa juga dikatakan tidak, ini semua tergantung pola pandang dan pikir seseorang.

Kita sebagai manusia yang banyak sekali debu dimata kita sangat sukar terlepas dari lobha dosa dan moha karena ini lah akar sesungguhnya semua perbuatan kita baik dari pikiran,ucapan dan tingkah laku. Tetapi saya disini belajar untuk setidaknya mengetahui ada lobha, dosa dan moha pada diri kita dan belajar untuk mengetahui dan mengerti yang akhirnya dapat kita praktekkan dalam kehidupan kita sehari hari sehingga setiap perbuatan kita mengandung alobha,adosa dan amoha. Sehingga masalah kecil seperti nyamuk menjadi tidak masalah lagi dikehidupan kita.
 _/\_
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 14 November 2012, 10:50:11 AM
para sesepuh minta pencerahanya  ^:)^
awalnya saya dl jarang membunuh mahkluk apaan karena tentu takut sama hukum karma.
kejadian ini sejak pindah kerumah baru banyak sekali nyamuk, sehari bisa membunuh nyamuk puluhan,

awalnya pertama kali membunuh rasanya sngat berdosa ( bahasa umum ) tp lama kelamaan rasanya membunuh nyamuk menjadi hal yg biasa. .. tiap hari hampir sethun selalu membunuh nyamuk puluhan,  kalau begini terus  sampai kapan br benar2 bisa melaksanakan 5 sila yg paling rendah? ????

yg ingin saya tanyakan apakah membunuh nyamuk setelah nyamuk itu binasa,  saya mendoakannya  supaya lahir di alam yg bahagia
apakah masih menimbun karma buruk?


Membunuh hal yang sulit diHindari oLeh manusia entah itu disengaja atau tidak, Dengan Niatan atau tidak. Yang paling sulit adalah membunuh serangga binatang2 kecil yg sangat mengganggu baik bagi kita sendiri atau keluarga. Nyamuk salah satunya, sebisa mungkin kita memakai obat nyamuk Listrik atau lotion tapi itu tentunya jarang orang memakainya umumnya lebih banyak menggunakan Obat nyamuk Semprot Yg jelas2 itu adalah membunuh bukan..!!! ^-^ ^-^

Ajaran Buddha mengajarkan banyak berbuat baik, sudahkah anda berbuat baik..!!! berbuat baik akan membuahkan karma baik pula dan akan mengkikis atau setidaknya mengurangi kadar karma buruk anda. jelas membunuh seekor nyamuk kadarnya tidak sebanding dgn membunuh manusia atau Hewan lainnya.. Demikian Juga Niat, Karna karma timbul diawali dgn niat. kemudian faktor manusia melakukan hal tersebut untuk apa.. Jika Niat anda membunuh Nyamuk hanya karna untuk iseng2/Jail saja tentu lain lagi kadar karmanya, Lain halnya jika anda melakukan hal tersebut untuk melindungi diri atau keluarga dari Penyakit Demam Berdarah misalnya. Tapi Itu bukan berarti tidak ada karma buruknya. Jika dipikir-pikir ada Benarnya pula, apa Salahnya Juga NYAMUK dibunuh khan sudah kodratnya nyamuk memang Menghisap darah... apa bedanya sama macan, singa, Binatang Karnivora yang makan memangsa binatang lain setiap hari, Kemudian Kita bunuh satu persatu binatang pemangsa tersebut Tanpa alasan yg benar, Bukankah karma buruk puLa..!!!
Bagaimana dengan Kutu2 dikepala anak anda atau adik anda. Atau Tikus2 yang suka memakan barang dangangan atau makanan dirmh, Jika sudah banyak bukankah anda risih Juga, apa lagi sampai berkembang Biak  ;D ;D sy rasa anda tidak akan tahan tohhh  :)) Ketika Kita berjalan, berKendara, memasak Air untuk minum BukanKah disana juga ada mahluk2 hidup kecil yg tidak terlihat oleh mata Kita akan Mati...   :o :o :o

Mungkin ada pendapat lain yg lebih Senior manggapi Hal ini,, apakah tindakan membunuh mahluk hidup dalam artian bintang secara Terpaksa itu menimbulkan Karma buruk atau Tidak, sedang binatangPun mempunyai karma yg harus diBayar?Apakah Membunuh dengan alasan apapun tetap karma Buruk?apakah ada Klasifikasinya dlm hal ini. Tentunya dgn merujuk ke Sutta2 yang ada bukan dr pemahaman sendiri...

_/\_...

Quote
pertanyaan ke 2
berbohong  tanpa menyakti manusia apakah termasuk karma buruk?

semogA pada sesepuh bisa mencerahkan saya 
sejak menyadari hidup ini penuh dengan peneritaan dan kondisi spt ini, sayapun enggan mencari gara2 dengan karma buruk lg.

semoga pertannyaan ini tidak  konyol walaupun agak konyol bagi saya,  namun  tak ada salahnya bertanya berharap sebuah jawaban dharma dari sesepuh disini
 _/\_

Berbohong harusnya Merugikan orang lain, apakah ada faktor merugikan orang lain atau Tidak??Mnurut saya Jika tidak ya itu bukan karma buruk..
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 14 November 2012, 10:52:58 AM
a
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 14 November 2012, 02:22:07 PM
Contoh sederhana dikeluarga saya ada bayi dan kita tahu bila bayi digigit nyamuk akan terlihat jelas bekas bentolannya di kulitnya bahkan dapat menjadi bernanah. Kalau saya tidak membunuh nyamuk yanga ada di sekitar ruangan bayi itu berada maka ini akan membuat bayi saya menderita. Maka dengan kemelekatan saya pada rasa kasihan pada bayi dan dendam pada si nyamuk maka saya bantai nyamuk nyamuk tersebut. Salah kah perbuatan saya? Bisa dikatakan salah dan bisa juga dikatakan tidak, ini semua tergantung pola pandang dan pikir seseorang.
tetap termasuk perbuatan salah...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 14 November 2012, 02:30:53 PM
Quote from: Bhante H. Gunaratana
Banyak umat awam bertanya kepada saya bagaimana berhadapan dengan hama serangga di rumah dan kebun mereka. Mereka ingin menjadi seorang Buddhis yang baik dan tidak membunuh, namun bunga-bunga mereka akan layu atau rumah mereka akan rusak apabila mereka mengabaikan serangga-serangga itu. Saya memberitahu mereka, bahwa membunuh serangga, bahkan untuk alasan yang baik, juga tetaplah pembunuhan. Namun, tidak semua pembunuhan mempunyai akibat kamma yang sama. Umumnya membunuh seekor serangga tidak menghambat kemajuan seseorang sebanyak yang dilakukan bila membunuh seekor anjing. Membunuh seekor anjing menghasilkan dampak yang lebih kecil dibandingkan membunuh manusia. Tidak ada pembunuhan yang lebih merugikan daripada membunuh orangtua atau membunuh seorang yang tercerahkan. Pembunuhan ini akan mencegah si pembunuh mencapai pencerahan dalam kehidupan ini dan membawa pada kelahiran kembali yang terburuk. Membunuh serangga tidak seberat pembunuhan ini. Memahami bahwa terdapat perbedaan dampaknya, kita membuat pilihan kita dan menerima akibatnya sendiri.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: bluppy on 14 November 2012, 02:32:45 PM
ruang tamunya kalau ada jendela,
dipasang kain kasa / kawat nyamuk

bisa juga pasang pembatas pintu
dan dipasang kawat nyamuk juga
dan kaya slide door,
kalo masuk ruang tamu,
slide door nya ditutup kembali

bisa juga pakai lotion anti nyamuk
tambah sarung kalau ngk merasa panas

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: hemayanti on 14 November 2012, 09:56:58 PM
“ O para bhikkhu, kehendak(cetana)  untuk berbuat  itulah yang aku namakan karma. Sesudah berkehendak orang lalu melakukan perbuatan dengan pikiran, ucapan dan badan jasmani.” Anguttara Nikaya III, 415.

Ada lima faktor agar suatu perbuatan dapat disebut membunuh :
1. adanya makhluk hidup (pano)
2. mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup (panasannita)
3. berpikir untuk membunuhnya (vadhakacittam)
4. berusaha untuk membunuhnya (upakkamo)
5. makhluk itu mati sebagai akibat dari usaha tersebut (tena maranam)

Empat faktor untuk dapat disebut berkata tidak benar :
1.   Atthama-vatthu : sesuatu atau hal yang tidak benar
2.   Visamvadanacittam : mempunyai pikiran untuk berdusta
3.   Tajjo vayamo : berusaha berdusta
4.   Parassa tadatthavijanam : pihak lain memahami maksud yang dikatakannya

____
terkadang suatu perbuatan karna dilakukan dalam waktu yang hampir tidak bersela maka dianggap sebagai satu kejadian, padahal pikiran bergerak dengan begitu cepatnya. seperti cerita om nagasena tentang membunuh nyamuk untuk melindungi anak, melindungi anak adalah satu pikiran (baik) dan membunuh nyamuk adalah pikiran yang lain (buruk).
yang satunya dilandasi dengan kasih sayang.
sedangkan satunya lagi oleh kebencian.
jadi g bisa dikatakan membunuh nyamuk karena kasih sayang. mana ada menghilangkan nyawa makhluk lain dengan kasih sayang. :)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Che Yong on 15 November 2012, 12:22:13 AM
bro sefung, ya juga susah banget deh kalau berurusan sama nyamuk.
Kalau cara saya pribadi(misalnya di kamar tidur).
aku semprot pake obat nyamuk dengan kadar tertentu/dikira2, tapi aku buka kamarku. setelah beberapa lama baru kututup lagi.
kelihatan konyol sih wkkw tapi mau gmna lagi.
maksudku itu biar nyamuknya ga betah di kamar ku, bukan untuk membunuh. dan buktinya manjur
karena kulihat nyamuknya pada ngungsi keluar wkwk. seharian itu ga ada nyamuk yang masuk ke sana karena baunya nempel.

aku juga sih ga tau mana yang paling bener. cuman trik aja biar ga menyakiti wkwk.
kalau tertarik maka coba aja atau ciptain trik lain dan share ke sini kalau ada yang lebih konyol lagi wkwk.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: sefung on 15 November 2012, 01:50:17 AM
bro sefung, ya juga susah banget deh kalau berurusan sama nyamuk.
Kalau cara saya pribadi(misalnya di kamar tidur).
aku semprot pake obat nyamuk dengan kadar tertentu/dikira2, tapi aku buka kamarku. setelah beberapa lama baru kututup lagi.
kelihatan konyol sih wkkw tapi mau gmna lagi.
maksudku itu biar nyamuknya ga betah di kamar ku, bukan untuk membunuh. dan buktinya manjur
karena kulihat nyamuknya pada ngungsi keluar wkwk. seharian itu ga ada nyamuk yang masuk ke sana karena baunya nempel.

aku juga sih ga tau mana yang paling bener. cuman trik aja biar ga menyakiti wkwk.
kalau tertarik maka coba aja atau ciptain trik lain dan share ke sini kalau ada yang lebih konyol lagi wkwk.

boleh jg sarannya,  boleh coba di kamar, yg binggung bagian ruang tamu, kalau semprot dgn kadar tertentu lalu buka pintu utama,  sy yakin ribuan nyamuk di luar siap nyerbu kedalam.

malam ini bertahan tanpa membunuh
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 15 November 2012, 03:16:42 PM
kan ada obat nyamuk bakar?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: sefung on 15 November 2012, 04:56:16 PM
kan ada obat nyamuk bakar?

kalau pasang obat nyamuk antara nyamuk yg sekarat atau gw yg mati kehirup asapnya :D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 15 November 2012, 05:20:30 PM
bedanya apa dengan yang semprot?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Wolvie on 15 November 2012, 06:19:43 PM
kalau pasang obat nyamuk antara nyamuk yg sekarat atau gw yg mati kehirup asapnya :D

wkwkwkw, klo pintu dibuka sementara di ruangan pasang kipas angin yang cukup kencang rasanya juga bisa ngurangin nyamuk, heheh.. ibarat ngusir nyamuk pake badai hehehe
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: sanjiva on 15 November 2012, 10:37:38 PM
wkwkwkw, klo pintu dibuka sementara di ruangan pasang kipas angin yang cukup kencang rasanya juga bisa ngurangin nyamuk, heheh.. ibarat ngusir nyamuk pake badai hehehe

Betul, kalau badan tahan ga masuk angin, pakai kipas angin saja maka nyamuk gak bakalan bisa menggigit kita.  Boro2 mau gigit, begitu dia terbang saja bakalan terpental tertiup angin dari kipas angin ke badan kita.  ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: kamala on 16 November 2012, 09:08:28 AM
hmmm.....
coba ikutin saran2 yang uda diberikan oleh teman2 di atas, pake kawat nyamuk, kipas angin. untuk kamar tidur , pintu jgn dibiarkan terbuka
lalu ada yang pernah bilang ke saya jangan bunuh nyamuk ntar kita juga bisa jadi lebih jarang digigit nyamuk, pertama wa ga percaya tapi entah mengapa akhirnya saya coba. tapi anehnya trik itu berhasil, sekarang sangat jarang terlihat bintil merah hasil gigitan nyamuk. sudah bertahun2 kami tidak lagi memakai obat nyamuk baik model bakar, semprot atau listrik. di kamar tidur terkadang masih saya jumpai 2 atau 3 ekor nyamuk tapi ga ada bekas gigitan nyamuk tuh di badan saya.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 16 November 2012, 01:02:11 PM
saya gak pernah bunuh nyamuk tapi kenapa digigit terus?? :'( :'(
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Wolvie on 16 November 2012, 02:42:50 PM
Betul, kalau badan tahan ga masuk angin, pakai kipas angin saja maka nyamuk gak bakalan bisa menggigit kita.  Boro2 mau gigit, begitu dia terbang saja bakalan terpental tertiup angin dari kipas angin ke badan kita.  ;D

yup dilemanya gitu, salah2 masuk angin...
ya palingan pas lagi setel kipas angin kita jangan di ruangan, hehe..
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: sanjiva on 16 November 2012, 02:52:08 PM
saya gak pernah bunuh nyamuk tapi kenapa digigit terus?? :'( :'(

Mungkin terdaftar sebagai pendonor darah :hammer:
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: kamala on 16 November 2012, 08:56:51 PM
saya gak pernah bunuh nyamuk tapi kenapa digigit terus?? :'( :'(

jangan patah semangat lanjut terus latihan pengendalian utk tidak membunuh
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 16 November 2012, 09:01:56 PM
jangan patah semangat lanjut terus latihan pengendalian utk tidak membunuh
;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 16 November 2012, 09:04:07 PM
saya gak pernah bunuh nyamuk tapi kenapa digigit terus?? :'( :'(

yakin gak pernah bunuh nyamuk? lalu engkau makan apa waktu jadi cicak?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Mas Tidar on 16 November 2012, 09:10:40 PM
nyamuk sumber-nya berasal dari lingkungan kurang bersih.
coba di cek sekitar rumahmu, apakah ada genangan air mengendap ? (rawa, got, kali dll)
nyamuk paling tidak suka tempat berkembang biaknya berupa air yang mengalir kebalikan dengan drogonfly (kind-jeng) dan aerasi lancar.



saya gak pernah bunuh nyamuk tapi kenapa digigit terus?? :'( :'(
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 16 November 2012, 09:24:49 PM
nyamuk sumber-nya berasal dari lingkungan kurang bersih.
coba di cek sekitar rumahmu, apakah ada genangan air mengendap ? (rawa, got, kali dll)
nyamuk paling tidak suka tempat berkembang biaknya berupa air yang mengalir kebalikan dengan drogonfly (kind-jeng) dan aerasi lancar.
kalau itu sih ada om, di belakang rumah ada kolam kecil, mungkin dulunya bekas lahan pertanian sebelum kena tsunami...
sekarang malah jadi  kolam buat nangkep ikan... :hammer:
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 20 November 2012, 12:01:13 PM
“ O para bhikkhu, kehendak(cetana)  untuk berbuat  itulah yang aku namakan karma. Sesudah berkehendak orang lalu melakukan perbuatan dengan pikiran, ucapan dan badan jasmani.” Anguttara Nikaya III, 415.

Ada lima faktor agar suatu perbuatan dapat disebut membunuh :
1. adanya makhluk hidup (pano)
2. mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup (panasannita)
3. berpikir untuk membunuhnya (vadhakacittam)
4. berusaha untuk membunuhnya (upakkamo)
5. makhluk itu mati sebagai akibat dari usaha tersebut (tena maranam)

Empat faktor untuk dapat disebut berkata tidak benar :
1.   Atthama-vatthu : sesuatu atau hal yang tidak benar
2.   Visamvadanacittam : mempunyai pikiran untuk berdusta
3.   Tajjo vayamo : berusaha berdusta
4.   Parassa tadatthavijanam : pihak lain memahami maksud yang dikatakannya

____
terkadang suatu perbuatan karna dilakukan dalam waktu yang hampir tidak bersela maka dianggap sebagai satu kejadian, padahal pikiran bergerak dengan begitu cepatnya. seperti cerita om nagasena tentang membunuh nyamuk untuk melindungi anak, melindungi anak adalah satu pikiran (baik) dan membunuh nyamuk adalah pikiran yang lain (buruk).
yang satunya dilandasi dengan kasih sayang.
sedangkan satunya lagi oleh kebencian.
jadi g bisa dikatakan membunuh nyamuk karena kasih sayang. mana ada menghilangkan nyawa makhluk lain dengan kasih sayang. :)

Tidak, Maksud sy membunuh nyamuk bukan dalam artian atas dasar Kebencian tapi lebih untuk melindungi kita atau yang punya ank kecil atau mungkin juga diruang tamu atau pada kondisi nyamuk menjadi berkembang biar. Jadi membunuh disini bukan dalam artian benci tapi karna kondisi yg memungkinkan hal tersebut. Memakai Lotion sperti Autan memang itu Lebih baik dibanding memakai Semprotan Nyamuk karna Lotion itu mencegah nyamuk mengigit bukan membunuh Nyamuk tersebut.. lalu bagamaimna Pula jika Kulit seseorang itu Mudah alergi?Dengan cara obat nyamuk Listrik atau obat nyamuk Bakar Hidung Alergi, sesak napas dll.. ^-^ ^-^  Bukankah cari lain pasti dipakai, bahkan mau tidak mau harus dgn cara membunuh tohhh pakai semprotan Nyamukk..  :( :(

Jadi, Bisa diKatakan membunuh nyamuk itu tidak dengan dasar kebencian, apa lagi karna kasih sayang Tetapi Lebih karna situasi dan kondisi orang tersebut.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 20 November 2012, 12:05:28 PM
Tidak, Maksud sy membunuh nyamuk bukan dalam artian atas dasar Kebencian tapi lebih untuk melindungi kita atau yang punya ank kecil atau mungkin juga diruang tamu atau pada kondisi nyamuk menjadi berkembang biar. Jadi membunuh disini bukan dalam artian benci tapi karna kondisi yg memungkinkan hal tersebut. Memakai Lotion sperti Autan memang itu Lebih baik dibanding memakai Semprotan Nyamuk karna Lotion itu mencegah nyamuk mengigit bukan membunuh Nyamuk tersebut.. lalu bagamaimna Pula jika Kulit seseorang itu Mudah alergi?Dengan cara obat nyamuk Listrik atau obat nyamuk Bakar Hidung Alergi, sesak napas dll.. ^-^ ^-^  Bukankah cari lain pasti dipakai, bahkan mau tidak mau harus dgn cara membunuh tohhh pakai semprotan Nyamukk..  :( :(

Jadi, Bisa diKatakan membunuh nyamuk itu tidak dengan dasar kebencian, apa lagi karna kasih sayang Tetapi Lebih karna situasi dan kondisi orang tersebut

bs jg pakai jala penangkap serangga kk..... ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 20 November 2012, 03:03:21 PM
bs jg pakai jala penangkap serangga kk..... ;D
pakai kelambu juga bisa... ;D
pakai selimut/sarung, dll.... ;D
sebenarnya cara mengantisipasi banyak, tapi kadang kita yang terlalu malas dan inginnya cara instan aja...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 21 November 2012, 05:37:15 AM
Tidak, Maksud sy membunuh nyamuk bukan dalam artian atas dasar Kebencian tapi lebih untuk melindungi kita atau yang punya ank kecil atau mungkin juga diruang tamu atau pada kondisi nyamuk menjadi berkembang biar. Jadi membunuh disini bukan dalam artian benci tapi karna kondisi yg memungkinkan hal tersebut. Memakai Lotion sperti Autan memang itu Lebih baik dibanding memakai Semprotan Nyamuk karna Lotion itu mencegah nyamuk mengigit bukan membunuh Nyamuk tersebut.. lalu bagamaimna Pula jika Kulit seseorang itu Mudah alergi?Dengan cara obat nyamuk Listrik atau obat nyamuk Bakar Hidung Alergi, sesak napas dll.. ^-^ ^-^  Bukankah cari lain pasti dipakai, bahkan mau tidak mau harus dgn cara membunuh tohhh pakai semprotan Nyamukk..  :( :(

Jadi, Bisa diKatakan membunuh nyamuk itu tidak dengan dasar kebencian, apa lagi karna kasih sayang Tetapi Lebih karna situasi dan kondisi orang tersebut.

awalnya karena kemelekatan dan keserakahan (Lobha), berusaha mempertahankan kesenangan yang sudah ada atau kesenangan yang akan datang,
supaya tidak ada perubahan maka timbulah niat kebencian (Dosa), karena kebencian yang sudah terjadi maka terjadilah perbuatan bodoh (Moha) tidak bisa membedakan yang mana perbuatan baik dan perbuatan buruk.
misalnya, membunuh dengan kasih sayang, membunuh karena sikon.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 21 November 2012, 02:01:32 PM
awalnya karena kemelekatan dan keserakahan (Lobha), berusaha mempertahankan kesenangan yang sudah ada atau kesenangan yang akan datang,
supaya tidak ada perubahan maka timbulah niat kebencian (Dosa), karena kebencian yang sudah terjadi maka terjadilah perbuatan bodoh (Moha) tidak bisa membedakan yang mana perbuatan baik dan perbuatan buruk.
misalnya, membunuh dengan kasih sayang, membunuh karena sikon.

Apakah Anda Seorang yg Juga memegang Faham MahaVira yang membiarkan serangga2 menutupi tubuhnya, dgn Faham Tiada MilikKu, EgoKu Sehingga kemna-mna tidak memakai Pakaian Alias Telanjang Bulat  ;D ;D dan tidak memakai Mangkok sebagai tempat permberian dari ummat.
Apakah bisa dikatakan pendapat anda itu, bahwasannya tidak ada pengkecualian bagi Membunuh adalah karma Buruk?Silahkan Berikan Rujukan Sutta2Nya..
Dalam Sila ada 5 larangan, No.1 Bertekad Menghindari diri Dari Pembunuhan Mahluk Hidup. Adakah Penjabarannya yg Jelas dan detail.
Karna sangat Mustahil bagi ummat awam tidak melakukan pembunuhan baik disengaja atau tidak diSengaja, dengan Niat atau tidak (secara kebetulan/Reflex)


hanya info saja, dulu pernah sy coba rutin membaca parrita saat disore hari pada Jeda waktu jam 6.30 s/d 8 (ni Waktu yg Paling Baik untuk Sore hari). sy sudah lupa bagian2 parrita apa yg sy Baca. Yang jelas Menghasilkan efect yg Nyata. 2, 3 hari tidak ada efect apa2 masuk hari 4 terasa ada yg berbeda masuk hari 5 sudah terasa ada kejanggalan.. Pada hari2 pertama masih menyemprot kamar dgn Baygon  :) Lalu hari2 berikutnya Tidak lagi hal itu diLakukan, karna daerah sy daerah Panas jadi Nyamuk sangat banyak terutama diTempat Tidur. Setiap Hari denger pesawat terbang dikuping  :D Setelah sadar dgn kejanggalan tersebut ternyata baru Nyadar klo tubuh sy ini tidak diGigit Nyamuk selama bbrp hari, padahal diperiksa nyamuk2 itu ada dan banyak.. ini salah satu hal yg paling Janggal yg prnh saya Alami tapi benar2 Nyata  :o :o Biasanya klo ada gigitan nyamuk ada bekasnya bintik2 merah.
Membaca Parrita dengan niat yg tulus dan dengan pikiran untuk kebahagian semua mahluk mungkin ini salah satu effectnya, itu Nyamuk2 OgaH Gigit badan sy. Bisa Tidur nyenyak tanpa diganggu sedikitPun dan ini terjadi bbrp hari.. Amazing...  ;D ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 21 November 2012, 02:03:48 PM
bs jg pakai jala penangkap serangga kk..... ;D

Saya Kira tidak seSimple itu masalahnya, Kondisi setiap orang Tinggal Berbeda-Beda tohh....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 21 November 2012, 02:21:43 PM
Saya Kira tidak seSimple itu masalahnya, Kondisi setiap orang Tinggal Berbeda-Beda tohh....
saya tinggal di lingkungan yang banyak nyamuknya, bahkan saat saya mengetik tulisan ini, sudah ada 2-3 bentolan di tangan dan kaki saya, namun kenapa saya bisa tahan untuk tidak membunuh nyamuk, dan anda tidak???

Apakah Anda Seorang yg Juga memegang Faham MahaVira yang membiarkan serangga2 menutupi tubuhnya, dgn Faham Tiada MilikKu, EgoKu Sehingga kemna-mna tidak memakai Pakaian Alias Telanjang Bulat  ;D ;D dan tidak memakai Mangkok sebagai tempat permberian dari umat.
tiada milikku, tiada egoku itu paham Mahavira ya??
baru tau, saya kira selama ini, itu paham Buddhis loh...

Quote
Apakah bisa dikatakan pendapat anda itu, bahwasannya tidak ada pengkecualian bagi Membunuh adalah karma Buruk?Silahkan Berikan Rujukan Sutta2Nya..
Dalam Sila ada 5 larangan, No.1 Bertekad Menghindari diri Dari Pembunuhan Mahluk Hidup. Adakah Penjabarannya yg Jelas dan detail.
Syarat terjadinya pelanggaran sila 1:
•   Harus terdapat makhluk.
•   Anda harus tahu bahwa makhluk itu ada.
•   Anda harus memiliki niat membunuh.
•   Anda harus merencanakan metode pembunuhan makhluk itu.
•   Anda harus membunuh makhluk itu, menggunakan hanya metode yang telah direncanakan.

ini udah menjawab 2 poin di atas

Quote
Karna sangat Mustahil bagi ummat awam tidak melakukan pembunuhan baik disengaja atau tidak diSengaja, dengan Niat atau tidak (secara kebetulan/Reflex) ==> tidak disengaja tidak termasuk kamma buruk
Quote
hanya info saja, dulu pernah sy coba rutin membaca parrita saat disore hari pada Jeda waktu jam 6.30 s/d 8 (ni Waktu yg Paling Baik untuk Sore hari). sy sudah lupa bagian2 parrita apa yg sy Baca. Yang jelas Menghasilkan efect yg Nyata. 2, 3 hari tidak ada efect apa2 masuk hari 4 terasa ada yg berbeda masuk hari 5 sudah terasa ada kejanggalan.. Pada hari2 pertama masih menyemprot kamar dgn Baygon  :) Lalu hari2 berikutnya Tidak lagi hal itu diLakukan, karna daerah sy daerah Panas jadi Nyamuk sangat banyak terutama diTempat Tidur. Setiap Hari denger pesawat terbang dikuping  :D Setelah sadar dgn kejanggalan tersebut ternyata baru Nyadar klo tubuh sy ini tidak diGigit Nyamuk selama bbrp hari, padahal diperiksa nyamuk2 itu ada dan banyak.. ini salah satu hal yg paling Janggal yg prnh saya Alami tapi benar2 Nyata  :o :o Biasanya klo ada gigitan nyamuk ada bekasnya bintik2 merah.
Membaca Parrita dengan niat yg tulus dan dengan pikiran untuk kebahagian semua mahluk mungkin ini salah satu effectnya, itu Nyamuk2 OgaH Gigit badan sy. Bisa Tidur nyenyak tanpa diganggu sedikitPun dan ini terjadi bbrp hari.. Amazing...  ;D ;D
kalau membunuh nyamuk lagi, kira-kira ada digigit lagi gak?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 22 November 2012, 12:20:23 PM
saya tinggal di lingkungan yang banyak nyamuknya, bahkan saat saya mengetik tulisan ini, sudah ada 2-3 bentolan di tangan dan kaki saya, namun kenapa saya bisa tahan untuk tidak membunuh nyamuk, dan anda tidak???

Sperti yg sebelumnya sy katakan bahwa ummat awan ini kondisinya berbeda-beda, Mungkin untuk kita pribadi bisa tapi bagaimna jika dirumah ada ank bayi, ank kecil yg pasti setiap org tidak mau terjadi apa2 Kan. kemudian diRuang terbuka bukan diKamar tidur.
Mngkin Nyamuk yg gigit anda Bukan Jenis Malaria Kali  :| :| jadi msh Fine2 Saja. Gimna klo Sedang Berkebun, Gigitan Nyamuk itu sperti Jarum Suntik..  :o :o

Quote
tiada milikku, tiada egoku itu paham Mahavira ya??
baru tau, saya kira selama ini, itu paham Buddhis loh...

Mungkin Lebih TEPATnya Tidak mempunyai Milik pribadi. Karna Ia beranggapan jika berpegang pada famam tiada aku, tiada memiliki Keterikatan Maka Jangan ada yg melekat pada diri seseorang. itu artinya ia (mahavira) menganggpa Jubah dan mangkok untuk menerima makanan itu Juga memeiliki arti MilikKU. Jadi Ia telanjang Bulat dan kemna2 tidak pakai mankok sperti Buddha atau para Bhikku.. Nyapu halaman pekarangan aja Ngak Boleh Ntar Semut2 atau ada serangga2 Mati, bercocok Tanam Juga gak Boleh ntar cacing ada yg Mati KecangKul dst...  ;D ;D
Skrng Aliran ini bisa diSebut JAIN, kebaktian agamanyaPun semua laki2 Telanjang Bulat skalipun dalam satu Ruangan dgn Wanita  :) :)

Quote
Syarat terjadinya pelanggaran sila 1:
•   Harus terdapat makhluk.
•   Anda harus tahu bahwa makhluk itu ada.
•   Anda harus memiliki niat membunuh.
•   Anda harus merencanakan metode pembunuhan makhluk itu.
•   Anda harus membunuh makhluk itu, menggunakan hanya metode yang telah direncanakan.

ini udah menjawab 2 poin di atas

Ya sy Tahu, yang sebutkan itu adalah SYARAT bukan inti pertanyaan yg sy MaksudKan. Tanpa PENGECUALIAN. Tapi apakah tidak ada Faktor pertimbangan Lain diluar itu semua, Bahwa ada kondisi dimana seseorang itu Harus Dgn terpaksa melakukan pembunuhan Jika sudah pada tingkat mengkhawatirkan (Bukan karna Benci) ?  Dan bukanKah Karma itu adil membunuh Nyamuk/Serangga lainnya Bukankah tidak sebanding dengan membunuh Monyet atau anjing atau binatang lain Karna Nyamuk Tidak memiliki Darah... Hukum Dunia saja Membunuh Berencana dan Tidak Beda Hukumannya tohh...

Quote
kalau membunuh nyamuk lagi, kira-kira ada digigit lagi gak?

Bisa DiGigit bisa Tidak, besar Kemungkinan iya..  ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 22 November 2012, 01:40:22 PM
Sperti yg sebelumnya sy katakan bahwa ummat awan ini kondisinya berbeda-beda, Mungkin untuk kita pribadi bisa tapi bagaimna jika dirumah ada ank bayi, ank kecil yg pasti setiap org tidak mau terjadi apa2 Kan. kemudian diRuang terbuka bukan diKamar tidur.
Mngkin Nyamuk yg gigit anda Bukan Jenis Malaria Kali  :| :| jadi msh Fine2 Saja. Gimna klo Sedang Berkebun, Gigitan Nyamuk itu sperti Jarum Suntik..  :o :o
kan udah banyak tips2 pencegahannya...
coba baca2 lagi deh..

Quote
Ya sy Tahu, yang sebutkan itu adalah SYARAT bukan inti pertanyaan yg sy MaksudKan. Tanpa PENGECUALIAN. Tapi apakah tidak ada Faktor pertimbangan Lain diluar itu semua, Bahwa ada kondisi dimana seseorang itu Harus Dgn terpaksa melakukan pembunuhan Jika sudah pada tingkat mengkhawatirkan (Bukan karna Benci) ?  Dan bukanKah Karma itu adil membunuh Nyamuk/Serangga lainnya Bukankah tidak sebanding dengan membunuh Monyet atau anjing atau binatang lain Karna Nyamuk Tidak memiliki Darah... Hukum Dunia saja Membunuh Berencana dan Tidak Beda Hukumannya tohh...
saya bingung dengan pernyataan "membunuh bukan karena benci", karena setahu saya semua perbuatan yang diniati itu memilliki akarnya, entah itu lobha, dosa, moha, adosa, alobha, atau amoha...
kalau perbuatan gak didasari benci, lantas didasari oleh apakah tindakan membunuh nyamuk itu??
apakah digigit nyamuk itu sesuatu yang sangat mengkhawatirkan sehingga kita harus "dengan sangat terpaksa" membunuh nyamuk itu??
lain halnya kalau kita dikejar-kejar oleh singa kelaparan.
soal kamma yang ditanggung, yah itu terserah kepada anda...
saya hanya bingung di bagian "membunuh tanpa benci" itu...

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: hemayanti on 22 November 2012, 02:56:12 PM
setuju dengan om adi.
Spoiler: ShowHide
awalnya karena kemelekatan dan keserakahan (Lobha), berusaha mempertahankan kesenangan yang sudah ada atau kesenangan yang akan datang,
supaya tidak ada perubahan maka timbulah niat kebencian (Dosa), karena kebencian yang sudah terjadi maka terjadilah perbuatan bodoh (Moha) tidak bisa membedakan yang mana perbuatan baik dan perbuatan buruk.
misalnya, membunuh dengan kasih sayang, membunuh karena sikon.



saya rasa tidak se ekstrim paham dibawah ini.
kami menganut paham jalan tengah.
Spoiler: ShowHide
Apakah Anda Seorang yg Juga memegang Faham MahaVira yang membiarkan serangga2 menutupi tubuhnya, dgn Faham Tiada MilikKu, EgoKu Sehingga kemna-mna tidak memakai Pakaian Alias Telanjang Bulat  ;D ;D dan tidak memakai Mangkok sebagai tempat permberian dari ummat.
Apakah bisa dikatakan pendapat anda itu, bahwasannya tidak ada pengkecualian bagi Membunuh adalah karma Buruk?Silahkan Berikan Rujukan Sutta2Nya..
Dalam Sila ada 5 larangan, No.1 Bertekad Menghindari diri Dari Pembunuhan Mahluk Hidup. Adakah Penjabarannya yg Jelas dan detail.
Karna sangat Mustahil bagi ummat awam tidak melakukan pembunuhan baik disengaja atau tidak diSengaja, dengan Niat atau tidak (secara kebetulan/Reflex)


hanya info saja, dulu pernah sy coba rutin membaca parrita saat disore hari pada Jeda waktu jam 6.30 s/d 8 (ni Waktu yg Paling Baik untuk Sore hari). sy sudah lupa bagian2 parrita apa yg sy Baca. Yang jelas Menghasilkan efect yg Nyata. 2, 3 hari tidak ada efect apa2 masuk hari 4 terasa ada yg berbeda masuk hari 5 sudah terasa ada kejanggalan.. Pada hari2 pertama masih menyemprot kamar dgn Baygon  :) Lalu hari2 berikutnya Tidak lagi hal itu diLakukan, karna daerah sy daerah Panas jadi Nyamuk sangat banyak terutama diTempat Tidur. Setiap Hari denger pesawat terbang dikuping  :D Setelah sadar dgn kejanggalan tersebut ternyata baru Nyadar klo tubuh sy ini tidak diGigit Nyamuk selama bbrp hari, padahal diperiksa nyamuk2 itu ada dan banyak.. ini salah satu hal yg paling Janggal yg prnh saya Alami tapi benar2 Nyata  :o :o Biasanya klo ada gigitan nyamuk ada bekasnya bintik2 merah.
Membaca Parrita dengan niat yg tulus dan dengan pikiran untuk kebahagian semua mahluk mungkin ini salah satu effectnya, itu Nyamuk2 OgaH Gigit badan sy. Bisa Tidur nyenyak tanpa diganggu sedikitPun dan ini terjadi bbrp hari.. Amazing...  ;D ;D

memang cukup mustahil bagi seorang umat awam untuk tidak pernah membunuh, tetapi saya rasa g perlu munafik lah, kalo memang membunuh akui saja itu membunuh g perlu ditutupi dengan alibi "membunuh atas dasar kasih sayang".
kalau memang di t4 tinggalnya banyak nyamuk, coba dilakukan pencegahan dulu agar tidak sampai terjadi pembunuhan.
bertempat tinggal di tempat yang sesuai
ituah berkah utama

kalopun memang g bisa dan terpaksa harus membunuh atas dasar kasih sayang, yah itu adalah pilihan.
pertanyaannya, apakah membunuh atas dasar kasih sayang itu diperbolehkan dan tidak melanggar sila pertama pancasila buddhis?

kan udah banyak tips2 pencegahannya...
coba baca2 lagi deh..
saya bingung dengan pernyataan "membunuh bukan karena benci", karena setahu saya semua perbuatan yang diniati itu memilliki akarnya, entah itu lobha, dosa, moha, adosa, alobha, atau amoha...
kalau perbuatan gak didasari benci, lantas didasari oleh apakah tindakan membunuh nyamuk itu??
apakah digigit nyamuk itu sesuatu yang sangat mengkhawatirkan sehingga kita harus "dengan sangat terpaksa" membunuh nyamuk itu??
lain halnya kalau kita dikejar-kejar oleh singa kelaparan.
soal kamma yang ditanggung, yah itu terserah kepada anda...
saya hanya bingung di bagian "membunuh tanpa benci" itu...
membunuh nyamuk dengan kasih sayang artinya tindakan pembunuhan yang dilandasi dengan adosa. :whistle:
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 23 November 2012, 06:01:55 AM
[spoiler]
Apakah Anda Seorang yg Juga memegang Faham MahaVira yang membiarkan serangga2 menutupi tubuhnya, dgn Faham Tiada MilikKu, EgoKu Sehingga kemna-mna tidak memakai Pakaian Alias Telanjang Bulat  ;D ;D dan tidak memakai Mangkok sebagai tempat permberian dari ummat.
Apakah bisa dikatakan pendapat anda itu, bahwasannya tidak ada pengkecualian bagi Membunuh adalah karma Buruk?Silahkan Berikan Rujukan Sutta2Nya..
Dalam Sila ada 5 larangan, No.1 Bertekad Menghindari diri Dari Pembunuhan Mahluk Hidup. Adakah Penjabarannya yg Jelas dan detail.
Karna sangat Mustahil bagi ummat awam tidak melakukan pembunuhan baik disengaja atau tidak diSengaja, dengan Niat atau tidak (secara kebetulan/Reflex)


hanya info saja, dulu pernah sy coba rutin membaca parrita saat disore hari pada Jeda waktu jam 6.30 s/d 8 (ni Waktu yg Paling Baik untuk Sore hari). sy sudah lupa bagian2 parrita apa yg sy Baca. Yang jelas Menghasilkan efect yg Nyata. 2, 3 hari tidak ada efect apa2 masuk hari 4 terasa ada yg berbeda masuk hari 5 sudah terasa ada kejanggalan.. Pada hari2 pertama masih menyemprot kamar dgn Baygon  :) Lalu hari2 berikutnya Tidak lagi hal itu diLakukan, karna daerah sy daerah Panas jadi Nyamuk sangat banyak terutama diTempat Tidur. Setiap Hari denger pesawat terbang dikuping  :D Setelah sadar dgn kejanggalan tersebut ternyata baru Nyadar klo tubuh sy ini tidak diGigit Nyamuk selama bbrp hari, padahal diperiksa nyamuk2 itu ada dan banyak.. ini salah satu hal yg paling Janggal yg prnh saya Alami tapi benar2 Nyata  :o :o Biasanya klo ada gigitan nyamuk ada bekasnya bintik2 merah.
Membaca Parrita dengan niat yg tulus dan dengan pikiran untuk kebahagian semua mahluk mungkin ini salah satu effectnya, itu Nyamuk2 OgaH Gigit badan sy. Bisa Tidur nyenyak tanpa diganggu sedikitPun dan ini terjadi bbrp hari.. Amazing...  ;D ;D

sudah di jelaskan syarat terjadi pembunuhan (dipost oleh Nona Hemayanti), tolong dibaca lagi jika kurang jelas

at. Nagasena
ada terjadi suatu pembunuhan tentunya ada niat karena Dosa (kebencian)
tidak ada niat membunuh karena cinta kasih.

kenyataannya anda membunuh hewan karena memang anda terganggu/terusik dengan kenyamanan dan takut akan efek dari gigitan dari serangga (nyamuk/serangga lainnya).
Jika memang ada pembunuhan serangga, anda juga tidak akan dihukum oleh polisi atau aparat berkuasa, tapi ada konsekuensi2 akibat sering 'berlatih membunuh' walaupun hewan serangga.
Dan juga jangan membenarkan perbuatan pembunuhan itu dengan alasan pembunuhan dengan cinta kasih   ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 26 November 2012, 11:02:02 AM
kan udah banyak tips2 pencegahannya...
coba baca2 lagi deh..
Yupp bny pencegahannya, tapi setiap org tidak dapat melakukannya. lihat contoh koment2 sy diatas. ada kondisi org berbeda-beda. tidak bisa disama ratakan.

Quote
saya bingung dengan pernyataan "membunuh bukan karena benci", karena setahu saya semua perbuatan yang diniati itu memilliki akarnya, entah itu lobha, dosa, moha, adosa, alobha, atau amoha...
kalau perbuatan gak didasari benci, lantas didasari oleh apakah tindakan membunuh nyamuk itu??
apakah digigit nyamuk itu sesuatu yang sangat mengkhawatirkan sehingga kita harus "dengan sangat terpaksa" membunuh nyamuk itu??
lain halnya kalau kita dikejar-kejar oleh singa kelaparan.
soal kamma yang ditanggung, yah itu terserah kepada anda...
saya hanya bingung di bagian "membunuh tanpa benci" itu...

Apakah Seorang tentara membunuh Karna BENCI, sy rasa Tidak Juga.
ada Perbuatan yang diLakukan bukan karna Benci Tapi Kondisi dan situasi yang memungkinan hal tersebut dimna sudah tidak ada pilihan lain. Jadi Tidak melulu dgn atas dasar benci.
Seorang Buddhist tahu  seminimal mungkn tidak lakukan pembunuhan sekalipun itu nyamuk atau semut. Justru Hal tersbut dilakukan sudah dlm tingkat mengkhawatirkan. mungkin nyamuk hanya ada 3 atau 4 ekor saja tidak masalah. Khan sy ada tulis Juga, Jika sudah dalam tingkat mengkhawatirkan (nyamuk Berkembangbiak/banyak) apa harus berdiam diri. BukanKah ada istilah, mencegah Lebih Baik dari mengobati  ;D ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 26 November 2012, 11:42:38 AM
Yupp bny pencegahannya, tapi setiap org tidak dapat melakukannya. lihat contoh koment2 sy diatas. ada kondisi org berbeda-beda. tidak bisa disama ratakan.

Apakah Seorang tentara membunuh Karna BENCI, sy rasa Tidak Juga.
ada Perbuatan yang diLakukan bukan karna Benci Tapi Kondisi dan situasi yang memungkinan hal tersebut dimna sudah tidak ada pilihan lain. Jadi Tidak melulu dgn atas dasar benci.
Seorang Buddhist tahu  seminimal mungkn tidak lakukan pembunuhan sekalipun itu nyamuk atau semut. Justru Hal tersbut dilakukan sudah dlm tingkat mengkhawatirkan. mungkin nyamuk hanya ada 3 atau 4 ekor saja tidak masalah. Khan sy ada tulis Juga, Jika sudah dalam tingkat mengkhawatirkan (nyamuk Berkembangbiak/banyak) apa harus berdiam diri. BukanKah ada istilah, mencegah Lebih Baik dari mengobati  ;D ;D

Jadi krn apa donk? Terpaksa juga bisa aja atas dasar benci kok. Mungkin di satu sisi tentara merasa terpaksa demi kebaikan, pdhal di sisi lain membunuh krn benci....  :P
Ga ada yg melarang kk membunuh kok, cm hrs sadar aja kl membunuh tetap aja karma buruk kk... mencegah sebaiknya dimulai dr membersihkan tempat penampungan air, ventilasi dipasang kawat, dll.....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 26 November 2012, 11:51:04 AM
sudah di jelaskan syarat terjadi pembunuhan (dipost oleh Nona Hemayanti), tolong dibaca lagi jika kurang jelas

ini tulisan sy :

" Ya sy Tahu, yang sebutkan itu adalah SYARAT bukan inti pertanyaan yg sy MaksudKan. Tanpa PENGECUALIAN. Tapi apakah tidak ada Faktor pertimbangan Lain diluar itu semua, Bahwa ada kondisi dimana seseorang itu Harus Dgn terpaksa melakukan pembunuhan Jika sudah pada tingkat mengkhawatirkan (Bukan karna Benci) ?  Dan bukanKah Karma itu adil membunuh Nyamuk/Serangga lainnya Bukankah tidak sebanding dengan membunuh Monyet atau anjing atau binatang lain Karna Nyamuk Tidak memiliki Darah... Hukum Dunia saja Membunuh Berencana dan Tidak, Beda Hukumannya tohh... "

Ada 5 syarat, Berarti Jika salah satu tidak terpenuhi bararti tidak timbul karma burukKan  :-?

Quote
at. Nagasena
ada terjadi suatu pembunuhan tentunya ada niat karena Dosa (kebencian)
tidak ada niat membunuh karena cinta kasih.

Sy kira sangat Frontal skali jika semua suatu pembunuhan sudah psti karna ada niat Kebencian. Bukankah Niat itu timbul dari adanya Sabab Musababnya atau Alasannya yang berdasar mengapa melakukan hal tersebut?

