//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: membunuh akhirya menjadi kebiasaan  (Read 63007 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #135 on: 05 December 2012, 09:16:34 AM »
dongeng tentang petikan senar itu adalah HOAX, silakan anda membuktikan sebaliknya.

Dari Mana anda tahu itu Dongeng?Bisa diTunjunKan pemahaman anda bahwa ini sebuah dongeng? Lebih bagus lagi jika memang ada Sutta2 yang MEMBANTAHnya tentang Hal tersebut...  :-?
Ok, terlepas itu doneng atau bukan. Bisakah kita mengambil sebuah makna dari cerita tersebut?Mau Memilih Cara Yang Extrime/Senar yg Terlalu Keras (menyiksa diri) atau Cara yg Tidak Extrime/Senar yg Terlalu lemah (Mengikuti kesenangan2 Indra semata)

Quote
bagian yg saya tandai dengan bold menunjukkan bahwa ia juga makan dan minum yg otomatis menggugurkan claim anda itu.

Tidak Makan setiap hari Maksudnya Bukan Tidak Makan atau Minum SeUmur Hidup.. Maksudnya dalam Laku Spiritualnya...   :-? :-? Biar kebaca  ;D

Kita sedang Berdiskusi tentang Dhamma. Bukan sedang mencari siapa yg benar atau yg salah, siapa yang Menang atau siapa yg Kalah..

 _/\_
« Last Edit: 05 December 2012, 09:29:47 AM by NagaSena »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #136 on: 05 December 2012, 09:59:51 AM »
Dari Mana anda tahu itu Dongeng?Bisa diTunjunKan pemahaman anda bahwa ini sebuah dongeng? Lebih bagus lagi jika memang ada Sutta2 yang MEMBANTAHnya tentang Hal tersebut...  :-?
anda malah sibuk mempertanyakan dari mana saya tahu dongeng, bukannya membuktikan keotentikan "dongeng" itu? dan anda menuntut untuk menunjukkkan suatu teks otentik yg membantah ketidak-otentikan teks tertentu. tolong anda jelaskan bagaimana caranya suatu teks otentik yg muncul lebih dulu bisa membantah suatu dongeng yg muncul belakangan?

Quote
Ok, terlepas itu doneng atau bukan. Bisakah kita mengambil sebuah makna dari cerita tersebut?Mau Memilih Cara Yang Extrime/Senar yg Terlalu Keras (menyiksa diri) atau Cara yg Tidak Extrime/Senar yg Terlalu lemah (Mengikuti kesenangan2 Indra semata)

semua dongeng, kalau anda pernah membaca karya2 H.C Andersen, bukankah semuanya juga berisikan pesan moral?

Quote
Tidak Makan setiap hari Maksudnya Bukan Tidak Makan atau Minum SeUmur Hidup.. Maksudnya dalam Laku Spiritualnya...   :-? :-? Biar kebaca  ;D

seharusnya itulah yg anda tuliskan ketika menceritakan tentang tokoh panutan anda, apakah menurut anda hanya saya sendiri yang saat membaca pertama menangkap demikian?

Quote
Kita sedang Berdiskusi tentang Dhamma. Bukan sedang mencari siapa yg benar atau yg salah, siapa yang Menang atau siapa yg Kalah..

 _/\_

tentu saja kita sedang berdiskusi di sini, emangnya ada hal lain yg bisa kita lakukan di sini? Walaupun siapa benar dan siapa salah tetap akan terungkap di akhir diskusi ini tanpa kita mencarinya.
« Last Edit: 05 December 2012, 10:14:26 AM by Indra »

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #137 on: 05 December 2012, 11:29:56 AM »
saya hanya mengambil pargraf tentang aturan tidak membunuh, karena akan terlalu panjang untuk memuat seluruh sutta. apakah menurut anda dalam hal ini, ajaran tidak membunuh itu hanya utk para bhikkhu? untuk mengantisipasi itu maka saya menampilkan sutta #2 yg ditujukan kepada perumah tangga.  jika anda ingin membaca seluruhnya, saya juga sudah mencantumkan nomor/judul sutta-nya.