Quote
kenyataannya anda membunuh hewan karena memang anda terganggu/terusik dengan kenyamanan dan takut akan efek dari gigitan dari serangga (nyamuk/serangga lainnya).
Apakah yang anda tulis diatas itu termasuk kedalam kata Benci, maknanya sama dgn kebencian?

Quote
Jika memang ada pembunuhan serangga, anda juga tidak akan dihukum oleh polisi atau aparat berkuasa, tapi ada konsekuensi2 akibat sering 'berlatih membunuh' walaupun hewan serangga.
Dan juga jangan membenarkan perbuatan pembunuhan itu dengan alasan pembunuhan dengan cinta kasih   ;D
Tidak ada istilah alasan membunuh dgn kasih sayang, Yang ada adalah keadaan kondisi yg melakukan tersebut bukan karna benci tapi menyadari bahwa pada tinggkat tertentu nyamuk itu berbahaya.

Trimsss..
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 26 November 2012, 11:52:45 AM

Apakah Seorang tentara membunuh Karna BENCI, sy rasa Tidak Juga.
ada Perbuatan yang diLakukan bukan karna Benci Tapi Kondisi dan situasi yang memungkinan hal tersebut dimna sudah tidak ada pilihan lain. Jadi Tidak melulu dgn atas dasar benci.
Seorang Buddhist tahu  seminimal mungkn tidak lakukan pembunuhan sekalipun itu nyamuk atau semut. Justru Hal tersbut dilakukan sudah dlm tingkat mengkhawatirkan. mungkin nyamuk hanya ada 3 atau 4 ekor saja tidak masalah. Khan sy ada tulis Juga, Jika sudah dalam tingkat mengkhawatirkan (nyamuk Berkembangbiak/banyak) apa harus berdiam diri. BukanKah ada istilah, mencegah Lebih Baik dari mengobati  ;D ;D
nah, kalau bukan atas dasar benci lantas atas dasar apa dong??
semua perbuatan yang dikehendaki memiliki akarnya, untuk kasus ini berakar pada apakah perbuatan membunuh nyamuk ini?

mungkin anda mengira benci itu hanyalah perasaan yang ada dalam bentuk kasar(terlihat) saja...
ada perasaan benci yang sangat halus yang mungkin tidak anda sadari ketika anda melakukan pembunuhan pd nyamuk (atau karena kebiasaan sudah membunuh, udah gak berasa lagi)..
mungkin karena anda tidak menyadarinya anda mengira tidak ada rasa benci didalamnya....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: hemayanti on 26 November 2012, 12:04:02 PM
Ada 5 syarat, Berarti Jika salah satu tidak terpenuhi bararti tidak timbul karma burukKan  :-?
disebutkan bahwa proses kamma itu acinteyya (diluar jangkauang pikiran manusia biasa).
tidak ada yang tau apakah pada saat itu timbul atau tidak timbul kamma buruk.
yang jelas kalau melihat proses pikiran yang begitu cepat dan penjelasan tentang timbulnya kamma dalam abidhamma, besar kemungkinan pada saat itu walaupun belum terjadi pembunuhan tapi kamma sudah terjadi.
kamma bukan cuma melalui perbuatan, tapi juga pikiran, dan ucapan.
5 syarat itu adalah aturan sila (perbuatan), pada saat kapan suatu perbuatan disebut membunuh (pelanggaran sila 1) yaitu pada saat kelima faktor diatas terpenuhi.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 26 November 2012, 01:01:08 PM
Jadi krn apa donk?

Silahkan Baca dgn Teliti koment sy, anda menjawab tapi tidak mengerti dari maksud yg sy Tulis  :o

ada Perbuatan yang diLakukan bukan karna Benci Tapi Kondisi dan situasi yang memungkinan hal tersebut dimna sudah tidak ada pilihan lain. Jadi Tidak melulu dgn atas dasar benci.

Quote
Terpaksa juga bisa aja atas dasar benci kok. Mungkin di satu sisi tentara merasa terpaksa demi kebaikan, pdhal di sisi lain membunuh krn benci....  :P

Nah sperti yg sy katakan bahwa membunuh itu Dasarnya atas alasan apa, apa sebab musababnya.. Tidak ada orang melakukan pembunuhan jika Tidak ada alasannya. Ya jelas klo terpaksa atas dasar Benci yg itu karma buruknya full bahkan cepat berbuah, Nah sy katakan juga ada terpaksa yg Bukan karna Benci juga Kan.. ^-^

Quote
Ga ada yg melarang kk membunuh kok, cm hrs sadar aja kl membunuh tetap aja karma buruk kk... mencegah sebaiknya dimulai dr membersihkan tempat penampungan air, ventilasi dipasang kawat, dll.....

Ya memang ngak ada yg Melarang, Sy sudah katakan bahwa membunuh nyamuk ada karma buruknya Tapi apakah besar karma buruk membunuh serangga sama dibanding dgn membunuh bintang lainnya, pasti beda kan kadarnya. dan sy juga bertanya apakah membunuh itu dlm ajaran Buddha tanpa pengecualian artinya dgn alasan apapun tetap saja karma buruk Tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi mengapa pembunuhan itu dilakukan dan sy mintakan rujukan dalil2nya dari sutta yg ada. Bukan syarat2 terjadinya pembunuhan itu

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 26 November 2012, 01:09:44 PM
logikanya:
1. anda melihat banyak nyamuk disekitar rumah anda
2. anda merasa terganggu karena nyamuknya terlalu banyak
3. anda membunuh nyamuk karena tidak mau anak anda digigit nyamuk

merasa terganggu = tidak ingin sesuatu terjadi seperti demikian = penolakan = Dosa

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 26 November 2012, 01:19:14 PM
Silahkan Baca dgn Teliti koment sy, anda menjawab tapi tidak mengerti dari maksud yg sy Tulis  :o

ada Perbuatan yang diLakukan bukan karna Benci Tapi Kondisi dan situasi yang memungkinan hal tersebut dimna sudah tidak ada pilihan lain. Jadi Tidak melulu dgn atas dasar benci.

Nah sperti yg sy katakan bahwa membunuh itu Dasarnya atas alasan apa, apa sebab musababnya.. Tidak ada orang melakukan pembunuhan jika Tidak ada alasannya. Ya jelas klo terpaksa atas dasar Benci yg itu karma buruknya full bahkan cepat berbuah, Nah sy katakan juga ada terpaksa yg Bukan karna Benci juga Kan.. ^-^
Ini krn terpaksa kan? Kl terpaksa berarti krn mau membela kepentingan diri sendiri ---> egois menurutku ada sedikit kebencian jg disana.... ^-^

Quote
Ya memang ngak ada yg Melarang, Sy sudah katakan bahwa membunuh nyamuk ada karma buruknya Tapi apakah besar karma buruk membunuh serangga sama dibanding dgn membunuh bintang lainnya, pasti beda kan kadarnya. dan sy juga bertanya apakah membunuh itu dlm ajaran Buddha tanpa pengecualian artinya dgn alasan apapun tetap saja karma buruk Tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi mengapa pembunuhan itu dilakukan dan sy mintakan rujukan dalil2nya dari sutta yg ada. Bukan syarat2 terjadinya pembunuhan itu
Meski beda kadar kl sering dilakukan lama" jadi besar loh kk... Kadar mau kecil atau besar tetap aja karma buruk....  :P
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 26 November 2012, 01:27:25 PM
nah, kalau bukan atas dasar benci lantas atas dasar apa dong??
semua perbuatan yang dikehendaki memiliki akarnya, untuk kasus ini berakar pada apakah perbuatan membunuh nyamuk ini?
Sy kira tidak ada orang membunuh nyamuk klo hanya ada 3 atau 4 nyamuk, tapi jika sudah pada tahap "TERTENTU"  membunuh nyamuk pasti dilakukan, bukan..!!

Quote
mungkin anda mengira benci itu hanyalah perasaan yang ada dalam bentuk kasar(terlihat) saja...
ada perasaan benci yang sangat halus yang mungkin tidak anda sadari ketika anda melakukan pembunuhan pd nyamuk (atau karena kebiasaan sudah membunuh, udah gak berasa lagi)..
mungkin karena anda tidak menyadarinya anda mengira tidak ada rasa benci didalamnya....

Seseorang Sebelum melakukan pembunuhan itu pasti ada alasannya , Nah mnurut sy alasannya itu yang bisa diterima atau tidak, Kan sy sudah katakan jika sudah pada titik dimna Mengkhawatirkan, berkembangbiak apaKah pembunuhan itu didasarkan atas semata-mata hanya karna Benci saja, Khan Tidak seperti itu.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: bluppy on 26 November 2012, 01:29:52 PM
Tapi apakah besar karma buruk membunuh serangga sama dibanding dgn membunuh bintang lainnya, pasti beda kan kadarnya. dan sy juga bertanya apakah membunuh itu dlm ajaran Buddha tanpa pengecualian artinya dgn alasan apapun tetap saja karma buruk Tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi mengapa pembunuhan itu dilakukan dan sy mintakan rujukan dalil2nya dari sutta yg ada.

belum ketemu suttanya
tapi kalau ttg kadar membunuh binatang yg berbeda
sudah ada di thread ini
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2343.msg34017.html#msg34017

ttg membunuh juga
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,698.0.html

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,20613.msg358763.html#msg358763

http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/wheel282.html (http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/wheel282.html)

1. The First Precept: Abstinence from Taking Life
The first of the five precepts reads in Pali, Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami; in English, "I undertake the training rule to abstain from taking life." Here the word pana, meaning that which breathes, denotes any living being that has breath and consciousness. It includes animals and insects as well as men, but does not include plants as they have only life but not breath or consciousness. The word "living being" is a conventional term, an expression of common usage, signifying in the strict philosophical sense the life faculty (jivitindriya). The word atipata means literally striking down, hence killing or destroying. Thus the precept enjoins abstinence (veramani) from the taking of life. Though the precept's wording prohibits the killing of living beings, in terms of its underlying purpose it can also be understood to prohibit injuring, maiming, and torturing as well.

The Pali Buddhist commentaries formally define the act of taking life thus: "The taking of life is the volition of killing expressed through the doors of either body or speech, occasioning action which results in the cutting off of the life faculty in a living being, when there is a living being present and (the perpetrator of the act) perceives it as a living being"[6]

The first important point to note in this definition is that the act of taking life is defined as a volition (cetana). Volition is the mental factor responsible for action (kamma); it has the function of arousing the entire mental apparatus for the purpose of accomplishing a particular aim, in this case, the cutting off of the life faculty of a living being. The identification of the transgression with volition implies that the ultimate responsibility for the act of killing lies with the mind, since the volition that brings about the act is a mental factor. The body and speech function merely as doors for that volition, i.e., as channels through which the volition of taking life reaches expression. Killing is classified as a bodily deed since it generally occurs via the body, but what really performs the act of killing is the mind using the body as the instrument for actualizing its aim.

A second important point to note is that killing need not occur directly through the body. The volition to take life can also express itself through the door of speech. This means that the command to take life, given to others by way of words, writing, or gesture, is also considered a case of killing. One who issues such a commend becomes responsible for the action as soon as it achieves its intention of depriving a being of life.

A complete act of killing constituting a full violation of the precept involves five factors: (1) a living being; (2) the perception of the living being as such; (3) the thought or volition of killing; (4) the appropriate effort; and (5) the actual death of the being as a result of the action. The second factor ensures that responsibility for killing is incurred only when the perpetrator of the act is aware that the object of his action is a living being. Thus if we step on an insect we do not see, the precept is not broken because the perception or awareness of a living being is lacking. The third factor ensures that the taking of life is intentional. Without the factor of volition there is no transgression, as when we kill a fly while intending simply to drive it away with our hand. The fourth factor holds that the action must be directed to the taking of life, the fifth that the being dies as a result of this action. If the life faculty is not cut off, a full violation of the precept is not incurred, though in harming or injuring living beings in any way its essential purpose will be violated.

The taking of life is distinguished into different types by way of its underlying motivation. One criterion for determining the motivation is the defilement principally responsible for the action. Acts of killing can originate from all three unwholesome roots -- from greed, hatred, and delusion. As the immediate cause concomitant with the act of killing, hatred together with delusion functions as the root since the force which drives the act is the impulse to destroy the creature's life, a form of hatred. Any of the three unwholesome roots, however, can serve as the impelling cause or decisive support (upanissaya paccaya) for the act, operating over some span of time. Though greed and hatred are always mutually exclusive at a single moment, the two can work together at different moments over an extended period to occasion the taking of life. Killing motivated primarily by greed is seen in such cases as killing in order to gain material benefits or high status for oneself, to eliminate threats to one's comfort and security, or to obtain enjoyment as in hunting and fishing for sport. Killing motivated by hatred is evident in cases of vicious murder where the motive is strong aversion, cruelty, or jealousy. And killing motivated by delusion can be seen in the case of those who perform animal sacrifices in the belief that they are spiritually wholesome or who kill followers of other religions with the view that this is a religious duty.

Acts of taking life are differentiated by way of their degree of moral gravity. Not all cases of killing are equally blameworthy. All are unwholesome, a breach of the precept, but the Buddhist texts make a distinction in the moral weight attached to different kinds of killing.

The first distinction given is that between killing beings with moral qualities (guna) and killing beings without moral qualities. For all practical purposes the former are human beings, the latter animals, and it is held that to kill a fellow human being is a more serious matter ethically than to kill an animal. Then within each category further distinctions are drawn. In the case of animals the degree of moral gravity is said to be proportional to the animal, to kill a larger animal being more blameworthy than to kill a smaller one. Other factors relevant to determining moral weight are whether the animal has an owner or is ownerless, whether it is domestic or wild, and whether it has a gentle or a vicious temperament. The moral gravity would be greater in the former three alternatives, less in the latter three. In the killing of human beings the degree of moral blame depends on the personal qualities of the victim, to kill a person of superior spiritual stature or one's personal benefactors being more blameworthy than to kill a less developed person or one unrelated to oneself. The three cases of killing selected as the most culpable are matricide, parricide, and the murder of an arahat, a fully purified saint.


Another factor determinative of moral weight is the motivation of the act. This leads to a distinction between premeditated murder and impulsive killing. The former is murder in cold blood, intended and planned in advance, driven either by strong greed or strong hatred. The latter is killing which is not planned in advance, as when one person kills another in a fit of rage or in self-defense. Generally, premeditated murder is regarded as a graver transgression than impulsive killing, and the motivation of hatred as more blameworthy than the motivation of greed. The presence of cruelty and the obtaining of sadistic pleasure from the act further increase its moral weight.

Other factors determinative of moral gravity are the force of the defilements accompanying the act and the amount of effort involved in its perpetration, but limitations of space prohibit a full discussion of their role.


Sy kira tidak ada orang membunuh nyamuk klo hanya ada 3 atau 4 nyamuk, tapi jika sudah pada tahap "TERTENTU"  membunuh nyamuk pasti dilakukan, bukan..!!

Seseorang Sebelum melakukan pembunuhan itu pasti ada alasannya , Nah mnurut sy alasannya itu yang bisa diterima atau tidak, Kan sy sudah katakan jika sudah pada titik dimna Mengkhawatirkan, berkembangbiak apaKah pembunuhan itu didasarkan atas semata-mata hanya karna Benci saja, Khan Tidak seperti itu.

setiap org melakukan sesuatu perbuatan pasti ada alasannya masing2
kalau bro nagasena memilih membunuh nyamuk atau tidak membunuh nyamuk
dengan alasan apapun, itukan pilihan masing2
jadi it's up to you, it's your choice

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 26 November 2012, 01:32:21 PM
Memang bukan semata-mata hny krna benci saja, bnyk faktor lain kok(sy jg g pernah blg cuma karena benci saja)
Tapi bukan berarti tdk ada faktor benci kan?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 26 November 2012, 01:42:30 PM
Ini krn terpaksa kan? Kl terpaksa berarti krn mau membela kepentingan diri sendiri ---> egois menurutku ada sedikit kebencian jg disana.... ^-^
Meski beda kadar kl sering dilakukan lama" jadi besar loh kk... Kadar mau kecil atau besar tetap aja karma buruk....  :P
Terpaksa dgn asalanya yg Benar sy rasa tidak sepenuhnya salah, sy Kira ada benci atau tidak tergantung individu masing2 malakukan hal tersebut dgn dasar apa.  ;D
Jadi Besar, memang!!!Makanya Guru Buddha mengajarkan Pula banyak berbuat kebaikan tohhh....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 26 November 2012, 01:47:40 PM
Terpaksa dgn asalanya yg Benar sy rasa tidak sepenuhnya salah, sy Kira ada benci atau tidak tergantung individu masing2 malakukan hal tersebut dgn dasar apa.  ;D
Jadi Besar, memang!!!Makanya Guru Buddha mengajarkan Pula banyak berbuat kebaikan tohhh....

Mgkn menurut kk ga ada kebencian, tapi bagi nyamuk tsb gmn, mgkn aja nyamuknya yg lg jalan", trus tb" kk bunuh krn terpaksa... Apa saudara" nyamuk tsb ga sedih yaa....  ::) :P :P
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 26 November 2012, 02:01:53 PM
logikanya:
1. anda melihat banyak nyamuk disekitar rumah anda
2. anda merasa terganggu karena nyamuknya terlalu banyak
3. anda membunuh nyamuk karena tidak mau anak anda digigit nyamuk

merasa terganggu = tidak ingin sesuatu terjadi seperti demikian = penolakan = Dosa

sy kira tidak perlu semua nyamuk disekitar rumah kita yg dibunuh  ;D umur nyamuk hanya 7 hari khan...

Point No. 3 diatas, Sy kira itu rasa khawatir bukan rasa Benci sama nyamuk... Jadi mnrurut sy yang paling mempengaruhi tindakan membunuh itu didorong dengan perasaan dan niat sperti apa..

Klo Benci itu, Liat Kucing lewat tanpa mencuri ikan didapur tau2 Langsung Dibunuh aja dehhh..  :):)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 26 November 2012, 02:07:05 PM
Dulu aku pernah punya pemikiran n pertanyaan sama kaya kk kok....
Cb baca ini.... ;D http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,20313.225.html (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,20313.225.html)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 26 November 2012, 02:09:39 PM
Mgkn menurut kk ga ada kebencian, tapi bagi nyamuk tsb gmn, mgkn aja nyamuknya yg lg jalan", trus tb" kk bunuh krn terpaksa... Apa saudara" nyamuk tsb ga sedih yaa....  ::) :P :P

Prasangka Buruk si Nyamuknya  itu :)) :))
songong jga tuh nyamukk... nanti ngadu ke HAB, Hak Azasi Bintang  ;D ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: hemayanti on 26 November 2012, 03:54:05 PM
sulit juga yah...(http://www.pic4ever.com/images/bg2.gif)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 26 November 2012, 04:00:27 PM
Prasangka Buruk si Nyamuknya  itu :)) :))
songong jga tuh nyamukk... nanti ngadu ke HAB, Hak Azasi Bintang  ;D ;D

Berarti manusia lebih penting dr nyamuk ya?  :P
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 26 November 2012, 08:10:23 PM
sy kira tidak perlu semua nyamuk disekitar rumah kita yg dibunuh  ;D umur nyamuk hanya 7 hari khan...
yang penting ada yang dibunuh kan?? ;D
nyamuk yang dibunuh itu apakah karena anda merasa terganggu atau bukan??
jawab yang ini aja, maka pertanyaan yang lain akan terjawab jg...

Point No. 3 diatas, Sy kira itu rasa khawatir bukan rasa Benci sama nyamuk... Jadi mnrurut sy yang paling mempengaruhi tindakan membunuh itu didorong dengan perasaan dan niat sperti apa..

Klo Benci itu, Liat Kucing lewat tanpa mencuri ikan didapur tau2 Langsung Dibunuh aja dehhh..  :):)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 09:19:34 AM
yang penting ada yang dibunuh kan?? ;D
nyamuk yang dibunuh itu apakah karena anda merasa terganggu atau bukan??
jawab yang ini aja, maka pertanyaan yang lain akan terjawab jg...

Pada Batas tertentu memang benar merasa terganggu atau tidak, itu tergantung individu masing2 klo hanya ada 2 atau 3 nyamuk sudah merasa terganggu Kah kita??sy rasa tidak. Tapi klo sudah banyak sy rasa akan risih juga tohhh dan tidak akan berdiam diri (Biasanya orng membunuh nyamuk jika sudah taraf banyak).
Ya intinya itu saja, atas dorongan apa kita membunuh nyamuk, kedua dgn cara sperti apa kita melakukannya. Apa membunuh dgn langsung mati itu nyamuk, apa ditangkep dulu terus disiksa dulu, sayapnya dicabut terus kaki2nya dicabut terakhir baru diPites badangnya  :o :o Bukannya itu mati disiksa  ;D ;D pasti ini lebih Berat Karma Buruknya tohhh.. singkatnya "Mencegah lebih baik dari pada mengobati" jadi bukan atas dasar Benci tohh... Disamping itu memang sudah kodratnya nyamuk Ngisep darah Untk apaPula membunuh mereka atas dasar BENCI  :))
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 09:21:49 AM
Berarti manusia lebih penting dr nyamuk ya?  :P

Menurut Anda sendiri bagaimana, mana yg lebih penting?  :-?

helowwww.....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: William_phang on 27 November 2012, 09:28:56 AM
Pada Batas tertentu memang benar merasa terganggu atau tidak, itu tergantung individu masing2 klo hanya ada 2 atau 3 nyamuk sudah merasa terganggu Kah kita??sy rasa tidak. Tapi klo sudah banyak sy rasa akan risih juga tohhh dan tidak akan berdiam diri (Biasanya orng membunuh nyamuk jika sudah taraf banyak).
Ya intinya itu saja, atas dorongan apa kita membunuh nyamuk, kedua dgn cara sperti apa kita melakukannya. Apa membunuh dgn langsung mati itu nyamuk, apa ditangkep dulu terus disiksa dulu, sayapnya dicabut terus kaki2nya dicabut terakhir baru diPites badangnya  :o :o Bukannya itu mati disiksa  ;D ;D pasti ini lebih Berat Karma Buruknya tohhh.. singkatnya "Mencegah lebih baik dari pada mengobati" jadi bukan atas dasar Benci tohh... Disamping itu memang sudah kodratnya nyamuk Ngisep darah Untk apaPula membunuh mereka atas dasar BENCI  :))

mgkn yg dimaksud oleh bro Wilwol itu benci dalam arti yg halus bukan kasar... jd pada intinya bathin kita bertindak utk hal tidak baik didorong oleh 3 akar kejahatan yaitu kebencian, keserakahan, dan kebodohan.

Mgkn anda tidak membenci nyamuk tersebut secara kasar, tetapi sebenarnya bathin anda "menolak" kehadiran nyamuk tersebut... nah menolak disini adalah Dosa. (kebencian).... kalo tidak ada Dosa, maka anda tidak akan menolak kehadiran nyamuk tsb.....

Kenapa anda "menolak" kehadiran nyamuk tsb?. karena "kekikiran dan iri hati"....coba di teliti lagi didalam hati anda dengan jujur....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 09:44:02 AM
sulit juga yah...(http://www.pic4ever.com/images/bg2.gif)

Tidak ada yang sulit, sulit karna kita memposisikan pikiran kita pada 2 hal, seperti buah simalakama. Nyamuk Tidak diBunuh tidak bagus bagi penghuni rumah apa lagi pada tingkat mengkhawatirkan dll, sedangkan nyamuk dibunuh melanggar sila pertama. Maksud anda sperti ituKah sulitnya??

Saya Rasa hukum karma itu tidak Buta, disamping 5 syarat itu. Niat awal,situasi dan kondisi ikut memengaruhi juga akibat dari sebuah perbuatan itu berbuah sempurna atau tidak. Ada tingkat Kadarnya, sperti emas ada yg kadarnya 98% ada yg 73%  :-[

Nah, makanya adakan sy menulis diawal tentang Mahavira. Yang bahkan serangga2 Mengerumuti tubuhnya tidak Ia gubris sebab takut menyakiti seranga2 tersebut,karna Dia Juga Pertapa Telanjang. Hingga memiliki Faham Mati Mulia itu klo Hidup Menderita, sengsara, tidak makan dll.. dan Sang Buddha Menolak Faham extrime sperti ini toh  ;)

 _/\_
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: bluppy on 27 November 2012, 09:56:50 AM
Nah, makanya adakan sy menulis diawal tentang Mahavira. Yang bahkan serangga2 Mengerumuti tubuhnya tidak Ia gubris sebab takut menyakiti seranga2 tersebut,karna Dia Juga Pertapa Telanjang. Hingga memiliki Faham Mati Mulia itu klo Hidup Menderita, sengsara, tidak makan dll.. Sang Buddha Menolak Faham extrime sperti ini toh  ;)
 _/\_


Sang Buddha menolak faham ekstrem
dan Sang Buddha juga menolak pembunuhan

diganggu beberapa ekor nyamuk di rumah
dan dikerumunin ribuan serangga di tubuhnya
bukan hal yg sama
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 27 November 2012, 09:58:47 AM
Menurut Anda sendiri bagaimana, mana yg lebih penting?  :-?

helowwww.....

Manusia merasa lebih penting dr nyamuk, tp bagi nyamuk pasti merasa dirinya lebih penting juga kan.... Jadi kl bisa jgn melakukan hal yg merugikan diri sendiri dan makhluk lain kk....  ;)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: William_phang on 27 November 2012, 10:04:15 AM
Menurut Anda sendiri bagaimana, mana yg lebih penting?  :-?

helowwww.....

Kalo saya pribadi melihat tidak ada yg lebih penting dan lebih rendah...krn kita terlahir disini atas kebodohan kita...dan semua makhluk pasti menginginakan kebahagian dan kesejahteraan...jd selayaknya kita memperlakuka makhluk lain setara krn sama menginginkan hal yg sama, hanya saja meraka kurang beruntung...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 11:56:27 AM
Sang Buddha menolak faham ekstrem
dan Sang Buddha juga menolak pembunuhan

IniLah yang saya Maksud, tunjukan rujukan sutta2nya langsung dari Sang Buddha sendiri. ApaKah tindakan pembunuhan contohnya sperti Hewan itu ada PENGECUALIANnya atau tidak?tanpa pencecualian, maksudnya disini Dengan alasan apapun melakukan pembunuhan tetap Salah.

Quote
diganggu beberapa ekor nyamuk di rumah
dan dikerumunin ribuan serangga di tubuhnya
bukan hal yg sama

Sy membandingan hal tersebut Karna yang diBahasKan dalam posisi sudah dalam tingkat mengkhawatirkan, sebelumnya sy juga katakan bahwasannya apa seseorang baru ada 2 atw 3 nyamuk terus diTepok sampe mati. sy kira tidak demikian.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 11:59:35 AM
Manusia merasa lebih penting dr nyamuk, tp bagi nyamuk pasti merasa dirinya lebih penting juga kan.... Jadi kl bisa jgn melakukan hal yg merugikan diri sendiri dan makhluk lain kk....  ;)

Lalu bagaimana dgn si Nyamuknya, apa dia Tidak merugikan bahkan sampai membahayakan manusia?? :)  sperti penyakit malaria yg ada dari gigitan nyamuk tertentu? menurut anda lebih berharga mana antara manusia dan Binatang??  :-?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: hemayanti on 27 November 2012, 12:03:43 PM
Tidak ada yang sulit, sulit karna kita memposisikan pikiran kita pada 2 hal, seperti buah simalakama. Nyamuk Tidak diBunuh tidak bagus bagi penghuni rumah apa lagi pada tingkat mengkhawatirkan dll, sedangkan nyamuk dibunuh melanggar sila pertama. Maksud anda sperti ituKah sulitnya??

Saya Rasa hukum karma itu tidak Buta, disamping 5 syarat itu. Niat awal,situasi dan kondisi ikut memengaruhi juga akibat dari sebuah perbuatan itu berbuah sempurna atau tidak. Ada tingkat Kadarnya, sperti emas ada yg kadarnya 98% ada yg 73%  :-[

Nah, makanya adakan sy menulis diawal tentang Mahavira. Yang bahkan serangga2 Mengerumuti tubuhnya tidak Ia gubris sebab takut menyakiti seranga2 tersebut,karna Dia Juga Pertapa Telanjang. Hingga memiliki Faham Mati Mulia itu klo Hidup Menderita, sengsara, tidak makan dll.. dan Sang Buddha Menolak Faham extrime sperti ini toh  ;)

 _/\_
bukan itu yang saya maksud.
maksud saya adalah susahnya berbicara dengan om nagasena yang ngotot terus-terusan membuat pembenaran atas tindakan membunuhnya. (http://www.pic4ever.com/images/bl9.gif)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 12:10:24 PM
mgkn yg dimaksud oleh bro Wilwol itu benci dalam arti yg halus bukan kasar... jd pada intinya bathin kita bertindak utk hal tidak baik didorong oleh 3 akar kejahatan yaitu kebencian, keserakahan, dan kebodohan.

Mgkn anda tidak membenci nyamuk tersebut secara kasar, tetapi sebenarnya bathin anda "menolak" kehadiran nyamuk tersebut... nah menolak disini adalah Dosa. (kebencian).... kalo tidak ada Dosa, maka anda tidak akan menolak kehadiran nyamuk tsb.....

Kenapa anda "menolak" kehadiran nyamuk tsb?. karena "kekikiran dan iri hati"....coba di teliti lagi didalam hati anda dengan jujur....

Sy Kira pikiran itu halus, bathin itu juga halus. Kenapa Menolak di Indentikan dengan BENCI. Sebelum melakukan atau bertindak sesuatu pasti diPikirkan dulu tohh, dipertimbangkan apa yang dilakukan bermanfaat apa tidak, Benar apa tidak.. ada juga sy tulis, semua yg dilakukan atas dorongan apa, khan gitu..

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 12:54:41 PM
bukan itu yang saya maksud.
maksud saya adalah susahnya berbicara dengan om nagasena yang ngotot terus-terusan membuat pembenaran atas tindakan membunuhnya. (http://www.pic4ever.com/images/bl9.gif)

sy membuat pembenaran atas tindakan pembunuhan?  :)
anda tidak lihat komen Pertama sy ini :
Quote
Ajaran Buddha mengajarkan banyak berbuat baik, sudahkah anda berbuat baik..!!! berbuat baik akan membuahkan karma baik pula dan akan mengkikis atau setidaknya mengurangi kadar karma buruk anda. jelas membunuh seekor nyamuk kadarnya tidak sebanding dgn membunuh manusia atau Hewan lainnya.. Demikian Juga Niat, Karna karma timbul diawali dgn niat. kemudian faktor manusia melakukan hal tersebut untuk apa.. Jika Niat anda membunuh Nyamuk hanya karna untuk iseng2/Jail saja tentu lain lagi kadar karmanya, Lain halnya jika anda melakukan hal tersebut untuk melindungi diri atau keluarga dari Penyakit Demam Berdarah misalnya. Tapi Itu bukan berarti tidak ada karma buruknya. Jika dipikir-pikir ada Benarnya pula, apa Salahnya Juga NYAMUK dibunuh khan sudah kodratnya nyamuk memang Menghisap darah... apa bedanya sama macan, singa, Binatang Karnivora yang makan memangsa binatang lain setiap hari, Kemudian Kita bunuh satu persatu binatang pemangsa tersebut Tanpa alasan yg benar, Bukankah karma buruk puLa..!!!
Bagaimana dengan Kutu2 dikepala anak anda atau adik anda. Atau Tikus2 yang suka memakan barang dangangan atau makanan dirmh, Jika sudah banyak bukankah anda risih Juga, apa lagi sampai berkembang Biak    sy rasa anda tidak akan tahan tohhh.   Ketika Kita berjalan, berKendara, memasak Air untuk minum BukanKah disana juga ada mahluk2 hidup kecil yg tidak terlihat oleh mata Kita akan Mati...   

sy Tidak NgototKan..
disisi lain Kan sy bertanya pula sama yg lain disini yg Lebig tahu. apakah sila pertama dalam pancasila Buddhist tersebut Tanpa Pengecualian, artinya SekaliPun sudah pada Tingkat membahayakan contohnya disini seekor nyampukPun tidak Boleh diBunuh. tentunya berdasarkan Sutta2 yg benarKan..
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: hemayanti on 27 November 2012, 01:01:10 PM
sy membuat pembenaran atas tindakan pembunuhan?  :)
iya. :yes:
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 01:15:15 PM
iya. :yes:

Tentunya Dgn alasan yg tepat tohh...  ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 27 November 2012, 01:17:15 PM
Lalu bagaimana dgn si Nyamuknya, apa dia Tidak merugikan bahkan sampai membahayakan manusia?? :)  sperti penyakit malaria yg ada dari gigitan nyamuk tertentu? menurut anda lebih berharga mana antara manusia dan Binatang??  :-?

Nyamuk cm berpikir cari makan aja kok... Menurutku spt jban kk william:

Kalo saya pribadi melihat tidak ada yg lebih penting dan lebih rendah...krn kita terlahir disini atas kebodohan kita...dan semua makhluk pasti menginginakan kebahagian dan kesejahteraan...jd selayaknya kita memperlakuka makhluk lain setara krn sama menginginkan hal yg sama, hanya saja meraka kurang beruntung...

Kalau menurut kk ada karma buruk brarti pendapat kt uda sama lo... Kl sila 1 kan cm bertekad menghindari pembunuhan, ga ada pengecualian... Maksud kk gmn ya jd bingung?  :))
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 02:05:13 PM
Nyamuk cm berpikir cari makan aja kok... Menurutku spt jban kk william:

Khan sudah sy katakan, atas dorongan apa seseorang membunuh nyamuk, dgn cara sperti apa melakukan pembunuhan tersebut, tentunya mempengaruhi akibat dari karma itu sendiri tohh.

Quote
Kalau menurut kk ada karma buruk brarti pendapat kt uda sama lo... Kl sila 1 kan cm bertekad menghindari pembunuhan, ga ada pengecualian... Maksud kk gmn ya jd bingung?  :))

Nah kan, Sebegitu simplenya Kan jawabanya. GAK ada PENGECUALIAN Ok.  ;D
skrng, tunjukan ayat2nya sutta2 Bahwa itu TIDAK ada Pengecualian?entah itu ketika Guru Buddha bersabda pada para bhikku atau Ummat. Atau itu dari Pemikiran anda sendiri?
Lalu akibat dari karma itu apaKah akan selalu sama, Khan tidak tohh... Khan Manusia jga ada berbuat baiknya juga..
umat awam berbeda dengan ummat Bhikku atau seorang pertapa, Sperti Contohnya MahaVira sperti yg sy tulis sebelumnya.sekalipun serangga2 yg menutupi tubuhnya tidak diGubris karna takut menyakiti binatang tersebut Padahal bisa saja Ia mati karna sakit...  :o :o
(Apa anda akan mengatakan, serangga kan cuma cari makan aja dan bersarang serta berkembang biak  ;D )

Memang benar jika posisinya rmh kita tidak ada nyamuk, Ya pencegahan sperti pasang kawat nyamuk, pakai Lotion atau cara lain yg tidak membunuh nyamuk. Tapi klo posisinya nyamuknya sudah banyak Ya bukan dgn cara mencegah lagi toh, Harus melakukan pembasmian nyamuk  :) :)





Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 27 November 2012, 02:25:52 PM
Khan sudah sy katakan, atas dorongan apa seseorang membunuh nyamuk, dgn cara sperti apa melakukan pembunuhan tersebut, tentunya mempengaruhi akibat dari karma itu sendiri tohh.

Nah kan, Sebegitu simplenya Kan jawabanya. GAK ada PENGECUALIAN Ok.  ;D
skrng, tunjukan ayat2nya sutta2 Bahwa itu TIDAK ada Pengecualian?entah itu ketika Guru Buddha bersabda pada para bhikku atau Ummat. Atau itu dari Pemikiran anda sendiri?
Lalu akibat dari karma itu apaKah akan selalu sama, Khan tidak tohh... Khan Manusia jga ada berbuat baiknya juga..
umat awam berbeda dengan ummat Bhikku atau seorang pertapa, Sperti Contohnya MahaVira sperti yg sy tulis sebelumnya.sekalipun serangga2 yg menutupi tubuhnya tidak diGubris karna takut menyakiti binatang tersebut Padahal bisa saja Ia mati karna sakit...  :o :o
(Apa anda akan mengatakan, serangga kan cuma cari makan aja dan bersarang serta berkembang biak  ;D )

Mungkin maksud kk mencegah terkena penyakit tu dorongan yg baik, tp disisi lain membunuh adalah dorongan yang jahat?

Maksudnya ga ada pengecualian soalnya kan cuma bertekad, kl melakukan pembunuhan brarti ya karma buruk...
Kalau yg MahaVira mungkin paham ekstrem spt yg cc bluppy blg kan... mgkn bs dgn cara mengusir?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 27 November 2012, 04:55:25 PM
Mungkin maksud kk mencegah terkena penyakit tu dorongan yg baik, tp disisi lain membunuh adalah dorongan yang jahat?
Kurang lebih Bisa dikatakan sperti itu, Lebih besar mna karma baiknya atau karma buruknya menurut anda?

Quote
Maksudnya ga ada pengecualian soalnya kan cuma bertekad, kl melakukan pembunuhan brarti ya karma buruk...
Kalau yg MahaVira mungkin paham ekstrem spt yg cc bluppy blg kan... mgkn bs dgn cara mengusir?
Hukum karma itu, baik atau buruk terikat dengan sebab dan akibat. Sebab dan akibat ini yg disebut Karma. Jika org membunuh nyamuk pasti ada sebabnya Kenapa, nah dari sebabnya inilah Yang Bisa diterima atau tidak dan akan mempengaruhi kualitas dari karma itu sendiri.

Biasanya pada kasus tertentu, seseorang bisa membunuh mahluk hidup lain karna sudah tidak ada pilihan lain. Contoh, Jika dirmh seseorang ada anggota keluarganya yg meninggal karna terserang Malaria, setelah diamati penyebabnya dari ada sarang nyamuk Malaria ini dirmh tersebut. hingga org yg meninggal dirmh tersebut karna Gigitan nyamuk ini. Apakah Seisi orang rmh tersebut akan Berdiam Diri membiarkan nyamuk berkembangbiak disekitar rumahnya bahkan didalam rumahnya Tanpa ada Rasa Khawatir sedikitPun bahwa bisa saja anggota kluarganya yg lain mengalami hal yg sama. ??
sy rasa tidak ada seorangPun yang mau rumahnya dipenuhi olehnya nyamuk2 apalagi bersarangnya nyamuk... :)
Tentunya org dirumah tersebut akan memanggil pembersi nyamuk malaria ini tohh biar pada mati semua :)... Mengingat sangat berbahaya..
Mungkin Kita tinggal dirumah yg Layak sehingga nyaman tidak ada nyamuk, tapi bagaimna jika tinggal dirmh yg tidak Layak, bolong2 pakai AC alam  :'(
Jangan bolong2, rumah yg rapat saja terkadang Nyamuk banyak...  =P~ =P~
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 27 November 2012, 05:06:03 PM
Kurang lebih Bisa dikatakan sperti itu, Lebih besar mna karma baiknya atau karma buruknya menurut anda?
Hukum karma itu, baik atau buruk terikat dengan sebab dan akibat. Sebab dan akibat ini yg disebut Karma. Jika org membunuh nyamuk pasti ada sebabnya Kenapa, nah dari sebabnya inilah Yang Bisa diterima atau tidak dan akan mempengaruhi kualitas dari karma itu sendiri.

Biasanya pada kasus tertentu, seseorang bisa membunuh mahluk hidup lain karna sudah tidak ada pilihan lain. Contoh, Jika dirmh seseorang ada anggota keluarganya yg meninggal karna terserang Malaria, setelah diamati penyebabnya dari ada sarang nyamuk Malaria ini dirmh tersebut. hingga org yg meninggal dirmh tersebut karna Gigitan nyamuk ini. Apakah Seisi orang rmh tersebut akan Berdiam Diri membiarkan nyamuk berkembangbiak disekitar rumahnya bahkan didalam rumahnya Tanpa ada Rasa Khawatir sedikitPun bahwa bisa saja anggota kluarganya yg lain mengalami hal yg sama. ??
sy rasa tidak ada seorangPun yang mau rumahnya dipenuhi olehnya nyamuk2 apalagi bersarangnya nyamuk... :)
Tentunya org dirumah tersebut akan memanggil pembersi nyamuk malaria ini tohh biar pada mati semua :)... Mengingat sangat berbahaya..
Mungkin Kita tinggal dirumah yg Layak sehingga nyaman tidak ada nyamuk, tapi bagaimna jika tinggal dirmh yg tidak Layak, bolong2 pakai AC alam  :'(
Jangan bolong2, rumah yg rapat saja terkadang Nyamuk banyak...  =P~ =P~

Ia... cm kl mikirnya drpd saya kena penyakit jd pembunuhan ini bisa dibenarkan, pasti lama" jadi kebiasaan n ga merasa bersalah, jd menurutku lebih baik menyadari kita memang uda melanggar sila 1 aja, ga usa menghibur diri sendiri.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 27 November 2012, 08:46:28 PM
Ia... cm kl mikirnya drpd saya kena penyakit jd pembunuhan ini bisa dibenarkan, pasti lama" jadi kebiasaan n ga merasa bersalah, jd menurutku lebih baik menyadari kita memang uda melanggar sila 1 aja, ga usa menghibur diri sendiri.
:jempol:
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 28 November 2012, 10:11:30 AM
Ia... cm kl mikirnya drpd saya kena penyakit jd pembunuhan ini bisa dibenarkan, pasti lama" jadi kebiasaan n ga merasa bersalah, jd menurutku lebih baik menyadari kita memang uda melanggar sila 1 aja, ga usa menghibur diri sendiri.

Khan sy sudah katakan dimna Kondisi yg memungkinan hal tersebut terjadi tingkat mengkhawatirkan, sudah tidak ada pilihan lain. Jika bisa sebisa mungkin tidak melakukan pembunuhan khan. Sy kira perasaan bersalah itu ada dlm kondisi sperti itu, Kita tidak hanya merasa tapi juga Berfikir selama hal tersebut dilakukan bukan atas dasar dorongan Kebencian yg sangat melekat tentunya. Tidak merasa bahagia, senang akan tindakan hal tersbut...
(Knp anda tidak mengatakan, Bunuh saja Nyamuk yg menggigit org tersebut knp tmn2nya semua dibasmi  :o  ;D )

Balik lagi Melihat dari threat Judul ini "Membunuh Jadi Kebiasaan" pasti ada alasannya knp membunuh itu nyamuk lantas jadi kebiasaan, apaKah ada fakor Kesenangan, kebahagian, kebencian dgn membunuh nyamuk tersebut?Selama tidak atas dasar demikian, tidak ada pikiran dan perasaan demikian  setidaknya karma yang ditanggung tidak sebesar jika anda melakukannya dgn faktor2 tersebut.
Jadi ini Bukan masalah menghibur diri, apa lagi membunuh nyamuk hanya karna untuk menghibur diri...  :-?

Hal ke-2 yg diTanyakan si Sefung adalah Berbohong..
Sila Ke-4 bertekad Menghindari berkata tidak benar/berbohong. Apakah Lantas Semua Bohong itu pasti menimbulkan karma Buruk, sy kira tidak sesederhana itu Kan. karna ada juga berkata bohong untuk menyelamatkan mahluk hidup. itu bisa saja terjadi pada seseorang  :|
Silahkan jika kamu punya penafsiran yang lain tentang hal ini..  ^-^

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 28 November 2012, 11:27:36 AM
Khan sy sudah katakan dimna Kondisi yg memungkinan hal tersebut terjadi tingkat mengkhawatirkan, sudah tidak ada pilihan lain. Jika bisa sebisa mungkin tidak melakukan pembunuhan khan. Sy kira perasaan bersalah itu ada dlm kondisi sperti itu, Kita tidak hanya merasa tapi juga Berfikir selama hal tersebut dilakukan bukan atas dasar dorongan Kebencian yg sangat melekat tentunya. Tidak merasa bahagia, senang akan tindakan hal tersbut...
(Knp anda tidak mengatakan, Bunuh saja Nyamuk yg menggigit org tersebut knp tmn2nya semua dibasmi  :o  ;D )

Balik lagi Melihat dari threat Judul ini "Membunuh Jadi Kebiasaan" pasti ada alasannya knp membunuh itu nyamuk lantas jadi kebiasaan, apaKah ada fakor Kesenangan, kebahagian, kebencian dgn membunuh nyamuk tersebut?Selama tidak atas dasar demikian, tidak ada pikiran dan perasaan demikian  setidaknya karma yang ditanggung tidak sebesar jika anda melakukannya dgn faktor2 tersebut.
Jadi ini Bukan masalah menghibur diri, apa lagi membunuh nyamuk hanya karna untuk menghibur diri...  :-?

Hal ke-2 yg diTanyakan si Sefung adalah Berbohong..
Sila Ke-4 bertekad Menghindari berkata tidak benar/berbohong. Apakah Lantas Semua Bohong itu pasti menimbulkan karma Buruk, sy kira tidak sesederhana itu Kan. karna ada juga berkata bohong untuk menyelamatkan mahluk hidup. itu bisa saja terjadi pada seseorang  :|
Silahkan jika kamu punya penafsiran yang lain tentang hal ini..  ^-^

Kl gitu bole ga kk saya yg minta acuan sutta yang menyatakan bole membunuh/berbohong asal untuk kebaikan.... ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 28 November 2012, 12:46:33 PM
Kl gitu bole ga kk saya yg minta acuan sutta yang menyatakan bole membunuh/berbohong asal untuk kebaikan.... ;D

Loh kok tanya balik..  :) Tidak apa2 dehh....
Justrus sy bertanya disini, Jika Benar sila Pertama tersebut Tanpa adany Pengecualian, tidak pula mempertimbangkan kondisi penyebabnya sebuah tindakan itu Terjadi. Jika pandangan/Penafsiran sy Salah maka Tunjukan Sutta2 yg mengenai hal ini. Knp sy Tanya sperti itu, Menurut sy semua yg dibicarakan atau diPertentangKan sebagai Buddhist kita harus mengacu pada sabda2 Guru Buddha lewat sutta2 yg ada... atau setidaknya dari Murid2 beliau Bukankah begitu ?

Kata2 Boleh membunuh/berbohong untuk kebaikan tidak ada, itu hanya kiasan saja. Seolah-olah Boleh membunuh/berbohong Tanpa sebab, tanpa dasar yg benar itu diBOLEHKAN. Yang ada adalah kondisi yg menentukan kita mengambil Pilihan Yang Lebih Baik atau bijaksana.
Jika kamu dan sy tidak bisa merujuk pada sutta2 yg ada, Sebaiknya silahkan pertimbangkan menurut akal sehat kita dalam kasus sperti yg sy Contohkan...   ;D




Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 28 November 2012, 12:51:20 PM
Loh kok tanya balik..  :) Tidak apa2 dehh....
Justrus sy bertanya disini, Jika Benar sila Pertama tersebut Tanpa adany Pengecualian, tidak pula mempertimbangkan kondisi penyebabnya sebuah tindakan itu Terjadi. Jika pandangan/Penafsiran sy Salah maka Tunjukan Sutta2 yg mengenai hal ini. Knp sy Tanya sperti itu, Menurut sy semua yg dibicarakan atau diPertentangKan sebagai Buddhist kita harus mengacu pada sabda2 Guru Buddha lewat sutta2 yg ada... atau setidaknya dari Murid2 beliau Bukankah begitu ?


Sy kira kata2 Boleh membunuh/berbohong untuk kebaikan tidak ada. Sy rasa itu hanya kiasan saja, seolah-olah Boleh membunuh/berbohong Tanpa sebab, tanpa dasar yg benar itu diBOLEHKAN. Yang ada adalah kondisi yg menentukan kita mengambil Pilihan Yang Lebih Baik atau bijaksana.
Jika kamu dan sy tidak bisa merujuk pada sutta2 yg ada, Sibaiknya silahkan pertimbangkan menurut akal sehat kita dalam kasus sperti yg sy Contohkan...  :D






jika ada 2 pihak yg memperdebatkan "ada pengecualian" vs "tidak ada pengecualian", maka yg mengatakan "Ada" lah yang harus menunjukkan, karena yg mengatakan "tidak ada" tidak mungkin menunjukkan sesuatu yg tidak ada.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 28 November 2012, 02:05:18 PM
jika ada 2 pihak yg memperdebatkan "ada pengecualian" vs "tidak ada pengecualian", maka yg mengatakan "Ada" lah yang harus menunjukkan, karena yg mengatakan "tidak ada" tidak mungkin menunjukkan sesuatu yg tidak ada.

Dari awal sy Bertanya, meminta tmn2 disini adaKah pengecualian atas Sila pertama itu. lagiPula adanya pengcualian itu hanya pandangan sy saja pada suatu kejadian dgn mempertimbangkan baik buruknya. Khan sy sudah katakan bila penafsiran sy salah, Maka tunjukanLah dalilnya dari sabda2 Buddha.. Jika Disana Tidak ada pengecualian. Ke-5 Sila ituKan pasti ada penjabarannya atau Tafsirnya untuk diJelaskan, tentunya teori tidak selalu sama dgn praktek.. dikatakan sila pertama mengindari tindakan membunuh. apakah itu berarti dlm KONDISI apapun tidak bole membunuh?Jika Memang Tidak, YA tunjukan rujukan sutta2nya atau mungkin juga ada kisah2nya tentang Hal ini. Jika tidak Ada dengan Demikian hanya pandangan kita saja yg Berbeda tohh untuk Sila Pertama ini ... ;D
 
maka Terakhirkan sy Tulis "Sebaiknya silahkan pertimbangkan menurut akal sehat kita dalam kasus sperti yg sy Contohkan... "

Ya bisa jadi ini ada hubungannya dgn Berkah utama bahwa seseorang Hidup ditempat yg sesuai adalah berkah utama. Mungkin salah satunya,Ngak Banyak Nyamuk Rumahnya Jadi GAK perlu beli Baygon untuk membunuh nyamuk :)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 28 November 2012, 02:27:13 PM
Dari awal sy Bertanya, meminta tmn2 disini adaKah pengecualian atas Sila pertama itu. lagiPula adanya pengcualian itu hanya pandangan sy saja pada suatu kejadian dgn mempertimbangkan baik buruknya. Khan sy sudah katakan bila penafsiran sy salah, Maka tunjukanLah dalilnya dari sabda2 Buddha.. Jika Disana Tidak ada pengecualian. Ke-5 Sila ituKan pasti ada penjabarannya atau Tafsirnya untuk diJelaskan, tentunya teori tidak selalu sama dgn praktek.. dikatakan sila pertama mengindari tindakan membunuh. apakah itu berarti dlm KONDISI apapun tidak bole membunuh?Jika Memang Tidak, YA tunjukan rujukan sutta2nya atau mungkin juga ada kisah2nya tentang Hal ini. Jika tidak Ada dengan Demikian hanya pandangan kita saja yg Berbeda tohh untuk Sila Pertama ini ... ;D
 
maka Terakhirkan sy Tulis "Sebaiknya silahkan pertimbangkan menurut akal sehat kita dalam kasus sperti yg sy Contohkan... "

Ya bisa jadi ini ada hubungannya dgn Berkah utama bahwa seseorang Hidup ditempat yg sesuai adalah berkah utama. Mungkin salah satunya,Ngak Banyak Nyamuk Rumahnya Jadi GAK perlu beli Baygon untuk membunuh nyamuk :)

Sepertinya sila tu bukan boleh/ga boleh kk.... tapi bertekad untuk menghindari aja...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 28 November 2012, 02:57:31 PM
Sepertinya sila tu bukan boleh/ga boleh kk.... tapi bertekad untuk menghindari aja...

anda yg mengatakannya sendiri, Boleh :
Quote
Kl gitu bole ga kk saya yg minta acuan sutta yang menyatakan bole membunuh/berbohong asal untuk kebaikan....

Ya setiap ummat Buddhist Tahu akan Bertekad menghindari pembunuhan Mahluk hidup sebisa mungkin, tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh).
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 28 November 2012, 03:20:13 PM
anda yg mengatakannya sendiri, Boleh :
Ya setiap ummat Buddhist Tahu akan Bertekad menghindari pembunuhan Mahluk hidup sebisa mungkin, tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh).

Maksudku sila 1 kan bertekad menghindari pembunuhan, emang ada lanjutannya kecuali kondisi xxx boleh membunuh gitu? Tapi saya ngerti maksud kk kok soalnya dulu saya jg pernah berpikir spt kk... jadi intinya meski ada kondisi demikian, kita sependapat  hrs bertekad menghindari pembunuhan kan? :)

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: williamhalim on 28 November 2012, 03:51:30 PM
Kurang lebih Bisa dikatakan sperti itu, Lebih besar mna karma baiknya atau karma buruknya menurut anda?
Hukum karma itu, baik atau buruk terikat dengan sebab dan akibat. Sebab dan akibat ini yg disebut Karma.

Baik/buruknya karma tidak tergantung dari sebab ataupun akibat perbuatan itu.
Baik/buruknya karma tergantung dari niat (cetana) yg mendorong kita melakukan suatu tindakan.

Selalu penyebab yg sama akan mengakibatkan karma yg berbeda2 pada tiap orang. Misalnya: penyebabnya "banyak nyamuk", nah karma nya:  ada yg kesal2 dan menampar2 seluruh tubuhnya.. ada yg mengusir nyamuk yg hingap di badannya.. ada yg tidur bergulung sarung, ada yg pindah kamar, ada yg menyemprotkan baygon ke seluruh kamar, dll...

Quote
Jika org membunuh nyamuk pasti ada sebabnya Kenapa, nah dari sebabnya inilah Yang Bisa diterima atau tidak dan akan mempengaruhi kualitas dari karma itu sendiri.

Betul.
Dan sebabnya adalah: ingin membunuh nyamuk. Ingin menyingkirkan hal yg mengganggunya. Ingin menyingkirkan sesuatu yg tidak dia sukai. Inilah motivasi yg paling jelas.

O, mungkin ada penjelasan bahwa penyebabnya adalah ia ingin melindungi masyarakat agar tidak terkena malaria? Ya, ini niatan mulia yang lain, cerita yg lain, cetana yg lain. Banyak juga yg ingin menyelamatkan masyarakat dari malaria, tapi tindakan mereka berbeda, mis: membersihkan genangan air, merapikan tempat2 kotor dan lembab, menciptakan obat malaria, atau fumigasi satu desa dengan asap beracun, macam2lah...

Yg jelas, saat membunuh nyamuk, cetana nya adalah membunuh, sehingga karma nya adalah karma membunuh.

(kalau di perluas lagi, bobot karma membunuh ini memang bisa berbeda2... )

::
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 29 November 2012, 06:13:38 AM
demikianlah sudah dijelaskan dengan panjang lebar, tapi masih membenarkan dan menghibur diri dalam hal pelanggaran sila.
memang harus diakui kapasitas batin manusia berbeda-beda.

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 29 November 2012, 06:56:22 AM
demikianlah sudah dijelaskan dengan panjang lebar, tapi masih membenarkan dan menghibur diri dalam hal pelanggaran sila.
memang harus diakui kapasitas batin manusia berbeda-beda.
capek tau... :)) :))
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 30 November 2012, 04:29:06 PM
Maksudku sila 1 kan bertekad menghindari pembunuhan, emang ada lanjutannya kecuali kondisi xxx boleh membunuh gitu? Tapi saya ngerti maksud kk kok soalnya dulu saya jg pernah berpikir spt kk... jadi intinya meski ada kondisi demikian, kita sependapat  hrs bertekad menghindari pembunuhan kan? :)

Sy Juga Ngerti maksud anda kok, singkatnya "Pokoknya Menghindari pembunuhan, berkata tidak benar/berbohong. GituKan  ;D

Manusia bukan ROBOT yang hanya bisa dimasukan instrument2 tertentu tanpa bisa berfikir dan bernalar. Bukan Pula anak Kecil yg Disodorkan Makan apa saja Di masukan KeMulutnya.
Spertinya ada melihat sesuatu dengan Perasaan (anda wanita ya  :) ) tetapi anda mengesampingkan berfikir secara rasional dan nalar..

Hukum karma, baik itu membunuh atau lainnya tidak sesederhana itu..
Hukum karma itu ada kelompok2nya dari sisi waktu, fungsi dan bobot.
Hukum Karma merupakan satu dari dua puluh empat sebab (paccaya 24) atau salah satu dari Panca Niyama (Lima Hukum) yang bekerja di alam Semesta ini

Sebaiknya anda Fahami apa yg sy Tulis ini :
Quote
Ya setiap ummat Buddhist Tahu akan Bertekad menghindari pembunuhan Mahluk hidup sebisa mungkin, tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh).
Dalam kondisi sperti yg sy ContohKan itu, apakah anda tidak merasa Khawatir  :( sedikitpun jika hal tersebut terjadi pada keluarga anda, nyamuk2 itu akan menyerang anggota keluarga yg lain. Karna disini penyebabnya sudah diketahui sumbernya dari mna..
Itu Baru contoh Nyamukk loh, Belum Manusia membunuh manusia....  ;D

Semalam sy lihat info di Tv, seorang bayi diTerkam oleh kera sampai Mati. Mungkin Jika anda kebetulan melihat keJadian sperti itu, anda akan berdiam diri tanpa berbuat apa2, apa lagi sampai Melukai atau Membunuh kera tersebut karna hanya memegang teguh SILA Pertama tersebut. BerTekat menghindari pembunuhan... Sungguh Mulia sekali anda ini  :o :o  :-?  (Semoga hati anda tidak terCipta dari Batu   :D)

Bagaimana Dengan Ulat2 yg menyerang Tanaman dan rumah2 penduduk ketika itu didaerah Jawa, jika hal itu terjadi dirumah anda. Bertebaran ulat2 diTeras rumah bahkan sampai ke dalam rumah, mungkin juga ktempat tidur.. Apakah anda dan keluarga anda akan berdiam diri.. ??
lalu Jika ada seseorang yg dirumahnya terjadi demikian kemudian membunuhi si Ulat2 itu, apaKah anda berfikir atas dasar Kebencian melakukannya, tidak ada pertimbangan lain?  :-? :-?

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 30 November 2012, 04:51:39 PM
Di rumah aye lg ada wabah kumbang...
Kalo malem'' apalagi waktu hujan gt kumbangnya pada masuk ke rumah... :hammer:
Kadang waktu tidur juga kumbangnya merayap ke ranjang aye sambil pesta pora gigit aye.. :'(
Tau deh, kalo gigitan kumbang itu spt apa (tahan lama)
Tapi kadang kasian
+ lucu jg liat kumbangnya terbalik gt, g bs Balik badan :)) . Ya pelan'' aye balikin badannya deh...
Awalnya rada jijik, tapi karna udah keseringan, skrg g ad rasa jijik lg...
Solusinya?
- sapu kumbangnya keluar rumah
- matikan lampu (serangga tertarik cahaya)
- tutup pintu/jendela


Kalo masih kena gigit jg ya udah nasib :))

*Kaga ada main bunuh''an lho*
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 01 December 2012, 12:13:48 AM
Sy Juga Ngerti maksud anda kok, singkatnya "Pokoknya Menghindari pembunuhan, berkata tidak benar/berbohong. GituKan  ;D

Manusia bukan ROBOT yang hanya bisa dimasukan instrument2 tertentu tanpa bisa berfikir dan bernalar. Bukan Pula anak Kecil yg Disodorkan Makan apa saja Di masukan KeMulutnya.
Spertinya ada melihat sesuatu dengan Perasaan (anda wanita ya  :) ) tetapi anda mengesampingkan berfikir secara rasional dan nalar..

Hukum karma, baik itu membunuh atau lainnya tidak sesederhana itu..
Hukum karma itu ada kelompok2nya dari sisi waktu, fungsi dan bobot.
Hukum Karma merupakan satu dari dua puluh empat sebab (paccaya 24) atau salah satu dari Panca Niyama (Lima Hukum) yang bekerja di alam Semesta ini

Sebaiknya anda Fahami apa yg sy Tulis ini :Dalam kondisi sperti yg sy ContohKan itu, apakah anda tidak merasa Khawatir  :( sedikitpun jika hal tersebut terjadi pada keluarga anda, nyamuk2 itu akan menyerang anggota keluarga yg lain. Karna disini penyebabnya sudah diketahui sumbernya dari mna..
Itu Baru contoh Nyamukk loh, Belum Manusia membunuh manusia....  ;D

Semalam sy lihat info di Tv, seorang bayi diTerkam oleh kera sampai Mati. Mungkin Jika anda kebetulan melihat keJadian sperti itu, anda akan berdiam diri tanpa berbuat apa2, apa lagi sampai Melukai atau Membunuh kera tersebut karna hanya memegang teguh SILA Pertama tersebut. BerTekat menghindari pembunuhan... Sungguh Mulia sekali anda ini  :o :o  :-?  (Semoga hati anda tidak terCipta dari Batu   :D)

Bagaimana Dengan Ulat2 yg menyerang Tanaman dan rumah2 penduduk ketika itu didaerah Jawa, jika hal itu terjadi dirumah anda. Bertebaran ulat2 diTeras rumah bahkan sampai ke dalam rumah, mungkin juga ktempat tidur.. Apakah anda dan keluarga anda akan berdiam diri.. ??
lalu Jika ada seseorang yg dirumahnya terjadi demikian kemudian membunuhi si Ulat2 itu, apaKah anda berfikir atas dasar Kebencian melakukannya, tidak ada pertimbangan lain?  :-? :-?
Jadi maksud kk membunuh tu diperbolehkan dalam kondisi tertentu?  Kondisi seperti apa kk? Apakah saat mencurigai nyamuk berpenyakit, mencurigai kera itu jahat?  Bukankah kondisi itu berbeda2 bagi tiap orang, ad yg merasa nyamuk adalah ancaman, ad yg cm mrs terganggu, ad yg merasa nyamuk adalah guru. Kenapa hrs menyalahkan hewan2 tu kk? Knp ga cb mencegah membersihkan sarang nyamuk,atau kelambu, tdk menelantarkan bayi, dll. Menurutku lebih baik kt berpikir dlm kondisi apapun sebaiknya kt berusaha untuk tidak melanggar sila drpd berpikir lebih baik melanggar sila demi kepentingan sepihak tp merugikan pihak lain. Pembunuhan yg tidak menimbulkan kesedihan hanya pembunhan kemarahan. N penjelasan kk williamhalim uda sgt jelas sekali kan kl niat kt yg menentukan karma. Pepatah semoga smua makhluk hidup berbahagia juga termasuk hewan2. Mgkn aja hewan2 tu ad ikatan karma di keh lalu. Kl membunuh trus menurutku kedepannya pst akan sering ketemu hewan pengganggu.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 01 December 2012, 06:53:36 AM
Quote

Semalam sy lihat info di Tv, seorang bayi diTerkam oleh kera sampai Mati. Mungkin Jika anda kebetulan melihat keJadian sperti itu, anda akan berdiam diri tanpa berbuat apa2, apa lagi sampai Melukai atau Membunuh kera tersebut karna hanya memegang teguh SILA Pertama tersebut. BerTekat menghindari pembunuhan... Sungguh Mulia sekali anda ini  :o :o  :-?  (Semoga hati anda tidak terCipta dari Batu   :D)
analoginya gak pas...
dalam kasus ini kita terpaksa mengusir/melukai/bahkan membunuh si kera karena ingin menyelamatkan 1 nyawa, tapi kalau dalam masalah nyamuk, apakah kalo kita tidak membunuh nyamuknya akan ada orang yang meninggal karena itu?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 03 December 2012, 11:50:09 AM
Jadi maksud kk membunuh tu diperbolehkan dalam kondisi tertentu?  Kondisi seperti apa kk? Apakah saat mencurigai nyamuk berpenyakit, mencurigai kera itu jahat?  Bukankah kondisi itu berbeda2 bagi tiap orang, ad yg merasa nyamuk adalah ancaman, ad yg cm mrs terganggu, ad yg merasa nyamuk adalah guru. Kenapa hrs menyalahkan hewan2 tu kk? Knp ga cb mencegah membersihkan sarang nyamuk,atau kelambu, tdk menelantarkan bayi, dll. Menurutku lebih baik kt berpikir dlm kondisi apapun sebaiknya kt berusaha untuk tidak melanggar sila drpd berpikir lebih baik melanggar sila demi kepentingan sepihak tp merugikan pihak lain. Pembunuhan yg tidak menimbulkan kesedihan hanya pembunhan kemarahan. N penjelasan kk williamhalim uda sgt jelas sekali kan kl niat kt yg menentukan karma. Pepatah semoga smua makhluk hidup berbahagia juga termasuk hewan2. Mgkn aja hewan2 tu ad ikatan karma di keh lalu. Kl membunuh trus menurutku kedepannya pst akan sering ketemu hewan pengganggu.

Sy Jga Tahu, mngkin anda menganggap sy menyarankan boleh melakukan pembunuhan dlm kondisi tertentu. TIDAK..!!! Semua kembali kepada individu masing2 pada kondisi atau situasi apa Hal tersebut bisa dilakukan. Tentunya Setaip Orang Berbeda-Beda.

Mencurigai Nyamuk itu Berpenyakit, Mencurigai Kera itu Jahat??Spertinya anda tidak membaca tulisan yg sy tulis   :( silahkan anda teliti Lagi Baik2 ya..
"Knp ga cb mencegah membersihkan sarang nyamuk,atau kelambu " ITU SIH ANK SD juga TauLah  ;D, Itu adalah PENCEGAHAN tAPI Klo sudah dlm posisi Sperti Yg sy ContohKan tdak TEPAT klo hanya pencegahan..

"tdk menelantarkan bayi" hmmm... begitu ya? Silahkan anda melihat Tulisan sy ini,
Quote
Mungkin Jika anda kebetulan melihat keJadian sperti itu, anda akan berdiam diri tanpa berbuat apa2, apa lagi sampai Melukai atau Membunuh kera tersebut karna hanya memegang teguh SILA Pertama tersebut. BerTekat menghindari pembunuhan... Sungguh Mulia sekali anda ini       (Semoga hati anda tidak terCipta dari Batu   )

Terlepas Ibunya menelantarkan atau Tidak Jika seseorang melihat hal tersebut pasti ada Niat untuk menolong Bayi yg DiTerkam Kera itu..

hmmm... Mungkin jika anda melihat bayi dlm keadaan sperti itu anda akan berlalu Tanpa ada perasaan ingin menolong dan berkata Yes aku tidak berusaha menolong bayi yg lagi diTerkam oleh Kera.. Tidak coba Menghardik Kera itu Karna Takut melukai Kera itu apa lagi sampai membunuhnya, Berarti tidak melanggar sila pertama... ank Bayi saja anda ACUHkan, Mungkin Jika anda sedang Jalan Melihat bayi Kucing Yg sedang di Gigit sama anjing2 LiarPun anda Akan BerLalu saja Tanpa ada Niat MenolongNya... karna Takut Melukai anjing Tersebut... dan anda Berkata Sudah KARMAnya bayi kucing itu mati Sama Anjing...

Quote
Menurutku lebih baik kt berpikir dlm kondisi apapun sebaiknya kt berusaha untuk tidak melanggar sila drpd berpikir lebih baik melanggar sila demi kepentingan sepihak tp merugikan pihak lain
Wowww... Keren Sekali pemikiran kamu, Ternyata Lebih Berharga nyawa SeeKor MONYET liar Dibanding Bayi Manusia....   :o :o

Mungkin jika ada ibu kamu atau ayah kamu mau diTikam sama Berandalan Juga, Kamu tidak akan peduli karna klo menghardik/memukul org berandalan itu Akan melukai org tersebut apa lagi klo sampai org Banyak Tahu pasti DiGebuki sampai mati Org Berandalan tersebut... Dan anda akan berkata AKhh sudah karmanya kali diTikam sampai mati Ortu Ku sama org Berandalan tersebut...   ??? ???

Binatang saja akan melindungi ank2 klo diserang sama bintang Lain bahkan sampai membunuhnya, Sedang anda berdiam diri... Lebih berharga mna Binatang sama anda?   :D :D

Lihat Kasus yg Terjadi DiNorwegia dimna seseorang menembaki orang lain yg sedang berlibur sampai puluhan orang atau di amerika seorang mahasiswa Korea menembaki Kawan2nya.... Mungkin anda juga akan Berdiam diri tidak melakukan apa2 Ya,, Sedang kamu sebenarnya bisa menghentikan tidakan org biadab tersebut Melukainya atau membunuhnya.. (Mugkin anda akan menjawab dgn perasaan, Khan Pembunuh itu Juga Manusia Ingin Hidup...  ;D )

Hati-hati kawan bisa Jadi SESAT kamu...  :D :D Sungguh Mengerikan....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 03 December 2012, 12:15:27 PM
Sy Jga Tahu, mngkin anda menganggap sy menyarankan boleh melakukan pembunuhan dlm kondisi tertentu. TIDAK..!!! Semua kembali kepada individu masing2 pada kondisi atau situasi apa Hal tersebut bisa dilakukan. Tentunya Setaip Orang Berbeda-Beda.

Mencurigai Nyamuk itu Berpenyakit, Mencurigai Kera itu Jahat??Spertinya anda tidak membaca tulisan yg sy tulis   :( silahkan anda teliti Lagi Baik2 ya..
"Knp ga cb mencegah membersihkan sarang nyamuk,atau kelambu " ITU SIH ANK SD juga TauLah  ;D, Itu adalah PENCEGAHAN tAPI Klo sudah dlm posisi Sperti Yg sy ContohKan tdak TEPAT klo hanya pencegahan..

"tdk menelantarkan bayi" hmmm... begitu ya? Silahkan anda melihat Tulisan sy ini,
Terlepas Ibunya menelantarkan atau Tidak Jika seseorang melihat hal tersebut pasti ada Niat untuk menolong Bayi yg DiTerkam Kera itu..

hmmm... Mungkin jika anda melihat bayi dlm keadaan sperti itu anda akan berlalu Tanpa ada perasaan ingin menolong dan berkata Yes aku tidak berusaha menolong bayi yg lagi diTerkam oleh Kera.. Tidak coba Menghardik Kera itu Karna Takut melukai Kera itu apa lagi sampai membunuhnya, Berarti tidak melanggar sila pertama... ank Bayi saja anda ACUHkan, Mungkin Jika anda sedang Jalan Melihat bayi Kucing Yg sedang di Gigit sama anjing2 LiarPun anda Akan BerLalu saja Tanpa ada Niat MenolongNya... karna Takut Melukai anjing Tersebut... dan anda Berkata Sudah KARMAnya bayi kucing itu mati Sama Anjing...
Wowww... Keren Sekali pemikiran kamu, Ternyata Lebih Berharga nyawa SeeKor MONYET liar Dibanding Bayi Manusia....   :o :o

Mungkin jika ada ibu kamu atau ayah kamu mau diTikam sama Berandalan Juga, Kamu tidak akan peduli karna klo menghardik/memukul org berandalan itu Akan melukai org tersebut apa lagi klo sampai org Banyak Tahu pasti DiGebuki sampai mati Org Berandalan tersebut... Dan anda akan berkata AKhh sudah karmanya kali diTikam sampai mati Ortu Ku sama org Berandalan tersebut...   ??? ???

Binatang saja akan melindungi ank2 klo diserang sama bintang Lain bahkan sampai membunuhnya, Sedang anda berdiam diri... Lebih berharga mna Binatang sama anda?   :D :D

Lihat Kasus yg Terjadi DiNorwegia dimna seseorang menembaki orang lain yg sedang berlibur sampai puluhan orang atau di amerika seorang mahasiswa Korea menembaki Kawan2nya.... Mungkin anda juga akan Berdiam diri tidak melakukan apa2 Ya,, Sedang kamu sebenarnya bisa menghentikan tidakan org biadab tersebut Melukainya atau membunuhnya.. (Mugkin anda akan menjawab dgn perasaan, Khan Pembunuh itu Juga Manusia Ingin Hidup...  ;D )

Hati-hati kawan bisa Jadi SESAT kamu...  :D :D Sungguh Mengerikan....

seseorang tidak mungkin bisa menjadi sesat karena menjalankan sila, tetapi sebaliknya seseorang akan lebih rentan menjadi sesat jika berkompromi dengan pelanggaran sila. berikut cuplikan dari MN 97 Dhananjani Sutta

5. Dan kemudian, setelah ia makan pagi, Brahmana Dhānañjāni mendatangi Yang Mulia Sāriputta dan saling bertukar sapa dengannya. Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan Yang Mulia Sāriputta berkata kepadanya: “Apakah engkau tekun, Dhānañjāni?”

“Bagaimana mungkin kami dapat tekun, Guru Sāriputta, ketika kami harus menyokong orangtua kami, istri dan anak-anak kami, dan budak-budak, pelayan, dan pekerja kami; ketika kami harus melakukan tugas-tugas kami terhadap teman-teman dan sahabat kami, terhadap sanak-saudara dan kerabat kami, terhadap tamu-tamu kami, terhadap para leluhur kami yang telah meninggal dunia, terhadap para dewa, dan terhadap raja; dan ketika jasmani ini juga harus diistirahatkan dan dipelihara?”

6. “Bagaimana menurutmu, Dhānañjāni? Misalkan seseorang di sini berperilaku berlawanan dengan Dhamma, berperilaku tidak jujur demi orangtuanya, dan kemudian karena perilaku demikian para penjaga neraka menariknya ke dalam neraka. Apakah ia dapat [membebaskan dirinya dengan pembelaan sebagai berikut:] “Adalah demi orangtuaku maka aku berperilaku berlawanan dengan Dhamma, maka aku berperilaku tidak jujur, jadi mohon para penjaga neraka tidak [menarikku] ke dalam neraka’? [187] Atau dapatkah orangtuanya [membebaskannya dengan pembelaan sebagai berikut]: “Adalah demi kami maka ia berperilaku berlawanan dengan Dhamma, maka ia berperilaku tidak jujur, jadi mohon para penjaga neraka tidak [menariknya] ke dalam neraka’?”

“Tidak, Guru Sāriputta. Bahkan selagi ia menangis, para penjaga neraka akan menjebloskannya ke dalam neraka.”

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 03 December 2012, 12:38:15 PM
Baik/buruknya karma tidak tergantung dari sebab ataupun akibat perbuatan itu.
Baik/buruknya karma tergantung dari niat (cetana) yg mendorong kita melakukan suatu tindakan.
Dari Mana Timbulnya Niat itu baik atau Buruk, oleh sebab faktor dari dalam atau dari Luar dirinya shingga timbul Niat?
Bisa anda Tunjukan Sabda2nya atau Literature2 Buddha, Bahwa Baik buruknya Karma itu tidak ada pengaruhnya sama sekali dgn Penyebab timbulnya Niat itu

Quote
Selalu penyebab yg sama akan mengakibatkan karma yg berbeda2 pada tiap orang. Misalnya: penyebabnya "banyak nyamuk", nah karma nya:  ada yg kesal2 dan menampar2 seluruh tubuhnya.. ada yg mengusir nyamuk yg hingap di badannya.. ada yg tidur bergulung sarung, ada yg pindah kamar, ada yg menyemprotkan baygon ke seluruh kamar, dll...

Betul.
Dan sebabnya adalah: ingin membunuh nyamuk. Ingin menyingkirkan hal yg mengganggunya. Ingin menyingkirkan sesuatu yg tidak dia sukai. Inilah motivasi yg paling jelas.

O, mungkin ada penjelasan bahwa penyebabnya adalah ia ingin melindungi masyarakat agar tidak terkena malaria? Ya, ini niatan mulia yang lain, cerita yg lain, cetana yg lain. Banyak juga yg ingin menyelamatkan masyarakat dari malaria, tapi tindakan mereka berbeda, mis: membersihkan genangan air, merapikan tempat2 kotor dan lembab, menciptakan obat malaria, atau fumigasi satu desa dengan asap beracun, macam2lah...

Jika Demikian ada yg salah dalam koment sy ini??

"Ya setiap ummat Buddhist Tahu akan Bertekad menghindari pembunuhan Mahluk hidup sebisa mungkin, tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh)."

ada Baiknya seseorang ketika melakukan pembunuhan itu dilakukan Jauhkan diri dari rasa & pikiran gembira, kesenangan, kebencian dll.
Tentunya harus adanya timbul rasa penyesalan, pikiran baik semoga mahluk2 ini terlahir keAlam yg lebih baik atau lebih bahagia.. sehingga KuaLitas dari karma buruk itu tidak sempurna,

Quote
Yg jelas, saat membunuh nyamuk, cetana nya adalah membunuh, sehingga karma nya adalah karma membunuh.

(kalau di perluas lagi, bobot karma membunuh ini memang bisa berbeda2... )

Masalah Cetana,, Ketika seorang Penodong melihat ank sekolah sedang jalan sendiri dan memaninkan Handphone. Kemudian BerNiat Merampas handphone tersebut Ketika sudah mendapatkannya kemudian Ia lari dan diKejar oleh ank sklh tersebut. Karna korban melawan kemudian penodong ini mengeluarkan senjata untuk melukainya Saja bukan untuk membunuhnya, agar si Korban takut. Tetapi ketika terjadi Perseteruan ank sklh itu Sekarat masuk Rm. Sakit dan mati oleh karna Tertusuk oleh Penodong Tersebut.. Ini benar2 Terjadi diJkt..

Menurut Anda bagaimna Jika Karma itu adalah Cetana (Niat) Dalam hal ini Karma membunuh, Si Penodong ini Tidak ada Niat membunuhnya sama sekali,hanya ingin handphonenya sama melukainya saja agar ank sklh itu Takut dan tidak mengejarnya lagi??

Sebaliknya Jika ada seseorang BerNiat Baik menolong atau Menyelamatkan sesuatu tetapi tidak Kesampaian bahkan Tidak Jadi Dilaksanakan NIAT baik Tersebut, apakah akan tetep Berbuah karma Baik??

Yang Satu Tidak ada Niat Tapi TerJadi, sedang Yg Kedua Ada Niat Tapi Tidak Terjadi....  :-? :-?



Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 03 December 2012, 12:45:06 PM
Dari Mana Timbulnya Niat itu baik atau Buruk, oleh sebab faktor dari dalam atau dari Luar dirinya shingga timbul Niat?
Bisa anda Tunjukan Sabda2nya atau Literature2 Buddha, Bahwa Baik buruknya Karma itu tidak ada pengaruhnya sama sekali dgn Penyebab timbulnya Niat itu

Jika Demikian ada yg salah dalam koment sy ini??

"Ya setiap ummat Buddhist Tahu akan Bertekad menghindari pembunuhan Mahluk hidup sebisa mungkin, tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh)."

ada Baiknya seseorang ketika melakukan pembunuhan itu dilakukan Jauhkan diri dari rasa & pikiran gembira, kesenangan, kebencian dll.
Tentunya harus adanya timbul rasa penyesalan, pikiran baik semoga mahluk2 ini terlahir keAlam yg lebih baik atau lebih bahagia.. sehingga KuaLitas dari karma buruk itu tidak sempurna,

Masalah Cetana,, Ketika seorang Penodong melihat ank sekolah sedang jalan sendiri dan memaninkan Handphone. Kemudian BerNiat Merampas handphone tersebut Ketika sudah mendapatkannya kemudian Ia lari dan diKejar oleh ank sklh tersebut. Karna korban melawan kemudian penodong ini mengeluarkan senjata untuk melukainya Saja bukan untuk membunuhnya, agar si Korban takut. Tetapi ketika terjadi Perseteruan ank sklh itu Sekarat masuk Rm. Sakit dan mati oleh karna Tertusuk oleh Penodong Tersebut.. Ini benar2 Terjadi diJkt..

Menurut Anda bagaimna Jika Karma itu adalah Cetana (Niat) Dalam hal ini Karma membunuh, Si Penodong ini Tidak ada Niat membunuhnya sama sekali,hanya ingin handphonenya sama melukainya saja agar ank sklh itu Takut dan tidak mengejarnya lagi??

Sebaliknya Jika ada seseorang BerNiat Baik menolong atau Menyelamatkan sesuatu tetapi tidak Kesampaian bahkan Tidak Jadi Dilaksanakan NIAT baik Tersebut, apakah akan tetep Berbuah karma Baik??

Yang Satu Tidak ada Niat Tapi TerJadi, sedang Yg Kedua Ada Niat Tapi Tidak Terjadi....  :-? :-?


Itu adalah ajaran Anda. tapi jelas itu bukan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha versi agama kami, jadi marilah kita saling menghargai agama masing2.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 03 December 2012, 02:10:53 PM
seseorang tidak mungkin bisa menjadi sesat karena menjalankan sila, tetapi sebaliknya seseorang akan lebih rentan menjadi sesat jika berkompromi dengan pelanggaran sila. berikut cuplikan dari MN 97 Dhananjani Sutta

5. Dan kemudian, setelah ia makan pagi, Brahmana Dhānañjāni mendatangi Yang Mulia Sāriputta dan saling bertukar sapa dengannya. Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan Yang Mulia Sāriputta berkata kepadanya: “Apakah engkau tekun, Dhānañjāni?”

“Bagaimana mungkin kami dapat tekun, Guru Sāriputta, ketika kami harus menyokong orangtua kami, istri dan anak-anak kami, dan budak-budak, pelayan, dan pekerja kami; ketika kami harus melakukan tugas-tugas kami terhadap teman-teman dan sahabat kami, terhadap sanak-saudara dan kerabat kami, terhadap tamu-tamu kami, terhadap para leluhur kami yang telah meninggal dunia, terhadap para dewa, dan terhadap raja; dan ketika jasmani ini juga harus diistirahatkan dan dipelihara?”

6. “Bagaimana menurutmu, Dhānañjāni? Misalkan seseorang di sini berperilaku berlawanan dengan Dhamma, berperilaku tidak jujur demi orangtuanya, dan kemudian karena perilaku demikian para penjaga neraka menariknya ke dalam neraka. Apakah ia dapat [membebaskan dirinya dengan pembelaan sebagai berikut:] “Adalah demi orangtuaku maka aku berperilaku berlawanan dengan Dhamma, maka aku berperilaku tidak jujur, jadi mohon para penjaga neraka tidak [menarikku] ke dalam neraka’? [187] Atau dapatkah orangtuanya [membebaskannya dengan pembelaan sebagai berikut]: “Adalah demi kami maka ia berperilaku berlawanan dengan Dhamma, maka ia berperilaku tidak jujur, jadi mohon para penjaga neraka tidak [menariknya] ke dalam neraka’?”

“Tidak, Guru Sāriputta. Bahkan selagi ia menangis, para penjaga neraka akan menjebloskannya ke dalam neraka.”

Setiap Kitab Suci Ada sebuah ayat, pasti ada Penafsirannya atau Penjabarannya ada maksud yg terkandung didlmNya. Sy tidak tahu ayat2 yang anda Post ini secara utuh atau Tidak, karna Jelas sebuah ayat jika dipotong-potong akan mempunyai makna yg berbeda..

"berperilaku tidak jujur demi orangtuanya" (Berlawanan Dengan Dhamma)??. Bisa Lebih diJelasKan Berlaku Tidak JUJUR dalam hal/keadaan sperti apa Maksudnya? Apa IstilahNya pake POKOKnya lagi?  :-?

Bertekad menghindari berdusta/berbohong..
teman sy ibunya masuk rmh. Sakit keluarga dan ank2Nya Tahu bahwa ibunya ini Kena Kanker yg mematikan.. Ank2nya sepakat Untuk tidak memberitahukan penyakit ini pada ibunya jika sudah keluar dari rmh Sakit karna dikhawatirkan akan mati lebih cepat. Sampai berminggu-minggu, berBulan-bulan keluarga dan ank2nya berbohong pada ibunya bahwa penyakitnya hanya penyakit biasa Bukan kanker yg menakutkan... Setiap diTanya ini Bukan penyakit Kanker..  :)

ketika seseorang mendengar suara dirmh tetangganya Gaduh, ternyata ada seorang wanita berlari dan keluar krmh org lain, kemudian org dirmh yg disinggahi tersebut tahu wanita yg lari ini karna ribut dgn suami dan hendak dibunuh. Ketika suaminya bertanya pada pemilik rmh tersebut dan bertanya "Saya lihat istri sy masuk kehalaman rmh anda, cepat suruh keluar" Lalu org pemilik rmh tersebut Berkata tidak Jujur (Berbohong) dgn mengatakan sy TIDAK lihat Istri anda... SekaliPun laki2 suami itu mendesaknya tetap saja org pemilik rmh tersebut Berbohong dgn mengatakan tidak Melihatnya. Pedahal ada diDlm rmh....

Menurut anda Bagaimana Berbohong dengan dibawah ini ?

Ditempat Kos-kosan mahasiswa, seseorang meminjam uang pada temannya dgn berbohong bahwa Ibunya sakit. Tidak punya uang, padahal Ibunya baik2 saja dirmh. Hanya alasan agar diPinjamKan uang..  :-[

Dan Adakah Pula Didalam Sutta2 atau Literature Buddhist yang menulis :

Sabda Buddha "O, sarripuuta, ketika seorang ank melihat orang tuanya/sdra2nya dalam keadaan bahaya hendak diBunuh oleh org lain. hendakLah ank itu Berdiam Diri jika bisa hindari dan tinggalKan. Tidak ada Perlu Rasa Khawatir, Gelisah, sedih. Demikian Pula Jika ada seseorang Yang menanyakan orang Dirmh kalian dengan maksud akan Menganiyaya bahkan membunuhnya, JanganLah mereka Tidak BerKata Jujur KataKanLah yang Sebenar-benarnya Bahwa Orang yg diCarinya tersebut ada Di dalam Rumah dan BiarKanLah apa yang dilakukan orang itu terjadi, Jika Perlu TinggalKan Pergi saja Tidak Perlu Merasa  khawatir, Cemas apa lagi meNolongnya...  :o :o



Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 03 December 2012, 02:25:00 PM
analoginya gak pas...
dalam kasus ini kita terpaksa mengusir/melukai/bahkan membunuh si kera karena ingin menyelamatkan 1 nyawa, tapi kalau dalam masalah nyamuk, apakah kalo kita tidak membunuh nyamuknya akan ada orang yang meninggal karena itu?

Itu Contoh Lain, karna memang benar terjadi ada ank bayi diMalaysia Diterkam mati oleh seekor kera... Jika ada seseorang melihat ada Bayi Diterkam atau diCabik2 sama Monyet Masa tidak ada pemikiran untuk menolong Bayi tersebut toh.. Jika setiap Orang acuh Tak acuh akan hal itu..
Sudah Pada tahap tingkat Bathin berapa orang tersebut... ???Apa Ngak Waras Kali...  ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 03 December 2012, 02:37:06 PM
Di rumah aye lg ada wabah kumbang...
Kalo malem'' apalagi waktu hujan gt kumbangnya pada masuk ke rumah... :hammer:
Kadang waktu tidur juga kumbangnya merayap ke ranjang aye sambil pesta pora gigit aye.. :'(
Tau deh, kalo gigitan kumbang itu spt apa (tahan lama)
Tapi kadang kasian
+ lucu jg liat kumbangnya terbalik gt, g bs Balik badan :)) . Ya pelan'' aye balikin badannya deh...
Awalnya rada jijik, tapi karna udah keseringan, skrg g ad rasa jijik lg...
Solusinya?
- sapu kumbangnya keluar rumah
- matikan lampu (serangga tertarik cahaya)
- tutup pintu/jendela

Kalo masih kena gigit jg ya udah nasib :))

*Kaga ada main bunuh''an lho*

Disamping kamar sy ada sarang tawon, dan pernah siSengat Mata dan Leher sy. Tapi Besok2nya Ngak sy Obrak-Abrik tuhh sarang Tawon Karna Benci... atau sy bunuh tuh satu tawon yg sengat saya tapi Gak ktemu2 yang mana tuh tawon...  ;D

Hmmm ternyata sampai tahap tertentu makin lama makin membesar, banyak dan berkembangbiak disekeliling rmh... Hingga org2Pun pada Takut. Menurut Hemat sy, ada baiknya tuh sy buang jauh2 itu sarang tawon dgn Izin dulu tawon sy Pindahin ya kamu... Kita gak Bisa bersahabat  :-[ . Dan gak ada  manfaatnya juga bersarang dirmh. Ternyata bisa Ngerti tuh tawon Gak balik2 lagi walau sarangnya rusak dan bisa Ngerti sampai skrng gak ada2 lagi. Klo sy usaha mengembangbiakan tawon sihh Malah sy pelihara tuh Tawonn...  :)) 
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 03 December 2012, 03:03:36 PM
demikianlah sudah dijelaskan dengan panjang lebar, tapi masih membenarkan dan menghibur diri dalam hal pelanggaran sila.
memang harus diakui kapasitas batin manusia berbeda-beda.

Saya Tidak membenarkan dan Menghibur diri. Ini Hal yg Nyata bukan yg diBuat-buat toh... Dalam Hidup ini setiap kejadian Bisa saja Terjadi. Sy rasa jika ajaran Buddha ini sudah sempurna sperti yg diKatakan Sang Buddha sendiri, pasti ada Jawabannya...

bahkan Orang yg BerKelamin Dua pun ada... Jika org ini mau manjadi Bhikku diTERIMAKAH, dgn aturan Laki2 atau WanitaKah Vinaya akan Diterapkan pada org tersebut atau Tidak Diterima ....  :-? :-? pasti ada Jawabannya toh, Bukan Lari dgn tidak ada jawaban...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 03 December 2012, 03:14:55 PM
Itu adalah ajaran Anda. tapi jelas itu bukan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha versi agama kami, jadi marilah kita saling menghargai agama masing2.

Sy Kira agama Buddha bukan sperti agama tetangga yang Tidak Boleh Ditanya ajaran2 agamanya, digali lebih dalam apa itu ajaran2nya.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 03 December 2012, 04:37:27 PM
Sy Jga Tahu, mngkin anda menganggap sy menyarankan boleh melakukan pembunuhan dlm kondisi tertentu. TIDAK..!!! Semua kembali kepada individu masing2 pada kondisi atau situasi apa Hal tersebut bisa dilakukan. Tentunya Setaip Orang Berbeda-Beda.

Mencurigai Nyamuk itu Berpenyakit, Mencurigai Kera itu Jahat??Spertinya anda tidak membaca tulisan yg sy tulis   :( silahkan anda teliti Lagi Baik2 ya..
"Knp ga cb mencegah membersihkan sarang nyamuk,atau kelambu " ITU SIH ANK SD juga TauLah  ;D, Itu adalah PENCEGAHAN tAPI Klo sudah dlm posisi Sperti Yg sy ContohKan tdak TEPAT klo hanya pencegahan..

"tdk menelantarkan bayi" hmmm... begitu ya? Silahkan anda melihat Tulisan sy ini,
Terlepas Ibunya menelantarkan atau Tidak Jika seseorang melihat hal tersebut pasti ada Niat untuk menolong Bayi yg DiTerkam Kera itu..

hmmm... Mungkin jika anda melihat bayi dlm keadaan sperti itu anda akan berlalu Tanpa ada perasaan ingin menolong dan berkata Yes aku tidak berusaha menolong bayi yg lagi diTerkam oleh Kera.. Tidak coba Menghardik Kera itu Karna Takut melukai Kera itu apa lagi sampai membunuhnya, Berarti tidak melanggar sila pertama... ank Bayi saja anda ACUHkan, Mungkin Jika anda sedang Jalan Melihat bayi Kucing Yg sedang di Gigit sama anjing2 LiarPun anda Akan BerLalu saja Tanpa ada Niat MenolongNya... karna Takut Melukai anjing Tersebut... dan anda Berkata Sudah KARMAnya bayi kucing itu mati Sama Anjing...
Wowww... Keren Sekali pemikiran kamu, Ternyata Lebih Berharga nyawa SeeKor MONYET liar Dibanding Bayi Manusia....   :o :o

Mungkin jika ada ibu kamu atau ayah kamu mau diTikam sama Berandalan Juga, Kamu tidak akan peduli karna klo menghardik/memukul org berandalan itu Akan melukai org tersebut apa lagi klo sampai org Banyak Tahu pasti DiGebuki sampai mati Org Berandalan tersebut... Dan anda akan berkata AKhh sudah karmanya kali diTikam sampai mati Ortu Ku sama org Berandalan tersebut...   ??? ???