Ya Terima Kasih sudah menunjukan sutta tentang hal ini. Karna menurut sy, sangat Tidak Mungkin sekali Sang Buddha selama membabarkan dhamma selama 45 th, Masa tidak ada sutta2 yang menceritakan sedikitpun tentang hal Bunuh Membunuh. Sedang Dalam Pancasila Buddhist menghindari membunuh ada diurutan pertama  :-? (tentunya ini sgt PentingKan..!!!). Sekalipun hanya sedikit referensi sutta2 tentang hal tersebut, Mungkin bisa juga diTunjukan oleh murid2nya yg lain Sebagai Pendukung/penguat sperti Maha Kassapa, Ananda, sariputta atauPun tokoh2 Besar Buddhist sperti Bhante Nagarjuna, Nagasena dll.. Atau Dalam aliran Theravada, Mahayana, Tantrayana bahwasanya Tidak ada Pengecualian/dgn alasan apaPun sekalipun itu untuk kebaikan, membeladiri, menolong mahluk hidup lain Dst...


Ok, Kita lihat penggalan dari Sutta yang anda ambil dibawah ini :

Quote
Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik? Di sini seseorang, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk hidup, dengan tongkat dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan kepada semua makhluk hidup. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Dengan meninggalkan perbuatan salah dalam kenikmatan indria, ia menghindari perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, atau dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik. [288]

Kita Sepakat Dalam pancasila Buddhist memang Disana Tidak ada Kata Kecuali Dan dalam Sila pertama bertekad Menghindari/meninggalkan melakukan tindakan pembunuhan. Kata "Kecuali" memang tidak ada (Tidak diTulis), Kemudian seseorang dengan pemahamannya sendiri berfikir bahwa dalam kondisi apapun tetap menghindari pembunuhan harus dilakukan. Menurut anda ini Tafsir pemahaman sendiri(Seseorang) atau bukan? (Diawal sy sudah bertanya Jika ada Sutta2nya Yg mendukung, meneguhKan atau Menguatkan bahwa hal itu Benar Maka Tunjukan atau Berikan REFERENSI sutta2nya atau seTidaknya Literature2 Buddha) JIKA memang tidak ada. Dibawah ini Komentar saya sebelumnya Kan :
JIKA TIDAK ADA, dengan Demikian hanya pandangan kita saja yg Berbeda tohh untuk Sila Pertama ini ...

Disana Juga Tidak DiTulis Dengan jelas/Gamblang dalam situasi atau kondisi yg bagaimana PerumahTangga tersebut. Bisa Jadi Kata yang diTulis Bold itu, Anjuran/Nasehat hanya diTunjukan dalam keadaan AMAN-AMAN saja maksudnya tidak Terjadi Perseteruan/membahayakan diantara Mahluk satu dgn yang lain. Misalnya sperti memotong ayam untuk dimakan, Menembak Burung hanya untuk Kesenangan semata, memburu Harimau dihutan TAPI Bukan dalam ARTIAN maksudnya Memburu/membunuh Harimau Liar yang masuk Kedesa/pemukiman penduduk, membunuh burung/ayam karna Terjangkit Virus H5N1.

Bagian Kedua yang sy Bold, Kita BerkuTat Dengan Tulisan yg DiTulis ayat. Adalah Sila ke- 3 menghindari perbuatan Asusila, Disana Tidak ada KECUALI/pengkecualian, Kita Sepakat. Apakah Jika ada seseorang yang menyimpulkan SAMA seperti Sila Ke-1 Disana Tidak ada terTULIS Kata Kecuali/Pengkecualian baik itu suami-istri TerLebih hanya baru Tunangan. Apakah Posisi Suami-Istri (Yang Haknya) tetap melanggar SILA ke- 3, Pasti ada Kan Sutta2 Yang Menyatakan atau Meneguhkan, Menguatkan Bahwa Suami-Istri yang SAH TIDAK Termasuk Kedalam Pelanggaran Sila Ke- 3.. Dengan Jelas dan gamblang Bahwa yang TIDAK DiBenarkan adalah Yang Di BOLD itu..