Binatang saja akan melindungi ank2 klo diserang sama bintang Lain bahkan sampai membunuhnya, Sedang anda berdiam diri... Lebih berharga mna Binatang sama anda?   :D :D

Lihat Kasus yg Terjadi DiNorwegia dimna seseorang menembaki orang lain yg sedang berlibur sampai puluhan orang atau di amerika seorang mahasiswa Korea menembaki Kawan2nya.... Mungkin anda juga akan Berdiam diri tidak melakukan apa2 Ya,, Sedang kamu sebenarnya bisa menghentikan tidakan org biadab tersebut Melukainya atau membunuhnya.. (Mugkin anda akan menjawab dgn perasaan, Khan Pembunuh itu Juga Manusia Ingin Hidup...  ;D )

Hati-hati kawan bisa Jadi SESAT kamu...  :D :D Sungguh Mengerikan....

Saya ga blg membiarkan kk, kan bs berusaha menyelamatkan tanpa harus pikir membunuh.... kl emang membunuh ya berarti telah melanggar sila 1, gt aja..... kl kk juga ga menyarankan membunuh ya sudah, ampe sini aja....  ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 03 December 2012, 04:59:50 PM
Saya ga blg membiarkan kk, kan bs berusaha menyelamatkan tanpa harus pikir membunuh.... kl emang membunuh ya berarti telah melanggar sila 1, gt aja..... kl kk juga ga menyarankan membunuh ya sudah, ampe sini aja....  ;D

Jika TIDAK Membiarkan, Terus apa yang akan Kamu lakukan?Mau mengatakan sama kera. Kera manis berhenti menerkan bayi itu ya..  :-[ :-[
Salah2 kmu yg diSerang sama tuh Kera... Lalu apa yg akan kamu lalukan Berdiam diri atau melawan kera tersebut...

Pada kondisi tertentu dimna membahayakan diri sendiri atau org lain/mahluk lain, Jika sudah tidak ada piihan lain, terdesak untuk membunuh yg pasti dilakukan Jika kita mampu melawan. Kecuali Orang Cacat  tohh  :) :) Justru Jika Kita mampu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa mahluk hidup adalah pilihan yg tepat dari pada ada kemampuan tapi Berdiam Diri hanya melihat saja... Bahkan berbagga hati dgn mengatakan tidak melanggar sila pertama  :-? :-?
Selama setelah melakukan pembunuhan tersebut tidak dengan kekejian dan diLiputi oleh rasa kebahagian, kesenangan, kebencian, kemelekatan Tetapi ada rasa penyesalan dan Pikiran yang buruk... Maka akan berpengaruh pada Kualitas dari karma Buruk itu sendiri..

Sudah sampai pada tingkat Bathin berapa kamu, ketika hal2 tersebut terjadi tetapi tidak ada rasa simpati, empati, miris melihat semua kejadian yg sperti itu terjadi Tidak Ada Niat untuk Menolong Sekalipun Kita yg terluka atau bahkan mati karna menolong orang lain/mahluk hidup lain... Atau mungkin sudah pada Taraf Tidak mengenal lagi Rasa Bahagia dan Rasa menderita Hingga yang ada meliputi diri adalah hanya rasa Kehampaan saja atau kekosongan.. Tidak ada rasa simpatik pada lingkungan disekitar kita...  :-? :-?



Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: hemayanti on 03 December 2012, 06:35:50 PM
Sy Kira agama Buddha bukan sperti agama tetangga yang Tidak Boleh Ditanya ajaran2 agamanya, digali lebih dalam apa itu ajaran2nya.
saya melihat teman2 disini sudah sangat banyak menjelaskan tentang apa yang diajarkan oleh Sang Buddha versi agama kami (minjem istilah om indra  ;D ), tetapi jika om tetap bersikukuh dengan ajaran agamanya, saya pikir juga sudah cukuplah.
kami tidak menjelaskan untuk menarik orang memercayai dan mengikuti apa yang kami yakini, semuanya kembali ke yang menerima. :)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 03 December 2012, 07:14:22 PM
Jika TIDAK Membiarkan, Terus apa yang akan Kamu lakukan?Mau mengatakan sama kera. Kera manis berhenti menerkan bayi itu ya..  :-[ :-[
Salah2 kmu yg diSerang sama tuh Kera... Lalu apa yg akan kamu lalukan Berdiam diri atau melawan kera tersebut...

Pada kondisi tertentu dimna membahayakan diri sendiri atau org lain/mahluk lain, Jika sudah tidak ada piihan lain, terdesak untuk membunuh yg pasti dilakukan Jika kita mampu melawan. Kecuali Orang Cacat  tohh  :) :) Justru Jika Kita mampu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa mahluk hidup adalah pilihan yg tepat dari pada ada kemampuan tapi Berdiam Diri hanya melihat saja... Bahkan berbagga hati dgn mengatakan tidak melanggar sila pertama  :-? :-?
Selama setelah melakukan pembunuhan tersebut tidak dengan kekejian dan diLiputi oleh rasa kebahagian, kesenangan, kebencian, kemelekatan Tetapi ada rasa penyesalan dan Pikiran yang buruk... Maka akan berpengaruh pada Kualitas dari karma Buruk itu sendiri..

Sudah sampai pada tingkat Bathin berapa kamu, ketika hal2 tersebut terjadi tetapi tidak ada rasa simpati, empati, miris melihat semua kejadian yg sperti itu terjadi Tidak Ada Niat untuk Menolong Sekalipun Kita yg terluka atau bahkan mati karna menolong orang lain/mahluk hidup lain... Atau mungkin sudah pada Taraf Tidak mengenal lagi Rasa Bahagia dan Rasa menderita Hingga yang ada meliputi diri adalah hanya rasa Kehampaan saja atau kekosongan.. Tidak ada rasa simpatik pada lingkungan disekitar kita...  :-? :-?

Menurutku ga melanggar sila bukan brarti cm diam aja ya...kan bisa saja segera melindungi bayinya, atau menggertak kera, atau macam2, plg ga melukai dulu sblm sampai tahap membunuh... Kl membunuh sambil menyelamatkan yah ada karma baik sekaligus karma buruk. Soalnya kan mgkn saja kita salah paham, seperti cerita ada 1 keluarga punya bayi n miara anjing, trus wkt ortunya pulang kerumah nampak ada darah berceceran di ranjang bayinya n anjingnya, mengira anjingnya yang melakukan, sehingga membunuh anjing tu pdhal anjing tu sebenarnya menyelamatkan bayinya dr tikus....  ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 03 December 2012, 07:16:22 PM
Sy Kira agama Buddha bukan sperti agama tetangga yang Tidak Boleh Ditanya ajaran2 agamanya, digali lebih dalam apa itu ajaran2nya.


kalau begitu bisakah anda menyebutkan dari ajaran Buddha yg mana anda menggali sehingga muncul gagasan bahwa membunuh itu boleh dilakukan, mohon referensinya.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 03 December 2012, 10:14:29 PM
Menurutku ga melanggar sila bukan brarti cm diam aja ya...kan bisa saja segera melindungi bayinya, atau menggertak kera, atau macam2, plg ga melukai dulu sblm sampai tahap membunuh... Kl membunuh sambil menyelamatkan yah ada karma baik sekaligus karma buruk. Soalnya kan mgkn saja kita salah paham, seperti cerita ada 1 keluarga punya bayi n miara anjing, trus wkt ortunya pulang kerumah nampak ada darah berceceran di ranjang bayinya n anjingnya, mengira anjingnya yang melakukan, sehingga membunuh anjing tu pdhal anjing tu sebenarnya menyelamatkan bayinya dr tikus....  ;D
ya mikirnya ke membunuh terus...
emang keranya gak bisa digertak dulu???
cape deh
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 08:43:50 AM
Menurutku ga melanggar sila bukan brarti cm diam aja ya...kan bisa saja segera melindungi bayinya, atau menggertak kera, atau macam2, plg ga melukai dulu sblm sampai tahap membunuh...

Jika Demikian apa yang salah dari koment sy dibawah ini :
Quote
Ya setiap ummat Buddhist Tahu akan Bertekad menghindari pembunuhan Mahluk hidup sebisa mungkin, tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh).
Juga Ini...
Selama setelah melakukan pembunuhan tersebut tidak dengan kekejian dan diLiputi oleh rasa kebahagian, kesenangan, kebencian, kemelekatan Tetapi ada rasa penyesalan dan Pikiran yang Tidak buruk... Maka akan berpengaruh pada Kualitas dari karma Buruk itu sendiri..



Quote
seperti cerita ada 1 keluarga punya bayi n miara anjing, trus wkt ortunya pulang kerumah nampak ada darah berceceran di ranjang bayinya n anjingnya, mengira anjingnya yang melakukan, sehingga membunuh anjing tu pdhal anjing tu sebenarnya menyelamatkan bayinya dr tikus....  ;D

Lah klo ini Kan posisinya TIDAK melihat toh, Maksud dari itu artinya Kita Jangan BERPRASANGKA Buruk, Klo yg sy contohkan kan dalam posisi melihat, tahu kejadiannya dan ada kemampuan untuk bertindak sesuatu..  :) :)

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 09:52:34 AM
kalau begitu bisakah anda menyebutkan dari ajaran Buddha yg mana anda menggali sehingga muncul gagasan bahwa membunuh itu boleh dilakukan, mohon referensinya.

Mungkin anda sudah melihat koment2 sy dibawah ini :

Quote
Dari awal sy Bertanya, meminta tmn2 disini adaKah pengecualian atas Sila pertama itu. lagiPula adanya pengcualian itu hanya pandangan sy saja pada suatu kejadian dgn mempertimbangkan baik buruknya. Khan sy sudah katakan bila penafsiran sy salah, Maka tunjukanLah dalilnya dari sabda2 Buddha.. Jika Disana Tidak ada pengecualian. Ke-5 Sila ituKan pasti ada penjabarannya atau Tafsirnya untuk diJelaskan, tentunya teori tidak selalu sama dgn praktek.. dikatakan sila pertama mengindari tindakan membunuh. apakah itu berarti dlm KONDISI apapun tidak bole membunuh?Jika Memang Tidak, YA tunjukan rujukan sutta2nya atau mungkin juga ada kisah2nya tentang Hal ini. JIKA TIDAK ADA, dengan Demikian hanya pandangan kita saja yg Berbeda tohh untuk Sila Pertama ini ...

Quote
Jika kamu dan sy tidak bisa merujuk pada sutta2 yg ada, Sebaiknya silahkan pertimbangkan menurut akal sehat kita dalam kasus sperti yg sy Contohkan...

Kata BOLEH disini ini sangat  Ambigu sekali. Lebih Tepatnya bukan boleh, tapi keadaan yang memungkinkan hal tersebut diLakukan (membunuh). tentunya keadaan yg Sudah diPertimbangkan dengan Pikiran dan diPutuskan dengan Hati. Klo dikatakan Boleh, seolah-olah dalam keadaan apapun tindakan membunuh diBolehkan  :)
Kecuali Kita mempunyai kemampuan mempengaruhi pikiran orang/Mahluk yg hendak berbuat Jahat, hingga orang/Mahluk  tersebut membataLkan Niat Jahatnya, menganiyaya, membunuh dll. Sperti Y.A Mongallana Yg dihentikan Guru Buddha Tidak dengan membunuhnya, Tapi dengan kekuatan Idhhinya dan pencerahaannya terhadap Y.A Mongallana Sehingga Menjadi Sadar..

Maaf, apakah anda pernah membaca atau melihat Sutta2 yang sperti ini atau mirip-miriplah :

Quote
Sabda Buddha "O, sarriputa, ketika seorang ank melihat orang tuanya/sdra2nya dalam keadaan bahaya hendak diBunuh oleh org lain. hendakLah ank itu Berdiam Diri jika bisa hindari dan tinggalKan. Tidak ada Perlu Rasa Khawatir, Gelisah, sedih. Demikian Pula Jika ada seseorang Yang menanyakan orang Dirmh kalian dengan maksud akan Menganiyaya bahkan membunuhnya, JanganLah mereka Tidak BerKata Jujur KataKanLah yang Sebenar-benarnya Bahwa Orang yg diCarinya tersebut ada Di dalam Rumah dan BiarKanLah apa yang dilakukan orang itu terjadi, Jika Perlu TinggalKan Pergi saja Tidak Perlu Merasa  khawatir, Cemas apa lagi meNolongnya...   :o :o


Sy tunggu pencerahan dari anda...

 _/\_

Apakah Mungkin karna pemahaman tentang SILA- pertama ini Hingga ummat yg sudah memegang Teguh ajaran Buddha/Dhamma yg sejati Jadi Sirna dari Negri2 yang dahulu memilikinya. Seperti Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, Turkistan Timur, Sekitar Asia tengah, Kauskasia Digantikan oleh ajaran Kaum yg Tidak Mengenal Dhamma yg sejati.. Hingga akhirnya ummat Buddha Berserak Ke Ceylon (Srilangka) dan (Tibet & China)....

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 10:07:34 AM
ya mikirnya ke membunuh terus...
emang keranya gak bisa digertak dulu???
cape deh

Sy Tidak Katakan Langsung Dibunuh... Bahkan sy Katakan sebisa mungkin menghindari membunuh.
Silahkan tunjukan Koment sy Yang Langsung diBunuh?? hhmm.. spertinya anda salah tanggap dari koment yg sy Tulis....  :-? :-?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 04 December 2012, 10:43:45 AM
Jika Demikian apa yang salah dari koment sy dibawah ini :
Ya setiap ummat Buddhist Tahu akan Bertekad menghindari pembunuhan Mahluk hidup sebisa mungkin, tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh).
Kl baca sepintas seperti menganjurkan membunuh kk...n kondisinya kurang jelas.... menurut saya mau melanggar sila/ga dikembalikan pd pilihan masing" dgn bertanggung jawab thd pilihannya.

Quote
Juga Ini...
Selama setelah melakukan pembunuhan tersebut tidak dengan kekejian dan diLiputi oleh rasa kebahagian, kesenangan, kebencian, kemelekatan Tetapi ada rasa penyesalan dan Pikiran yang Tidak buruk... Maka akan berpengaruh pada Kualitas dari karma Buruk itu sendiri..
mmg kualitasnya beda, tp bukan brarti pembunuhan tsb dibenarkan kan....

Quote
Lah klo ini Kan posisinya TIDAK melihat toh, Maksud dari itu artinya Kita Jangan BERPRASANGKA Buruk, Klo yg sy contohkan kan dalam posisi melihat, tahu kejadiannya dan ada kemampuan untuk bertindak sesuatu..  :) :)
juga jgn berprasangka buruk kl nyamuk membawa penyakit juga? hehe....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 12:26:28 PM
Kl baca sepintas seperti menganjurkan membunuh kk...n kondisinya kurang jelas.... menurut saya mau melanggar sila/ga dikembalikan pd pilihan masing" dgn bertanggung jawab thd pilihannya.

Loh ini Kurang JelasKah ?

 "tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh)."
sy kira org yg sudah dewasa sudah ngerti maksudnya, :) Contoh2 yg sy berikan adalah sudah dimna seseorang harus melakukan sesuatu sampai melukai bahkan jika diperlukan sampai membunuh.

anda sudah mengatakan :
Quote
menggertak kera, atau macam2, plg ga melukai dulu sblm sampai tahap membunuh... berarti kita sudah SEPAKAT ya
Saya Tidak mengatakan langsung diBunuh... (Lihat komentar sy diatas)

Quote
mmg kualitasnya beda, tp bukan brarti pembunuhan tsb dibenarkan kan....
Dimna sy Bilang DibenarKan… ?
Dari awal sy sudah mengatakan :
Quote
Jika Niat anda membunuh Nyamuk hanya karna untuk iseng2/Jail saja tentu lain lagi kadar karmanya, Lain halnya jika anda melakukan hal tersebut untuk melindungi diri atau keluarga dari Penyakit Demam Berdarah misalnya. Tapi Itu bukan berarti tidak ada karma buruknya. Jika dipikir-pikir ada Benarnya pula, apa Salahnya Juga NYAMUK dibunuh khan sudah kodratnya nyamuk memang Menghisap darah...

Quote
juga jgn berprasangka buruk kl nyamuk membawa penyakit juga? hehe....

Silahkan anda baca lagi contoh yg sy Tulis dan Fahami :  :D
Quote
Biasanya pada kasus tertentu, seseorang bisa membunuh mahluk hidup lain karna sudah tidak ada pilihan lain. Contoh, Jika dirmh seseorang ada anggota keluarganya yg meninggal karna terserang Malaria, setelah diamati penyebabnya dari ada sarang nyamuk Malaria ini dirmh tersebut. hingga org yg meninggal dirmh tersebut karna Gigitan nyamuk ini. Apakah Seisi orang rmh tersebut akan Berdiam Diri membiarkan nyamuk berkembangbiak disekitar rumahnya bahkan didalam rumahnya Tanpa ada Rasa Khawatir sedikitPun bahwa bisa saja anggota kluarganya yg lain mengalami hal yg sama. ??

Jadi ini Beda Toh sama Contoh yg Kamu Berikan?? Yg satu Sudah diselidiki dan diKetahui sedang yang satu BELUM...  ;) ;) tahu2 nie Nuduh anjing yg Gigit  ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 04 December 2012, 12:34:10 PM
Mungkin anda sudah melihat koment2 sy dibawah ini :

Kata BOLEH disini ini sangat  Ambigu sekali. Lebih Tepatnya bukan boleh, tapi keadaan yang memungkinkan hal tersebut diLakukan (membunuh). tentunya keadaan yg Sudah diPertimbangkan dengan Pikiran dan diPutuskan dengan Hati. Klo dikatakan Boleh, seolah-olah dalam keadaan apapun tindakan membunuh diBolehkan  :)
Kecuali Kita mempunyai kemampuan mempengaruhi pikiran orang/Mahluk yg hendak berbuat Jahat, hingga orang/Mahluk  tersebut membataLkan Niat Jahatnya, menganiyaya, membunuh dll. Sperti Y.A Mongallana Yg dihentikan Guru Buddha Tidak dengan membunuhnya, Tapi dengan kekuatan Idhhinya dan pencerahaannya terhadap Y.A Mongallana Sehingga Menjadi Sadar..

Maaf, apakah anda pernah membaca atau melihat Sutta2 yang sperti ini atau mirip-miriplah :


Sy tunggu pencerahan dari anda...

 _/\_

Apakah Mungkin karna pemahaman tentang SILA- pertama ini Hingga ummat yg sudah memegang Teguh ajaran Buddha/Dhamma yg sejati Jadi Sirna dari Negri2 yang dahulu memilikinya. Seperti Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, Turkistan Timur, Sekitar Asia tengah, Kauskasia Digantikan oleh ajaran Kaum yg Tidak Mengenal Dhamma yg sejati.. Hingga akhirnya ummat Buddha Berserak Ke Ceylon (Srilangka) dan (Tibet & China)....



begini, dalam perdebatan "ada" vs "tidak ada", maka pihak "ada" lah yg harus membuktikan, karena tidak mungkin pihak "tidak ada" bisa membuktikan sesuatu yg tidak ada. jika saya mengatakan tidak ada di mana pun bahwa Sang Buddha pernah mengajarkan pembunuhan makhluk hidup boleh dilakukan, maka buktinya adalah BLANK, tidak ada yg bisa ditunjukkan.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 01:30:29 PM
begini, dalam perdebatan "ada" vs "tidak ada", maka pihak "ada" lah yg harus membuktikan, karena tidak mungkin pihak "tidak ada" bisa membuktikan sesuatu yg tidak ada. jika saya mengatakan tidak ada di mana pun bahwa Sang Buddha pernah mengajarkan pembunuhan makhluk hidup boleh dilakukan, maka buktinya adalah BLANK, tidak ada yg bisa ditunjukkan.

Sy Rasa TepatNya bukan secara langsung sy menanyakan Boleh atau Tidak, tetapi ada keadaan/kondisi yang tidak bisa menghindar dari hal tersebut (membunuh). Bagaimana Guru Buddha Menyikapinya atau mungkin dari Murid2 beliau..

Sy Kira Koment sy dibawah ini sudah sangat Jelas :
Quote
Jika kamu dan sy tidak bisa merujuk pada sutta2 yg ada, Sebaiknya silahkan pertimbangkan menurut akal sehat kita dalam kasus sperti yg sy Contohkan...

JIKA TIDAK ADA, dengan Demikian hanya pandangan kita saja yg Berbeda

Maksud sy minta tununjukan sutta2nya, Mungkin saja tidak ada Secara Gamblang Dalam Sutta2 tetapi apakah diLiteratur2 Buddhist Tidak ada yg menunjukan sama sekali bahwa dgn alasan dan kondisi apapun tidak dibolehkan Melakukan Pembunuhan?

Menurut sy Kitab suci itu ada Yang Tersurat (diTulis) dan ada Yang Tersirat (Sesuatu dibalik yg Tertulis, maknanya Penafsirannya)
Olehkarna itu, apa dari keduanya diatas itu Benar2 tidak ada sama sekali kisah2 Buddha yg Menceritakan Masalah Bunuh membunuh ini  :-? :-?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 04 December 2012, 01:45:20 PM
Sy Rasa TepatNya bukan secara langsung sy menanyakan Boleh atau Tidak, tetapi ada keadaan/kondisi yang tidak bisa menghindar dari hal tersebut (membunuh). Bagaimana Guru Buddha Menyikapinya atau mungkin dari Murid2 beliau..

Sy Kira Koment sy dibawah ini sudah sangat Jelas :
Maksud sy minta tununjukan sutta2nya, Mungkin saja tidak ada Secara Gamblang Dalam Sutta2 tetapi apakah diLiteratur2 Buddhist Tidak ada yg menunjukan sama sekali bahwa dgn alasan dan kondisi apapun tidak dibolehkan Melakukan Pembunuhan?

Menurut sy Kitab suci itu ada Yang Tersurat (diTulis) dan ada Yang Tersirat (Sesuatu dibalik yg Tertulis, maknanya Penafsirannya)
Olehkarna itu, apa dari keduanya diatas itu Benar2 tidak ada sama sekali kisah2 Buddha yg Menceritakan Masalah Bunuh membunuh ini  :-? :-?

contoh 1: MN 27

13. “Setelah meninggalkan keduniawian dan memiliki latihan dan gaya hidup kebhikkhuan, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk-makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk-makhluk hidup; dengan tongkat pemukul dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasih pada semua makhluk. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; mengambil hanya apa yang diberikan, menerima hanya apa yang diberikan, dengan tidak mencuri ia berdiam dalam kemurnian. Meninggalkan kehidupan tidak-selibat, ia melaksanakan hidup selibat, hidup terpisah, menghindari praktik vulgar hubungan seksual.

Contoh 2:MN 41  Sāleyyaka Sutta

12. “Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik? Di sini seseorang, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk hidup, dengan tongkat dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan kepada semua makhluk hidup. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Dengan meninggalkan perbuatan salah dalam kenikmatan indria, ia menghindari perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, atau dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik. [288]
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: bluppy on 04 December 2012, 02:22:30 PM
Sy Rasa TepatNya bukan secara langsung sy menanyakan Boleh atau Tidak, tetapi ada keadaan/kondisi yang tidak bisa menghindar dari hal tersebut (membunuh). Bagaimana Guru Buddha Menyikapinya atau mungkin dari Murid2 beliau..

kalau soal nyamuk,
ada kondisi yg bisa menghindar dari membunuh
hanya bukanlah kondisi yg mau gampangnya, cepat, praktis, tidak repot
untuk menghindari membunuh itu jauh lebih repot, usaha ekstra
mesti bersih2, pasang sekat nyamuk, pake lotion, dan bermacam2 cara lain

biarpun nyamuk itu dibunuh
atau nyamuk itu berusaha dihindari tanpa dibunuh
sama2 tidak 100% menjamin tidak akan digigit
karena nyamuk terus menerus berkembang biak
soal malaria, demam berdarah, juga probabilitas, bukan hal yg mutlak

=====================================

kalo menurut saya, kondisi yang tidak bisa menghindar dari hal tersebut (membunuh)
mungkin contohnya: pembelaan diri waktu akan dibunuh, sampai akhirnya "terpaksa" membunuh lawan
padahal kondisi ini sebenarnya juga bukan "terpaksa"
karena masih ada pilihan kabur, dibunuh, membunuh, dll

YM Angulimala dilempar batu oleh org yg marah
(oleh korban yg dulu saudara, teman, kerabatnya dibunuh olehnya )
sampai kepalanya bocor dan berdarah
YM Anglimala dalam keadaan terdesak
tidak membela diri, tidak melawan
bahkan saat nyawanya genting, tidak berusaha membalas
tidak menyerang balik org2 itu, tidak membunuh org2 itu
(kalau situasi zaman sekarang, ada yg karena alasan membela diri, menyelamatkan nyawa sendiri sampai membunuh lawannya)

YM Mahamoggalana ketika sedang berdiam diri
diserang oleh segerombolan penjahat
dipukuli sampai tulangnya remuk
juga tidak melawan, dan tidak membunuh lawannya

=========================================

bro Nagasena juga sudah berulang kali
menyatakan sendiri kalau membunuh itu ada karma buruknya
tapi mungkin menanyakan kadar karma buruknya apakah tergantung niat membunuh, alasan membunuh, kondisi pikiran saat membunuh, kondisi keadaan, dll

nag, ini sebenarnya pertanyaan yg bagus
dan mungkin kadar karma buruknya memang berbeda2 sesuai kondisi
tapi tetap saja ada karma buruknya
dan karma bukan matematika, susah ngitung kadar nya

misalnya kalau seseorang memilih membunuh nyamuk
karena khawatir anaknya terkena malaria, dll
tetap ada karma buruk membunuh nyamuk (cetana 1 )
dan ada juga karma baik melindungi anaknya (cetana 2 )
jadi itu sudah pilihan org yg membunuh itu
dan dia sudah tau konsekuensi dari perbuatannya

contohnya: kakak saya membunuh nyamuk di kamarnya
karena bayinya alergi digigit nyamuk, akan bengkak bernanah
bayinya kulit sensitif jadi juga ngk pake lotion anti nyamuk
kamar sudah disekat, dibersihkan, dan upaya lainnya
tapi kalo keliatan ada 1 nyamuk terbang deket2 bayinya,
tetep nyamuk itu dibunuh
dan kakak saya sadar 100 % kalau membunuh itu karma buruk
dan dia juga sadar pengen melindungi bayinya
jadi dia menerima konsekuensi karma buruk itu
yag sudah, itu kan pilihan dia sendiri
dan dia juga sadar membunuh 1 makhluk kecil
kalau ditimbun berkali2, juga lama2 jadi besar karmanya
jadi dia juga antara enggan, dan berusaha untuk mengurangi membunuh nyamuk
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 02:36:34 PM
contoh 1: MN 27

13. “Setelah meninggalkan keduniawian dan memiliki latihan dan gaya hidup kebhikkhuan, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk-makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk-makhluk hidup; dengan tongkat pemukul dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasih pada semua makhluk. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; mengambil hanya apa yang diberikan, menerima hanya apa yang diberikan, dengan tidak mencuri ia berdiam dalam kemurnian. Meninggalkan kehidupan tidak-selibat, ia melaksanakan hidup selibat, hidup terpisah, menghindari praktik vulgar hubungan seksual.

Contoh 2:MN 41  Sāleyyaka Sutta

12. “Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik? Di sini seseorang, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk hidup, dengan tongkat dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan kepada semua makhluk hidup. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Dengan meninggalkan perbuatan salah dalam kenikmatan indria, ia menghindari perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, atau dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik. [288]

Maaf ini Nasehat untuk Para KeBhikkuan atau untuk ummat awam Juga?Maksudnya dari Kisah itu, Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma itu kepada siapa? bisa anda tidak memengal ayat2 sutta Diatas, sy Tidak Tahu sebelum dan sesudahnya adaKah masih bersambung atau tidaknya dari ayat2 Sutta yg Anda Post itu. Seperti yg sy Katakan sebeblumNya Jika Kita memotong keutuhan suatu ayat akan memiliki arti dan makna yg berbeda..

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 04 December 2012, 02:49:49 PM
Maaf ini Nasehat untuk Para KeBhikkuan atau untuk ummat awam Juga?Maksudnya dari Kisah itu, Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma itu kepada siapa? bisa anda tidak memengal ayat2 sutta Diatas, sy Tidak Tahu sebelum dan sesudahnya adaKah masih bersambung atau tidaknya dari ayat2 Sutta yg Anda Post itu. Seperti yg sy Katakan sebeblumNya Jika Kita memotong keutuhan suatu ayat akan memiliki arti dan makna yg berbeda..



saya hanya mengambil pargraf tentang aturan tidak membunuh, karena akan terlalu panjang untuk memuat seluruh sutta. apakah menurut anda dalam hal ini, ajaran tidak membunuh itu hanya utk para bhikkhu? untuk mengantisipasi itu maka saya menampilkan sutta #2 yg ditujukan kepada perumah tangga.  jika anda ingin membaca seluruhnya, saya juga sudah mencantumkan nomor/judul sutta-nya.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 03:10:19 PM
kalau soal nyamuk,
ada kondisi yg bisa menghindar dari membunuh
hanya bukanlah kondisi yg mau gampangnya, cepat, praktis, tidak repot
untuk menghindari membunuh itu jauh lebih repot, usaha ekstra
mesti bersih2, pasang sekat nyamuk, pake lotion, dan bermacam2 cara lain

biarpun nyamuk itu dibunuh
atau nyamuk itu berusaha dihindari tanpa dibunuh
sama2 tidak 100% menjamin tidak akan digigit
karena nyamuk terus menerus berkembang biak
soal malaria, demam berdarah, juga probabilitas, bukan hal yg mutlak

=====================================

kalo menurut saya, kondisi yang tidak bisa menghindar dari hal tersebut (membunuh)
mungkin contohnya: pembelaan diri waktu akan dibunuh, sampai akhirnya "terpaksa" membunuh lawan
padahal kondisi ini sebenarnya juga bukan "terpaksa"
karena masih ada pilihan kabur, dibunuh, membunuh, dll

YM Angulimala dilempar batu oleh org yg marah
(oleh korban yg dulu saudara, teman, kerabatnya dibunuh olehnya )
sampai kepalanya bocor dan berdarah
YM Anglimala dalam keadaan terdesak
tidak membela diri, tidak melawan
bahkan saat nyawanya genting, tidak berusaha membalas
tidak menyerang balik org2 itu, tidak membunuh org2 itu
(kalau situasi zaman sekarang, ada yg karena alasan membela diri, menyelamatkan nyawa sendiri sampai membunuh lawannya)

YM Mahamoggalana ketika sedang berdiam diri
diserang oleh segerombolan penjahat
dipukuli sampai tulangnya remuk
juga tidak melawan, dan tidak membunuh lawannya

=========================================

bro Nagasena juga sudah berulang kali
menyatakan sendiri kalau membunuh itu ada karma buruknya
tapi mungkin menanyakan kadar karma buruknya apakah tergantung niat membunuh, alasan membunuh, kondisi pikiran saat membunuh, kondisi keadaan, dll

nag, ini sebenarnya pertanyaan yg bagus  ^-^
dan mungkin kadar karma buruknya memang berbeda2 sesuai kondisi
tapi tetap saja ada karma buruknya
dan karma bukan matematika, susah ngitung kadar nya

misalnya kalau seseorang memilih membunuh nyamuk
karena khawatir anaknya terkena malaria, dll
tetap ada karma buruk membunuh nyamuk (cetana 1 )
dan ada juga karma baik melindungi anaknya (cetana 2 )
jadi itu sudah pilihan org yg membunuh itu
dan dia sudah tau konsekuensi dari perbuatannya

contohnya: kakak saya membunuh nyamuk di kamarnya
karena bayinya alergi digigit nyamuk, akan bengkak bernanah
bayinya kulit sensitif jadi juga ngk pake lotion anti nyamuk
kamar sudah disekat, dibersihkan, dan upaya lainnya
tapi kalo keliatan ada 1 nyamuk terbang deket2 bayinya,
tetep nyamuk itu dibunuh
dan kakak saya sadar 100 % kalau membunuh itu karma buruk
dan dia juga sadar pengen melindungi bayinya
jadi dia menerima konsekuensi karma buruk itu
yag sudah, itu kan pilihan dia sendiri
dan dia juga sadar membunuh 1 makhluk kecil
kalau ditimbun berkali2, juga lama2 jadi besar karmanya
jadi dia juga antara enggan, dan berusaha untuk mengurangi membunuh nyamuk

Dari Kisah diatas itu ketika Maha Angulimala sudah Menjadi bhikku?Ia tidak Melakukan Perlawanan karna sudah menyadari bahwa tindak tanduknya sebelum bertemu Sang Buddha hanya berbuat kekejaman jadi tidak melakukan apa2.

Disini sy tidak tahu apakah kita sebagai ummat Buddha bisa memisahkan antara sabda2 Guru Buddha Terhadap ummat Bhikku atau sedang membicarakan kehidupan seorang Pertapa atau seorang Brahman dan sabda2 terhadap ummat awam?Apakah apa2 yg diSabdaKan guru Buddha untuk diJalankan oleh ummat Bhikku SAMA harus diLaukan oleh ummat awam? Sedang Seorang Bhikku sudah tidak Terikat lagi oleh sanak keluarganya maupun yg Lain (Mungkin pandangan sy Salah dalam hal ini, Mohon diLuruskan)

Entah Bagaiman Jika Maha Angulima Ketika sudah menjadi Bhikku melihat orang/mahluk sedang Terancam Jiwanya oleh mahluk/orang Lain. apakah akan tergerak hatinya untuk menolongnya... ??? :( :(

Jika MahaVira seperti yg sy sebutkan sebelumnya memiliki Faham sangat Extrime tidak mengganggu serangga setikitpun apa lagi membunuhnya, tidak makan setiap hari, hidup telanjang tanpai sehelai benangPun.. APa bisa dikatakan Ketika kita/seseorang dalam keadaan bahaya atau sanak keluarga kita dalam bahaya tetapi tidak Melakukan Pembelaan Diri (sperti Angulimala) dimna kita harus menyakiti orang/mahluk Lain, Menurut anda apakah Ini Juga termasuk dalam Keadaan Extrime Dalam Bentuk LAIN.. ??
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 04 December 2012, 03:11:44 PM
Loh ini Kurang JelasKah ?

 "tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh)."
sy kira org yg sudah dewasa sudah ngerti maksudnya, :) Contoh2 yg sy berikan adalah sudah dimna seseorang harus melakukan sesuatu sampai melukai bahkan jika diperlukan sampai membunuh.
Maksud saya kondisi nya kan beda" bagi setiap orang, spt yg kera mgkn menurut anda tidak mgkn menghindar pdhal menurutku mungkin saja bisa menghindar membunuh...

Quote
anda sudah mengatakan :Saya Tidak mengatakan langsung diBunuh... (Lihat komentar sy diatas)
Dimna sy Bilang DibenarKan… ?
Dari awal sy sudah mengatakan :
Silahkan anda baca lagi contoh yg sy Tulis dan Fahami :  :D
Jadi ini Beda Toh sama Contoh yg Kamu Berikan?? Yg satu Sudah diselidiki dan diKetahui sedang yang satu BELUM...  ;) ;) tahu2 nie Nuduh anjing yg Gigit  ;D

Mau membunuh nyamuk itu/mengungsi terserah pilihan msg" ok....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 03:35:18 PM
Maksud saya kondisi nya kan beda" bagi setiap orang, spt yg kera mgkn menurut anda tidak mgkn menghindar pdhal menurutku mungkin saja bisa menghindar membunuh...

Klo Menurut anda sih, sy tidak akan memberikan contoh.. Lah ini kan sy yg bertanya. Bisa aja kera itu menyerang orang yg hendak menolong bayi itu. Nah klo posisi demikian apa yg akan anda lakukan?akan berdiam diri digigit, diCakar tanpa melawan sedikitPun...  :-?
Khan sy Juga sudah Menulis Berusaha sebisa mungkin untuk tidak membunuh itu artinya kita gunakan berbagai cara untuk tidak membunuh Tapi jika sudah tidak bisa Dikendalikan tetap menyerang mengancam Nyawa ya membunuh tidak bisa diHindari Kan tohh.. (Klo ada binatang sudah menyerang itu artinya bintang itu Agressive)

Quote
Mau membunuh nyamuk itu/mengungsi terserah pilihan msg" ok....

Mengungsi,,  ^-^ ^-^  Tambah banyak donx Nyamuk dirmh
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 04 December 2012, 03:46:54 PM

Jika MahaVira seperti yg sy sebutkan sebelumnya memiliki Faham sangat Extrime tidak mengganggu serangga setikitpun apa lagi membunuhnya, tidak makan setiap hari, hidup telanjang tanpai sehelai benangPun.. APa bisa dikatakan Ketika kita/seseorang dalam keadaan bahaya atau sanak keluarga kita dalam bahaya tetapi tidak Melakukan Pembelaan Diri (sperti Angulimala) dimna kita harus menyakiti orang/mahluk Lain, Menurut anda apakah Ini Juga termasuk dalam Keadaan Extrime Dalam Bentuk LAIN.. ??


bisakah anda memberikan rujukan tentang klaim anda ini bahwa Mahavira tidak makan setiap hari?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 04 December 2012, 04:12:58 PM
Klo Menurut anda sih, sy tidak akan memberikan contoh.. Lah ini kan sy yg bertanya. Bisa aja kera itu menyerang orang yg hendak menolong bayi itu. Nah klo posisi demikian apa yg akan anda lakukan?akan berdiam diri digigit, diCakar tanpa melawan sedikitPun...  :-?
Khan sy Juga sudah Menulis Berusaha sebisa mungkin untuk tidak membunuh itu artinya kita gunakan berbagai cara untuk tidak membunuh Tapi jika sudah tidak bisa Dikendalikan tetap menyerang mengancam Nyawa ya membunuh tidak bisa diHindari Kan tohh.. (Klo ada binatang sudah menyerang itu artinya bintang itu Agressive)

Mengungsi,,  ^-^ ^-^  Tambah banyak donx Nyamuk dirmh

Pilihan saya bisa aja berbeda dgn pilihan orang lain.. Jd ga bs dijadikan patokan... Yg ptg jgn itu bkn membuat org salah paham sbg izin bole melanggar sila.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 04:25:16 PM
bisakah anda memberikan rujukan tentang klaim anda ini bahwa Mahavira tidak makan setiap hari?

Tidak Makan setiap hari Maksudnya Bukan Tidak Makan atau Minum SeUmur Hidup.. Maksudnya dalam Laku Spiritualnya...  :-? Masih Ingat Ketika Sang Buddha Menolak cara Extrime ini.. Dan melihat petikan senar yg dilakukan oleh seseorang yang Lewat... Jika TerLalu Kencang maka akan Putus Jika TerLalu Lemah makan tidak akan ada nadanya  ::)

Singkatnya
Quote
At the age of twenty,Mahavira renounced his kingdom and family, gave up his worldly possessions, and spent twelve years as an ascetic. During these twelve years he spent most of his time meditating. He gave utmost regard to other living beings, including humans, animals and plants, and avoided harming them. He had given up all worldly possessions including his clothes, and lived an extremely austere life. He exhibited exemplary control over his senses while enduring the penance during these years. His courage and bravery earned him the name Mahavira. These were the golden years of his spiritual journey at the end of which he achieved arihant status (Menghindari melukai Manusia, hewan dan tanaman )

he meditated day and night, undisturbed and non-perturbed. Avoiding women and giving up the company of householders, he realized singleness. He lodged in workshops, assembling places, manufactories, shed of straw, towns, garden-houses, in cemeteries and burial grounds, or at the foot of a tree, wherever shelter was available. He did not care for sleep for the sake of pleasure and he slept only for 3 hours in his 12.5 years of spiritual pursuit. In winter when cold winds blew, he did not seek sheltered places or kindle wood or seek to cover himself with clothes. In the cold season he meditated in the shade, in summer he exposed himself to the heat. (Tidak Menutupi Tubuhnya dengan Pakaian ketika musim dingin mauPun musim panas, bahkan tidak menyalakan kayu api sedikitpun)

‘Thoroughly knowing the earth-bodies and water-bodies and fire-bodies and wind-bodies, the lichens, seeds and sprouts’ and comprehending ‘that they are, if narrowly inspected, imbued with life’, he avoided all kinds of sin and abstained from all sinful activities. He did not use other’s robe, nor did he eat out of other’s vessel. He did not rub his eyes or scratch his body. Knowing measure in eating and drinking he was not desirous of delicious food, nor had he a longing for it.’ For more than a couple of years he led a religious life without using cold water. He completely abstained from indulgence of the flesh; whether wounded or not, he took no medical treatment. He lived on rough food-rice, pounded jujube and beans. Sometimes he ate stale food. He accepted moist or dry or cold food, old beans, old pap, or bad grain, whatever was available. But where there were hungry birds, animals or thirsty beings or beggars standing in his way, he would go past that place without begging alms. He kept fasts; sometimes he ate only the sixth meal, or the eighth, or the tenth, or the twelfth; sometimes he did not drink for half a month or even for a month or for more than two months or even six months
(Tidak Menggosok Mata, menggaruk tubuh. memakan Makanan Yang Tidak diMasak langsung dimakan, Kadang Makan Makanan BASI, menerima makan2 yg Tidak layak dimakan apa saja. Ia Puasa Tidak makan semau-maunya gak ada Aturannya semaunya saja  ;D )

in accordance with the rules of the order he wandered about unceasingly, except for the four months of the rainy season. During the rest of the year, he lived in villages only a single night and in towns only five nights. He was indifferent alike to the smell of ordure and the sweet scent of sandal, to straw and jewel, dirt and gold, pleasure and pain, his world and the world beyond, to life and death. His mind was completely free from attachment. Circumspect in his thought, words and acts, he moved without wrath, pride, deceit and greed. Like water in a vessel, he was unattached in the midst of sin. During the course of his travels, he visited the pathless country of the Ladhas, in Vajrabhumi and in Subbhabhumi; and here his troubles were endless. The rude natives of the place attacked him and set dogs to bite him. He endured the abusive language of the rustics and bore pain, free from desire. “When he approached the village the inhabitants met him on the outside and attacked him, saying ‘Get away from here’. He was struck with a stick, the fist, a lance, hit with a fruit, a clod a potsherd. Beating him again and again many cried. Once when he sat in meditation, without moving his body they cut his flesh, tore his hair under pains, or covered him with dust. They disturbed him in his religious postures”. But like a hero at the head of a battle, bearing all hardships he reached on his path wholly undisturbed." (Tidak peduli sama bau2 Kotoran dan apapun Juga, )

http://en.wikipedia.org/wiki/Mahavira
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 04 December 2012, 04:37:38 PM
Pilihan saya bisa aja berbeda dgn pilihan orang lain.. Jd ga bs dijadikan patokan... Yg ptg jgn itu bkn membuat org salah paham sbg izin bole melanggar sila.

banyak Sudah yg sy Contohkan dan itu benar2 Terjadi Jika seseorang dlm keadaan demikian apa yg akan dilakukan...  :-? :-?
Dalam posisi hal2 demikian Silahkan anda pikir dengan Akal Sehat anda sendiri Boleh diLakukan atau tidak  :-? :-?

(Sebenarnya Kata "BOLEH", Sy sudah Katakan Ini sbelumnya Bahwa Kata BOLEH disini Bisa Ambigu.  Tetapi ada keadaan/kondisi yang tidak bisa menghindar dari hal tersebut (membunuh)"

Tinggal bagaimana dngan Caranya melakukan Hal Tersebut Dengan kekejaman atau dengan penyeselan...  ^-^ ^-^



Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Rico Tsiau on 04 December 2012, 04:49:28 PM
cape dehhhh...  #-o

ya sudah lah, yang waras ngalah aja.

gelas sudah penuh, dan empunya menolak untuk mengosongkannya. jadi mau ngapain lagi?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: sanjiva on 04 December 2012, 04:59:25 PM
Semuanya benar, menurut pandangannya masing2  :)) :))

Yang penting semua sepakat bahwa Pancasila Buddhis sila pertama itu menghindari membunuh.

Perkara mau melakukan atau tidak itu menjadi urgensi dan urusan pribadi masing.  Tinggal menimbang untung ruginya melakukan atau tidak.  Setuju ?  ;)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 04 December 2012, 08:22:44 PM
Disini sy tidak tahu apakah kita sebagai ummat Buddha bisa memisahkan antara sabda2 Guru Buddha Terhadap ummat Bhikku atau sedang membicarakan kehidupan seorang Pertapa atau seorang Brahman dan sabda2 terhadap ummat awam?Apakah apa2 yg diSabdaKan guru Buddha untuk diJalankan oleh ummat Bhikku SAMA harus diLaukan oleh ummat awam? Sedang Seorang Bhikku sudah tidak Terikat lagi oleh sanak keluarganya maupun yg Lain (Mungkin pandangan sy Salah dalam hal ini, Mohon diLuruskan)
Quote
nasihat yang diberikan oleh Sang Buddha kepada umat awam dengan para Bhikkhu memang berbeda, namun Sang Buddha sama-sama mengajarkan ajaran tidak membunuh, baik itu kepada umat awam maupun Bhikkhu...
tidak ada pengecualian
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 04 December 2012, 11:37:15 PM
Tidak Makan setiap hari Maksudnya Bukan Tidak Makan atau Minum SeUmur Hidup.. Maksudnya dalam Laku Spiritualnya...  :-? Masih Ingat Ketika Sang Buddha Menolak cara Extrime ini.. Dan melihat petikan senar yg dilakukan oleh seseorang yang Lewat... Jika TerLalu Kencang maka akan Putus Jika TerLalu Lemah makan tidak akan ada nadanya  ::)

Singkatnya

dongeng tentang petikan senar itu adalah HOAX, silakan anda membuktikan sebaliknya.