Mohon Pencerahannya dari Anda atau Kawan2 lain disini....

 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #138 on: 05 December 2012, 11:39:16 AM »
Ya Terima Kasih sudah menunjukan sutta tentang hal ini. Karna menurut sy, sangat Tidak Mungkin sekali Sang Buddha selama membabarkan dhamma selama 45 th, Masa tidak ada sutta2 yang menceritakan sedikitpun tentang hal Bunuh Membunuh. Sedang Dalam Pancasila Buddhist menghindari membunuh ada diurutan pertama  :-? (tentunya ini sgt PentingKan..!!!). Sekalipun hanya sedikit referensi sutta2 tentang hal tersebut, Mungkin bisa juga diTunjukan oleh murid2nya yg lain Sebagai Pendukung/penguat sperti Maha Kassapa, Ananda, sariputta atauPun tokoh2 Besar Buddhist sperti Bhante Nagarjuna, Nagasena dll.. Atau Dalam aliran Theravada, Mahayana, Tantrayana bahwasanya Tidak ada Pengecualian/dgn alasan apaPun sekalipun itu untuk kebaikan, membeladiri, menolong mahluk hidup lain Dst...

justru banyak sekali sutta yang mengajarkan tentang aturan-aturan moralitas Buddhis, jika anda juga membaca sutta anda pasti mengetahuinya, saya tidak mungkin sudi memposting semuanya, karena itu tentu sangat melelahkan.

Quote
Ok, Kita lihat penggalan dari Sutta yang anda ambil dibawah ini :

Kita Sepakat Dalam pancasila Buddhist memang Disana Tidak ada Kata Kecuali Dan dalam Sila pertama bertekad Menghindari/meninggalkan melakukan tindakan pembunuhan. Kata "Kecuali" memang tidak ada (Tidak diTulis), Kemudian seseorang dengan pemahamannya sendiri berfikir bahwa dalam kondisi apapun tetap menghindari pembunuhan harus dilakukan. Menurut anda ini Tafsir pemahaman sendiri(Seseorang) atau bukan? (Diawal sy sudah bertanya Jika ada Sutta2nya Yg mendukung, meneguhKan atau Menguatkan bahwa hal itu Benar Maka Tunjukan atau Berikan REFERENSI sutta2nya atau seTidaknya Literature2 Buddha) JIKA memang tidak ada. Dibawah ini Komentar saya sebelumnya Kan :
JIKA TIDAK ADA, dengan Demikian hanya pandangan kita saja yg Berbeda tohh untuk Sila Pertama ini ...

seorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh", tidak dapat disebut tafsir, melainkan seseorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali ", inilah yg menafsirkan.

Quote
Disana Juga Tidak DiTulis Dengan jelas/Gamblang dalam situasi atau kondisi yg bagaimana PerumahTangga tersebut. Bisa Jadi Kata yang diTulis Bold itu, Anjuran/Nasehat hanya diTunjukan dalam keadaan AMAN-AMAN saja maksudnya tidak Terjadi Perseteruan/membahayakan diantara Mahluk satu dgn yang lain. Misalnya sperti memotong ayam untuk dimakan, Menembak Burung hanya untuk Kesenangan semata, memburu Harimau dihutan TAPI Bukan dalam ARTIAN maksudnya Memburu/membunuh Harimau Liar yang masuk Kedesa/pemukiman penduduk, membunuh burung/ayam karna Terjangkit Virus H5N1.

again, memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali kalau TIDAK AMAN", inilah yg disebut penafsiran, bahkan dapat disebut "penafsiran seenak jidat".