Quote
At the age of twenty,Mahavira renounced his kingdom and family, gave up his worldly possessions, and spent twelve years as an ascetic. During these twelve years he spent most of his time meditating. He gave utmost regard to other living beings, including humans, animals and plants, and avoided harming them. He had given up all worldly possessions including his clothes, and lived an extremely austere life. He exhibited exemplary control over his senses while enduring the penance during these years. His courage and bravery earned him the name Mahavira. These were the golden years of his spiritual journey at the end of which he achieved arihant status (Menghindari melukai Manusia, hewan dan tanaman )

he meditated day and night, undisturbed and non-perturbed. Avoiding women and giving up the company of householders, he realized singleness. He lodged in workshops, assembling places, manufactories, shed of straw, towns, garden-houses, in cemeteries and burial grounds, or at the foot of a tree, wherever shelter was available. He did not care for sleep for the sake of pleasure and he slept only for 3 hours in his 12.5 years of spiritual pursuit. In winter when cold winds blew, he did not seek sheltered places or kindle wood or seek to cover himself with clothes. In the cold season he meditated in the shade, in summer he exposed himself to the heat. (Tidak Menutupi Tubuhnya dengan Pakaian ketika musim dingin mauPun musim panas, bahkan tidak menyalakan kayu api sedikitpun)

‘Thoroughly knowing the earth-bodies and water-bodies and fire-bodies and wind-bodies, the lichens, seeds and sprouts’ and comprehending ‘that they are, if narrowly inspected, imbued with life’, he avoided all kinds of sin and abstained from all sinful activities. He did not use other’s robe, nor did he eat out of other’s vessel. He did not rub his eyes or scratch his body. Knowing measure in eating and drinking he was not desirous of delicious food, nor had he a longing for it.’ For more than a couple of years he led a religious life without using cold water. He completely abstained from indulgence of the flesh; whether wounded or not, he took no medical treatment. He lived on rough food-rice, pounded jujube and beans. Sometimes he ate stale food. He accepted moist or dry or cold food, old beans, old pap, or bad grain, whatever was available. But where there were hungry birds, animals or thirsty beings or beggars standing in his way, he would go past that place without begging alms. He kept fasts; sometimes he ate only the sixth meal, or the eighth, or the tenth, or the twelfth; sometimes he did not drink for half a month or even for a month or for more than two months or even six months
(Tidak Menggosok Mata, menggaruk tubuh. memakan Makanan Yang Tidak diMasak langsung dimakan, Kadang Makan Makanan BASI, menerima makan2 yg Tidak layak dimakan apa saja. Ia Puasa Tidak makan semau-maunya gak ada Aturannya semaunya saja  ;D )

in accordance with the rules of the order he wandered about unceasingly, except for the four months of the rainy season. During the rest of the year, he lived in villages only a single night and in towns only five nights. He was indifferent alike to the smell of ordure and the sweet scent of sandal, to straw and jewel, dirt and gold, pleasure and pain, his world and the world beyond, to life and death. His mind was completely free from attachment. Circumspect in his thought, words and acts, he moved without wrath, pride, deceit and greed. Like water in a vessel, he was unattached in the midst of sin. During the course of his travels, he visited the pathless country of the Ladhas, in Vajrabhumi and in Subbhabhumi; and here his troubles were endless. The rude natives of the place attacked him and set dogs to bite him. He endured the abusive language of the rustics and bore pain, free from desire. “When he approached the village the inhabitants met him on the outside and attacked him, saying ‘Get away from here’. He was struck with a stick, the fist, a lance, hit with a fruit, a clod a potsherd. Beating him again and again many cried. Once when he sat in meditation, without moving his body they cut his flesh, tore his hair under pains, or covered him with dust. They disturbed him in his religious postures”. But like a hero at the head of a battle, bearing all hardships he reached on his path wholly undisturbed." (Tidak peduli sama bau2 Kotoran dan apapun Juga, )

http://en.wikipedia.org/wiki/Mahavira


bagian yg saya tandai dengan bold menunjukkan bahwa ia juga makan dan minum yg otomatis menggugurkan claim anda itu.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 05 December 2012, 05:48:52 AM
dongeng tentang petikan senar itu adalah HOAX, silakan anda membuktikan sebaliknya.

bagian yg saya tandai dengan bold menunjukkan bahwa ia juga makan dan minum yg otomatis menggugurkan claim anda itu.

mungkin suka baca berita HOAX kale !, makanya jadi tidak waras* :))

*berdasarkan asumsi bro Rico
cape dehhhh...  #-o

ya sudah lah, yang waras ngalah aja

gelas sudah penuh, dan empunya menolak untuk mengosongkannya. jadi mau ngapain lagi?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 05 December 2012, 09:16:34 AM
dongeng tentang petikan senar itu adalah HOAX, silakan anda membuktikan sebaliknya.

Dari Mana anda tahu itu Dongeng?Bisa diTunjunKan pemahaman anda bahwa ini sebuah dongeng? Lebih bagus lagi jika memang ada Sutta2 yang MEMBANTAHnya tentang Hal tersebut...  :-?
Ok, terlepas itu doneng atau bukan. Bisakah kita mengambil sebuah makna dari cerita tersebut?Mau Memilih Cara Yang Extrime/Senar yg Terlalu Keras (menyiksa diri) atau Cara yg Tidak Extrime/Senar yg Terlalu lemah (Mengikuti kesenangan2 Indra semata)

Quote
bagian yg saya tandai dengan bold menunjukkan bahwa ia juga makan dan minum yg otomatis menggugurkan claim anda itu.

Tidak Makan setiap hari Maksudnya Bukan Tidak Makan atau Minum SeUmur Hidup.. Maksudnya dalam Laku Spiritualnya...   :-? :-? Biar kebaca  ;D

Kita sedang Berdiskusi tentang Dhamma. Bukan sedang mencari siapa yg benar atau yg salah, siapa yang Menang atau siapa yg Kalah..

 _/\_
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 05 December 2012, 09:59:51 AM
Dari Mana anda tahu itu Dongeng?Bisa diTunjunKan pemahaman anda bahwa ini sebuah dongeng? Lebih bagus lagi jika memang ada Sutta2 yang MEMBANTAHnya tentang Hal tersebut...  :-?
anda malah sibuk mempertanyakan dari mana saya tahu dongeng, bukannya membuktikan keotentikan "dongeng" itu? dan anda menuntut untuk menunjukkkan suatu teks otentik yg membantah ketidak-otentikan teks tertentu. tolong anda jelaskan bagaimana caranya suatu teks otentik yg muncul lebih dulu bisa membantah suatu dongeng yg muncul belakangan?

Quote
Ok, terlepas itu doneng atau bukan. Bisakah kita mengambil sebuah makna dari cerita tersebut?Mau Memilih Cara Yang Extrime/Senar yg Terlalu Keras (menyiksa diri) atau Cara yg Tidak Extrime/Senar yg Terlalu lemah (Mengikuti kesenangan2 Indra semata)

semua dongeng, kalau anda pernah membaca karya2 H.C Andersen, bukankah semuanya juga berisikan pesan moral?

Quote
Tidak Makan setiap hari Maksudnya Bukan Tidak Makan atau Minum SeUmur Hidup.. Maksudnya dalam Laku Spiritualnya...   :-? :-? Biar kebaca  ;D

seharusnya itulah yg anda tuliskan ketika menceritakan tentang tokoh panutan anda, apakah menurut anda hanya saya sendiri yang saat membaca pertama menangkap demikian?

Quote
Kita sedang Berdiskusi tentang Dhamma. Bukan sedang mencari siapa yg benar atau yg salah, siapa yang Menang atau siapa yg Kalah..

 _/\_

tentu saja kita sedang berdiskusi di sini, emangnya ada hal lain yg bisa kita lakukan di sini? Walaupun siapa benar dan siapa salah tetap akan terungkap di akhir diskusi ini tanpa kita mencarinya.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 05 December 2012, 11:29:56 AM
saya hanya mengambil pargraf tentang aturan tidak membunuh, karena akan terlalu panjang untuk memuat seluruh sutta. apakah menurut anda dalam hal ini, ajaran tidak membunuh itu hanya utk para bhikkhu? untuk mengantisipasi itu maka saya menampilkan sutta #2 yg ditujukan kepada perumah tangga.  jika anda ingin membaca seluruhnya, saya juga sudah mencantumkan nomor/judul sutta-nya.

Ya Terima Kasih sudah menunjukan sutta tentang hal ini. Karna menurut sy, sangat Tidak Mungkin sekali Sang Buddha selama membabarkan dhamma selama 45 th, Masa tidak ada sutta2 yang menceritakan sedikitpun tentang hal Bunuh Membunuh. Sedang Dalam Pancasila Buddhist menghindari membunuh ada diurutan pertama  :-? (tentunya ini sgt PentingKan..!!!). Sekalipun hanya sedikit referensi sutta2 tentang hal tersebut, Mungkin bisa juga diTunjukan oleh murid2nya yg lain Sebagai Pendukung/penguat sperti Maha Kassapa, Ananda, sariputta atauPun tokoh2 Besar Buddhist sperti Bhante Nagarjuna, Nagasena dll.. Atau Dalam aliran Theravada, Mahayana, Tantrayana bahwasanya Tidak ada Pengecualian/dgn alasan apaPun sekalipun itu untuk kebaikan, membeladiri, menolong mahluk hidup lain Dst...


Ok, Kita lihat penggalan dari Sutta yang anda ambil dibawah ini :

Quote
Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik? Di sini seseorang, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk hidup, dengan tongkat dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan kepada semua makhluk hidup. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Dengan meninggalkan perbuatan salah dalam kenikmatan indria, ia menghindari perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, atau dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik. [288]

Kita Sepakat Dalam pancasila Buddhist memang Disana Tidak ada Kata Kecuali Dan dalam Sila pertama bertekad Menghindari/meninggalkan melakukan tindakan pembunuhan. Kata "Kecuali" memang tidak ada (Tidak diTulis), Kemudian seseorang dengan pemahamannya sendiri berfikir bahwa dalam kondisi apapun tetap menghindari pembunuhan harus dilakukan. Menurut anda ini Tafsir pemahaman sendiri(Seseorang) atau bukan? (Diawal sy sudah bertanya Jika ada Sutta2nya Yg mendukung, meneguhKan atau Menguatkan bahwa hal itu Benar Maka Tunjukan atau Berikan REFERENSI sutta2nya atau seTidaknya Literature2 Buddha) JIKA memang tidak ada. Dibawah ini Komentar saya sebelumnya Kan :
JIKA TIDAK ADA, dengan Demikian hanya pandangan kita saja yg Berbeda tohh untuk Sila Pertama ini ...

Disana Juga Tidak DiTulis Dengan jelas/Gamblang dalam situasi atau kondisi yg bagaimana PerumahTangga tersebut. Bisa Jadi Kata yang diTulis Bold itu, Anjuran/Nasehat hanya diTunjukan dalam keadaan AMAN-AMAN saja maksudnya tidak Terjadi Perseteruan/membahayakan diantara Mahluk satu dgn yang lain. Misalnya sperti memotong ayam untuk dimakan, Menembak Burung hanya untuk Kesenangan semata, memburu Harimau dihutan TAPI Bukan dalam ARTIAN maksudnya Memburu/membunuh Harimau Liar yang masuk Kedesa/pemukiman penduduk, membunuh burung/ayam karna Terjangkit Virus H5N1.

Bagian Kedua yang sy Bold, Kita BerkuTat Dengan Tulisan yg DiTulis ayat. Adalah Sila ke- 3 menghindari perbuatan Asusila, Disana Tidak ada KECUALI/pengkecualian, Kita Sepakat. Apakah Jika ada seseorang yang menyimpulkan SAMA seperti Sila Ke-1 Disana Tidak ada terTULIS Kata Kecuali/Pengkecualian baik itu suami-istri TerLebih hanya baru Tunangan. Apakah Posisi Suami-Istri (Yang Haknya) tetap melanggar SILA ke- 3, Pasti ada Kan Sutta2 Yang Menyatakan atau Meneguhkan, Menguatkan Bahwa Suami-Istri yang SAH TIDAK Termasuk Kedalam Pelanggaran Sila Ke- 3.. Dengan Jelas dan gamblang Bahwa yang TIDAK DiBenarkan adalah Yang Di BOLD itu..

Mohon Pencerahannya dari Anda atau Kawan2 lain disini....

 _/\_
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 05 December 2012, 11:39:16 AM
Ya Terima Kasih sudah menunjukan sutta tentang hal ini. Karna menurut sy, sangat Tidak Mungkin sekali Sang Buddha selama membabarkan dhamma selama 45 th, Masa tidak ada sutta2 yang menceritakan sedikitpun tentang hal Bunuh Membunuh. Sedang Dalam Pancasila Buddhist menghindari membunuh ada diurutan pertama  :-? (tentunya ini sgt PentingKan..!!!). Sekalipun hanya sedikit referensi sutta2 tentang hal tersebut, Mungkin bisa juga diTunjukan oleh murid2nya yg lain Sebagai Pendukung/penguat sperti Maha Kassapa, Ananda, sariputta atauPun tokoh2 Besar Buddhist sperti Bhante Nagarjuna, Nagasena dll.. Atau Dalam aliran Theravada, Mahayana, Tantrayana bahwasanya Tidak ada Pengecualian/dgn alasan apaPun sekalipun itu untuk kebaikan, membeladiri, menolong mahluk hidup lain Dst...

justru banyak sekali sutta yang mengajarkan tentang aturan-aturan moralitas Buddhis, jika anda juga membaca sutta anda pasti mengetahuinya, saya tidak mungkin sudi memposting semuanya, karena itu tentu sangat melelahkan.

Quote
Ok, Kita lihat penggalan dari Sutta yang anda ambil dibawah ini :

Kita Sepakat Dalam pancasila Buddhist memang Disana Tidak ada Kata Kecuali Dan dalam Sila pertama bertekad Menghindari/meninggalkan melakukan tindakan pembunuhan. Kata "Kecuali" memang tidak ada (Tidak diTulis), Kemudian seseorang dengan pemahamannya sendiri berfikir bahwa dalam kondisi apapun tetap menghindari pembunuhan harus dilakukan. Menurut anda ini Tafsir pemahaman sendiri(Seseorang) atau bukan? (Diawal sy sudah bertanya Jika ada Sutta2nya Yg mendukung, meneguhKan atau Menguatkan bahwa hal itu Benar Maka Tunjukan atau Berikan REFERENSI sutta2nya atau seTidaknya Literature2 Buddha) JIKA memang tidak ada. Dibawah ini Komentar saya sebelumnya Kan :
JIKA TIDAK ADA, dengan Demikian hanya pandangan kita saja yg Berbeda tohh untuk Sila Pertama ini ...

seorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh", tidak dapat disebut tafsir, melainkan seseorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali ", inilah yg menafsirkan.

Quote
Disana Juga Tidak DiTulis Dengan jelas/Gamblang dalam situasi atau kondisi yg bagaimana PerumahTangga tersebut. Bisa Jadi Kata yang diTulis Bold itu, Anjuran/Nasehat hanya diTunjukan dalam keadaan AMAN-AMAN saja maksudnya tidak Terjadi Perseteruan/membahayakan diantara Mahluk satu dgn yang lain. Misalnya sperti memotong ayam untuk dimakan, Menembak Burung hanya untuk Kesenangan semata, memburu Harimau dihutan TAPI Bukan dalam ARTIAN maksudnya Memburu/membunuh Harimau Liar yang masuk Kedesa/pemukiman penduduk, membunuh burung/ayam karna Terjangkit Virus H5N1.

again, memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali kalau TIDAK AMAN", inilah yg disebut penafsiran, bahkan dapat disebut "penafsiran seenak jidat".

Quote
Bagian Kedua yang sy Bold, Kita BerkuTat Dengan Tulisan yg DiTulis ayat. Adalah Sila ke- 3 menghindari perbuatan Asusila, Disana Tidak ada KECUALI/pengkecualian, Kita Sepakat. Apakah Jika ada seseorang yang menyimpulkan SAMA seperti Sila Ke-1 Disana Tidak ada terTULIS Kata Kecuali/Pengkecualian baik itu suami-istri TerLebih hanya baru Tunangan. Apakah Posisi Suami-Istri (Yang Haknya) tetap melanggar SILA ke- 3, Pasti ada Kan Sutta2 Yang Menyatakan atau Meneguhkan, Menguatkan Bahwa Suami-Istri yang SAH TIDAK Termasuk Kedalam Pelanggaran Sila Ke- 3.. Dengan Jelas dan gamblang Bahwa yang TIDAK DiBenarkan adalah Yang Di BOLD itu..

Mohon Pencerahannya dari Anda atau Kawan2 lain disini....

 _/\_


untuk sila ke-3 itu tentu saja juga cukup jelas disana, tapi saya menolak membahas sila ke-3 ini sebelum kita menuntaskan sila ke-1 agar diskusi ini menjadi lebih rapi dan tidak melebar ke mana2.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 05 December 2012, 12:05:04 PM
anda malah sibuk mempertanyakan dari mana saya tahu dongeng, bukannya membuktikan keotentikan "dongeng" itu? dan anda menuntut untuk menunjukkkan suatu teks otentik yg membantah ketidak-otentikan teks tertentu. tolong anda jelaskan bagaimana caranya suatu teks otentik yg muncul lebih dulu bisa membantah suatu dongeng yg muncul belakangan?
Tidak Sibuk, Malah sy Ingin Tahu Kebenaranya Bahwa bila Benar Itu Hanya sebuah DONGENG, Karna sebelumnya anda Mengatakan Kisah itu Dongeng  :-?
Berarti anda Tahu mengapa itu disebut hanya sebuah Dongeng. sy hanya Tanyakan bagaimna anda bisa memandang ini hanya sebuah dongeng.. dan lebih bagus JIKA ada atau anda pernah membaca buku atau dari teman Bahwa itu sebuah Kisah Dongeng saja Yang Ditambah-tambahi atau apa saja.. Jadi Jika anda tidak bisa Menunjukannya YA tidak apa2 Sekedar pandangan saja sudah CUKUP. Menurut anda Dalam Kisah tersebut, teks yang muncul Lebih dahulu atau yg Muncul Belakangan?
 
Quote
semua dongeng, kalau anda pernah membaca karya2 H.C Andersen, bukankah semuanya juga berisikan pesan moral?
Dongeng semua, Maksudnya apa nih? Dongeng sebuah Cerita/Kisah yang diBuat-buat (Tidak Benar2 Nyata) hanya untuk maksud tertentu entah itu berpesan moral atau tidak atau hendak manyampaikan maksud tertentu...
Karna anda mengatakan Semua DONGENG :
Menurut anda Sidharta Gautama itu dongeng atau Bukan? Memang benar2 Real nyata Ada atau hanya cerita Bualan Pujangga masa lalu saja tentang Seorang ank raja yang menjadi Buddha?

Quote
seharusnya itulah yg anda tuliskan ketika menceritakan tentang tokoh panutan anda, apakah menurut anda hanya saya sendiri yang saat membaca pertama menangkap demikian?
Maaf, Bukan Panutan saya. Seorang Guru yang makan makanan BASI tidak patut menjadi Panutan  ;D

Saat anda Bertanya :
Quote
bisakah anda memberikan rujukan tentang klaim anda ini bahwa Mahavira tidak makan setiap hari?

Sy JAWAB :

" Tidak Makan setiap hari Maksudnya Bukan Tidak Makan atau Minum SeUmur Hidup.. Maksudnya dalam Laku Spiritualnya... "
Dan refernsinya sy Tunjukan toh..

ada yang salah dari Jawaban sy  :) anda bertanya karna kurang jelas Maka sy Jawab tohh...,
Jika ada yg kurang jelas ya Tidak apa2 diTanya hal yg Wajar..

Quote
tentu saja kita sedang berdiskusi di sini, emangnya ada hal lain yg bisa kita lakukan di sini? Walaupun siapa benar dan siapa salah tetap akan terungkap di akhir diskusi ini tanpa kita mencarinya.

OK.. Sip Lah... :D :D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 05 December 2012, 01:35:15 PM
Tidak Sibuk, Malah sy Ingin Tahu Kebenaranya Bahwa bila Benar Itu Hanya sebuah DONGENG, Karna sebelumnya anda Mengatakan Kisah itu Dongeng  :-?
Berarti anda Tahu mengapa itu disebut hanya sebuah Dongeng. sy hanya Tanyakan bagaimna anda bisa memandang ini hanya sebuah dongeng.. dan lebih bagus JIKA ada atau anda pernah membaca buku atau dari teman Bahwa itu sebuah Kisah Dongeng saja Yang Ditambah-tambahi atau apa saja.. Jadi Jika anda tidak bisa Menunjukannya YA tidak apa2 Sekedar pandangan saja sudah CUKUP. Menurut anda Dalam Kisah tersebut, teks yang muncul Lebih dahulu atau yg Muncul Belakangan?


saya mengatakan itu dongeng, karena kisah itu tidak pernah ada dalam teks2 otentik Tipitaka, karena tidak ada dalam Tipitaka, namun ada sekarang, maka saya simpulkan bahwa dongeng ini muncul belakangan, dan karena dongeng itu muncul belakangan, maka tidak mungkin Tipitaka membantahnya, karena pada saat Tipitaka disusun dongeng itu memang belum ada. apakah anda bisa menangkap penjelasan sederhana ini?

Quote
Dongeng semua, Maksudnya apa nih? Dongeng sebuah Cerita/Kisah yang diBuat-buat (Tidak Benar2 Nyata) hanya untuk maksud tertentu entah itu berpesan moral atau tidak atau hendak manyampaikan maksud tertentu...
wah, ini cukup bikin gue capek nih, pernyataan saya jangan dipenggal begitu bung, yg saya katakan adalah bahwa "semua dongeng berisikan pesan moral?"

Quote
Karna anda mengatakan Semua DONGENG :
jadi saya tidak mengatakan semua dongeng, itu asumsi yg muncul dari ketidak-cerdasan anda dalam menginterpretasikan kalimat, seharusnya jika anda tidak memahami kalimat saya, anda klarifikasi dulu sebelum membantahnya.

Quote
Menurut anda Sidharta Gautama itu dongeng atau Bukan? Memang benar2 Real nyata Ada atau hanya cerita Bualan Pujangga masa lalu saja tentang Seorang ank raja yang menjadi Buddha?

tentang sosok Beliau memang tercatat dalam Tipitaka, Tipitaka adalah rujukan otentik bagi saya, entah bagi anda. selain itu catatan sejarah juga mengatakan ada.

Quote
Maaf, Bukan Panutan saya. Seorang Guru yang makan makanan BASI tidak patut menjadi Panutan  ;D

i see

Quote
Saat anda Bertanya :
ada yang salah dari Jawaban sy  :) anda bertanya karna kurang jelas Maka sy Jawab tohh...,
Jika ada yg kurang jelas ya Tidak apa2 diTanya hal yg Wajar..

OK.. Sip Lah... :D :D

baik, bari kita lanjutkan
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 06 December 2012, 04:38:45 PM
saya melihat teman2 disini sudah sangat banyak menjelaskan tentang apa yang diajarkan oleh Sang Buddha versi agama kami (minjem istilah om indra  ;D ), tetapi jika om tetap bersikukuh dengan ajaran agamanya, saya pikir juga sudah cukuplah.
kami tidak menjelaskan untuk menarik orang memercayai dan mengikuti apa yang kami yakini, semuanya kembali ke yang menerima. :)

Sy tidak bersi kukuh, olehkarna itu sy masih bertanya dan bertukar pikiran disini…
Untuk memahami sebuah ajaran Dhamma dari Sang Buddha bukan masalah menarik org untuk mempercayai, mengikuti dst… Tapi bagaimana memahami ajaran itu sendiri. Masalah nantinya org itu menerima, sefaham atau tidak itu Urusan belakangan tohh…  ;) ;)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 06 December 2012, 04:44:01 PM
Quote
from: Indra on 04 December 2012, 11:37:15 PM
dongeng tentang petikan senar itu adalah HOAX, silakan anda membuktikan sebaliknya.

bagian yg saya tandai dengan bold menunjukkan bahwa ia juga makan dan minum yg otomatis menggugurkan claim anda itu.

mungkin suka baca berita HOAX kale !, makanya jadi tidak waras*

*berdasarkan asumsi bro Rico
Quote
from: Rico Tsiau on 04 December 2012, 04:49:28 PM]
cape dehhhh... 

ya sudah lah, yang waras ngalah aja

gelas sudah penuh, dan empunya menolak untuk mengosongkannya. jadi mau ngapain lagi?

Anda Mengatakan HOAX saja tidak Cukup. Hmmm…  :-? Spertinya anda lebih mengetahui Mana kisah2 Buddha Yang Dongeng dan mana yang Bukan. Sangat bagus sekali untuk sy, Sekarang Tunjukan Mana saja kisah yang dongeng dan mana yang Tidak dongeng, Tidak perlu semua….   Jika Kisah Angulimala Doneng SebutKan versi yg Aslinya. Jika ada sumbernya lebih bagus lagi.
Dengan Demikian itu lebih baik Bukan…   :-?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Rico Tsiau on 06 December 2012, 04:52:24 PM
 #-o
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 06 December 2012, 11:38:19 PM


Anda Mengatakan HOAX saja tidak Cukup. Hmmm…  :-? Spertinya anda lebih mengetahui Mana kisah2 Buddha Yang Dongeng dan mana yang Bukan. Sangat bagus sekali untuk sy, Sekarang Tunjukan Mana saja kisah yang dongeng dan mana yang Tidak dongeng, Tidak perlu semua….   Jika Kisah Angulimala Doneng SebutKan versi yg Aslinya. Jika ada sumbernya lebih bagus lagi.
Dengan Demikian itu lebih baik Bukan…   :-?


kisah Angulimala tercatat dalam MN 86 Angulimala Sutta. tidak baik jika saya mengatakan kepada anda mana dongeng dan mana asli, karena bahkan tipitaka pun saya tidak menganggapnya asli 100%. tapi jika anda bertanya mana yg sesuai sutta dan mana yg tidak sesuai sutta, "mungkin" saya akan memberitahu anda.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 07 December 2012, 11:09:49 AM
Semuanya benar, menurut pandangannya masing2  :)) :))

Sy Tidak Merasa pendapat sy Benar, maka sy bertanya disini mencari bilamana ada pemahaman yg lebih benar, Tepat dari Kawan2 disini tentang Hal ini.
Jika pendapat sy Salah, Silahkan diBantah dan diLuruskan.  ^-^ ^-^

Quote
Yang penting semua sepakat bahwa Pancasila Buddhis sila pertama itu menghindari membunuh.

Ya Sepakat, dan Harusnya ada KeSepakatan Juga Bahwa bukan berarti Tidak boleh diTanya lebih jauh lagi arti dari sebuah kalimat diatas. :whistle:
Kelima Sila itu Kita Sepakat tidak ada Kata “Kecuali” disana, tapi Bukan berarti tidak ada Penjelasannya dari kesemua Sila-sila tersebut.
Ada yang salah jika ada seseorang atau seorang ummat yang bertanya : Membunuh?? membunuh yang bagaimana, seperti apa. Realnya setiap hari kita melihat atau setidaknya mendengar ada membunuh atau diBunuh entah itu sengaja, tidak disengaja,  Dengan Niat atau tanpa Niat, Reflex, Terpaksa, membela diri, Menolong mahluk lain, karna tidak Tahu, membunuh dengan Berencana atau tidak, Diperintah orang Dst…  8) 8)

ada yg aneh, sy hanya BerTanya sperti ini :  :-?

Sy hanya minta diTunjukan rujukan Sutta2nya yang mendukung, menguatkan, meneguhkan Hal tersebut. Bahkan Jika tidak ada Cukup dalam Literature2 Buddhist yang ada atau kisah2 tokoh2 besar agama Buddha sperti bhante Nargarjuna, Nagasena atau dlm Mazhab2 sperti Theravada, Mahayana, Tantrayana atw lainnya. Atau itu dari Pemikiran anda sendiri?

Quote
Perkara mau melakukan atau tidak itu menjadi urgensi dan urusan pribadi masing.  Tinggal menimbang untung ruginya melakukan atau tidak.  Setuju ?  ;)

Ada yg salah dari Koment sy ini sebelumnya :  ;D

Quote
Sy Jga Tahu, mngkin anda menganggap sy menyarankan boleh melakukan pembunuhan dlm kondisi tertentu. TIDAK..!!! Semua kembali kepada individu masing2 pada kondisi atau situasi apa Hal tersebut bisa dilakukan. Tentunya Setiap Orang Berbeda-Beda.[/b]

Dan ini :

Quote
Kata2 Boleh membunuh/berbohong untuk kebaikan tidak ada, itu hanya kiasan saja. Seolah-olah Boleh membunuh/berbohong Tanpa sebab, tanpa dasar yg benar itu diBOLEHKAN. Yang ada adalah kondisi yg menentukan kita mengambil Pilihan Yang Lebih Baik atau bijaksana.

Sy Hanya ingin mengatakan Bahwa Hukum Karma tidak sesimple yg dibayangkan Karna Bukan tidak Mungkin ada Yang memandang Bahwa KARMA itu Identik dgn hal Yang Buruk, yang Negative saja, Buta, Kaku. Cara Kerja/berprosesnya Hukum karma sulit diJangkau Pikiran manusia. Bahwa Jika membunuh akan menghasilkan Karma Yang sama Kualitasnya atau Bobotnya Tanpa Memperhitungkan Niat, metode/Cara Melakukannya, Keadaan setelah melakukan hal tersebut (Belum sampai pada, apakah Penyebab Tindakan itu Ikut diperhitungkan juga/berpengaruh), Hingga orang yg sudah Terlanjur/Pernah melakukan tindakan membunuh ini Dalam Hidupnya Menjadi PESIMIS hanya karna sudah pernah membunuh Tidak ada Dorongan untuk Berbuat Kebajikan... Lebih Parahnya, Hanya Karna Takut Karma Sehingga Hati, Rasional & Nalar Jadi Tidak Dipakai/Dikesampingkan Padahal Ia bukan seorang ummat Bhikku atau Pertapa tetapi Hanya sebagai Ummat awam saja. karna Kamma Vipaka bisa diTekan, Diperlunak bahkan digugurkan dalam masa sebelum berBuah (Singkatnya Flexible). seperti yg sy katakan Sebelumnya bahwa ada waktu berbuahnya, berdasarkan kekuatan karmanya dan berdasarkan Fungsinya.. Dan satu lagi jangan diLupakan adalah kekuatan Bathin itu sendiri pada diri seseorang Bukankah banyak juga Kisah2 murid Beliau atau ummat awam yang bisa sampai tingkat Tertentu ketika setelah mendapat pencerahan dari Guru Buddha selagi orang itu Hidup atau setelah mati terlahir kealam yg baik walau ada masa waktunya. Padahal orang2 tersebut pernah melakukan kejahatan Pula...

Tambahan : http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55


Dan Post dibawah ini ada sedikit Kaitannya :  8)

belum ketemu suttanya
tapi kalau ttg kadar membunuh binatang yg berbeda
sudah ada di thread ini
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2343.msg34017.html#msg34017

ttg membunuh juga
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,698.0.html

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,20613.msg358763.html#msg358763

Acts of taking life are differentiated by way of their degree of moral gravity. Not all cases of killing are equally blameworthy. All are unwholesome, a breach of the precept, but the Buddhist texts make a distinction in the moral weight attached to different kinds of killing.

The first distinction given is that between killing beings with moral qualities (guna) and killing beings without moral qualities. For all practical purposes the former are human beings, the latter animals, and it is held that to kill a fellow human being is a more serious matter ethically than to kill an animal. Then within each category further distinctions are drawn. In the case of animals the degree of moral gravity is said to be proportional to the animal, to kill a larger animal being more blameworthy than to kill a smaller one. Other factors relevant to determining moral weight are whether the animal has an owner or is ownerless, whether it is domestic or wild, and whether it has a gentle or a vicious temperament. The moral gravity would be greater in the former three alternatives, less in the latter three. In the killing of human beings the degree of moral blame depends on the personal qualities of the victim, to kill a person of superior spiritual stature or one's personal benefactors being more blameworthy than to kill a less developed person or one unrelated to oneself. The three cases of killing selected as the most culpable are matricide, parricide, and the murder of an arahat, a fully purified saint.
Another factor determinative of moral weight is the motivation of the act. This leads to a distinction between premeditated murder and impulsive killing. The former is murder in cold blood, intended and planned in advance, driven either by strong greed or strong hatred. The latter is killing which is not planned in advance, as when one person kills another in a fit of rage or in self-defense. Generally, premeditated murder is regarded as a graver transgression than impulsive killing, and the motivation of hatred as more blameworthy than the motivation of greed. The presence of cruelty and the obtaining of sadistic pleasure from the act further increase its moral weight.

Other factors determinative of moral gravity are the force of the defilements accompanying the act and the amount of effort involved in its perpetration, but limitations of space prohibit a full discussion of their role.

jadi it's up to you, it's your choice

 _/\_
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 07 December 2012, 12:55:53 PM
Sy Tidak Merasa pendapat sy Benar, maka sy bertanya disini mencari bilamana ada pemahaman yg lebih benar, Tepat dari Kawan2 disini tentang Hal ini.
Jika pendapat sy Salah, Silahkan diBantah dan diLuruskan.  ^-^ ^-^

sudah berusaha diluruskan, tapi ndak mau lurus-lurus...
(istilahnya: au ban) :))
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 07 December 2012, 01:37:33 PM
justru banyak sekali sutta yang mengajarkan tentang aturan-aturan moralitas Buddhis, jika anda juga membaca sutta anda pasti mengetahuinya, saya tidak mungkin sudi memposting semuanya, karena itu tentu sangat melelahkan.

Sabar, sy juga Tidak Menyuruh memPost semuanya. Sy juga tahu itu. Maksud sy, Jika ada sutta yg diPost harus secara utuh memotongnya Jelas yg masih bersangkutan Hingga artinya tidak simpangsiur, disalahartikan..

Quote
seorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh", tidak dapat disebut tafsir, melainkan seseorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali ", inilah yg menafsirkan.

Baik, anda mengatakan dengan menggunakan Kata TIDAK disini, BILA diLihat dari TerJemahan Bahasa Pali ke Indonesia. Apakah di Tulis dengan awalan Kata “Tidak“. Menurut anda, kata “Tidak” dengan kata “Aku Bertekad Melatih diri untuk ….”, Sama artinya atau Penekanan katanya sama?

Sy Tidak ada maksud untuk Meminta terTulis disana kata sperti ini "tidak membunuh kecuali " mengatakan ada kata Kecuali disana. Karna di Ke- 5 Sila tersebut memang semuanya Tidak ada Kata "KECUALI" dlm terjmahannya Pun tidak ada, Sy hanya bertanya saja. Diawal memang sy menulis secara Singkat dengan Kata Kecuali/Pengecualian agar mudah Saja. Tetapi ternyata tidak ada Titik temu. Dan akhirnya sy menJelaskan pernyataan yg sebetulnya adalah..Kondisi /Keadaan yang Tidak Bisa Menghindar dari Membunuh (Kondisi/keadaan disini bisa bermacam-macam).

Silahkan anda lihat perbedaannya disana. Kata Kecuali Sangat Frontal sekali Jika Ditempatkan pada sebuat kalimat Aturan. BerTolak belakang secara Langsung, Disatu sisi mengatakan Tidak, diSisi lain YA/boleh, Sedangkan Kondisi/Situasi ini bukan hal yg Bertolak belakang secara Penuh/Langsung (Bukan Berarti “DiBolehKan” ) Dan Bukan berarti Sy juga minta ditunjukan dalam Sila itu ada Tertulis kata Kondisi sperti itu. Yg sy minta adalah sutta2 lain yang mendukung, menguatkan, meneguhkan sutta yang berisi sila2 tersebut.
Mungkin anda lebih Pintar dari sy dalam hal pemahaman arti sebuah kata, Jika ada yg salah silahkan anda Luruskan

Quote
again, memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali kalau TIDAK AMAN", inilah yg disebut penafsiran, bahkan dapat disebut "penafsiran seenak jidat".

TerNyata memang ada Yang Lain disini…!!!!   8)
Quote
tentu saja kita sedang berdiskusi di sini, emangnya ada hal lain yg bisa kita lakukan di sini? Walaupun siapa benar dan siapa salah tetap akan terungkap di akhir diskusi ini tanpa kita mencarinya.
Quote

"penafsiran seenak jidat". 

Tapi sudahLah, Lupakan saja…  :D :D

Masalah Nyawa Bukan Hal yang Sepele. bukan Pula MenafsirKan dengan asal2an untuk pembenaran.  Jadi jgn anda Potong Kalimat2 selanjutnya ini :

Quote
tidak Terjadi Perseteruan/membahayakan diantara Mahluk satu dgn yang lain. Misalnya sperti memotong ayam untuk dimakan, Menembak Burung hanya untuk Kesenangan semata, memburu Harimau dihutan TAPI Bukan dalam ARTIAN maksudnya Memburu/membunuh Harimau Liar yang masuk Kedesa/pemukiman penduduk, membunuh burung/ayam karna Terjangkit Virus H5N1.


Hal yang lumrah terjadi, seseorang bisa mempunyai Tafsir/pemahaman yg berbeda dan salah terhadapat isi yang terkandung dalam sebuah ayat. Apa lagi dalam kitab Suci yang artinya Tidak Sembarangan Dengan ASAL mengartikan, "Memutuskan oh ini begini, oh ini begitu" Kecuali orang yang memang sudah Mumpuni dalam hal tersebut. Yang terpenting adalah menemukan KeSepahaman yang paling mendekati maksud yang terkadung dalam kalimat2 ayat tersebut.  :-? :-?

“Untuk Kata Kecuali Sudah sy Jelaskan Pengunaan Kata Tersebut untuk Penekanannya
Karna Sila adalah aturan Jika disana ada kata Kecuali namanya Bukan aturan olehKarna itu tidak Lazim  kata (Kecuali) itu disematkan kalimat tersebut. Toh dari ke- 5 Sila itu semua Tidak ada penggunaan Kata Kecuali tetapi tetap ada penjabaran/penjelasaannya masing2.

Quote
untuk sila ke-3 itu tentu saja juga cukup jelas disana, tapi saya menolak membahas sila ke-3 ini sebelum  kita menuntaskan sila ke-1 agar diskusi ini menjadi lebih rapi dan tidak melebar ke mana2.

Hmmm….!!!!   :-? :-?
Anda bisa mengatakan dengan ringan Bahwasannya Cukup JeLas disana. sekaliPun disana TIDAK pula ada Kata "Kecuali "(Lebih tepatNya Kondisi tertentu) Tetapi Mempunyai Pemahaman Lain, bahwa Suami-Istri yang SAH (Konsisi/keadaan sudah Menikah) tidak termasuk dalam Pelanggaran Sila Ke- 3. Sedang Pada Sila ke- 1, sama tidak diTulis Disana kata "kecuali" (Lebih tepatNya Kondisi tertentu) bahkan tidak secara Jelas diTulis Mahluk tersebut dalam keadaan sperti apa (bandingkan dgn keterangan untk Sila Ke- 3 yg diBold itu). TETAPI Ketika sesorang mempunyai pemahaman lain pada Sila Ke-1 ini, ketika Ingin mengetahui lebih Jauh lagi atau Menganalisa, dengan Ringan PULA anda mengatakan tidak membunuh Sebagai  (atau “YA”) Tidak Membunuh. Hmmm….  BegituKah maksud anda dalam memahami nya ?? Klo ini, "penafsiran seenak jidat" BUKAN Ya…. ???  :-?

Yang Satu Boleh memiliki pemahaman/penafsiran atau setidaknya ada analisa, Tetapi Yang Satu TIDAK BOLEH sama Sekali ada pemahaman atau ditafsirkan Lain… Sungguh hebat kau ini …  :o  :-? :-?

YA benar, tidak ada maksud Melebar dari Hal Sila ke- 1 ini.
Sila Ke –Tiga itu sy Utarakan hanya agar memudahKan saja, agar Tidak terjadi Salah Pengertian. Jelas ada Korelasi Jika diLihat dari Sebuah Kata disana
Dan sudah sy Tulis Pula sebelumnya ini :

Quote
Bagian Kedua yang sy Bold, Kita BerkuTat Dengan Tulisan yg DiTulis ayat

Maksud sy apakah hanya karna disana tidak ada Kata2 Tertulis "Kecuali" terus Pemahaman atau penafsiran DiHaramkan/Tidak diBolehkan.

Ada hubungannya dengan Koment yg pertama sy diAtas :
Jika keterangan yang diBold dibawah ini, Kita sepakat Sudah Cukup Jelas. Tidak akan ada Pemahaman, tafsir Yang Simpangsiur, menimbulkan perbedaan pemahaman atau Bercabang.

Quote
Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik? Di sini seseorang, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk hidup, dengan tongkat dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan kepada semua makhluk hidup. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Dengan meninggalkan perbuatan salah dalam kenikmatan indria, ia menghindari perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, atau dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan.  Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik. [288]

MAKA, Silahkan anda Post Sutta2 Lain Yang anda Ketahui untuk Sila Pertama. Yang Jelas terang benerang sperti Sutta diatas yg diBold itu Hingga tidak Terjadi Kesimpangsiuran dalam memahaminya setidaknya Ketemu kesepahaman. SeandaiNya Bila memang benar2 TIDAK ada,(atau mungkin belum menemukan) Minimal dari yg sebelumnya sy Tulis ini :

Quote
Sekalipun hanya sedikit referensi sutta2 tentang hal tersebut, Mungkin bisa juga diTunjukan oleh murid2nya yg lain Sebagai Pendukung/penguat sperti Maha Kassapa, Ananda, sariputta atauPun tokoh2 Besar Buddhist sperti Bhante Nagarjuna, Nagasena, Asvagosha dll.. Atau Dalam aliran Theravada, Mahayana, Tantrayana bahwasanya Tidak ada Pengecualian/dgn alasan apaPun sekalipun itu untuk kebaikan, membeladiri, menolong mahluk hidup lain Dst...

Atau anda Pernah Baca atau dengar Sutta yang MIRIP seperti ini, Sangat Jelas Dan Gamblang. seperti  :

Quote
Sabda Buddha "O, sarriputta, ketika seorang ank melihat orang tuanya/sdra2nya dalam keadaan bahaya hendak diBunuh oleh org lain. HendakLah ank itu Berdiam Diri jika bisa hindari dan tinggalKan. Tidak ada Perlu Rasa Khawatir, Gelisah, sedih. Demikian Pula Jika ada seseorang Yang menanyakan orang Dirmh kalian dengan maksud akan Menganiyaya bahkan membunuhnya, JanganLah mereka Tidak BerKata Jujur KataKanLah yang Sebenar-benarnya Bahwa Orang yg diCarinya tersebut ada Di dalam Rumah dan BiarKanLah apa yang dilakukan orang itu terjadi, Jika Perlu TinggalKan Pergi saja Tidak Perlu Merasa  khawatir, Cemas apa lagi meNolongnya... 


Dibawah ini adalah sedikit contoh saja yg sy berikan diKomentar-komentar sebelumnya dgn Kawan yg lain disini.

Maka sy Tunggu Juga jawaban anda atas koment2 yg sy Tulis dibawah ini, bagaimana pendapat anda
Ini berhubungan dgn Sila ke- 1, dalam artian ada membunuh :

Quote
Mungkin jika ada ibu kamu atau ayah kamu mau diTikam sama Berandalan Juga, Kamu tidak akan peduli karna klo menghardik/memukul org berandalan itu Akan melukai org tersebut apa lagi klo sampai org Banyak Tahu pasti DiGebuki sampai mati Org Berandalan tersebut... Dan anda akan berkata AKhh sudah karmanya kali diTikam sampai mati Ortu Ku sama org Berandalan tersebut...   

Binatang saja akan melindungi ank2 klo diserang sama bintang Lain bahkan sampai membunuhnya, Sedang anda berdiam diri... Lebih berharga mna Binatang sama anda?   

Lihat Kasus yg Terjadi DiNorwegia dimna seseorang menembaki orang lain yg sedang berlibur sampai puluhan orang atau di amerika seorang mahasiswa Korea menembaki Kawan2nya.... Mungkin anda juga akan Berdiam diri tidak melakukan apa2 Ya,, Sedang kamu sebenarnya bisa menghentikan tidakan org biadab tersebut Melukainya atau membunuhnya.. (Mugkin anda akan menjawab dgn perasaan, Khan Pembunuh itu Juga Manusia Ingin Hidup...   )

Quote
Itu Contoh Lain, karna memang benar terjadi ada ank bayi diMalaysia Diterkam mati oleh seekor kera... Jika ada seseorang melihat ada Bayi Diterkam atau diCabik2 sama Monyet Masa tidak ada pemikiran untuk menolong Bayi tersebut toh.. Jika setiap Orang acuh Tak acuh akan hal itu..
Sudah Pada tahap tingkat Bathin berapa orang tersebut... ???

Quote
Masalah Cetana,, Ketika seorang Penodong melihat ank sekolah sedang jalan sendiri dan memaninkan Handphone. Kemudian BerNiat Merampas handphone tersebut Ketika sudah mendapatkannya kemudian Ia lari dan diKejar oleh ank sklh tersebut. Karna korban melawan kemudian penodong ini mengeluarkan senjata untuk melukainya Saja bukan untuk membunuhnya, agar si Korban takut. Tetapi ketika terjadi Perseteruan ank sklh itu Sekarat masuk Rm. Sakit dan mati oleh karna Tertusuk oleh Penodong Tersebut.. Ini benar2 Terjadi diJkt..

Menurut Anda bagaimna Jika Karma itu adalah Cetana (Niat) Dalam hal ini Karma membunuh, Si Penodong ini Tidak ada Niat membunuhnya sama sekali,hanya ingin handphonenya sama melukainya saja agar ank sklh itu Takut dan tidak mengejarnya lagi??

Sebaliknya Jika ada seseorang BerNiat Baik menolong atau Menyelamatkan sesuatu tetapi tidak Kesampaian bahkan Tidak Jadi Dilaksanakan NIAT baik Tersebut, apakah akan tetep Berbuah karma Baik??

Yang Satu Tidak ada Niat Tapi TerJadi, sedang Yg Kedua Ada Niat Tapi Tidak Terjadi....

 _/\_
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 07 December 2012, 01:42:44 PM
saya mengatakan itu dongeng, karena kisah itu tidak pernah ada dalam teks2 otentik Tipitaka, karena tidak ada dalam Tipitaka, namun ada sekarang, maka saya simpulkan bahwa dongeng ini muncul belakangan, dan karena dongeng itu muncul belakangan, maka tidak mungkin Tipitaka membantahnya, karena pada saat Tipitaka disusun dongeng itu memang belum ada. apakah anda bisa menangkap penjelasan sederhana ini?

BaikLah. Jika memang Kisah yg Sy Utarakan adalah Timbul belakangan tidak apa2. Silahkan berikan referensinya kisah yg sperti anda katakan lebih otentik. Setidaknya sebuah buku/teks2  yang muncul terlebih dahulu lebih bisa mendekati keOtentikannya walaupun tetap harus diUji Kebenarannya.
Tidak ada Kitab suci yang DiTulis(DiBukukan) langsung Oleh tokoh2 tersebut semasa hidupnya. Tetapi diTulis setelah beberapa ratus tahun Toko suci tersebut Wafat.