Quote
Bagian Kedua yang sy Bold, Kita BerkuTat Dengan Tulisan yg DiTulis ayat. Adalah Sila ke- 3 menghindari perbuatan Asusila, Disana Tidak ada KECUALI/pengkecualian, Kita Sepakat. Apakah Jika ada seseorang yang menyimpulkan SAMA seperti Sila Ke-1 Disana Tidak ada terTULIS Kata Kecuali/Pengkecualian baik itu suami-istri TerLebih hanya baru Tunangan. Apakah Posisi Suami-Istri (Yang Haknya) tetap melanggar SILA ke- 3, Pasti ada Kan Sutta2 Yang Menyatakan atau Meneguhkan, Menguatkan Bahwa Suami-Istri yang SAH TIDAK Termasuk Kedalam Pelanggaran Sila Ke- 3.. Dengan Jelas dan gamblang Bahwa yang TIDAK DiBenarkan adalah Yang Di BOLD itu..

Mohon Pencerahannya dari Anda atau Kawan2 lain disini....

 _/\_


untuk sila ke-3 itu tentu saja juga cukup jelas disana, tapi saya menolak membahas sila ke-3 ini sebelum kita menuntaskan sila ke-1 agar diskusi ini menjadi lebih rapi dan tidak melebar ke mana2.

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #139 on: 05 December 2012, 12:05:04 PM »
anda malah sibuk mempertanyakan dari mana saya tahu dongeng, bukannya membuktikan keotentikan "dongeng" itu? dan anda menuntut untuk menunjukkkan suatu teks otentik yg membantah ketidak-otentikan teks tertentu. tolong anda jelaskan bagaimana caranya suatu teks otentik yg muncul lebih dulu bisa membantah suatu dongeng yg muncul belakangan?
Tidak Sibuk, Malah sy Ingin Tahu Kebenaranya Bahwa bila Benar Itu Hanya sebuah DONGENG, Karna sebelumnya anda Mengatakan Kisah itu Dongeng  :-?
Berarti anda Tahu mengapa itu disebut hanya sebuah Dongeng. sy hanya Tanyakan bagaimna anda bisa memandang ini hanya sebuah dongeng.. dan lebih bagus JIKA ada atau anda pernah membaca buku atau dari teman Bahwa itu sebuah Kisah Dongeng saja Yang Ditambah-tambahi atau apa saja.. Jadi Jika anda tidak bisa Menunjukannya YA tidak apa2 Sekedar pandangan saja sudah CUKUP. Menurut anda Dalam Kisah tersebut, teks yang muncul Lebih dahulu atau yg Muncul Belakangan?
 
Quote
semua dongeng, kalau anda pernah membaca karya2 H.C Andersen, bukankah semuanya juga berisikan pesan moral?
Dongeng semua, Maksudnya apa nih? Dongeng sebuah Cerita/Kisah yang diBuat-buat (Tidak Benar2 Nyata) hanya untuk maksud tertentu entah itu berpesan moral atau tidak atau hendak manyampaikan maksud tertentu...
Karna anda mengatakan Semua DONGENG :
Menurut anda Sidharta Gautama itu dongeng atau Bukan? Memang benar2 Real nyata Ada atau hanya cerita Bualan Pujangga masa lalu saja tentang Seorang ank raja yang menjadi Buddha?

Quote
seharusnya itulah yg anda tuliskan ketika menceritakan tentang tokoh panutan anda, apakah menurut anda hanya saya sendiri yang saat membaca pertama menangkap demikian?
Maaf, Bukan Panutan saya. Seorang Guru yang makan makanan BASI tidak patut menjadi Panutan  ;D

Saat anda Bertanya :
Quote
bisakah anda memberikan rujukan tentang klaim anda ini bahwa Mahavira tidak makan setiap hari?

Sy JAWAB :

" Tidak Makan setiap hari Maksudnya Bukan Tidak Makan atau Minum SeUmur Hidup.. Maksudnya dalam Laku Spiritualnya... "
Dan refernsinya sy Tunjukan toh..

ada yang salah dari Jawaban sy  :) anda bertanya karna kurang jelas Maka sy Jawab tohh...,
Jika ada yg kurang jelas ya Tidak apa2 diTanya hal yg Wajar..