Quote
wah, ini cukup bikin gue capek nih, pernyataan saya jangan dipenggal begitu bung, yg saya katakan adalah bahwa "semua dongeng berisikan pesan moral?"
jadi saya tidak mengatakan semua dongeng, itu asumsi yg muncul dari ketidak-cerdasan anda dalam menginterpretasikan kalimat, seharusnya jika anda tidak memahami kalimat saya, anda klarifikasi dulu sebelum membantahnya.

Loh bukannya anda memberikan Jawaban dari Koment sy sebelumnya( Senar itu). anda sudah memBlok Pernyataan sy.

Quote
Ok, terlepas itu doneng atau bukan. Bisakah kita mengambil sebuah makna dari cerita tersebut?Mau Memilih Cara Yang Extrime/Senar yg Terlalu Keras (menyiksa diri) atau Cara yg Tidak Extrime/Senar yg Terlalu lemah (Mengikuti kesenangan2 Indra semata)

semua dongeng, kalau anda pernah membaca karya2 H.C Andersen, bukankah semuanya juga berisikan pesan moral?

Jika Bukan untuk balasan dari Koment sy, Berarti Anda Bergumam Sendiri…  :-?

Quote
tentang sosok Beliau memang tercatat dalam Tipitaka, Tipitaka adalah rujukan otentik bagi saya, entah bagi anda. selain itu catatan sejarah juga mengatakan ada.

Bagi sy ?? Dibawah ini ada koment sy sebelumnya ?
Quote

Jika pandangan/Penafsiran sy Salah maka Tunjukan Sutta2 yg mengenai hal ini. Knp sy Tanya sperti itu, Menurut sy semua yg dibicarakan atau diPertentangKan sebagai Buddhist kita harus mengacu pada sabda2 Guru Buddha lewat sutta2 yg ada... atau setidaknya dari Murid2 beliau Bukankah begitu ?


Quote
baik, bari kita lanjutkan

Ya, Silahkan anda Lanjutkan.....  ^-^ ^-^
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 07 December 2012, 01:48:59 PM
sudah berusaha diluruskan, tapi ndak mau lurus-lurus...
(istilahnya: au ban) :))

Jika demikian itu berArti Belum sempurna Lurus.... Kecuali Tidak Tahu, tidak bisa menjawab, sudah Mentok   :))
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 07 December 2012, 02:07:36 PM
kisah Angulimala tercatat dalam MN 86 Angulimala Sutta. tidak baik jika saya mengatakan kepada anda mana dongeng dan mana asli, arena bahkan tipitaka pun saya tidak menganggapnya asli 100%.

Ragu - Ragu... !!! Dalam Hal agama jika kita mengetahui sesuatu yang Benar, maka Tidak ada kata Tidak Baik atau Tidak. kecuali keragu-raguan yang melingkupi dirinya... Jika Benar katakanLah benar Jika  itu Salah Maka kataKanlah Salah, Maka itu Lebih baik adanya. Justru orang bisa mengetahui Bahwa ini Sebuah Kisah Dongeng Yang Tidak Perlu DiPercaya SediKitPun.

Mempelajari tentang Agama Bukan sedang Menina boboKan ank dengan Dongeng Si Kancil dan Buaya. Sebuah agama disisipi oleh sebuah Cerita yang dibumbui Oleh Dongeng2, Kisah2 Bualan masa lalu untk apa diPercayai... malah menjadi Tertawaan, Agama Macam apa ini,,  :-? :-?

Quote
tapi jika anda bertanya mana yg sesuai sutta dan mana yg tidak sesuai sutta, "mungkin" saya akan memberitahu anda.

Jika Demikian mari kita sama - sama TIDAK menggunakan kata Dongeng itu, tetapi dengan sesuai Sutta atau Tidak...   8)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: William_phang on 07 December 2012, 02:25:40 PM
Ragu - Ragu... !!! Dalam Hal agama jika kita mengetahui sesuatu yang Benar, maka Tidak ada kata Tidak Baik atau Tidak. kecuali keragu-raguan yang melingkupi dirinya... Jika Benar katakanLah benar Jika  itu Salah Maka kataKanlah Salah, Maka itu Lebih baik adanya. Justru orang bisa mengetahui Bahwa ini Sebuah Kisah Dongeng Yang Tidak Perlu DiPercaya SediKitPun.

Mempelajari tentang Agama Bukan sedang Menina boboKan ank dengan Dongeng Si Kancil dan Buaya. Sebuah agama disisipi oleh sebuah Cerita yang dibumbui Oleh Dongeng2, Kisah2 Bualan masa lalu untk apa diPercayai... malah menjadi Tertawaan, Agama Macam apa ini,,  :-? :-?

Jika Demikian mari kita sama - sama TIDAK menggunakan kata Dongeng itu, tetapi dengan sesuai Sutta atau Tidak...   8)

Saya rasa cerita Angulimala sudah ditunjukkan oleh Indra bahwa cerita tersebut di dalam MN (Majhima Nikaya)..dimana MN ini dipercaya oleh banyak scholar bahwa ini adalah peninggalan Budishme Awal sebelum perpecahan... justru Indra berbicara dg bukti otentik dari Nikaya....bukan atas dasar donggeng... pahamkah anda?.

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 07 December 2012, 03:05:15 PM
Saya rasa cerita Angulimala sudah ditunjukkan oleh Indra bahwa cerita tersebut di dalam MN (Majhima Nikaya)..dimana MN ini dipercaya oleh banyak scholar bahwa ini adalah peninggalan Budishme Awal sebelum perpecahan... justru Indra berbicara dg bukti otentik dari Nikaya....bukan atas dasar donggeng... pahamkah anda?.

Maksud yg sy tulis Bukan tidak mempercayai naskah2 yg lebih awal Seperti  MN (Majhima Nikaya)..
Sy lebih mengomentari yang ini :

Quote
tidak baik jika saya mengatakan kepada anda mana dongeng dan mana asli

Dan ini Koment sy ini :

kecuali keragu-raguan yang melingkupi dirinya... Jika Benar katakanLah benar Jika  itu Salah Maka kataKanlah Salah, Maka itu Lebih baik adanya. Justru orang bisa mengetahui Bahwa ini Sebuah Kisah Dongeng Yang Tidak Perlu DiPercaya SediKitPun.
Kasihan Sekali Jika Ummat Buddha banyak yg mengetahui sebuah Kisah2 Dongeng dalam agamanya sendiri, tidak mengetahui mana Sutta2 Yang Sahih mana Yang Tidak , Yang lebih tahu iniLah yang harusnya memberitahu dan Meluruskan tohh.. Olehkarna itu bisa jadi ada buku2 yg bereda atau diDunia maya ini Kisah2 Dongeng yg sebetulnya hanya Rekaan Belaka, Tidak Sahih artinya Lemah diRagukan keBenarannya... Perlu adanya Sanggahan itu... Kecuali memang ya itu, Ragu2...


Lalu sy juga Menyinggung Yang ini :
Quote

from: Indra on 04 December 2012, 11:37:15 PM
dongeng tentang petikan senar itu adalah HOAX, silakan anda membuktikan sebaliknya.

bagian yg saya tandai dengan bold menunjukkan bahwa ia juga makan dan minum yg otomatis menggugurkan claim anda itu.

mungkin suka baca berita HOAX kale !, makanya jadi tidak waras*

*berdasarkan asumsi bro Rico


Silahkan anda berikan referensi Suttanya, Thanks....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 07 December 2012, 04:24:33 PM
Silahkan anda berikan referensi Suttanya, Thanks....
=)) =)) =))

anda cocok jadi pelawak
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 07 December 2012, 04:47:13 PM
=)) =)) =))

anda cocok jadi pelawak

Spertinya anda yg lebih cocok jadi Pelawak, karna tertawa terus...   :-?

SedangKan koment sy yg pertama Tidak Dijawab   :)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 07 December 2012, 05:03:21 PM
yang mana??
kelewatan ya??
please repeat
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 07 December 2012, 10:49:11 PM
Ragu - Ragu... !!! Dalam Hal agama jika kita mengetahui sesuatu yang Benar, maka Tidak ada kata Tidak Baik atau Tidak. kecuali keragu-raguan yang melingkupi dirinya... Jika Benar katakanLah benar Jika  itu Salah Maka kataKanlah Salah, Maka itu Lebih baik adanya. Justru orang bisa mengetahui Bahwa ini Sebuah Kisah Dongeng Yang Tidak Perlu DiPercaya SediKitPun.


saya tidak mengatakan bahwa saya ragu2, pun saya tidak membantahnya, tapi itu jelas adalah asumsi anda sendiri. dan apa yg menjadi asumsi anda sama sekali bukan urusan saya, saya tidak wajib memberitahu apa pun kepada anda. statement saya cukup jelas, bahwa saya tidak menganggap tipitaka itu 100% asli, yg artinya mungkin 50% atau 75% atau 90% asli, tapi saya tidak menerima seluruhnya. semoga anda memahami kalimat sederhana ini.

Quote
Mempelajari tentang Agama Bukan sedang Menina boboKan ank dengan Dongeng Si Kancil dan Buaya. Sebuah agama disisipi oleh sebuah Cerita yang dibumbui Oleh Dongeng2, Kisah2 Bualan masa lalu untk apa diPercayai... malah menjadi Tertawaan, Agama Macam apa ini,,  :-? :-?
entah... menurut anda agama macam apa ini?

Quote
Jika Demikian mari kita sama - sama TIDAK menggunakan kata Dongeng itu, tetapi dengan sesuai Sutta atau Tidak...   8)

silakan anda dengan pilihan anda dan saya dengan pilihan saya, ada masalah dengan ini?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 08 December 2012, 10:34:17 AM
Quote
Sebagai tambahan pada insentif ini untuk jujur mengakui kesalahan, Sang Buddha memblokir jalan menuju penyangkalan. Para sosiologis modern telah mengidentifikasi lima strategi dasar yang digunakan untuk menghindari menerima tuduhan ketika mereka telah menyebabkan kerusakan, dan patut dicatat bahwa ajaran kitab Pāḷi mengenai tanggung jawab moral sesuai untuk memotong kesemua lima poin tersebut. Strategi-strategi tersebut adalah: menolak bertanggung jawab, menyangkal telah melakukan pengrusakan, menolak menghargai si korban, menyerang yang menuduh, dan mengaku bahwa melakukan hal tersebut untuk kepentingan yang lebih tinggi. Jawaban dari kitab Pāḷi untuk Strategi-strategi tersebut adalah: (1) Kita selalu bertanggung jawab terhadap pilihan sadar kita. (2) Kita seharusnya selalu menempatkan diri kita dalam posisi orang lain. (3) Semua makhluk patut dihormati. (4) Kita seharusnya menganggap mereka yang menunjukkan kesalahan-kesalahan kita seolah-olah mereka menunjukkan harta karun. (Para bhikkhu, bahkan, diwajibkan untuk tidak menunjukkan rasa tak hormat pada orang yang mengkritisi mereka, bahkan jika mereka tidak merencanakan untuk menerima kritik tersebut.) (5) Tidak ada — diulangi, tidak ada — kepentingan-kepentingan yang lebih tinggi yang dapat membenarkan pelanggaran sila-sila dasar kelakuan moral.

Dalam menyusun standar-standar ini, Sang Buddha menciptakan sebuah konteks nilai-nilai yang mendorong agar kedua belah pihak yang mengusahakan rekonsiliasi untuk menggunakan ucapan benar dan terlibat dalam refleksi diri yang mendasar terhadap semua praktek Dhamma secara jujur dan bertanggung jawab. Dengan cara ini, standar-standar tentang kelakuan benar dan salah, tidak menekan atau picik, malah menimbulkan kepercayaan yang mendalam dan bertahan lama. Sebagai tambahan untuk menciptakan keharmonisan eksternal yang kondusif untuk praktek Dhamma, proses rekonsiliasi dengan demikian menjadi pula sebuah kesempatan bagi pengembangan batin.
http://dhammacitta.org/dcpedia/Rekonsiliasi_Benar_Salah_(Thanissaro) (http://dhammacitta.org/dcpedia/Rekonsiliasi_Benar_Salah_(Thanissaro))
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 10 December 2012, 09:48:12 AM
yang mana??
kelewatan ya??
please repeat

Pantas hanya bisa Tertawa...

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 10 December 2012, 03:32:52 PM
Sy Tidak Katakan Langsung Dibunuh... Bahkan sy Katakan sebisa mungkin menghindari membunuh.
Silahkan tunjukan Koment sy Yang Langsung diBunuh?? hhmm.. spertinya anda salah tanggap dari koment yg sy Tulis....  :-? :-?
oh yang ini??

Jika TIDAK Membiarkan, Terus apa yang akan Kamu lakukan?Mau mengatakan sama kera. Kera manis berhenti menerkan bayi itu ya..  :-[ :-[
Salah2 kmu yg diSerang sama tuh Kera... Lalu apa yg akan kamu lalukan Berdiam diri atau melawan kera tersebut...

Pada kondisi tertentu dimna membahayakan diri sendiri atau org lain/mahluk lain, Jika sudah tidak ada piihan lain, terdesak untuk membunuh yg pasti dilakukan Jika kita mampu melawan. Kecuali Orang Cacat  tohh  :) :) Justru Jika Kita mampu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa mahluk hidup adalah pilihan yg tepat dari pada ada kemampuan tapi Berdiam Diri hanya melihat saja... Bahkan berbagga hati dgn mengatakan tidak melanggar sila pertama  :-? :-?
Selama setelah melakukan pembunuhan tersebut tidak dengan kekejian dan diLiputi oleh rasa kebahagian, kesenangan, kebencian, kemelekatan Tetapi ada rasa penyesalan dan Pikiran yang buruk... Maka akan berpengaruh pada Kualitas dari karma Buruk itu sendiri..

Sudah sampai pada tingkat Bathin berapa kamu, ketika hal2 tersebut terjadi tetapi tidak ada rasa simpati, empati, miris melihat semua kejadian yg sperti itu terjadi Tidak Ada Niat untuk Menolong Sekalipun Kita yg terluka atau bahkan mati karna menolong orang lain/mahluk hidup lain... Atau mungkin sudah pada Taraf Tidak mengenal lagi Rasa Bahagia dan Rasa menderita Hingga yang ada meliputi diri adalah hanya rasa Kehampaan saja atau kekosongan.. Tidak ada rasa simpatik pada lingkungan disekitar kita...  :-? :-?
semoga cukup gede ya..... ;)
pantes suka nelan ludah sendiri.... :whistle:
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 11 December 2012, 02:12:36 PM
oh yang ini??
semoga cukup gede ya..... ;)
pantes suka nelan ludah sendiri.... :whistle:

NGELANTUR nihh orang...  Jangan2 Lagi BerGumam sendirian Juga Kali.. Eh yang diPost yg udah lewat2...  :)) :))  :))

Klo mau Jawab koment sy langsung aja dari komentar yg sy tulis... jgn tau2 dipotong Loncat diPost disini...   ;D ;D

Awalnya Bicarain Doneng eh Tau2 yg ini yang diPost....  :)) :))

Quote

Posted by: will_i_am
« on: 07 December 2012, 04:24:33 PM »
Insert Quote
Quote
Quote from: NagaSena on 07 December 2012, 03:05:15 PM
Silahkan anda berikan referensi Suttanya, Thanks....
 
Quote
anda cocok jadi pelawak


Quote from: will_i_am on 07 December 2012, 04:24:33 PM

anda cocok jadi pelawak



Spertinya anda yg lebih cocok jadi Pelawak, karna tertawa terus...   

SedangKan koment sy yg pertama Tidak Dijawab

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: hemayanti on 11 December 2012, 03:25:09 PM
oh yang ini??
semoga cukup gede ya..... ;)
pantes suka nelan ludah sendiri.... :whistle:
ough... sangat2 jelas sodara william. :jempol:
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 11 December 2012, 04:43:56 PM
ough... sangat2 jelas sodara william. :jempol:
turut bermudita-citta :))

NGELANTUR nihh orang...  Jangan2 Lagi BerGumam sendirian Juga Kali.. Eh yang diPost yg udah lewat2...  :)) :))  :))

Klo mau Jawab koment sy langsung aja dari komentar yg sy tulis... jgn tau2 dipotong Loncat diPost disini...   ;D ;D

Awalnya Bicarain Doneng eh Tau2 yg ini yang diPost....  :)) :))

males cari lagi ah...
abisin bandwith
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 11 December 2012, 04:51:31 PM
turut bermudita-citta :))
males cari lagi ah...
abisin bandwith

 :))
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 12 December 2012, 04:18:49 PM
turut bermudita-citta :))
males cari lagi ah...
abisin bandwith

Abisin Bandwith, apa tidak mampu menjawab?  :D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 12 December 2012, 04:25:11 PM
Abisin Bandwith, apa tidak mampu menjawab?  :D
silahkan dipilih sesuai selera.. ;)

I won't be swayed by thine tongue ~
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 12 December 2012, 04:50:29 PM
silahkan dipilih sesuai selera.. ;)

I won't be swayed by thine tongue ~


anda yg lebih tahu. Ya Jujur aja, gak masalah kok  :D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 12 December 2012, 10:45:47 PM
Abisin Bandwith, apa tidak mampu menjawab?  :D

gak masalah tapi ditanya... :'( :'( :'(
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 14 December 2012, 10:12:35 AM
oh yang ini??
semoga cukup gede ya..... ;)
pantes suka nelan ludah sendiri.... :whistle:

Tidak ada yang berTentangan dengan 2 pernyataan sy yang anda Post Secara TerPisah Hingga akan dianggap Salah, padahal komentar itu balasan atas komentar lain yg sebelumnya.

Quote
Sy Tidak Katakan Langsung Dibunuh... Bahkan sy Katakan sebisa mungkin menghindari membunuh.
Silahkan tunjukan Koment sy Yang Langsung diBunuh?? hhmm.. spertinya anda salah tanggap dari koment yg sy Tulis.... 


Quote
Jika TIDAK Membiarkan, Terus apa yang akan Kamu lakukan?Mau mengatakan sama kera. Kera manis berhenti menerkan bayi itu ya..   
Salah2 kmu yg diSerang sama tuh Kera... Lalu apa yg akan kamu lalukan Berdiam diri atau melawan kera tersebut...

Jika TIDAK Membiarkan, Terus apa yang akan Kamu lakukan?Mau mengatakan sama kera. Kera manis berhenti menerkan bayi itu ya..   
Salah2 kmu yg diSerang sama tuh Kera... Lalu apa yg akan kamu lalukan Berdiam diri atau melawan kera tersebut...

Pada kondisi tertentu dimna membahayakan diri sendiri atau org lain/mahluk lain, Jika sudah tidak ada piihan lain, terdesak untuk membunuh yg pasti dilakukan Jika kita mampu melawan. Kecuali Orang Cacat  tohh    Justru Jika Kita mampu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa mahluk hidup adalah pilihan yg tepat dari pada ada kemampuan tapi Berdiam Diri hanya melihat saja... Bahkan berbagga hati dgn mengatakan tidak melanggar sila pertama   
Selama setelah melakukan pembunuhan tersebut tidak dengan kekejian dan diLiputi oleh rasa kebahagian, kesenangan, kebencian, kemelekatan Tetapi ada rasa penyesalan dan Pikiran yang buruk... Maka akan berpengaruh pada Kualitas dari karma Buruk itu sendiri..

Sudah sampai pada tingkat Bathin berapa kamu, ketika hal2 tersebut terjadi tetapi tidak ada rasa simpati, empati, miris melihat semua kejadian yg sperti itu terjadi Tidak Ada Niat untuk Menolong Sekalipun Kita yg terluka atau bahkan mati karna menolong orang lain/mahluk hidup lain... Atau mungkin sudah pada Taraf Tidak mengenal lagi Rasa Bahagia dan Rasa menderita Hingga yang ada meliputi diri adalah hanya rasa Kehampaan saja atau kekosongan.. Tidak ada rasa simpatik pada lingkungan disekitar kita... 

Sebisa mungkin itu artinya, Sudah berusaha dengan Segala Cara untuk tidak membunuh Tapi ketika sesorang dihadapkan oleh sebuah Pilihan yang mana pilihan itu lebih baik YA pilihan itu yang harus diPilih sekalipun ada konsekwensinya.  Anda kutip contoh Kera yang mencakar, menerkan bayi sampai mati... Sebisa Mungkin ya Tidak membunuh Kera itu Jika Dihardik saja Kera Tersebut sudah lari atau kabur ya Itu bagus. Tapi jika sudah berbagai cara tidak bisa Dilakukan Ya Pilihan itu yang harus diPilih..  !!! Untuk menyelamatKan nyawa bayi itu, Jika mampu atau ada kesempatan membunuh Kera itu, ya dengan terpaksa diBunuh tohh.... Nie ada yang sudah SEPAKAT  ;)

Menurutku ga melanggar sila bukan brarti cm diam aja ya...kan bisa saja segera melindungi bayinya, atau menggertak kera, atau macam2, plg ga melukai dulu sblm sampai tahap membunuh... Kl membunuh sambil menyelamatkan yah ada karma baik sekaligus karma buruk. Soalnya kan mgkn saja kita salah paham, seperti cerita ada 1 keluarga punya bayi n miara anjing, trus wkt ortunya pulang kerumah nampak ada darah berceceran di ranjang bayinya n anjingnya, mengira anjingnya yang melakukan, sehingga membunuh anjing tu pdhal anjing tu sebenarnya menyelamatkan bayinya dr tikus....  ;D

Dan memang pada akhirnya Kera itu mati diTembak oleh petugas kehutanan Karna dari sekian banyak Kera, memang Kera ini yang Paling Nakal suka masuk2 kerumah orang tersebut sedang Kera lainnya Tidak dan tetap Hidup tidak diganggu apa lagi Diusir...   :)) karna memang rumah orang itu posisinya deket2 dgn Hutan...  ;D

"Jadi Bukan langsung diBunuh" Sebelumnya kan sudah sy katakan ada kondisi dimna tidak bisa menghindar dari membunuh.

Jadi tidak ada pertentangan dengan apa yang sy Katakan Sebisa Mungkin tidak membunuh. Mungkin seorang Petani sudah melakukan Berbagai cara untuk menjaga tanaman, ladangnya agar tidak dijangkit Hama, sekalipun ada hama dalam porsi yang wajar tidak diBunuh. Tapi ada dimana sudah tidak bisa dikendalikan lagi, membahayakan ya mau gak mau dibantaiLah hama2 tersebut enah itu hama tikus, belalang, Ulat atau serangga lainnya...   ;D ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 14 December 2012, 10:30:45 AM
Y uda aku ralat deh...

Menurutku ga melanggar sila bukan brarti cm diam aja ya...kan bisa saja segera melindungi bayinya, atau menggertak kera, atau macam2, plg ga melukai dulu kalau bisa jangan membunuh.... Kl membunuh sambil menyelamatkan yah ada karma baik sekaligus karma buruk. Soalnya kan mgkn saja kita salah paham, seperti cerita ada 1 keluarga punya bayi n miara anjing, trus wkt ortunya pulang kerumah nampak ada darah berceceran di ranjang bayinya n anjingnya, mengira anjingnya yang melakukan, sehingga membunuh anjing tu pdhal anjing tu sebenarnya menyelamatkan bayinya dr tikus....  ;D

Karna menurutku kondisi tiap orang tuh beda", mungkin aja ada yang memang ga pernah terpaksa membunuh....  :P

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 14 December 2012, 10:51:26 AM
saya tidak mengatakan bahwa saya ragu2, pun saya tidak membantahnya, tapi itu jelas adalah asumsi anda sendiri. dan apa yg menjadi asumsi anda sama sekali bukan urusan saya, saya tidak wajib memberitahu apa pun kepada anda. statement saya cukup jelas, bahwa saya tidak menganggap tipitaka itu 100% asli, yg artinya mungkin 50% atau 75% atau 90% asli, tapi saya tidak menerima seluruhnya. semoga anda memahami kalimat sederhana ini.

BaikLah, memang sperti yg sy katakan sebelumnya bahwa terbentuknya sebuah Kitab itu yang disusun dikumpulkan satu persatu apalagi dgn masa yang cukup panjang, ada kemungkinan distorsi entah itu salah penulisan, pencampuran dst.. ini memang bisa diterima... Dan semua kembali pada keyakinan masing2, bahwa Sutta2 itu 100% asli atau tidak... Dengan demikian, SeTidaknya seluruh ummat Buddhist harus merujuk pada Sutta2 yang Kemungkinan kesalahannya lebih kecil/sedikit, yang Keakuratannya lebih mendekati 100%. Entah dari Golongan mana yang lebih Akurat apa itu yang lebih awal-awal atau yang belakangan.... ini tanggungjawab angota2 Sangha atau pihak2 yang lebih berkompeten tentang hal tersebut,

saya tidak mengatakan bahwa saya ragu2, pun saya tidak membantahnya
Dengan demikian pernyataan Dongeng, benar2 tidak berdasar... Hanya asumsi anda sendiri
Tidak apa2 jika tidak mau menjawab, sy hanya ingin tahu saja...
Dalam Hal yg berhubungan dgn agama jika ada sesuatu yang tidak benar tentuLah itu lebih baik diKetahui...

Quote
silakan anda dengan pilihan anda dan saya dengan pilihan saya, ada masalah dengan ini?
Tidak ada yang salah, Justru itu lebih baik jika ada kesamaan mau dengan menyebut Dongeng atau sesuai Sutta.
dan sy juga tidak keberatan Jika memang lebih baik menggunakan kata sesuai Sutta  :D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 14 December 2012, 10:58:08 AM
Y uda aku ralat deh...

Karna menurutku kondisi tiap orang tuh beda", mungkin aja ada yang memang ga pernah terpaksa membunuh....  :P

anda fahami yang diBold :
Quote
Sebisa mungkin itu artinya, Sudah berusaha dengan Segala Cara untuk tidak membunuh Tapi ketika sesorang dihadapkan oleh sebuah Pilihan yang mana pilihan itu lebih baik YA pilihan itu yang harus diPilih sekalipun ada konsekwensinya.  Anda kutip contoh Kera yang mencakar, menerkan bayi sampai mati... Sebisa Mungkin ya Tidak membunuh Kera itu Jika Dihardik saja Kera Tersebut sudah lari atau kabur ya Itu bagus. Tapi jika sudah berbagai cara tidak bisa Dilakukan Ya Pilihan itu yang harus diPilih..  !!! Untuk menyelamatKan nyawa bayi itu, Jika mampu atau ada kesempatan membunuh Kera itu, ya dengan terpaksa diBunuh tohh.... Nie ada yang sudah SEPAKAT

Ya memang, tapi dari contoh yg sy tuliskan beda kondisinya itu yg sy tanya...  ;D
banyak contoh yg lain tapi anda tidak memberikan koment tohh....  :D :D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 14 December 2012, 11:18:04 AM
saya tidak tahu Abhidhamma Pitaka adalah pemecahan sari Sutta Pitaka, tapi sekilas baca dasar-dasar Abhidhamma, kesimpulan sementara bahwa kitab Abhidhamma suatu karya tulis yang luar biasa, dan boleh di baca2 untuk menambah pengetahuan tentang proses pikiran dan panca khanda.

Mungkin bro NagaSena ng, jika ada waktu, cobalah pelajari !, mungkin bisa membantu untuk memahami tentang Lobha, Dosa n Moha.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 14 December 2012, 11:55:12 AM
Jika Demikian apa yang salah dari koment sy dibawah ini :
Ya setiap ummat Buddhist Tahu akan Bertekad menghindari pembunuhan Mahluk hidup sebisa mungkin, tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh).


anda fahami yang diBold :
Ya memang, tapi dari contoh yg sy tuliskan beda kondisinya itu yg sy tanya...  ;D
banyak contoh yg lain tapi anda tidak memberikan koment tohh....  :D :D

Ya, memang ada kondisi dimana orang ga terpaksa hrs membunuh kan? Berarti uda sepakat....
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 14 December 2012, 12:09:42 PM
Ya, memang ada kondisi dimana orang ga terpaksa hrs membunuh kan? Berarti uda sepakat....

Klo yang  itu sih gak usah diBahas  ;D
ini kan kondisinya beda...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 14 December 2012, 12:49:17 PM
saya tidak tahu Abhidhamma Pitaka adalah pemecahan sari Sutta Pitaka, tapi sekilas baca dasar-dasar Abhidhamma, kesimpulan sementara bahwa kitab Abhidhamma suatu karya tulis yang luar biasa, dan boleh di baca2 untuk menambah pengetahuan tentang proses pikiran dan panca khanda.

Mungkin bro NagaSena ng, jika ada waktu, cobalah pelajari !, mungkin bisa membantu untuk memahami tentang Lobha, Dosa n Moha.
Sebelumnya sy tidak tahu koment anda ini untuk membalas koment sy yang Mana  ::)
Tapi Tidak apa - apa...  !!!!

Thank atas Sarannya...  :D untuk membaca-baca Kitab Abhidhamma sebuah "karya Tulis" yg Luar biasa...!!!!  :-? :-?

Klo mau ambil contoh gampang agama tetangga, simplenya. Kitab kaum Yahudi, Kitab Taurat  dan Talmud, Taurat adalah sumber utama (Awal2) kitab suci bagi kaum Yahudi sedang Talmud (ada belakangan) adalah kitab para Rabi2 (ulama2) yang mempunyai kemampuan menerjemahkan, menganalisa, menjabarkan arti, makna dan essensi dari sebuah kitab Induk kitab utama dari Taurat. Sama sperti Kitab ummat Islam Al-Quran dan Hadist, Al-Quran adalah kitab utama, rujukan utama dalam segala Hal. Sedang Hadist adalah Sabda2 Nabi yang kemudian diTulis atau diBukukan oleh ulama2 yang memang berkompeten untuk itu dan disana ada penjabaran dan pemahamannya juga terhadap Kitab Utama (Al-Quran). Hingga akhirnya Ada yang Sahih (asli) dan ada yang tidak (palsu, Hanya Dongeng, dibuat-buat dll) kisah2 dalam hadist tersebut.

Jika kita Lihat padanannya dalam Kitab agama Buddha Sutta & Vinaya adalah rujukan/Sumber Utama ummat Buddhist dalam segala Hal, Sedang Kitab AbhiDhamma kitab yang belakangan ada (Maaf klo salah diKoreksi) adalah Kitab Penjabaran, analisa, pemahaman dan isi essensi yang terkandung dari kitab2 utama  Sutta & Vinaya,

Menurut anda BisakAh dikatakan seperti itu Kitab dalam agama Buddha, antara Kitab2 Sutta, Vinaya Dan Kitab AbhiDhamma??
Karna disini ada yang menyinggung masalah Dongeng, Sesuai Sutta, Kitab yg lebih awal2 dan kitab yang Muncul Belakangan

Sorry klo analogi sy salah... cuma mau tuker pendapat saja...  ;D ;D

 _/\_
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 14 December 2012, 01:02:48 PM
jadi intinya, kalau rumah sudah terlalu banyak nyamuk, maka dengan sangat terpaksa harus dibunuh, kalau tidak akan jatuh korban dari keluarga kita...
ok, ic...
thanks.. ;)
case closed....

[spoiler]
dah males ngetik panjang2...
udahan dulu yah...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 14 December 2012, 09:24:32 PM
Maaf ini Nasehat untuk Para KeBhikkuan atau untuk ummat awam Juga?Maksudnya dari Kisah itu, Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma itu kepada siapa? bisa anda tidak memengal ayat2 sutta Diatas, sy Tidak Tahu sebelum dan sesudahnya adaKah masih bersambung atau tidaknya dari ayat2 Sutta yg Anda Post itu. Seperti yg sy Katakan sebeblumNya Jika Kita memotong keutuhan suatu ayat akan memiliki arti dan makna yg berbeda..



ngomong2, saya sudah memperlihatkan bukti sutta yg menegaskan bahwa tidak ada kecuali dalam hal sila-1, sekarang setelah sekian lama anda masih juga belum menampilkan bukti anda bahwa Sang Buddha mengajarkan adanya kompromi dalam pelanggaran sila-1, yaitu, bahwa Sang Buddha menyetujui tindakan membunuh dengan alasan tertentu. silakan ...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 15 December 2012, 05:29:39 AM
[spoiler]
Sebelumnya sy tidak tahu koment anda ini untuk membalas koment sy yang Mana  ::)
Tapi Tidak apa - apa...  !!!!

Thank atas Sarannya...  :D untuk membaca-baca Kitab Abhidhamma sebuah "karya Tulis" yg Luar biasa...!!!!  :-? :-?

Klo mau ambil contoh gampang agama tetangga, simplenya. Kitab kaum Yahudi, Kitab Taurat  dan Talmud, Taurat adalah sumber utama (Awal2) kitab suci bagi kaum Yahudi sedang Talmud (ada belakangan) adalah kitab para Rabi2 (ulama2) yang mempunyai kemampuan menerjemahkan, menganalisa, menjabarkan arti, makna dan essensi dari sebuah kitab Induk kitab utama dari Taurat. Sama sperti Kitab ummat Islam Al-Quran dan Hadist, Al-Quran adalah kitab utama, rujukan utama dalam segala Hal. Sedang Hadist adalah Sabda2 Nabi yang kemudian diTulis atau diBukukan oleh ulama2 yang memang berkompeten untuk itu dan disana ada penjabaran dan pemahamannya juga terhadap Kitab Utama (Al-Quran). Hingga akhirnya Ada yang Sahih (asli) dan ada yang tidak (palsu, Hanya Dongeng, dibuat-buat dll) kisah2 dalam hadist tersebut.

Jika kita Lihat padanannya dalam Kitab agama Buddha Sutta & Vinaya adalah rujukan/Sumber Utama ummat Buddhist dalam segala Hal, Sedang Kitab AbhiDhamma kitab yang belakangan ada (Maaf klo salah diKoreksi) adalah Kitab Penjabaran, analisa, pemahaman dan isi essensi yang terkandung dari kitab2 utama  Sutta & Vinaya,

Menurut anda BisakAh dikatakan seperti itu Kitab dalam agama Buddha, antara Kitab2 Sutta, Vinaya Dan Kitab AbhiDhamma??
Karna disini ada yang menyinggung masalah Dongeng, Sesuai Sutta, Kitab yg lebih awal2 dan kitab yang Muncul Belakangan

Sorry klo analogi sy salah... cuma mau tuker pendapat saja...  ;D ;D

 _/\_


memang sudah 'tidak ketolongan'  ^-^
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 15 December 2012, 05:32:22 AM
ngomong2, saya sudah memperlihatkan bukti sutta yg menegaskan bahwa tidak ada kecuali dalam hal sila-1, sekarang setelah sekian lama anda masih juga belum menampilkan bukti anda bahwa Sang Buddha mengajarkan adanya kompromi dalam pelanggaran sila-1, yaitu, bahwa Sang Buddha menyetujui tindakan membunuh dengan alasan tertentu. silakan ...

susah bro, marga auw  =))
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: bluppy on 16 December 2012, 05:09:55 PM
at bro nagasena,

tadi baru liat film Gandhi (1982)
ttg kisah hidup Mahatma Gandhi dalam nonviolence resistance to gain India independence
ini adalah pratik ahimsa dalam kehidupan nyata, bukan dalam teori

kalau bro nagasena punya kesabaran, curiosity untuk menonton film 3 jam ini , bisa ditonton di sini


saya akan sangat tertarik untuk berdiskusi dengan anda
ttg topik "membunuh karena terpaksa"
jika anda selesai menonton film ini

tapi seandainya anda tidak tertarik, tidak ingin, tidak sabar, tidak menonton film ini
yag sudah, ini hanya saran saja, pilihan di tangan masing2 orang
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 17 December 2012, 10:31:26 AM
ngomong2, saya sudah memperlihatkan bukti sutta yg menegaskan bahwa tidak ada kecuali dalam hal sila-1, sekarang setelah sekian lama anda masih juga belum menampilkan bukti anda bahwa Sang Buddha mengajarkan adanya kompromi dalam pelanggaran sila-1, yaitu, bahwa Sang Buddha menyetujui tindakan membunuh dengan alasan tertentu. silakan ...

Sy Tidak tahu anda baca koment2 sy dengan Teliti atau tidak :

Quote
Kita Sepakat Dalam pancasila Buddhist memang Disana Tidak ada Kata Kecuali Dan dalam Sila pertama bertekad Menghindari/meninggalkan melakukan tindakan pembunuhan. Kata "Kecuali" memang tidak ada (Tidak diTulis), Kemudian seseorang dengan pemahamannya sendiri berfikir bahwa dalam kondisi apapun tetap menghindari pembunuhan harus dilakukan. Menurut anda ini Tafsir pemahaman sendiri(Seseorang) atau bukan? (Diawal sy sudah bertanya Jika ada Sutta2nya Yg mendukung, meneguhKan atau Menguatkan bahwa hal itu Benar Maka Tunjukan atau Berikan REFERENSI sutta2nya atau seTidaknya Literature2 Buddha) JIKA memang tidak ada. Dibawah ini Komentar saya sebelumnya Kan :
JIKA TIDAK ADA, dengan Demikian hanya pandangan kita saja yg Berbeda tohh untuk Sila Pertama ini ...

Dikoment sebelum2nya juga sudah banyk sy tulis, Jika Tidak ada itu Berarti pandangan Kita saja yg Berbeda toh...,
Dan sebelumnya Juga sudah sy katakan ini pemahaman sy sendiri (iniada dikoment sy sebelumnya) , Sy tidak Tahu disutta itu ada atau tidak tertulis bahwa dalam kondisi/keadaan tertentu membunuh dibolehkan atau tidak (Beda antara BoLeh dan diBenarkan)

Dan dibawah ini sy Rasa lebih jelas lagi Koment sy :
Quote
Anda bisa mengatakan dengan ringan Bahwasannya Cukup JeLas disana. sekaliPun disana TIDAK pula ada Kata "Kecuali "(Lebih tepatNya Kondisi tertentu) Tetapi Mempunyai Pemahaman Lain, bahwa Suami-Istri yang SAH (Konsisi/keadaan sudah Menikah) tidak termasuk dalam Pelanggaran Sila Ke- 3. Sedang Pada Sila ke- 1, sama tidak diTulis Disana kata "kecuali" (Lebih tepatNya Kondisi tertentu) bahkan tidak secara Jelas diTulis Mahluk tersebut dalam keadaan sperti apa (bandingkan dgn keterangan untk Sila Ke- 3 yg diBold itu). TETAPI Ketika sesorang mempunyai pemahaman lain pada Sila Ke-1 ini, ketika Ingin mengetahui lebih Jauh lagi atau Menganalisa, dengan Ringan PULA anda mengatakan tidak membunuh Sebagai  (atau “YA”) Tidak Membunuh. Hmmm….  BegituKah maksud anda dalam memahami nya ??

Yang Satu Boleh memiliki pemahaman/penafsiran atau setidaknya ada analisa, Tetapi Yang Satu TIDAK BOLEH sama Sekali ada pemahaman atau ditafsirkan Lain…

Maksud sy apakah hanya karna disana tidak ada Kata2 Tertulis  "Kecuali"  terus Pemahaman atau penafsiran DiHaramkan/Tidak diBolehkan.

Jika keterangan yang diBold dibawah ini, Kita sepakat Sudah Cukup Jelas. Tidak akan ada Pemahaman, tafsir Yang Simpangsiur, menimbulkan perbedaan pemahaman atau Bercabang.

Quote
ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, atau dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan.  Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik

MAKA, Silahkan anda Post Sutta2 Lain Yang anda Ketahui untuk Sila Pertama. Yang Jelas terang benerang sperti Sutta diatas yg diBold itu Hingga tidak Terjadi Kesimpangsiuran dalam memahaminya setidaknya Ketemu kesepahaman. SeandaiNya Bila memang benar2 TIDAK ada, (atau mungkin belum menemukan)

BaikLah, Disana (Sutta) yang ada berikan secara Jelas dan gamblang tidak ada kata "Kecuali" Dan Tidak ada Juga Kondisi/keadaan tertentu yang dijabarkan atau diterangkan membunuh diBisa dilakukan atau Tidak. Disana hanya ada pesan bahwasannya Kita harus mencintai semua mahluk hanya itu saja... Tidak Ada keterangan Disana situasi dan kondisi sperti apa..


Dengan Demikian Status ini Masih Status Quo  ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 17 December 2012, 10:38:13 AM
jadi intinya, kalau rumah sudah terlalu banyak nyamuk, maka dengan sangat terpaksa harus dibunuh, kalau tidak akan jatuh korban dari keluarga kita...
ok, ic...
thanks.. ;)
case closed....

[spoiler]
dah males ngetik panjang2...
udahan dulu yah...


Klo contoh nyamuk Malaria yg sudah sy contohKan pada si Mi4ka. Ya silahkan anda Pikir sendiri, apa yang anda Lakukan, mau berdiam diri atau melakukan sesuatu yang Tepat... Jadi beda antara MENCEGAH dengan Menanggulangi  ;D

Apa yang seseorang/Anda bisa lakukan ketika melihat hal seperti ini, Jika ada kemampuan atau kesempatan untuk menghentikannya, melukai atau bahkan sampai membunuh pelaku tersebut untuk menyelamatkan orang lain...  -? :-?
Betapa Sulitnya Terlahir menjadi manusia.. Jadi memang sangat berharga Nyawa manusia itu...

http://internasional.kompas.com/read/2012/12/15/11240464/Rentetan.Pembantaian.di.Sekolah.AS?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=#
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 17 December 2012, 10:51:01 AM
q
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 17 December 2012, 11:05:04 AM
at bro nagasena,

tadi baru liat film Gandhi (1982)
ttg kisah hidup Mahatma Gandhi dalam nonviolence resistance to gain India independence
ini adalah pratik ahimsa dalam kehidupan nyata, bukan dalam teori

kalau bro nagasena punya kesabaran, curiosity untuk menonton film 3 jam ini , bisa ditonton di sini


saya akan sangat tertarik untuk berdiskusi dengan anda
ttg topik "membunuh karena terpaksa"
jika anda selesai menonton film ini

tapi seandainya anda tidak tertarik, tidak ingin, tidak sabar, tidak menonton film ini
yag sudah, ini hanya saran saja, pilihan di tangan masing2 orang

Hmmm... itu film pernah diPutar di Metro Tv bbrp tahun Lalu, Seorang Mahatma Ghandi... si pencetus Faham Ahimsa...  :x
Seorang Hindu yang berkawan Baik dengan seorang Muslim Nehru...  :D :D

Apa yang mau anda Jelaskan tentang Film itu....

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 17 December 2012, 11:09:11 AM

memang sudah 'tidak ketolongan'  ^-^

Jika memang tidak ada kemampuan, tidak meolong juga Tidak apa...  :D  :-? :-?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 17 December 2012, 01:15:24 PM

Klo contoh nyamuk Malaria yg sudah sy contohKan pada si Mi4ka. Ya silahkan anda Pikir sendiri, apa yang anda Lakukan, mau berdiam diri atau melakukan sesuatu yang Tepat... Jadi beda antara MENCEGAH dengan Menanggulangi  ;D

saya gak tahu dengan anda, tapi bagi saya contoh itu terlalu dipaksakan untuk membenarkan pembunuhan yang dilakukan...
saya dari kecil sampe sekarang, udah digigit ribuan nyamuk, ndak pernah kena malaria..
lagipula masih banyak altenatif lain untuk menghindari nyamuk...
atau memang mungkin sudah terlalu malas mengambil tindakan pencegahan, langsung tepok aja...

Quote
Apa yang seseorang/Anda bisa lakukan ketika melihat hal seperti ini, Jika ada kemampuan atau kesempatan untuk menghentikannya, melukai atau bahkan sampai membunuh pelaku tersebut untuk menyelamatkan orang lain...  -? :-?
Betapa Sulitnya Terlahir menjadi manusia.. Jadi memang sangat berharga Nyawa manusia itu...
lebih berbahaya lagi nyawa nyamuk yang sekali ditepok langsung ko'it
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 17 December 2012, 01:49:42 PM

BaikLah, Disana (Sutta) yang ada berikan secara Jelas dan gamblang tidak ada kata "Kecuali" Dan Tidak ada Juga Kondisi/keadaan tertentu yang dijabarkan atau diterangkan membunuh diBisa dilakukan atau Tidak. Disana hanya ada pesan bahwasannya Kita harus mencintai semua mahluk hanya itu saja... Tidak Ada keterangan Disana situasi dan kondisi sperti apa..


Dengan Demikian Status ini Masih Status Quo  ;D

Kalau mencintai semua makhluk kenapa kk seperti lebih mementingkan manusia n keluarga sendiri sehingga bole merugikan hewan bila terpaksa? Berarti ms ada ego kan kl ms membeda"kan. Ada ga di 8 jalan utama yang membenarkan perbuatan yang merugikan makhluk hidup kk?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 17 December 2012, 03:01:35 PM
saya gak tahu dengan anda, tapi bagi saya contoh itu terlalu dipaksakan untuk membenarkan pembunuhan yang dilakukan...
saya dari kecil sampe sekarang, udah digigit ribuan nyamuk, ndak pernah kena malaria..
lagipula masih banyak altenatif lain untuk menghindari nyamuk...
atau memang mungkin sudah terlalu malas mengambil tindakan pencegahan, langsung tepok aja...

silahkan anda Fahami kata dibawah ini :
Jadi beda antara MENCEGAH dengan Menanggulangi..
Siapa yang suruh Langsung Tepok.. Jadi silahkan anda Cari contoh yg sy Tulis. Apa perlu sy TARUH disini Biar JELAS... Silahkan anda cari2 lagi ya
nanti bisa jadi Ngawurr nihh....

Ingat, Boleh membunuh dan membenarkan diBunuh Beda Loh...

Quote
lebih berbahaya lagi nyawa nyamuk yang sekali ditepok langsung ko'it

Langsung Ko'it...!!!!?? Lebih sakit mana langsung mati ko'it atau Disiksa dulu baru Ko'it...  :D


Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 17 December 2012, 03:41:51 PM
Kalau mencintai semua makhluk kenapa kk seperti lebih mementingkan manusia n keluarga sendiri sehingga bole merugikan hewan bila terpaksa?Berarti ms ada ego kan kl ms membeda"kan. Ada ga di 8 jalan utama yang membenarkan perbuatan yang merugikan makhluk hidup kk?

Kalimat sy dibawah ini jgn diPotong-potong Donx  ;D  ;D
Jadi silahkan anda fahami ini :
Quote
BaikLah, Disana (Sutta) yang anda berikan secara Jelas dan gamblang tidak ada kata "Kecuali" Dan Tidak ada Juga Kondisi/keadaan tertentu yang dijabarkan atau diterangkan membunuh diBisa dilakukan atau Tidak. Disana hanya ada pesan bahwasannya Kita harus mencintai semua mahluk hanya itu saja... Tidak Ada keterangan Disana situasi dan kondisi sperti apa..

Dengan Demikian Status ini Masih Status Quo  ;D

Sebelum Jawab kepertanyaan kamu, Silahkan kamu pikir pake otak kamu dan pertimbangkan dengan hati kamu. Lebih berharga mana manusia dengan Binatang?? Ya, itu terserah kamu jika menurut kamu lebih berharga binatang   :o :o

Jangan Lupakan juga yang ini..
Betapa Sulitnya Terlahir menjadi manusia.. Jadi memang sangat berharga Nyawa manusia itu...
Manusia bagaikan segenggam pasir ditangan tetapi mahluk2 lain bagaikan pasir diSungai gangga...  :)

Hmm.. Baru kali ini sy Melihat, Ternyata ada manusia yang lebih mementingkan Binatang dari pada Manusia.... ;D ;D

Jangan2 anda lupa kali contoh kasus yg sy berikan waktu2 sebelumnya, apa harus dipost Ulang...  ::) ::)
itu bukan berburuk sangka seperti contoh Anjing yg kamu bilang....   ;D

ini contoh Lain yg gak ada tanggapannya :  :-? :-?

Quote
Jadi tidak ada pertentangan dengan apa yang sy Katakan Sebisa Mungkin tidak membunuh. Mungkin seorang Petani sudah melakukan Berbagai cara untuk menjaga tanaman, ladangnya agar tidak dijangkit Hama, sekalipun ada hama dalam porsi yang wajar tidak diBunuh. Tapi ada dimana sudah tidak bisa dikendalikan lagi, membahayakan ya mau gak mau dibantaiLah hama2 tersebut enTah itu hama tikus, belalang, Ulat atau serangga lainnya...

Quote
http://internasional.kompas.com/read/2012/12/15/11240464/Rentetan.Pembantaian.di.Sekolah.AS?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=#

Toh Tidak ada Tanggapan, Banyak contoh2 lain yg Gak diJawab....  :-? :-?

Jadi ini Bukan Masalah Ego atau Merugikan, Lebih baik anda Belajar untuk lebih Bijaksana dalam menentukan Pilihan..
Sebuah aturan tidak Lazim disematkan dengan kata KECUALI, sebelumnya sudah sy Jelaskan. silahkan anda lihat koment2 sy sebelumnya disini..  ^-^ ^-^
Jika ada yg Kurang seFaham silahkan anda koment disana, agar tidak rancu...  :D


Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 17 December 2012, 04:24:06 PM
Kalimat sy dibawah ini jgn diPotong-potong Donx  ;D  ;D
Jadi silahkan anda fahami ini :
Sebelum Jawab kepertanyaan kamu, Silahkan kamu pikir pake otak kamu dan pertimbangkan dengan hati kamu. Lebih berharga mana manusia dengan Binatang?? Ya, itu terserah kamu jika menurut kamu lebih berharga binatang   :o :o

Jangan Lupakan juga yang ini..
Betapa Sulitnya Terlahir menjadi manusia.. Jadi memang sangat berharga Nyawa manusia itu...
Manusia bagaikan segenggam pasir ditangan tetapi mahluk2 lain bagaikan pasir diSungai gangga...  :)

Hmm.. Baru kali ini sy Melihat, Ternyata ada manusia yang lebih mementingkan Binatang dari pada Manusia.... ;D ;D

Jangan2 anda lupa kali contoh kasus yg sy berikan waktu2 sebelumnya, apa harus dipost Ulang...  ::) ::)
itu bukan berburuk sangka seperti contoh Anjing yg kamu bilang....   ;D

ini contoh Lain yg gak ada tanggapannya :  :-? :-?

Toh Tidak ada Tanggapan, Banyak contoh2 lain yg Gak diJawab....  :-? :-?

Jadi ini Bukan Masalah Ego atau Merugikan, Lebih baik anda Belajar untuk lebih Bijaksana dalam menentukan Pilihan..
Sebuah aturan tidak Lazim disematkan dengan kata KECUALI, sebelumnya sudah sy Jelaskan. silahkan anda lihat koment2 sy sebelumnya disini..  ^-^ ^-^
Jika ada yg Kurang seFaham silahkan anda koment disana, agar tidak rancu...  :D

Kk jangan suka membuat kesimpulan sendiri donk.... Bs tunjukkan dimana saya prnh blg lebih mementingkan binatang daripada manusia? Bukannya saya uda pernah blg sama penting ya? Kl ga salah ada cerita dulu satu kehidupan Sang Buddha juga pernah mengorbankan diri demi menyelamatkan rusa deh, CMIIW...


Quote
"Merupakan sebuah sebab pertumbuhan di dalam Dhamma dan Vinaya (Ajaran dan Aturan) para suciwan ketika, melihat sebuah pelanggaran sebagaimana mestinya, seseorang lalu memperbaiki sesuai Dhamma dan melatih pengendalian di kemudian hari."

        — DN 2
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Rico Tsiau on 17 December 2012, 04:25:02 PM
 [at]  NagaSena

manusia atau binatang lebih penting? bukan disini letak 'point' dari Sila 1
namun ketika anda membunuh dengan sengaja, tidak ada pengecualian. tetap dikatakan melanggar sila 1.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 17 December 2012, 05:10:46 PM
[at]  NagaSena

manusia atau binatang lebih penting? bukan disini letak 'point' dari Sila 1
namun ketika anda membunuh dengan sengaja, tidak ada pengecualian. tetap dikatakan melanggar sila 1.


ini mah dari awal sudah dijelaskan sedemikian lengkap
tapi memang ........
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 17 December 2012, 11:53:53 PM
Sy Tidak tahu anda baca koment2 sy dengan Teliti atau tidak :

Anggaplah saya tidak teliti, mohon anda sudi mengulangi lagi bukti bahwa Sang Buddha memberikan pengecualian dalam hal membunuh.

Quote
Dikoment sebelum2nya juga sudah banyk sy tulis, Jika Tidak ada itu Berarti pandangan Kita saja yg Berbeda toh...,
Dan sebelumnya Juga sudah sy katakan ini pemahaman sy sendiri (iniada dikoment sy sebelumnya) , Sy tidak Tahu disutta itu ada atau tidak tertulis bahwa dalam kondisi/keadaan tertentu membunuh dibolehkan atau tidak (Beda antara BoLeh dan diBenarkan)

Dan dibawah ini sy Rasa lebih jelas lagi Koment sy :

saya sudah menunjukkan bukti sutta, tapi anda tetap pada pandangan bahwa sutta tidak menyebutkan tentang "ada atau tidak tertulis bahwa dalam kondisi/keadaan tertentu membunuh dibolehkan atau tidak (Beda antara BoLeh dan diBenarkan) ". terlepas dari pendapat anda, sebaiknya anda segera memberikan referensi sutta yg mendukung pendapat anda, karena saya lebih menyukai ajaran Sang Buddha daripada ajaran anda yg tidak sesuai dengan ajaran Buddha.


Quote
MAKA, Silahkan anda Post Sutta2 Lain Yang anda Ketahui untuk Sila Pertama. Yang Jelas terang benerang sperti Sutta diatas yg diBold itu Hingga tidak Terjadi Kesimpangsiuran dalam memahaminya setidaknya Ketemu kesepahaman. SeandaiNya Bila memang benar2 TIDAK ada, (atau mungkin belum menemukan)


saya bisa saja memposting banyak sutta yg mendukung argumen saya, tapi bahkan dua sutta yg saya tampilkan sebelumnya pun belum dapat anda bantah, jadi untuk apa saya memposting sutta2 lain lagi? sebaliknya sekarang adalah giliran anda utk menampilkan sutta yg membantah sutta yg saya tampilkan itu. silakan ...

Quote
BaikLah, Disana (Sutta) yang ada berikan secara Jelas dan gamblang tidak ada kata "Kecuali" Dan Tidak ada Juga Kondisi/keadaan tertentu yang dijabarkan atau diterangkan membunuh diBisa dilakukan atau Tidak. Disana hanya ada pesan bahwasannya Kita harus mencintai semua mahluk hanya itu saja... Tidak Ada keterangan Disana situasi dan kondisi sperti apa..


anda mulai berhalusinasi, jelas bahwa sutta itu ADA menjelaskan bahwa dalam praktik Buddhis maka membunuh harus dihindari, bukan soal BISA atau tidak, sesuatu yg bisa dilakukan bukan berarti boleh dilakukan.

anda hanya memaksakan kebrutalan anda dengan dalih bahwa karena tidak dijelaskan tentang situasi dan kondisi apa pembunuhan itu tidak dilakukan, maka artinya pembunuhan boleh dilakukan dalam situasi dan kondisi tertentu. entah bagaimana cara menarik kesimpulan ini.

Quote

Dengan Demikian Status ini Masih Status Quo  ;D


mungkin hanya anda yg menganggap demikian, jika anda jeli mencermati posisi para peserta diskusi dalam thread ini.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: hemayanti on 18 December 2012, 06:53:07 AM
terlalu lama, langsung klik aja deh. ^:)^
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 18 December 2012, 10:55:46 AM
Kk jangan suka membuat kesimpulan sendiri donk.... Bs tunjukkan dimana saya prnh blg lebih mementingkan binatang daripada manusia? Bukannya saya uda pernah blg sama penting ya?

Jadi Menurut anda ini apa :
Quote
seperti lebih mementingkan manusia n keluarga sendiri sehingga bole merugikan hewan bila terpaksa?

ini cara berfikir anda tohh...  :-?
anda memakai kata "seperti" jelas disini ini anda berfikir/mengira sy lebih mementingkan yg Mna tohh...  :-?
Klo Sy, Ya jelas Lebih mementingKan KeluargaLah dari pada Binatang karna Sudah Jelas toh sumbernya penyakit dari mana... (ingat2 contoh yg sy berikan itu)


Quote
Kl ga salah ada cerita dulu satu kehidupan Sang Buddha juga pernah mengorbankan diri demi menyelamatkan rusa deh, CMIIW...

Hati-hati  nanti ada yang bilang itu Cerita Dongeng Loh...  ;D (Jgn anggap remeh sebuah Dongeng dalam agama..  :-? )

MemangNya kenapa itu Rusa diSelamatKan, ada yg mau memburu ya? Yang Jelas donx Ceritanya, biar gak salah Faham nihh... Lalu Guru Buddha waktu dikehidupan lalu sebagai ummat awam atau Pertapa... Atau ada Juga Cerita Ketika Sang Buddha melihat Harimau Lapar kemudian Beliau Memotong daging Pahanya Sendiri untuk diberikan ke Harimau tersebut....  :) Sy Tidak tahu ini Dongeng atau kisah Nyata, Yang lebih berKompetenLah yg harus memberiTahu..
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 18 December 2012, 11:05:55 AM

MemangNya kenapa itu Rusa diSelamatKan, ada yg mau memburu ya? Yang Jelas donx Ceritanya, biar gak salah Faham nihh... Lalu Guru Buddha waktu dikehidupan lalu sebagai ummat awam atau Pertapa... Atau ada Juga Cerita Ketika Sang Buddha melihat Harimau Lapar kemudian Beliau Memotong daging Pahanya Sendiri untuk diberikan ke Harimau tersebut....  :) Sy Tidak tahu ini Dongeng atau kisah Nyata, Yang lebih berKompetenLah yg harus memberiTahu..

untuk bisa membedakan dongeng atau bukan, kita harus melihat dari mana cerita itu berasal, jadi mohon tunjukkan sumber anda, setidaknya untuk memastikan bahwa apa yg anda katakan itu adalah benar berasal dari cerita yg bukan produk halusinasi anda.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 18 December 2012, 11:26:26 AM
untuk bisa membedakan dongeng atau bukan, kita harus melihat dari mana cerita itu berasal, jadi mohon tunjukkan sumber anda, setidaknya untuk memastikan bahwa apa yg anda katakan itu adalah benar berasal dari cerita yg bukan produk halusinasi anda.

Quote
MemangNya kenapa itu Rusa diSelamatKan, ada yg mau memburu ya? Yang Jelas donx Ceritanya, biar gak salah Faham nihh... Lalu Guru Buddha waktu dikehidupan lalu sebagai ummat awam atau Pertapa... Atau ada Juga Cerita Ketika Sang Buddha melihat Harimau Lapar kemudian Beliau Memotong daging Pahanya Sendiri untuk diberikan ke Harimau tersebut....   Sy Tidak tahu ini Dongeng atau kisah Nyata, Yang lebih berKompetenLah yg harus memberiTahu..

Sy Rasa yg diBold itu Sudah cukup, tidak harus diTanya sumbernya dari mana....
Posisi sy disini dari awal, jika anda lihat seharusnya sudah tahu, sy bukan seorang yg tahu menahu banyak tentang Sutta2 makanya sy banyak bertanya disni. Bisa jadi tmn2 disini ada yg memang benar2 berkompeten lebih banyak mengetahui isi2 sutta sekaligus maknanya..
Sy sudah lupa kisah itu dari mna yg jelas sy pernah membaca atau mendengar tentang hal tersebut... dan memang benar apa yg sy baca atau dengar tersebut bisa saja SALAH. Sy bukan penghapal kitab Suci, sy hanya umat awam biasa saja ;D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 18 December 2012, 11:31:50 AM
Sy Rasa yg diBold itu Sudah cukup, tidak harus diTanya sumbernya dari mana....

yg di bold itu menunjukkan bahwa anda tidak tahu apakah itu dongeng atau bukan, maka saya memberikan tips tentang bagaimana membedakan dongeng dan bukan, yaitu dengan menelusuri sumbernya.

Quote
Posisi sy disini dari awal, jika anda lihat seharusnya sudah tahu, sy bukan seorang yg tahu menahu banyak tentang Sutta2 makanya sy banyak bertanya disni. Bisa jadi tmn2 disini ada yg memang benar2 berkompeten lebih banyak mengetahui isi2 sutta sekaligus maknanya..
Sy sudah lupa kisah itu dari mna yg jelas sy pernah membaca atau mendengar tentang hal tersebut... dan memang benar apa yg sy baca atau dengar tersebut bisa saja SALAH. Sy bukan penghapal kitab Suci, sy hanya umat awam biasa saja ;D


tenang saja, tidak ada yg menganggap anda seorang umat luar biasa, tapi semua umat biasa lainnya di sini juga berdiskusi dengan berdasarkan pada referensi otentik.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 18 December 2012, 11:33:51 AM
[at]  NagaSena

manusia atau binatang lebih penting? bukan disini letak 'point' dari Sila 1
namun ketika anda membunuh dengan sengaja, tidak ada pengecualian. tetap dikatakan melanggar sila 1.

Dari Mana anda bisa berFikir sperti ini? dari penilaian anda sendiri atau Bagaimna?Ada rujukan Sutta2nya Yang MenunJukan Hal tersebut?
Lihat koment2 sy sebelumnya... tentang rujukan2 dari Sutta2 tentang Pengecualian (dan sudah sy terangkan Kata "Pengecualian" ini) ... Silahkan berkomentar disana itu lebih jelas dan detail...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 18 December 2012, 11:37:57 AM
Dari Mana anda bisa berFikir sperti ini? dari penilaian anda sendiri atau Bagaimna?Ada rujukan Sutta2nya Yang MenunJukan Hal tersebut?
Lihat koment2 sy sebelumnya... tentang rujukan2 dari Sutta2 tentang Pengecualian (dan sudah sy terangkan Kata "Pengecualian" ini) ... Silahkan berkomentar disana itu lebih jelas dan detail...

sutta yg mengatakan "membunuh adalah pelanggaran" tanpa kecuali sudah ditampilkan, tetapi sutta yg mengatakan "adanya pengecualian" masih belum anda tampilkan.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: bluppy on 18 December 2012, 11:40:36 AM
Hmmm... itu film pernah diPutar di Metro Tv bbrp tahun Lalu, Seorang Mahatma Ghandi... si pencetus Faham Ahimsa...  :x
Seorang Hindu yang berkawan Baik dengan seorang Muslim Nehru...  :D :D

Apa yang mau anda Jelaskan tentang Film itu....


tidak ada yg mau dijelaskan sih
hanya saja itu film yg sangat bagus
bagus kalau kita ada kesempatan untuk menonton
nontonnya ngk dari awal sampai akhir yag ?
atau mungkin udah bertahun2 jadi agak lupa ceritanya ?

btw Gandhi bukan pencetus paham ahimsa
Gandhi sendiri menyatakan ajaran ttg ahimsa sudah ada ribuan tahun
Ia hanya berusaha melaksanakan ajaran itu dalam kehidupan sehari2

Dan Nehru juga bukan muslim,
Jawaharlal Nehru lahir di keluarga Hindu dan juga condong ke agama Hindu.
yang beragama muslim adalah Jinnah, Muhammad Ali Jinnah
yg juga merupakan teman baik Gandhi
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 18 December 2012, 11:41:16 AM
yg di bold itu menunjukkan bahwa anda tidak tahu apakah itu dongeng atau bukan, maka saya memberikan tips tentang bagaimana membedakan dongeng dan bukan, yaitu dengan menelusuri sumbernya.
Loh diawal koment itu khan sudah sy Katakan, sy Tidak tahu itu dongeng atau memang Benar Kisah nyata. Sy Tidak menolak Hal tersebut tohh...

Quote
tenang saja, tidak ada yg menganggap anda seorang umat luar biasa, tapi semua umat biasa lainnya di sini juga berdiskusi dengan berdasarkan pada referensi otentik.

Nah Jika demikian, Tidak salah donx Jika sy disini ingin tahu dari master2 sutta disini. Mana Yang Dongeng mana yg asli dari Kisah2 Sang Buddha...
Contoh salah satunya Jika disana ada kisah yg menceritakan bayi pangeran Sidharta ketika Lahir bisa langsung jalan 7 langkah dan mengucapkan AkuLah yang tertua di Dunia ini, iniLah kehidupan terakhirKu Dll.. Jika itu sebuah Dongeng,, Ya beritahuLah kisah yg Benar yang sesungguhnya....  :D
BukanKah itu lebih Baik tohh...

Jika anda ingin membuat Thread baru Ya boleh saja... Mari Kita Pindah...  :D :D
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 18 December 2012, 11:50:59 AM
Loh diawal koment itu khan sudah sy Katakan, sy Tidak tahu itu dongeng atau memang Benar Kisah nyata. Sy Tidak menolak Hal tersebut tohh...


karena anda tidak tahu maka saya memberikan tips yg selalu saya gunakan dan cukup berhasil agar bisa mengetahui apakah suatu cerita itu dongeng atau nyata, yaitu, tatiyampi "dengan cara menelusuri sumbernya"

Quote
Nah Jika demikian, Tidak salah donx Jika sy disini ingin tahu dari master2 sutta disini. Mana Yang Dongeng mana yg asli dari Kisah2 Sang Buddha...

tidak ada yg menyalahkan anda, hanya saja anda tidak menyebutkan sumbernya, sehingga para master sutta di sini pun kesulitan untuk memberi tahu anda, tanpa sumebr maka para master mungkin akan menyimpulkan bahwa cerita itu hanya produk sel di kepala anda.

Quote
Contoh salah satunya Jika disana ada kisah yg menceritakan bayi pangeran Sidharta ketika Lahir bisa langsung jalan 7 langkah dan mengucapkan AkuLah yang tertua di Dunia ini, iniLah kehidupan terakhirKu Dll.. Jika itu sebuah Dongeng,, Ya beritahuLah kisah yg Benar yang sesungguhnya....  :D
BukanKah itu lebih Baik tohh...


kisah itu terdapat dalam Majjihma Nikaya 123  Acchariya-abbhūta Sutta

20. “Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagavā sendiri: ‘Segera setelah Sang Bodhisatta lahir, Beliau berdiri tegak dengan kaki menginjak tanah; kemudian Beliau berjalan tujuh langkah ke arah utara, dan dengan payung putih memayungiNya, Beliau mengamati tiap-tiap penjuru dan mengucapkan kata-kata seorang Pemimpin Kelompok: “Akulah yang tertinggi di dunia; Akulah yang terbaik di dunia; Akulah yang terkemuka di dunia. Inilah kelahiranKu yang terakhir; sekarang tidak ada lagi penjelmaan baru bagiKu.”’  Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagavā.

Quote
Jika anda ingin membuat Thread baru Ya boleh saja... Mari Kita Pindah...  :D :D

mungkin nanti, setelah kita menyelesaikan thread ini.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 18 December 2012, 11:54:26 AM
tidak ada yg mau dijelaskan sih
hanya saja itu film yg sangat bagus
bagus kalau kita ada kesempatan untuk menonton
nontonnya ngk dari awal sampai akhir yag ?
atau mungkin udah bertahun2 jadi agak lupa ceritanya ?

btw Gandhi bukan pencetus paham ahimsa
Gandhi sendiri menyatakan ajaran ttg ahimsa sudah ada ribuan tahun
Ia hanya berusaha melaksanakan ajaran itu dalam kehidupan sehari2

Dan Nehru juga bukan muslim,
Jawaharlal Nehru lahir di keluarga Hindu dan juga condong ke agama Hindu.
yang beragama muslim adalah Jinnah, Muhammad Ali Jinnah
yg juga merupakan teman baik Gandhi

Oh gitu ya, anda Tahu dari agama atau ajaran mana Faham Ahimsa (tanpa kekerasan) ini Muncul?
Nehru seorang Hindu ya, Thanks infonya...  :D

Mahatma Ghandi hidup dizaman kolonial Britania raya smua tidak lepas dari politik dan sosial yg berkembang pada waktu itu.
Tidak heran jika beliau memegang Faham Ahimsa untuk mencari simpatik pada saat itu...
Jelas sy sudah lupa, sudah lama banget....  :)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 18 December 2012, 12:02:57 PM
karena anda tidak tahu maka saya memberikan tips yg selalu saya gunakan dan cukup berhasil agar bisa mengetahui apakah suatu cerita itu dongeng atau nyata, yaitu, tatiyampi "dengan cara menelusuri sumbernya"

tidak ada yg menyalahkan anda, hanya saja anda tidak menyebutkan sumbernya, sehingga para master sutta di sini pun kesulitan untuk memberi tahu anda, tanpa sumebr maka para master mungkin akan menyimpulkan bahwa cerita itu hanya produk sel di kepala anda.

kisah itu terdapat dalam Majjihma Nikaya 123  Acchariya-abbhūta Sutta

20. “Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagavā sendiri: ‘Segera setelah Sang Bodhisatta lahir, Beliau berdiri tegak dengan kaki menginjak tanah; kemudian Beliau berjalan tujuh langkah ke arah utara, dan dengan payung putih memayungiNya, Beliau mengamati tiap-tiap penjuru dan mengucapkan kata-kata seorang Pemimpin Kelompok: “Akulah yang tertinggi di dunia; Akulah yang terbaik di dunia; Akulah yang terkemuka di dunia. Inilah kelahiranKu yang terakhir; sekarang tidak ada lagi penjelmaan baru bagiKu.”’  Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagavā.

mungkin nanti, setelah kita menyelesaikan thread ini.

Ok, sy bisa pastikan ini bukan hasil dari sel diOtak sy,, ;D dan sy bukan orang sy Berani Bermain-main Dalam Hal agama...  :D
sy tahu itu sudah lama, sperti yg sy katakan sy bukan Penghafal kitab suci jadi sy tidak ingat...  ;D
sy katakan sperti itu, sy Berharap anda2 disini Tahu atau mungkin mendengar kisah yg sy katakan tersebut dan memberitahu bahwa itu bukan kisah yg layak bisa diPercaya kebenarannya...

Untuk Masalah Otentik Ya memang sy lebih mempercayai kitab yang lebih awal ada dari pada yg belakangan. Tapi harap dicatat Juga bahwa semua kitab2 yg disusun atau dikumpulkan lalu ditulis, dibukukan BUKAN pada saat Tokoh2 agama itu Masih dalam hidup Tetapi beberapa ratus tahun Tokoh itu Wafat.. Tinggal Masalh pribadi masing2 meYakini Kitab ini Murni benar2 asli ucapan, kisah dari Guru Buddha atau bukan.

Ya BaikLah, Kita selesaikan dulu yang ini karna belum ada kesePahaman.. Ok
Silahkan anda lihat kebelakang ada Koment sy yg anda belum BALAS, coba anda perhatikan baik2...
Disana sudah sy Uraikan dengan Jelas, dari awal sy menggunakan kata Pengecualian agar mudah saja, tapi ternyata tidak ada titik temu. memang agak panjang silahkan ada balas komentar sy disana. agar tidak Loncat2...  :-?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 18 December 2012, 12:05:40 PM
Ok, sy bisa pastikan ini bukan hasil dari sel diOtak sy,, ;D dan sy bukan orang sy Berani Bermain-main Dalam Hal agama...  :D
sy tahu itu sudah lama, sperti yg sy katakan sy bukan Penghafal kitab suci jadi sy tidak ingat...  ;D
sy katakan sperti itu, sy Berharap anda2 disini Tahu atau mungkin mendengar kisah yg sy katakan tersebut dan memberitahu bahwa itu bukan kisah yg layak bisa diPercaya kebenarannya...

Ya BaikLah, Kita selesaikan dulu yang ini karna belum ada kesePahaman.. Ok
Silahkan anda lihat kebelakang ada Koment sy yg anda belum BALAS, coba anda perhatikan baik2...
Disana sudah sy Uraikan dengan Jelas, dari awal sy menggunakan kata Pengecualian agar mudah saja, tapi ternyata tidak ada titik temu. memang agak panjang silahkan ada balas komentar sy disana. agar tidak Loncat2...  :-?

saya tidak akan menanggapi sesuatu komentar yg mana pertanyaan saya sendiri tidak ditanggapi oleh anda, sejak awal anda meminta bukti bahwa "tidak ada kecuali" saya langsung memberikan bukti itu, tetapi ketika saya meminta bukti sebelumnya, anda hanya berputar2 bak orang sakaw, saya menghargai diskusi dua arah. silakan ...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 18 December 2012, 12:18:54 PM
saya tidak akan menanggapi sesuatu komentar yg mana pertanyaan saya sendiri tidak ditanggapi oleh anda, sejak awal anda meminta bukti bahwa "tidak ada kecuali" saya langsung memberikan bukti itu, tetapi ketika saya meminta bukti sebelumnya, anda hanya berputar2 bak orang sakaw, saya menghargai diskusi dua arah. silakan ...

Sebetulnya sy sudah Menjawab dari koment2 sebelumnya bahkan bnyk sekali. sy post salah satunya :

Quote
Dikoment sebelum2nya juga sudah banyk sy tulis, Jika Tidak ada itu Berarti pandangan Kita saja yg Berbeda toh...,
Dan sebelumnya Juga sudah sy katakan ini pemahaman sy sendiri (iniada dikoment sy sebelumnya)
, Sy tidak Tahu disutta itu ada atau tidak tertulis bahwa dalam kondisi/keadaan tertentu membunuh dibolehkan atau tidak (Beda antara BoLeh dan diBenarkan)

yang Sakaw siapa ya.... :-? :-?

Lalu diKoment selanjutnya, sy katakan Ok disana Tidak ada kata pengkecualian dan Tidak ada Pula diterangkan dalam kondisi yg bagaimna mahluk2 itu.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 18 December 2012, 12:46:37 PM
Sebetulnya sy sudah Menjawab dari koment2 sebelumnya bahkan bnyk sekali. sy post salah satunya :

yang Sakaw siapa ya.... :-? :-?

Lalu diKoment selanjutnya, sy katakan Ok disana Tidak ada kata pengkecualian dan Tidak ada Pula diterangkan dalam kondisi yg bagaimna mahluk2 itu.


jadi karena "di sana Tidak ada kata pengkecualian dan Tidak ada Pula diterangkan dalam kondisi yg bagaimna mahluk2 itu." maka kesimpulannya adalah "ada pengecualian"? mantap ...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 18 December 2012, 04:41:40 PM
Jadi Menurut anda ini apa :
ini cara berfikir anda tohh...  :-?
anda memakai kata "seperti" jelas disini ini anda berfikir/mengira sy lebih mementingkan yg Mna tohh...  :-?
Klo Sy, Ya jelas Lebih mementingKan KeluargaLah dari pada Binatang karna Sudah Jelas toh sumbernya penyakit dari mana... (ingat2 contoh yg sy berikan itu)

Saya kan pakai tanda tanya, sedangkan kk langsung pake kata "ternyata"


Hmm.. Baru kali ini sy Melihat, Ternyata ada manusia yang lebih mementingkan Binatang dari pada Manusia.... ;D ;D


Meskipun binatang tuh anjing yang menyelamatkan nyawa manusia dibandingkan dgn manusia yang slalu berbuat jahat?

Kondisi terpaksa yang spt apa secara umum yang dibenarkan? Kl mencuri krn terpaksa krn kelaparan tu dibenarkan juga ga?

Quote
Hati-hati  nanti ada yang bilang itu Cerita Dongeng Loh...  ;D (Jgn anggap remeh sebuah Dongeng dalam agama..  :-? )

MemangNya kenapa itu Rusa diSelamatKan, ada yg mau memburu ya? Yang Jelas donx Ceritanya, biar gak salah Faham nihh... Lalu Guru Buddha waktu dikehidupan lalu sebagai ummat awam atau Pertapa... Atau ada Juga Cerita Ketika Sang Buddha melihat Harimau Lapar kemudian Beliau Memotong daging Pahanya Sendiri untuk diberikan ke Harimau tersebut....  :) Sy Tidak tahu ini Dongeng atau kisah Nyata, Yang lebih berKompetenLah yg harus memberiTahu..
Saya juga uda lupa, tapi kalau menurut kk hewan lebih ga penting dari manusia hrsnya kk ga percaya donk cerita di atas? Apa umat awam n pertapa beda ya karmanya?

apakah kutipan di bawah smuanya ada syarat n ketentuan berlaku ya?

Quote
Kebijaksanaan dimurnikan oleh moralitas dan moralitas dimurnikan oleh kebijaksanaan. Dimana ada yang satu, disana ada yang satunya lagi. Orang yang bermoral memiliki kebijaksanaan dan orang yang bijak memiliki moralitas. Kombinasi dari kedua ini merupakan hal tertinggi di dunia. D.I,84

Ketika engkau berbicara dengan orang lain, engkau mungkin berbicara pada waktu yang tepat atau tidak, berdasarkan fakta atau tidak, secara halus atau kasar, secara langsung atau tidak, dengan pikiran yang dipenuhi kebencian atau cinta kasih. Engkau harus melatih dirimu seperti ini. "Pikiran kita tidak boleh terkotori, kita juga tidak boleh berbicara kasar tetapi dengan kebaikan dan welas asih kita akan hidup dengan pikiran yang terbebas dari kebencian dan dipenuhi cinta kasih. Kita akan hidup meliputi satu orang dengan cinta kasih, dan kemudian meliputi seluruh dunia dengan cinta kasih yang meluas, menyebar dan tak terbatas dan sama sekali tanpa kebencian ataupun permusuhan." Dengan cara inilah engkau harus melatih dirimu sendiri. M.I,126

Ada tiga hal yang dengannya orang bijaksana bisa dikenali. Apakah yang tiga itu? Ia melihat kesalahannya sebagaimana adanya, ketika melihatnya ia berusaha memperbaikinya, ketika orang lain mengakui kesalahan mereka ia memaafkannya. A.I,103

Bahkan jika seorang penjahat rendah memotong anggota tubuh satu per satu dengan gergaji balik, jika kalian memenuhi pikiranmu dengan kebencian, kalian tidak akan mempraktikkan ajaran-Ku. M.I,126

Bagaikan seorang ibu yang melindungi anak tunggalnya dengan nyawanya sendiri, demikian juga, seseorang harus mengembangkan cinta kasih tanpa batas pada semua makhluk di dunia. Sn.150

Jika orang lain melukai, memukul, melempar batu atau menyerang kalian dengan tongkat atau pedang, kalian harus menyingkirkan semua nafsu dan kehendak duniawi dan berpikir. "Pikiranku tidak akan goyah. Aku tidak boleh berkata kasar. Aku tidak akan merasakan kebencian tetapi mempertahankan kebaikan dan welas asih kepada semua makhluk." Seperti inilah kalian harus berpikir. M.I,126

Ada 4 jenis orang yang terdapat dalam dunia ini. Apakah yang empat itu? mereka yang tidak memperhatikan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain, mereka memperhatikan kebahagiaan orang lain tetapi tidak pada diri sendiri, mereka yang memperhatikan kebahagiaan diri sendiri tanpa memperhatikan kebahagiaan orang lain dan mereka yang memperhatikan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain...Dari keempat jenis orang ini, mereka yang memperhatikan kebahagiaan mereka sendiri dan orang lain merupakan terutama, tertinggi, terkemuka, dan terbaik. A.II,94

Taklukkan kebencian dengan cinta kasih, kejahatan dengan kebaikan, kekejaman dengan kemurahan hati dan kebohongan dengan kebenaran. Dp.223

Semua orang gentar akan hukuman, semua orang menginginkan kehidupan. Oleh karena itu, tempatkan dirimu di posisi orang lain dan tidak membunuh ataupun membenarkan pembunuhan. Dp. 130

Mereka yang terus berpikir, "Ia melukaiku!" "Ia memukulku!" "Ia menindasku!" "Ia merampasku!" tidak akan menghentikan kebenciannya. Tetapi mereka yang melepaskan pikiran seperti itu akan menghentikan kebenciannya. Di dunia ini kebencian tidak akan dihentikan oleh kebencian. Cinta kasih yang menghentikan kebencian, inilah kebenaran abadi. Dp.3-5
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Rico Tsiau on 18 December 2012, 04:58:05 PM
thread dengan diskusi yang melelahkan..  :(

saya sudah sering jumpa netter yang 'au ban' tapi masih gampang dan bisa untuk dihadapin, tapi yang ini super spesial..
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 19 December 2012, 05:49:57 AM
thread dengan diskusi yang melelahkan..  :(

saya sudah sering jumpa netter yang 'au ban' tapi masih gampang dan bisa untuk dihadapin, tapi yang ini super spesial..

bold : memang demikianlah persepsi saya
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Kelana on 19 December 2012, 12:34:06 PM
Sepengetahuan saya, dalam Buddhisme, membunuh adalah membunuh apapun pikiran awal yang mendasari pikiran membunuh tersebut.

Ketika kita mengamati pikiran kita, kita dapat mengetahui bahwa pikiran kita selalu berbeda-beda dan berpindah-pindah seperti kera (Assutavā Sutta, Samyutta Nikaya 12.61). Pikiran yang satu diikuti dengan pikiran yang lain. Begitu juga sifat yang menyertainya, baik atau buruk. Pikiran baik diikuti dengan pikiran buruk atau sebaliknya pikiran buruk diikuti dengan pikiran baik. Namun keduanya tidak bisa muncul secara bersamaan. Ini sudah sifat alami pikiran. Karena kadang kala gerak dan jarak kemunculan antara satu pikiran dengan pikiran lain begitu sangat cepat, maka banyak orang berpendapat  bahwa mereka muncul bersamaan.

Karena sifat pikiran yang demikian (terpisah-pisah kemunculannya), maka baik buruknya sifat dan hasil dari perbuatan pikiran tersebut juga terpisah. Oleh karena itu pikiran membunuh adalah pikiran membunuh, pikiran buruk yang bersekutu dengan LDM untuk meniadakan kehidupan makhluk lain. Ia tidak muncul bersamaan dengan Metta. Inilah mengapa membunuh adalah membunuh ketika memenuhi 5 syarat (dalam hal ini poin 3) (Reply #16  (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23304.msg422497.html#msg422497)), tidak peduli seberapa kuat intensitas pikiran membunuhnya, tidak peduli bagaimana cara melakukannya. Membunuh adalah perbuatan buruk (karma buruk).

Ada 4 dorongan perbuatan jahat/buruk:
Perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan rasa senang sepihak (chanda gati),
perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan ketidaksukaan yang sangat/kebencian (dosa gati),
perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan ketidaktahuan (moha gati), dan
perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan rasa takut (bhaya gati).
(Sigalovada Sutta, Digha Nikaya 31)

Dengan demikian, kita bisa berpikir ulang, benarkah kita sebagai umat awam membunuh karena cinta kasih atau jutru adalah manifestasi dari dorongan rasa takut (bhaya gati) dan benci (dosa gati) yang mengancam orang yang kita cintai? Kita takut mereka sakit, takut kehilangan mereka. Kita tidak suka (benci) mereka sakit, kita benci kehilangan mereka, kita benci menjadi hidup sendiri, dan kita benci tidak ada generasi penerus kita.

Sikap “Robin Hood” (melegalkan kejahatan dengan alasan kebaikan) adalah usaha untuk menghindar dari bertanggung jawab atas suatu perbuatan buruk. Ini bukan sikap yang baik dan tidak mengubah apapun hasilnya. Hal yang terbaik setelah atau ketika akan atau ketika sedang melakukan perbuatan buruk (terlepas berapa banyak dan sering) adalah mempersiapkan diri menerima dengan bijaksana akibat dari perbuatan-perbuatan buruk tersebut.


Demikian.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 19 December 2012, 01:07:30 PM
jadi karena "di sana Tidak ada kata pengkecualian dan Tidak ada Pula diterangkan dalam kondisi yg bagaimna mahluk2 itu." maka kesimpulannya adalah "ada pengecualian"? mantap ...
super licin... :P
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 19 December 2012, 02:13:25 PM
super licin... :P

bukan licin tapi memang kurang ....
hanya bisa omdo sesuai seleranya.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 19 December 2012, 02:39:53 PM
Saya kan pakai tanda tanya, sedangkan kk langsung pake kata "ternyata"

Ya, wajar karna dari awal koment anda tidak menjawab dengan pasti apa pertanyaan sy. Lihat diawal-awal kita koment di Thread ini.
kdng anda tidak menjawab tapi buat pernyataan lain...  :D
Salah satunya ini,
Quote
Sebelum Jawab kepertanyaan kamu, Silahkan kamu pikir pake otak kamu dan pertimbangkan dengan hati kamu. Lebih berharga mana manusia dengan Binatang?? Ya, itu terserah kamu jika menurut kamu lebih berharga binatang

Quote
Meskipun binatang tuh anjing yang menyelamatkan nyawa manusia dibandingkan dgn manusia yang slalu berbuat jahat?

Sy tidak sedang menanggapi contoh Anjing yg menolong Bayi terus anjing itu dibunuh oleh majikannya.. sy tidak mengomentari itu, karna sebelumnya sy sudah jawab bahwa itu Prasangka si Majikan yg tidak tahu menahu kejadiannya.. Jadi jgn dicampur-campur. seolah-olah ingin membenarkan pendapat kamu Padahal Kondisinya Berbeda.

Harap diIngat, manusia berbeda dengan binatang, Tapi jelas ada sifat, kelakuan manusia lebih rendah dari Binatang...
sy harap anda bisa mengerti maksud kata2 sy diatas (klo tidak ngerti nanti sy jelaskan, klo perlu buat Thread baru saja. biar tdk campur aduk. OK)

Quote
Kondisi terpaksa yang spt apa secara umum yang dibenarkan? Kl mencuri krn terpaksa krn kelaparan tu dibenarkan juga ga?

Sebetulnya sy sudah ingatKan diawal kita Koment tentang sila2 itu, Bahwa Manusia ini BUKAN ROBOT yg dimasukan instrument ya begitu2 saja tidak bisa berfikir, bernalar dll, Semua Sila2 itu ada penjelasannya, penjabarannya. intinya JANGAN DISAMA RATAKAN.
Masalah Kata "Terpaksa" dari awal sy TIDAK menggunakan kata Terpaksa. Sepertinya netter disini selalu menggunakan kata "Terpaksa". Jelas ini Konotasinya sangat Buruk, Jahat. Sy IngatKan sekali lagi YA, ada kondisi dimna tidak bisa menghindar dari membunuh...

Masalah diBenarKan, Tunggu. Sebelumnya sudah sy ada tulisa koment waktu sama Mr. Indra bahwa "Boleh" dan "diBenarkan" itu Berbeda maksudnya

Quote
Saya juga uda lupa, tapi kalau menurut kk hewan lebih ga penting dari manusia hrsnya kk ga percaya donk cerita di atas?

Jgn dicampur aduk donx sama kisah yg kamu tulis itu, Liat donx koment sy itu, hati2 nanti disangka "Dongeng" itu kisah yg kamu tulis... Sy belum bisa memutuskan percaya atau tidak karna sy tidak tahu sumbernya dari Sutta apa itu diambil. apakah Dari Sutta yg pertama muncul atau yg muncul belakangan
Lagi2, org yg memang Tahu menahu inilah yg mempunyai tanggung jawab untuk dipercaya atau tidak Cerita2 tersebut

Quote
Apa umat awam n pertapa beda ya karmanya?

Klo urusan Karma ya semuanya samaLah, Klo anda perhatikan dari awal koment2 sy pastLah anda melihat koment sy yg sperti ini. BISAkah kita membedakan sabda2 Buddha ketika berbicara pada Seorang DEWA, seorang Bhikku/sekelompok Bhikku dan kepada para ummat awam.. (Disini sy mengunakan kata Pertapa karna sy tidak tahu waktu itu Beliau sudah menjadi Buddha atau Belum)
dalam agama Buddha hanya ada 2 golongan yaitu Ummat awan dan Ummat Bhikku kedua-duannya mempunyai peranannya masing2. Untuk masalah lebih lanjut lagi bisa Kita diskusikan dilain Hal.. Tidak usah melebar kmna-mna dulu. Mari kita temukan titik Kesepahaman dalam hal ini dulu. OK  :D

Quote
apakah kutipan di bawah smuanya ada syarat n ketentuan berlaku ya?

Kebijaksanaan dimurnikan oleh moralitas dan moralitas dimurnikan oleh kebijaksanaan. Dimana ada yang satu, disana ada yang satunya lagi. Orang yang bermoral memiliki kebijaksanaan dan orang yang bijak memiliki moralitas. Kombinasi dari kedua ini merupakan hal tertinggi di dunia. D.I,84

Ketika engkau berbicara dengan orang lain, engkau mungkin berbicara pada waktu yang tepat atau tidak, berdasarkan fakta atau tidak, secara halus atau kasar, secara langsung atau tidak, dengan pikiran yang dipenuhi kebencian atau cinta kasih. Engkau harus melatih dirimu seperti ini. "Pikiran kita tidak boleh terkotori, kita juga tidak boleh berbicara kasar tetapi dengan kebaikan dan welas asih kita akan hidup dengan pikiran yang terbebas dari kebencian dan dipenuhi cinta kasih. Kita akan hidup meliputi satu orang dengan cinta kasih, dan kemudian meliputi seluruh dunia dengan cinta kasih yang meluas, menyebar dan tak terbatas dan sama sekali tanpa kebencian ataupun permusuhan." Dengan cara inilah engkau harus melatih dirimu sendiri. M.I,126

Ada tiga hal yang dengannya orang bijaksana bisa dikenali. Apakah yang tiga itu? Ia melihat kesalahannya sebagaimana adanya, ketika melihatnya ia berusaha memperbaikinya, etika orang lain mengakui kesalahan mereka ia memaafkannya. A.I,103

Bahkan jika seorang penjahat rendah memotong anggota tubuh satu per satu dengan gergaji balik, jika kalian memenuhi pikiranmu dengan kebencian, kalian tidak akan mempraktikkan ajaran-Ku. M.I,126

Bagaikan seorang ibu yang melindungi anak tunggalnya dengan nyawanya sendiri, demikian juga, seseorang harus mengembangkan cinta kasih tanpa batas pada semua makhluk di dunia. Sn.150

Jika orang lain melukai, memukul, melempar batu atau menyerang kalian dengan tongkat atau pedang, kalian harus menyingkirkan semua nafsu dan kehendak duniawi dan berpikir. "Pikiranku tidak akan goyah. Aku tidak boleh berkata kasar. Aku tidak akan merasakan kebencian tetapi mempertahankan kebaikan dan welas asih kepada semua makhluk." Seperti inilah kalian harus berpikir. M.I,126

Ada 4 jenis orang yang terdapat dalam dunia ini. Apakah yang empat itu? mereka yang tidak memperhatikan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain, mereka memperhatikan kebahagiaan orang lain tetapi tidak pada diri sendiri, mereka yang memperhatikan kebahagiaan diri sendiri tanpa memperhatikan kebahagiaan orang lain dan mereka yang memperhatikan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain... Dari keempat jenis orang ini, mereka yang memperhatikan kebahagiaan mereka sendiri dan orang lain merupakan terutama, tertinggi, terkemuka, dan terbaik. A.II,94

Taklukkan kebencian dengan cinta kasih, kejahatan dengan kebaikan, kekejaman dengan kemurahan hati dan kebohongan dengan kebenaran. Dp.223

Semua orang gentar akan hukuman, semua orang menginginkan kehidupan. Oleh karena itu, tempatkan dirimu di posisi orang lain dan tidak membunuh ataupun membenarkan pembunuhan. Dp. 130

Mereka yang terus berpikir, "Ia melukaiku!" "Ia memukulku!" "Ia menindasku!" "Ia merampasku!" tidak akan menghentikan kebenciannya. Tetapi mereka yang melepaskan pikiran seperti itu akan menghentikan kebenciannya. Di dunia ini kebencian tidak akan dihentikan oleh kebencian. Cinta kasih yang menghentikan kebencian, inilah kebenaran abadi. Dp.3-5


Thanks sudah diPost,  ;) ;)

Ternyata anda cukup pintar juga.  Dari apa yg sy  TanyaKan  ;D Tunjukan diSutta - Sutta lain yang menjabarkan, meneguhkan, menguatkan isi Sila perTama sebagai pendukung... walaupun Disana masih ada ada kondisi yang tetap harus Ummat Pilih... Kebijaksanaan atau Moralitas dan masih relevantKah ajaran ini diTerapKan....