Quote
tentu saja kita sedang berdiskusi di sini, emangnya ada hal lain yg bisa kita lakukan di sini? Walaupun siapa benar dan siapa salah tetap akan terungkap di akhir diskusi ini tanpa kita mencarinya.

OK.. Sip Lah... :D :D

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #140 on: 05 December 2012, 01:35:15 PM »
Tidak Sibuk, Malah sy Ingin Tahu Kebenaranya Bahwa bila Benar Itu Hanya sebuah DONGENG, Karna sebelumnya anda Mengatakan Kisah itu Dongeng  :-?
Berarti anda Tahu mengapa itu disebut hanya sebuah Dongeng. sy hanya Tanyakan bagaimna anda bisa memandang ini hanya sebuah dongeng.. dan lebih bagus JIKA ada atau anda pernah membaca buku atau dari teman Bahwa itu sebuah Kisah Dongeng saja Yang Ditambah-tambahi atau apa saja.. Jadi Jika anda tidak bisa Menunjukannya YA tidak apa2 Sekedar pandangan saja sudah CUKUP. Menurut anda Dalam Kisah tersebut, teks yang muncul Lebih dahulu atau yg Muncul Belakangan?


saya mengatakan itu dongeng, karena kisah itu tidak pernah ada dalam teks2 otentik Tipitaka, karena tidak ada dalam Tipitaka, namun ada sekarang, maka saya simpulkan bahwa dongeng ini muncul belakangan, dan karena dongeng itu muncul belakangan, maka tidak mungkin Tipitaka membantahnya, karena pada saat Tipitaka disusun dongeng itu memang belum ada. apakah anda bisa menangkap penjelasan sederhana ini?

Quote
Dongeng semua, Maksudnya apa nih? Dongeng sebuah Cerita/Kisah yang diBuat-buat (Tidak Benar2 Nyata) hanya untuk maksud tertentu entah itu berpesan moral atau tidak atau hendak manyampaikan maksud tertentu...
wah, ini cukup bikin gue capek nih, pernyataan saya jangan dipenggal begitu bung, yg saya katakan adalah bahwa "semua dongeng berisikan pesan moral?"

Quote
Karna anda mengatakan Semua DONGENG :
jadi saya tidak mengatakan semua dongeng, itu asumsi yg muncul dari ketidak-cerdasan anda dalam menginterpretasikan kalimat, seharusnya jika anda tidak memahami kalimat saya, anda klarifikasi dulu sebelum membantahnya.

Quote
Menurut anda Sidharta Gautama itu dongeng atau Bukan? Memang benar2 Real nyata Ada atau hanya cerita Bualan Pujangga masa lalu saja tentang Seorang ank raja yang menjadi Buddha?

tentang sosok Beliau memang tercatat dalam Tipitaka, Tipitaka adalah rujukan otentik bagi saya, entah bagi anda. selain itu catatan sejarah juga mengatakan ada.

Quote
Maaf, Bukan Panutan saya. Seorang Guru yang makan makanan BASI tidak patut menjadi Panutan  ;D

i see

Quote
Saat anda Bertanya :
ada yang salah dari Jawaban sy  :) anda bertanya karna kurang jelas Maka sy Jawab tohh...,
Jika ada yg kurang jelas ya Tidak apa2 diTanya hal yg Wajar..

OK.. Sip Lah... :D :D

baik, bari kita lanjutkan

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #141 on: 06 December 2012, 04:38:45 PM »
saya melihat teman2 disini sudah sangat banyak menjelaskan tentang apa yang diajarkan oleh Sang Buddha versi agama kami (minjem istilah om indra  ;D ), tetapi jika om tetap bersikukuh dengan ajaran agamanya, saya pikir juga sudah cukuplah.
kami tidak menjelaskan untuk menarik orang memercayai dan mengikuti apa yang kami yakini, semuanya kembali ke yang menerima. :)

Sy tidak bersi kukuh, olehkarna itu sy masih bertanya dan bertukar pikiran disini…
Untuk memahami sebuah ajaran Dhamma dari Sang Buddha bukan masalah menarik org untuk mempercayai, mengikuti dst… Tapi bagaimana memahami ajaran itu sendiri. Masalah nantinya org itu menerima, sefaham atau tidak itu Urusan belakangan tohh…  ;) ;)