Sy harap anda menjawab dahulu koment sy yg diBawah ini sebelum lebih jauh lagi sy berKomentar tentang Sutta yg anda Post itu
Ok, Boleh sy Tahu Sutta yg anda Post itu Ketika Guru Buddha Berbicara pada siapa, seorangDewa, seorang/sekelompk Bhikku,  kepada Ummat awam atau pada saat kedua-duanya hadir?
Dan sy Harap anda Mengerti Dari Kata yg Sy Bold itu... coba anda renungi

Semoga apa yg kamu post bukan sebuah Dongeng dagelan org2 jaman dahulu atau seorang pengagung Guru Buddha yg Berlebihan…  :) :)


Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 19 December 2012, 02:46:51 PM

Sy IngatKan sekali lagi YA, ada kondisi dimna tidak bisa menghindar dari membunuh...



Tolong diberikan contoh kondisi di mana membunuh tidak bisa dihindarkan.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 19 December 2012, 02:49:26 PM
Tolong diberikan contoh kondisi di mana membunuh tidak bisa dihindarkan.
contohnya kalau nyamuk di sekitaran rumah udah terlalu banyak... :whistle:

[spoiler=request]
gedein lagi dunk jadi 36... =))
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 19 December 2012, 03:04:24 PM
contohnya kalau nyamuk di sekitaran rumah udah terlalu banyak...

[spoiler=request]
gedein lagi dunk jadi 36... =))


contoh ini tidak tepat, karena kondisi itu masih bisa dihindari, misalnya dengan langkah2 yg sering dibahas, misalnya, AC yg dingin, kipas angin, dll
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 19 December 2012, 03:08:15 PM
contoh ini tidak tepat, karena kondisi itu masih bisa dihindari, misalnya dengan langkah2 yg sering dibahas, misalnya, AC yg dingin, kipas angin, dll
kata2 itu bukan dari aye loh... :whistle:
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 19 December 2012, 03:11:19 PM
kata2 itu bukan dari aye loh... :whistle:

kata2 yg tidak tepat tetap tidak tepat terlepas dari siapa kata2 itu berasal ... emangnya kalo dari situ apa itu jadi benar?
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 19 December 2012, 03:36:17 PM

Semoga apa yg kamu post bukan sebuah Dongeng dagelan org2 jaman dahulu atau seorang pengagung Guru Buddha yg Berlebihan…  :) :)


semoga ini juga dagelan anda utk meragukan 'dongengan' orang2 dahulu :))

kasian memang karena marga au, sehingga meragukan apapun yang sudah tercantum dalam sutta
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 19 December 2012, 04:02:57 PM
Anggaplah saya tidak teliti, mohon anda sudi mengulangi lagi bukti bahwa Sang Buddha memberikan pengecualian dalam hal membunuh.

Tenang Sy Sabar kok memberitahu anda walau harus berkali-kali.... (Apa belaga ngak Tahu kali, Sorry nie....  ;D )

Sudah BeKali-kali sy Mengatakan Bahwa itu Hanya pandangan sy Terhadap sila pertama dalam hal Membunuh. Jadi sy harap anda tidak sedang Minum Anggur yg memabukan.  Begitu banyak koment yg sy Tulis bahwa itu hanya pandangan sy dan sy minta pentunjuk disini yg meneguhkan , menguatkan isi dari sila pertama.
Sekali lagi sy harap anda dalam keadaan sadar. Sy tidak menggunakan kata Pengecualian, Diawal sy mengunakan kata itu agar memudahkan saja, tapi akhirnya tidak menemukan titik temu yg diMengerti. tidak LAZIM kata kecuali diSematkan dalam sebuah aturan...
Dan sy katakan sekali lagi jika ada yg Kurang seFaham silahkan anda Koment disana.... disana ada jelas dan detail Untuk Masalah ini....
Kalau anda memang benar2 Sedang Sakau Dengan Senag Hati sy akan Post Ulang disini... ;D ;D

Quote
saya sudah menunjukkan bukti sutta, tapi anda tetap pada pandangan bahwa sutta tidak menyebutkan tentang "ada atau tidak tertulis bahwa dalam kondisi/keadaan tertentu membunuh dibolehkan atau tidak (Beda antara BoLeh dan diBenarkan) ". terlepas dari pendapat anda, sebaiknya anda segera memberikan referensi sutta yg mendukung pendapat anda, karena saya lebih menyukai ajaran Sang Buddha daripada ajaran anda yg tidak sesuai dengan ajaran Buddha.
Ya Menunjukan Bukti yg tidak sesuai dgn pertanyaan sy....   :))
Silahkan anda baca koment sy yg pertama diatas...  :-? :-?

Quote
saya bisa saja memposting banyak sutta yg mendukung argumen saya, tapi bahkan dua sutta yg saya tampilkan sebelumnya pun belum dapat anda bantah, jadi untuk apa saya memposting sutta2 lain lagi? sebaliknya sekarang adalah giliran anda utk menampilkan sutta yg membantah sutta yg saya tampilkan itu. silakan ...

Silahkan ada Baca dengan teliti Kedua Sutta yang anda post sebelumnya, memang tidak ada kok disana kondisi apapun tohh.... BukanKah itu sudah sy BANTAH.. Anda masih dalam Keadaan SADARKan... Sutta itu hanya anjuran bagi ummat saja tidak ada yg Lain disana... Bahkan sebelumnya sudah sy beri contoh Pula...  ??? ???
Sy masih Berharap anda bisa menunjukan Sutta2 Tersebut, Jika belum diTemukan silahkan anda cari dahulu JIKA perlu tanyakan saja pada seorang Bhikku

Quote
anda mulai berhalusinasi, jelas bahwa sutta itu ADA menjelaskan bahwa dalam praktik Buddhis maka membunuh harus dihindari, bukan soal BISA atau tidak, sesuatu yg bisa dilakukan bukan berarti boleh dilakukan.

Memang diAwal sudah sy Tulis kok Setiap ummat Buddhist memang harus menghindari sebisa mungkin malah... Tapi ada keadaan seseorang tidak dapat menghindar dari membunuh (Silahkan anda jawab contoh2 yg sudah banyak sy tulis sebelumnya)

Quote
anda hanya memaksakan kebrutalan anda dengan dalih bahwa karena tidak dijelaskan tentang situasi dan kondisi apa pembunuhan itu tidak dilakukan, maka artinya pembunuhan boleh dilakukan dalam situasi dan kondisi tertentu. entah bagaimana cara menarik kesimpulan ini.

Dan anda sangat BRUTAL dengan menganggap Tidak membunuh YA tidak membunuh... (ini Baru sila Pertama, belum sampai ke- 4 Sila yg Lain, padahal sebelumnya sudah sy sedikit singgung hal ini, Tapi OK lah kita teruskan yg Sila ke- 1 ini dulu  :D :D )
disamping itu, diawal ada yg sudah sy Singgung Bahwa manusia Bukan ROBOT yg hanya bisa dimasukan instrument2 baru bisa Bertindak dan hanya itu2 saja tidak bisa yg lain tidak bisa berfikir dan bernalar....  :))

Tidak lama Lagi kita disini akan menyimpulkan hasil dari diskusi disini karna ada satu Netter yg cukup medekati akhir dari diskusi ini Si Mi4ka. Dia sudah MemPost sebuah Sutta yg Menunjukan sebuah Sikap Kebijaksanaan dan Moralitas....
Sy rasa anda lebih berkompeten tentang Sutta yg diPost itu, sebuah Dongeng atau memang Kisah nyata....  ;D ;D
Kecuali anda dalam keragu-raguan....  karna anda pernah mengatakan percaya terhadap sutta2 yg ada hanya 20%, 75%, 50% :-? :-?

Quote
mungkin hanya anda yg menganggap demikian, jika anda jeli mencermati posisi para peserta diskusi dalam thread ini.

Ohh sy Sudah Jeli mencermati diskusi disni dan memang belum ada sutta2 yg tepat dengan secara Gamblang seperti Sutta yg anda Post yang merujuk pada SILA ke- 3 tidak Perlu Panjang lebar semua sudah Tahu tohh... (Kecuali seorang Bhikku kan...  ;D ;D )
Dan anda hanya menjawab dengan ringan... "oh, itu sudah Cukup JELAS" woowww Keren...   8) 8)
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 19 December 2012, 04:06:04 PM
semoga ini juga dagelan anda utk meragukan 'dongengan' orang2 dahulu :))

kasian memang karena marga au, sehingga meragukan apapun yang sudah tercantum dalam sutta

Bukan sy yg menentukan hal ini dongeng atau Bukan, ada yg lebih berkompeten Mr. Indra... atau mungkin anda lebih tahu tentang hal itu...
silahkan anda berkomentar... anda pernah bilang, jangan hanya OMDO kan...  :) :)
sangat bagus sekali jika kamu bisa mengetahui sebuah sutta itu dongeng atau Bukan...  ^-^ ^-^
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 19 December 2012, 04:11:02 PM
kata2 yg tidak tepat tetap tidak tepat terlepas dari siapa kata2 itu berasal ... emangnya kalo dari situ apa itu jadi benar?

Sebaiknya anda Baca Thread ini Mulai dari awal, OK
dan klo ada yg tidak setuju anda jawab disana, nanti sy balas koment anda.
Dan Ingat anda harus Baca BerUrut, karna setiap koment yg saja Buat. Bisa jadi untuk membalas sebelumnya atau Komentar tmn2 lain disini yg lain...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: M14ka on 19 December 2012, 04:22:27 PM
Ya, wajar karna dari awal koment anda tidak menjawab dengan pasti apa pertanyaan sy. Lihat diawal-awal kita koment di Thread ini.
kdng anda tidak menjawab tapi buat pernyataan lain...  :D
Salah satunya ini,

Justru saya udah pernah menjawab di awal" koment kita, cb baca http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23304.0/message,425258.html (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23304.0/message,425258.html)

Lagipula wajar dr sisi apa ya, krn tidak menjawab dengan pasti jadi buat kesimpulan sepihak?

Quote
Sy tidak sedang menanggapi contoh Anjing yg menolong Bayi terus anjing itu dibunuh oleh majikannya.. sy tidak mengomentari itu, karna sebelumnya sy sudah jawab bahwa itu Prasangka si Majikan yg tidak tahu menahu kejadiannya.. Jadi jgn dicampur-campur. seolah-olah ingin membenarkan pendapat kamu Padahal Kondisinya Berbeda.
Siapa yang mengacu pada contoh itu ya? Sepertinya kk yang suka mencampur"kan sesuatu deh...  Kan byk tuh cerita hewan yang menyelamatkan manusia, misalnya:

LuLu adalah babi gendut yang diberikan sebagai hadiah ulang tahun untuk seorang ibu, Jo Ann. Dan sepertinya Ann begitu bersyukur dengan kadonya. Ketika Ann tiba-tiba mengalami serangan jantung, LuLu yang melihatnya langsung bergerak menolong. Seperti apa? Babi gendut yang biasanya diam di balik pagar rumah ini dengan segera melesat, mencari jalan raya dan menunggu mobil serta mencoba menghentikannya.
(http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2012/12/05/1597843_20121205090049.jpg)
Seekor anjing yang dijuluki pahlawan di Filipina karena kehilangan moncongnya dalam sebuah kecelakaan sepeda motor demi menyelamatkan dua orang gadis dibawa ke AS untuk menjalani pengobatan.

Kabang, nama anjing itu, melompat ke jalur sepeda motor yang sedang ngebut saat sepeda motor itu nyaris menabrak dua gadis muda yang menyeberang jalan di Provinsi Zamboanga di Filipina selatan, Desember tahun lalu, lapor media lokal.

Kabang, seekor anjing campuran yang menyerupai seekor anjing gembala German, tersangkut kepalanya di roda depan sepeda motor itu pada kecelakaan tersebut. Moncong dan rahang atas anjing itu robek.

"Anjing itu telah menyelamatkan nyawa dua anak. Jadi, sekarang anjing itu membutuhkan bantuan kami. Sekarang giliran kami untuk menyelamatkan hidupnya," kata dokter hewan Anton Lim.
(http://assets.kompas.com/data/photo/2012/10/15/1433245p.jpg)

Itu terjadi pada seorang pria bernama Simon Steggal yang hidup bersama istrinya, Victoria di Cambridgeshire, Inggris. Ketika sedang duduk di sofa, kelinci mereka, Dory menyadari ada hal aneh yang terjadi pada Simon.

Dengan segera, Dory langsung menjilati mulut Simon dan menjadi kelinci agresif dalam upaya membantu Simon menemukan kesadarannya. Victoria yang menyadari itu langsung memanggil tim medis. Hasilnya, Dory mendapat anugrah kehormatan dari Asosiasi Kehormatan Kelinci. Berniat mengajari kelinci kamu supaya jadi seperti Dory?


Quote
Harap diIngat, manusia berbeda dengan binatang, Tapi jelas ada sifat, kelakuan manusia lebih rendah dari Binatang...

Betul sekali, jadi kenapa kk sebelumnya mengatakan:
Sebelum Jawab kepertanyaan kamu, Silahkan kamu pikir pake otak kamu dan pertimbangkan dengan hati kamu. Lebih berharga mana manusia dengan Binatang?? Ya, itu terserah kamu jika menurut kamu lebih berharga binatang   :o :o

Jangan Lupakan juga yang ini..
Betapa Sulitnya Terlahir menjadi manusia.. Jadi memang sangat berharga Nyawa manusia itu...
Manusia bagaikan segenggam pasir ditangan tetapi mahluk2 lain bagaikan pasir diSungai gangga...  :)

Hmm.. Baru kali ini sy Melihat, Ternyata ada manusia yang lebih mementingkan Binatang dari pada Manusia.... ;D ;D

Quote
sy harap anda bisa mengerti maksud kata2 sy diatas (klo tidak ngerti nanti sy jelaskan, klo perlu buat Thread baru saja. biar tdk campur aduk. OK)

Sebetulnya sy sudah ingatKan diawal kita Koment tentang sila2 itu, Bahwa Manusia ini BUKAN ROBOT yg dimasukan instrument ya begitu2 saja tidak bisa berfikir, bernalar dll, Semua Sila2 itu ada penjelasannya, penjabarannya. intinya JANGAN DISAMA RATAKAN.
Masalah Kata "Terpaksa" dari awal sy TIDAK menggunakan kata Terpaksa. Sepertinya netter disini selalu menggunakan kata "Terpaksa". Jelas ini Konotasinya sangat Buruk, Jahat. Sy IngatKan sekali lagi YA, ada kondisi dimna tidak bisa menghindar dari membunuh...
Kondisi seperti apa? Kl yang nyamuk malaria, sebenarnya juga pasti ada prasangka buruk ama nyamuk itu kan n alasan mengungsi, tangkap pake jala sebenarnya bs cuma kk lebih memilih membunuh kan biar lebih mudah beres?

Sebelumnya kk sendiri juga menggunakan kata terpaksa:
Terpaksa dgn asalanya yg Benar sy rasa tidak sepenuhnya salah, sy Kira ada benci atau tidak tergantung individu masing2 malakukan hal tersebut dgn dasar apa.  ;D

Quote
Masalah diBenarKan, Tunggu. Sebelumnya sudah sy ada tulisa koment waktu sama Mr. Indra bahwa "Boleh" dan "diBenarkan" itu Berbeda maksudnya
Kalau menurut kk kita bukan lagi membahas pembenaran pembunuhan ya? Jd lg bahas soal apa?

Quote
Jgn dicampur aduk donx sama kisah yg kamu tulis itu, Liat donx koment sy itu, hati2 nanti disangka "Dongeng" itu kisah yg kamu tulis... Sy belum bisa memutuskan percaya atau tidak karna sy tidak tahu sumbernya dari Sutta apa itu diambil. apakah Dari Sutta yg pertama muncul atau yg muncul belakangan
Lagi2, org yg memang Tahu menahu inilah yg mempunyai tanggung jawab untuk dipercaya atau tidak Cerita2 tersebut
Kok bisa belum memutuskan, pdhal kan kk blg br tau ada manusia yang mementingkan hewan drpd manusia...
Lagian kalau misalnya cm dongeng apakah perbuatan tersebut bukan perbuatan baik?

Quote
Klo urusan Karma ya semuanya samaLah, Klo anda perhatikan dari awal koment2 sy pastLah anda melihat koment sy yg sperti ini. BISAkah kita membedakan sabda2 Buddha ketika berbicara pada Seorang DEWA, seorang Bhikku/sekelompok Bhikku dan kepada para ummat awam.. (Disini sy mengunakan kata Pertapa karna sy tidak tahu waktu itu Beliau sudah menjadi Buddha atau Belum)
dalam agama Buddha hanya ada 2 golongan yaitu Ummat awan dan Ummat Bhikku kedua-duannya mempunyai peranannya masing2. Untuk masalah lebih lanjut lagi bisa Kita diskusikan dilain Hal.. Tidak usah melebar kmna-mna dulu. Mari kita temukan titik Kesepahaman dalam hal ini dulu. OK  :D
Dari awal emang saya bingung kok dibeda"in, bukankah intinya sama" mengajarkan menghindari pembunuhan? Emang kl Umat Awam membunuh gpp?

Quote
Thanks sudah diPost,  ;) ;)

Ternyata anda cukup pintar juga.  Dari apa yg sy  TanyaKan  ;D Tunjukan diSutta - Sutta lain yang menjabarkan, meneguhkan, menguatkan isi Sila perTama sebagai pendukung... walaupun Disana masih ada ada kondisi yang tetap harus Ummat Pilih... Kebijaksanaan atau Moralitas dan masih relevantKah ajaran ini diTerapKan....

Sy harap anda menjawab dahulu koment sy yg diBawah ini sebelum lebih jauh lagi sy berKomentar tentang Sutta yg anda Post itu
Ok, Boleh sy Tahu Sutta yg anda Post itu Ketika Guru Buddha Berbicara pada siapa, seorangDewa, seorang/sekelompk Bhikku,  kepada Ummat awam atau pada saat kedua-duanya hadir?
Emang bedanya apa ya? Bisa dijelaskan krn saya sangat bingung kenapa harus mengetahui sedang berbicara pada siapa br bisa menjawab.

Quote
Dan sy Harap anda Mengerti Dari Kata yg Sy Bold itu... coba anda renungi
Sy harap anda juga merenungkan bahwa yang di bold sgt kontradiksi dengan contoh" anda (membunuh)

Quote
Semoga apa yg kamu post bukan sebuah Dongeng dagelan org2 jaman dahulu atau seorang pengagung Guru Buddha yg Berlebihan…  :) :)
Paling tidak saya memakai referensi acuan, sedangkan yang kk post ga ada referensinya.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 19 December 2012, 04:47:27 PM
Tenang Sy Sabar kok memberitahu anda walau harus berkali-kali.... (Apa belaga ngak Tahu kali, Sorry nie....  ;D )

kalau anda memang sabar, saya belum melihat bukti yg saya inginkan dari anda bahwa ADA PENGECUALIAN dalam hal pelaksanaan sila-1. walaupun anda berkelit bahwa itu adalah pandangan anda, saya mengharapkan suatu pandangan yg berdasar, bukan tanpa dasar, dan dasar yg kami sepakati di sini adalah dasar otentik dari ajaran Sang Buddha, bukan ajaran lain.


Quote
Sudah BeKali-kali sy Mengatakan Bahwa itu Hanya pandangan sy Terhadap sila pertama dalam hal Membunuh. Jadi sy harap anda tidak sedang Minum Anggur yg memabukan.  Begitu banyak koment yg sy Tulis bahwa itu hanya pandangan sy dan sy minta pentunjuk disini yg meneguhkan , menguatkan isi dari sila pertama.

saya tidak minum anggur, karena selain melanggar sila, juga mahal. dan pandangan anda itu jika itu adalah apa yang anda anut, sebaiknya tidak mengatakan bahwa karena tidak disebutkan tidak ada kecuali maka disimpulkan bahwa ada kondisi tertentu yg membenarkan pembunuhan. karena pernyataan anda jelas bertentangan dengan ajaran Buddha yg tercatat dalam sutta, dan anda melakukan penyesatan di sini.

Quote
Sekali lagi sy harap anda dalam keadaan sadar. Sy tidak menggunakan kata Pengecualian, Diawal sy mengunakan kata itu agar memudahkan saja, tapi akhirnya tidak menemukan titik temu yg diMengerti. tidak LAZIM kata kecuali diSematkan dalam sebuah aturan...

oh anda tidak menggunakan kata pengecualian ya? bisa anda jelaskan maksud dari kalimat anda di bawah ini yg tidak menggunakan kata pengecualian itu?

Quote
Mungkin Maksudnya Situasi & Kondisi. Jika sudah pada tahap membahayakan, mengkhawatirkan orang banyak atau diri sendiri. Manakala ini terjadi jika sudah tidak ada pilihan lain dan terpojok pembunuhan bisa saja terjadi atau diLakukan, Jadi Hal Tersebut dilakukan bukan atas dasar dendam, kebencian ataupun merasa gembira klo membunuh mahluk hidup binatang disini. Karna kita juga berfikir dan mempertimbangan akibat dari yg akan terjadi. Dalam artian bukan tidak adanya karma buruk yang timbul, tetapi setidaknya akan menentukan kualitas dari akibat karma buruk tersebut. Seperti Singa, Macan memang Binatang Buas, Bukan Berarti Sekonyong-konyong main Bunuh saja. tetapi dimna situasi dan Kondisi yg menjadikan pembunuhan itu terjadi.

Dari Sila pertama itu, adakah sutta2 yang mendukung bahwasannya dlm pembunuhan Binatang itu TIDAK ada Kata Pengecualian. Mungkin ada penjabaran atau penafsiran2 yg Tepat. Bukan atas dasar persepsi atau pikiran kita sendiri..  :-?


yg mana untuk kasus tidak ada sudah saya buktikan, dan saya menunggu adanya bukti sebaliknya dari anda.

Quote
Dan sy katakan sekali lagi jika ada yg Kurang seFaham silahkan anda Koment disana.... disana ada jelas dan detail Untuk Masalah ini....
Kalau anda memang benar2 Sedang Sakau Dengan Senag Hati sy akan Post Ulang disini... ;D ;D
Ya Menunjukan Bukti yg tidak sesuai dgn pertanyaan sy....   :))
Silahkan anda baca koment sy yg pertama diatas...  :-? :-?


saya juga tidak sedang sakaw, walaupun saya memang agak ketagihan dengan spesies spt anda.

Quote
Silahkan ada Baca dengan teliti Kedua Sutta yang anda post sebelumnya, memang tidak ada kok disana kondisi apapun tohh.... BukanKah itu sudah sy BANTAH.. Anda masih dalam Keadaan SADARKan... Sutta itu hanya anjuran bagi ummat saja tidak ada yg Lain disana... Bahkan sebelumnya sudah sy beri contoh Pula...  ??? ???

sebenarnya memang tidak ada sutta yg mengajarkan suatu yg harus dilakukan, bahkan anda tidak dilarang untuk memperkosa ibu anda sendiri. hanya saja kita sedang membahas praktik spiritual buddhis, dalam hal ini sila. jadi walaupun semua ajaran Sang Buddha memang bersifat anjuran, tapi bagi yg ingin menjalani kehidupan spiritual buddhis yg bercita2 untuk mencapai kebebasan dari dukkha, maka anjuran2 itu adalah suatu latihan yg harus dijalankan.

Quote
Sy masih Berharap anda bisa menunjukan Sutta2 Tersebut, Jika belum diTemukan silahkan anda cari dahulu JIKA perlu tanyakan saja pada seorang Bhikku

saya bisa menunjukkan sutta2 tersebut, hanya saja saya bukan orang suruhan anda, jadi saya menolak pekerjaan dari anda. dan saya juga blm pernah bertemu dengan bhikkhu yg lebih tahu daripada google, jadi anjuran anda juga tidak berguna.

Quote
Memang diAwal sudah sy Tulis kok Setiap ummat Buddhist memang harus menghindari sebisa mungkin malah... Tapi ada keadaan seseorang tidak dapat menghindar dari membunuh (Silahkan anda jawab contoh2 yg sudah banyak sy tulis sebelumnya)

contoh2 anda bukan kasus di mana pembunuhan tidak bisa dihindari.

[qupte]
anda hanya memaksakan kebrutalan anda dengan dalih bahwa karena tidak dijelaskan tentang situasi dan kondisi apa pembunuhan itu tidak dilakukan, maka artinya pembunuhan boleh dilakukan dalam situasi dan kondisi tertentu. entah bagaimana cara menarik kesimpulan ini.


Dan anda sangat BRUTAL dengan menganggap Tidak membunuh YA tidak membunuh... (ini Baru sila Pertama, belum sampai ke- 4 Sila yg Lain, padahal sebelumnya sudah sy sedikit singgung hal ini, Tapi OK lah kita teruskan yg Sila ke- 1 ini dulu  :D :D )
disamping itu, diawal ada yg sudah sy Singgung Bahwa manusia Bukan ROBOT yg hanya bisa dimasukan instrument2 baru bisa Bertindak dan hanya itu2 saja tidak bisa yg lain tidak bisa berfikir dan bernalar....  :))

[/quote]
menganggap tidak membunuh adalah tidak membunuh anda anggap brutal? apakah menurut anda semua bhikkhu yg mematuhi vinaya adalah brutal? apakah semua orang yg mematuhi sila adalah brutal? justru karena manusia bisa berpikir dan bernalar maka manusia selalu bisa memikirkan cara utk tidak melakukan pelanggaran.

Quote
Tidak lama Lagi kita disini akan menyimpulkan hasil dari diskusi disini karna ada satu Netter yg cukup medekati akhir dari diskusi ini Si Mi4ka. Dia sudah MemPost sebuah Sutta yg Menunjukan sebuah Sikap Kebijaksanaan dan Moralitas....


postingan SIs M14Ka itu juga tidak mendukung posisi anda, silakan anda menunjukkan bagian mana dari postingan itu yg membenarkan pembunuhan.

Quote
Sy rasa anda lebih berkompeten tentang Sutta yg diPost itu, sebuah Dongeng atau memang Kisah nyata....  ;D ;D

itu sudah jelas, tapi saya sedang tidak ingin memberitahu anda.

Quote
Kecuali anda dalam keragu-raguan....  karna anda pernah mengatakan percaya terhadap sutta2 yg ada hanya 20%, 75%, 50% :-? :-?

saya tidak ragu2. ketika saya mengatakan bahwa saya tidak 100% meyakini tipitaka yg saya maksudkan adalah bahwa ada sebagian yg saya terima dan ada sebagian lainnya yg tidak saya terima, bukan spt penafsiran T*L*L anda bahwa saya ragu2 terhadap sutta2.

Quote
Ohh sy Sudah Jeli mencermati diskusi disni dan memang belum ada sutta2 yg tepat dengan secara Gamblang seperti Sutta yg anda Post yang merujuk pada SILA ke- 3 tidak Perlu Panjang lebar semua sudah Tahu tohh... (Kecuali seorang Bhikku kan...  ;D ;D )
Dan anda hanya menjawab dengan ringan... "oh, itu sudah Cukup JELAS" woowww Keren...   8) 8)

kalau jelas saya akan katakan jelas, begitu juga sebaliknya, saya juga menjalankan sila ke-4, mungkin anda menganut ajaran boleh berbohong jika ingin memenangkan perdebatan, tapi saya jelas tidak spt itu.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 19 December 2012, 04:53:11 PM
Sebaiknya anda Baca Thread ini Mulai dari awal, OK
dan klo ada yg tidak setuju anda jawab disana, nanti sy balas koment anda.
Dan Ingat anda harus Baca BerUrut, karna setiap koment yg saja Buat. Bisa jadi untuk membalas sebelumnya atau Komentar tmn2 lain disini yg lain...


saya selalu mengikuti semua postingan di forum ini, bukan hanya thread ini, dan ini sudah saya lakukan selama bertahun2, dan saya memang tidak mengomentari semua postingan, hanya jika ada postingan lucu baru saya akan berkomentar
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 19 December 2012, 11:56:35 PM
kata2 yg tidak tepat tetap tidak tepat terlepas dari siapa kata2 itu berasal ... emangnya kalo dari situ apa itu jadi benar?
emang gak benar.. :P
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 20 December 2012, 12:06:10 AM
apa Sang Buddha zaman dahulu kala sering membunuh nyamuk kalau lingkungannya udah kebanyakan nyamuk?? ??? ???
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: adi lim on 20 December 2012, 05:15:46 AM
setelah sekian lama diskusi dengan si 'Naga', ada beberapa hal 'lucu' yang perlu di rangkumkan,

1. sila 1, boleh membunuh mahluk hidup jika keadaan 'terpaksa' sesuai sikon, apalagi melakukan pembunuhan tidak dengan pikiran membenci tapi bunuh dengan cinta kasih, karena mahluk manusia lebih berharga dari mahluk hewan.

2. sila ke 4, boleh berbohong dan asal cuap2 sesuai selera opini pribadi, semuanya demi kepentingan untuk memenangi perdebatan.

3. cerita2 sutta diragukan, mungkin saja dagelan atau dongeng dari manusia jaman dahulu yang mengagungkan Sang Buddha, tapi dalam diskusi jika sudah terpojok malah diminta untuk tanya Bhikkhu, sepertinya Bhikkhu sekarang mengetahui segalanya  ???, Bhikkhu sekarang diagungkan dan dijadikan referensi untuk bertanya, Bhikkhu jaman dahulu dianggap suka dagelan sehingga membuat cerita keagungan Sang Buddha yang belum tentu benar.   :'(

4. ..... ( tolong isi bagi yg pernah diskusi dengan si Naga)

Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: will_i_am on 20 December 2012, 06:46:38 AM
kalau opini pribadi gak apa-apa cuap-cuap, meskipun gak sesuai sutta. kalau memang ada rujukan dari sutta, maka cari cara pembenaran yang lain (sikon) :))

memang hebat
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: pemulaabis on 17 January 2013, 05:16:08 PM
kayanya jadi makin panjang diskusinya..... makin "ngawur" kl gw lihat pdhl mnrtku jawabannya simple. Kan intinya pertanyaan TS

1) yg ingin saya tanyakan apakah membunuh nyamuk setelah nyamuk itu binasa,  saya mendoakannya  supaya lahir di alam yg bahagia
apakah masih menimbun karma buruk?

Coba baca syarat pelanggaran sila 1: (kl syarat ini memang benar, tapi kita anggap saja benar :) )

1. adanya makhluk hidup (nyamuk makhluk hidup bukan...? kl iya syarat pertama terpenuhi)

2. tahu bahwa makhluk itu hidup (nah mnrt anda nyamuk itu hidup ga? kl iya syarat kedua terpenuhi)

3. ada niat/kehendak untuk membunuh (ada niat ga buat ngebunuh tuh nyamuk? kl iya syarat ketiga terpenuhi)

4. ada usaha untuk membunuh (ada usaha ga buat ngebunuh tuh nyamuk, kaya beli dan nyalahin tuh baygon, raket nyamuk, ditepuk pakai tangan dsb? kl iya syarat keempat terpenuhi)

5. makhluk tersebut mati/lenyap (nah sesudah melakukan suatu usaha, mati ga nyamuknya...? kl mati syarat kelima terpenuhi)

jadi kl iya semua, jawaban membunuh nyamuk menimbun karma buruk

2) berbohong  tanpa menyakti manusia apakah termasuk karma buruk?

Syarat melanggar sila ke 4, kasar/berbohong/ memfitnah/omong kosong:
1. ada hal yang tidak benar (nah ketika berbohong kepada seseorang manusia tanpa menyakitinya, adakah dari isi dari pembicaraannya yang akan d katakan ada hal yang tidak benar sesuai kebenaran?, kl iya maka syarat pertama terpenuhi.....)

2. ada niat untuk menyampaikan (nah ketika akan berbohong kepada seseorang manusia tanpa menyakitinya, adakah niat untuk menyampaikan pembicaraan yang tidak benar ini?, kl iya maka syarat kedua terpenuhi.....)

3. ada usaha (ketika lo berbohong, lo berusaha ga untuk mengatakan hal yang tidak benar dan menyakinkan seseorang tersebut?)

4. ada orang lain yang percaya. (sesudah lo berbohong, orang itu jadi percaya ga sama perkataan lo, kl iya syarat keempat terpenuhi)

jadi kl iya semua, berbohong tanpa menyakiti seseorang itu melanggar sila ke 4

gmn teman2 masuk akal kan + mudah dicerna :D

===============

beda lagi kl kasusnya seperti ini...

lo seorang cw, trus mw d perkosa sama seseorang d dapur..... lo berontak, teriak2, dan tak sengaja lo ambil pisau dan tancepin tuh pisau hingga s pemerkosa itu mati.....

Syarat ke 3 dalam melakukan pembunuhan yaitu niat membunuh tidak ada, karena niatnya untuk mempertahankan kesucian..... CMIIW
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: Indra on 17 January 2013, 07:57:28 PM

lo seorang cw, trus mw d perkosa sama seseorang d dapur..... lo berontak, teriak2, dan tak sengaja lo ambil pisau dan tancepin tuh pisau hingga s pemerkosa itu mati.....

Syarat ke 3 dalam melakukan pembunuhan yaitu niat membunuh tidak ada, karena niatnya untuk mempertahankan kesucian..... CMIIW

bisa dijelaskan lagi secara lebih terperinci bagaimana seseorang bisa mengambil sesuatu secara tidak sengaja dan secara tidak sengaja lagi menancapkannya ke tubuh seseorang?

Kalau bisa begitu, berarti bisa juga dong, seseorang tidak sengaja menembakkan peluru ke jidat seseorang?, bukan dengan niat membunuh, tapi untuk menyimpan peluru di dalam kepala seseorang.

atau seseorang tidak sengaja memotong leher seseorang tanpa maksud membunuh, hanya untuk menguji ketajaman pedangnya asja.
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 31 May 2016, 10:38:36 AM
Gimna Klo Dengan Kasus Ini, Apa ini cerita dibuat-buat atau Dagelan...
Apa yang diLakukan Ummat Buddhis Awam (Bukan Bhikku) Klo terjadi seperti ini.... ???? Teguh Dalam SILA atau ???


https://foto.tempo.co/read/beritafoto/42257/Seram-Bocah-4-Tahun-Terjatuh-di-Kandang-Gorila/6


Kalau Saudari Indra, Dede M1aka... Cuma diam Dan Nonton saja Atraksi Anak Manusia diCabik-Cabik dgn Terharu.... atau Pergi berlalu dengan berkata Sudah Karma Buruk si Anak tersebut Mati oleh Gorilla.... :o :o

Itu Gorrilla Mati Ditembak BUKAN atas dasar kebencian tohh... Pasti Dengan Terpaksa atau tidak ada Pilihan lain harus ditembak mati. Yang Nembak goriila itu pasti beda karma Buruknya dengan yang membunuh Binatang untuk Kesenangan Saja... Sila Perlu TAPI Kebijaksanaan Juga sangat DiPerlukan...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 31 May 2016, 10:44:22 AM
bisa dijelaskan lagi secara lebih terperinci bagaimana seseorang bisa mengambil sesuatu secara tidak sengaja dan secara tidak sengaja lagi menancapkannya ke tubuh seseorang?
BISA saja dengan ReFlex... atau Niatnya hanya mau melukai saja Tapi Akhirnya Tewas

Quote
Kalau bisa begitu, berarti bisa juga dong, seseorang tidak sengaja menembakkan peluru ke jidat seseorang?, bukan dengan niat membunuh, tapi untuk menyimpan peluru di dalam kepala seseorang.


Oh BISA, itu TNI lagi latihan perang Nembakkan Meriam ketempat yg sudah ditentukan, malah Jatuh di Rumah warga... Apa SEGAJA diarahkan kerumah warga

Quote
atau seseorang tidak sengaja memotong leher seseorang tanpa maksud membunuh, hanya untuk menguji ketajaman pedangnya asja.
Contoh Yang NGAWUrrr...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 31 May 2016, 11:09:44 AM
contoh ini tidak tepat, karena kondisi itu masih bisa dihindari, misalnya dengan langkah2 yg sering dibahas, misalnya, AC yg dingin, kipas angin, dll

Tiap Hari pake Kipas Angin Masuk Angin Donxx... Kalau orangnya Kebetulan Alergi sama AC gimna tuh Gak Semua orang Badannya Kuat sama AC... pake kipas angin pake AC. Lah klo orang susah gimna tuh boro2 beli kipas angin, AC. buat makan aja Susah....
SILA itu bukan buat orang Kaya saja tohh...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: harlons on 31 May 2016, 05:05:03 PM
Tiap Hari pake Kipas Angin Masuk Angin Donxx... Kalau orangnya Kebetulan Alergi sama AC gimna tuh Gak Semua orang Badannya Kuat sama AC... pake kipas angin pake AC. Lah klo orang susah gimna tuh boro2 beli kipas angin, AC. buat makan aja Susah....
SILA itu bukan buat orang Kaya saja tohh...
Sudahlah kk.
Thread ini uda berlalu hampir 4 tahun, tapi hari ini anda kembali lagi. Ternyata anda belum bisa move on dari dunia "seandainya, apabila, dan kecuali"
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 19 August 2016, 11:31:20 AM
Sudahlah kk.
Thread ini uda berlalu hampir 4 tahun, tapi hari ini anda kembali lagi. Ternyata anda belum bisa move on dari dunia "seandainya, apabila, dan kecuali"

Baru ada waktu balas...
Saya kira tidak ada yang berandai-andai, apa bila dan kecuali... semua Nyata dalam kehidupan ini apa yang terjadi.
Mengenai pancasila Buddhis, dari Sila pertama sampai 5. Saya kira tidak ada salahnya jika ditelaah lebih dalam, mulai dari waktu pertama kali Guru Agung Buddha berkotbah tentang 5 landasan sila dan ini hal yang sangat fundametal sekali dalam ajaran Buddha. Apa lagi membunuh ada urutan paling atas dalam pancasila Buddhis Sila ini berarti sangat penting sekali. Apakah sejak zaman Sang Buddha kemudian dilanjutkan oleh murid2nya sejak diadakannya konsili pertama sampai terakhir bahwa SEPAKAT tidak adanya TANPA PengKecualian dalam Hal sila Pertama itu. Jika Benar demikian adanya,, Kita semua mengetahui sang Buddha hidup di masa raja2 dimna sebuah kerjaan ada bala tentaranya, yang satu ingin menguasi yang lain, perang antar suku, terjadi peperangan dll. jika sila ke-1 menghindari pembunuhan, apakah wejangan Beliau ketika terjadi Peperangan pada sebuah kerajaan atau terjadi perang di dalam masyarakat... apa yang harus dilakukan ketika sebuah kerajaan diserang oleh kerjaan lain.
Tidak mungkin, adalah Hal yang Mustahil Guru Buddha hidup Sampai 81 thn, tapi tidak ada satu contohpun dalam hidup beliau sejak membabarkan Dhamma TAPI tidak ada satuPun sebuah kisah yang memberikan contoh untuk meneguhkan dan menguatkan bahwa pada sila Pertama itu memang Tanpa TerKecuali... Hingga tidak ada penafsiran yang menyimpang terlebih lagi dampaknya dalam kehidupan manusia Bila sila ke1 benar2 diLaksanakan.. Seperti orang yang bervegetarian, sebenarnya sama saja tidak terlepas manusia dari membunuh mahluk lain, tanamanpun banyak berhama, bersarang dalam tanaman2, buah2an dll...
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 19 August 2016, 11:51:22 AM
Quote
setelah sekian lama diskusi dengan si 'Naga', ada beberapa hal 'lucu' yang perlu di rangkumkan,


1. sila 1, boleh membunuh mahluk hidup jika keadaan 'terpaksa' sesuai sikon, apalagi melakukan pembunuhan tidak dengan pikiran membenci tapi bunuh dengan cinta kasih, karena mahluk manusia lebih berharga dari mahluk hewan.

Saya disini hanya minta contoh dalam kehidupan Guru Agung Kita atau murid2 penerusnya untuk meneguhkan dan menguatkan sehingga tidak ada penafsiran yang berbeda dalam Sila ke 1 ini. Jika demikian apakah dalam ajaran Guru Agung kita dilarang untuk melakukan MEMBELA diri?? Mungkin anda lebih menghetahui apakah selama Guru Buddha membabarkan Dhamma bagaimana dengan membela diri?

Quote
2. sila ke 4, boleh berbohong dan asal cuap2 sesuai selera opini pribadi, semuanya demi kepentingan untuk memenangi perdebatan.

Berbohong yang mana ya, SILAHKAN anda cari kembali koment saya tentang Berbohong... anda ngawur...


Quote
3. cerita2 sutta diragukan, mungkin saja dagelan atau dongeng dari manusia jaman dahulu yang mengagungkan Sang Buddha, tapi dalam diskusi jika sudah terpojok malah diminta untuk tanya Bhikkhu, sepertinya Bhikkhu sekarang mengetahui segalanya  ???, Bhikkhu sekarang diagungkan dan dijadikan referensi untuk bertanya, Bhikkhu jaman dahulu dianggap suka dagelan sehingga membuat cerita keagungan Sang Buddha yang belum tentu benar.   :'(

Bukan saya Yang terpojok, silahkan anda baca ulang komen sy tentang hal tersebut. disana malah sy sebaliknya silahkan jika belum ketemu di sutta tanya ke seorang Bhikku (tentunya Bhikku yang anda percaya sudh mumpuni donx bukan yang baru kemarin sore baru jadi Bhikku kan) sya tidak bilang diAgungkan loh,jika ingin mencari tahu tentang ajaran Buddha klo bukan bertanya kepada seorang Bhikku kepada siapa lagi masa sama Pendeta atau ulama hehee..

4. ..... ( tolong isi bagi yg pernah diskusi dengan si Naga)


Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 19 August 2016, 11:53:52 AM
saya selalu mengikuti semua postingan di forum ini, bukan hanya thread ini, dan ini sudah saya lakukan selama bertahun2, dan saya memang tidak mengomentari semua postingan, hanya jika ada postingan lucu baru saya akan berkomentar

Tidak mengomentari atau memang anda belum mampu menjawabnya??
Title: Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
Post by: NagaSena on 25 August 2016, 11:32:59 AM
Justru saya udah pernah menjawab di awal" koment kita, cb baca http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23304.0/message,425258.html (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23304.0/message,425258.html)

Lagipula wajar dr sisi apa ya, krn tidak menjawab dengan pasti jadi buat kesimpulan sepihak?
Siapa yang mengacu pada contoh itu ya? Sepertinya kk yang suka mencampur"kan sesuatu deh...  Kan byk tuh cerita hewan yang menyelamatkan manusia, misalnya:

LuLu adalah babi gendut yang diberikan sebagai hadiah ulang tahun untuk seorang ibu, Jo Ann. Dan sepertinya Ann begitu bersyukur dengan kadonya. Ketika Ann tiba-tiba mengalami serangan jantung, LuLu yang melihatnya langsung bergerak menolong. Seperti apa? Babi gendut yang biasanya diam di balik pagar rumah ini dengan segera melesat, mencari jalan raya dan menunggu mobil serta mencoba menghentikannya.
(http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2012/12/05/1597843_20121205090049.jpg)
Seekor anjing yang dijuluki pahlawan di Filipina karena kehilangan moncongnya dalam sebuah kecelakaan sepeda motor demi menyelamatkan dua orang gadis dibawa ke AS untuk menjalani pengobatan.

Kabang, nama anjing itu, melompat ke jalur sepeda motor yang sedang ngebut saat sepeda motor itu nyaris menabrak dua gadis muda yang menyeberang jalan di Provinsi Zamboanga di Filipina selatan, Desember tahun lalu, lapor media lokal.

Kabang, seekor anjing campuran yang menyerupai seekor anjing gembala German, tersangkut kepalanya di roda depan sepeda motor itu pada kecelakaan tersebut. Moncong dan rahang atas anjing itu robek.

"Anjing itu telah menyelamatkan nyawa dua anak. Jadi, sekarang anjing itu membutuhkan bantuan kami. Sekarang giliran kami untuk menyelamatkan hidupnya," kata dokter hewan Anton Lim.
(http://assets.kompas.com/data/photo/2012/10/15/1433245p.jpg)

Itu terjadi pada seorang pria bernama Simon Steggal yang hidup bersama istrinya, Victoria di Cambridgeshire, Inggris. Ketika sedang duduk di sofa, kelinci mereka, Dory menyadari ada hal aneh yang terjadi pada Simon.

Dengan segera, Dory langsung menjilati mulut Simon dan menjadi kelinci agresif dalam upaya membantu Simon menemukan kesadarannya. Victoria yang menyadari itu langsung memanggil tim medis. Hasilnya, Dory mendapat anugrah kehormatan dari Asosiasi Kehormatan Kelinci. Berniat mengajari kelinci kamu supaya jadi seperti Dory?


Betul sekali, jadi kenapa kk sebelumnya mengatakan:Kondisi seperti apa? Kl yang nyamuk malaria, sebenarnya juga pasti ada prasangka buruk ama nyamuk itu kan n alasan mengungsi, tangkap pake jala sebenarnya bs cuma kk lebih memilih membunuh kan biar lebih mudah beres?

Sebelumnya kk sendiri juga menggunakan kata terpaksa:Kalau menurut kk kita bukan lagi membahas pembenaran pembunuhan ya? Jd lg bahas soal apa?
Kok bisa belum memutuskan, pdhal kan kk blg br tau ada manusia yang mementingkan hewan drpd manusia...
Lagian kalau misalnya cm dongeng apakah perbuatan tersebut bukan perbuatan baik?
Dari awal emang saya bingung kok dibeda"in, bukankah intinya sama" mengajarkan menghindari pembunuhan? Emang kl Umat Awam membunuh gpp?
Emang bedanya apa ya? Bisa dijelaskan krn saya sangat bingung kenapa harus mengetahui sedang berbicara pada siapa br bisa menjawab.
Sy harap anda juga merenungkan bahwa yang di bold sgt kontradiksi dengan contoh" anda (membunuh)
Paling tidak saya memakai referensi acuan, sedangkan yang kk post ga ada referensinya.

Adik Miaka yang anda contohkan kondisi dimna binatang2 itu Baik2 saja bahkan bisa menolong. Itu tidak jadi masalah

Nah klo sebaliknya gimna? Anjing Helder yang malah menyerang Tuannya Sendiri sampai tak berdaya dan akhirnya di DOR sama keamanan....