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #142 on: 06 December 2012, 04:44:01 PM »
Quote
from: Indra on 04 December 2012, 11:37:15 PM
dongeng tentang petikan senar itu adalah HOAX, silakan anda membuktikan sebaliknya.

bagian yg saya tandai dengan bold menunjukkan bahwa ia juga makan dan minum yg otomatis menggugurkan claim anda itu.

mungkin suka baca berita HOAX kale !, makanya jadi tidak waras*

*berdasarkan asumsi bro Rico
Quote
from: Rico Tsiau on 04 December 2012, 04:49:28 PM]
cape dehhhh... 

ya sudah lah, yang waras ngalah aja

gelas sudah penuh, dan empunya menolak untuk mengosongkannya. jadi mau ngapain lagi?

Anda Mengatakan HOAX saja tidak Cukup. Hmmm…  :-? Spertinya anda lebih mengetahui Mana kisah2 Buddha Yang Dongeng dan mana yang Bukan. Sangat bagus sekali untuk sy, Sekarang Tunjukan Mana saja kisah yang dongeng dan mana yang Tidak dongeng, Tidak perlu semua….   Jika Kisah Angulimala Doneng SebutKan versi yg Aslinya. Jika ada sumbernya lebih bagus lagi.
Dengan Demikian itu lebih baik Bukan…   :-?

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #143 on: 06 December 2012, 04:52:24 PM »
 #-o

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #144 on: 06 December 2012, 11:38:19 PM »


Anda Mengatakan HOAX saja tidak Cukup. Hmmm…  :-? Spertinya anda lebih mengetahui Mana kisah2 Buddha Yang Dongeng dan mana yang Bukan. Sangat bagus sekali untuk sy, Sekarang Tunjukan Mana saja kisah yang dongeng dan mana yang Tidak dongeng, Tidak perlu semua….   Jika Kisah Angulimala Doneng SebutKan versi yg Aslinya. Jika ada sumbernya lebih bagus lagi.
Dengan Demikian itu lebih baik Bukan…   :-?


kisah Angulimala tercatat dalam MN 86 Angulimala Sutta. tidak baik jika saya mengatakan kepada anda mana dongeng dan mana asli, karena bahkan tipitaka pun saya tidak menganggapnya asli 100%. tapi jika anda bertanya mana yg sesuai sutta dan mana yg tidak sesuai sutta, "mungkin" saya akan memberitahu anda.

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #145 on: 07 December 2012, 11:09:49 AM »
Semuanya benar, menurut pandangannya masing2  :)) :))

Sy Tidak Merasa pendapat sy Benar, maka sy bertanya disini mencari bilamana ada pemahaman yg lebih benar, Tepat dari Kawan2 disini tentang Hal ini.
Jika pendapat sy Salah, Silahkan diBantah dan diLuruskan.  ^-^ ^-^

Quote
Yang penting semua sepakat bahwa Pancasila Buddhis sila pertama itu menghindari membunuh.

Ya Sepakat, dan Harusnya ada KeSepakatan Juga Bahwa bukan berarti Tidak boleh diTanya lebih jauh lagi arti dari sebuah kalimat diatas. :whistle:
Kelima Sila itu Kita Sepakat tidak ada Kata “Kecuali” disana, tapi Bukan berarti tidak ada Penjelasannya dari kesemua Sila-sila tersebut.
Ada yang salah jika ada seseorang atau seorang ummat yang bertanya : Membunuh?? membunuh yang bagaimana, seperti apa. Realnya setiap hari kita melihat atau setidaknya mendengar ada membunuh atau diBunuh entah itu sengaja, tidak disengaja,  Dengan Niat atau tanpa Niat, Reflex, Terpaksa, membela diri, Menolong mahluk lain, karna tidak Tahu, membunuh dengan Berencana atau tidak, Diperintah orang Dst…  8) 8)

ada yg aneh, sy hanya BerTanya sperti ini :  :-?

Sy hanya minta diTunjukan rujukan Sutta2nya yang mendukung, menguatkan, meneguhkan Hal tersebut. Bahkan Jika tidak ada Cukup dalam Literature2 Buddhist yang ada atau kisah2 tokoh2 besar agama Buddha sperti bhante Nargarjuna, Nagasena atau dlm Mazhab2 sperti Theravada, Mahayana, Tantrayana atw lainnya. Atau itu dari Pemikiran anda sendiri?

Quote
Perkara mau melakukan atau tidak itu menjadi urgensi dan urusan pribadi masing.  Tinggal menimbang untung ruginya melakukan atau tidak.  Setuju ?  ;)

Ada yg salah dari Koment sy ini sebelumnya :  ;D

Quote
Sy Jga Tahu, mngkin anda menganggap sy menyarankan boleh melakukan pembunuhan dlm kondisi tertentu. TIDAK..!!! Semua kembali kepada individu masing2 pada kondisi atau situasi apa Hal tersebut bisa dilakukan. Tentunya Setiap Orang Berbeda-Beda.[/b]

Dan ini :

Quote
Kata2 Boleh membunuh/berbohong untuk kebaikan tidak ada, itu hanya kiasan saja. Seolah-olah Boleh membunuh/berbohong Tanpa sebab, tanpa dasar yg benar itu diBOLEHKAN. Yang ada adalah kondisi yg menentukan kita mengambil Pilihan Yang Lebih Baik atau bijaksana.

Sy Hanya ingin mengatakan Bahwa Hukum Karma tidak sesimple yg dibayangkan Karna Bukan tidak Mungkin ada Yang memandang Bahwa KARMA itu Identik dgn hal Yang Buruk, yang Negative saja, Buta, Kaku. Cara Kerja/berprosesnya Hukum karma sulit diJangkau Pikiran manusia. Bahwa Jika membunuh akan menghasilkan Karma Yang sama Kualitasnya atau Bobotnya Tanpa Memperhitungkan Niat, metode/Cara Melakukannya, Keadaan setelah melakukan hal tersebut (Belum sampai pada, apakah Penyebab Tindakan itu Ikut diperhitungkan juga/berpengaruh), Hingga orang yg sudah Terlanjur/Pernah melakukan tindakan membunuh ini Dalam Hidupnya Menjadi PESIMIS hanya karna sudah pernah membunuh Tidak ada Dorongan untuk Berbuat Kebajikan... Lebih Parahnya, Hanya Karna Takut Karma Sehingga Hati, Rasional & Nalar Jadi Tidak Dipakai/Dikesampingkan Padahal Ia bukan seorang ummat Bhikku atau Pertapa tetapi Hanya sebagai Ummat awam saja. karna Kamma Vipaka bisa diTekan, Diperlunak bahkan digugurkan dalam masa sebelum berBuah (Singkatnya Flexible). seperti yg sy katakan Sebelumnya bahwa ada waktu berbuahnya, berdasarkan kekuatan karmanya dan berdasarkan Fungsinya.. Dan satu lagi jangan diLupakan adalah kekuatan Bathin itu sendiri pada diri seseorang Bukankah banyak juga Kisah2 murid Beliau atau ummat awam yang bisa sampai tingkat Tertentu ketika setelah mendapat pencerahan dari Guru Buddha selagi orang itu Hidup atau setelah mati terlahir kealam yg baik walau ada masa waktunya. Padahal orang2 tersebut pernah melakukan kejahatan Pula...

Tambahan : http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55


Dan Post dibawah ini ada sedikit Kaitannya :  8)

belum ketemu suttanya
tapi kalau ttg kadar membunuh binatang yg berbeda
sudah ada di thread ini
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2343.msg34017.html#msg34017

ttg membunuh juga
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,698.0.html

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,20613.msg358763.html#msg358763

Acts of taking life are differentiated by way of their degree of moral gravity. Not all cases of killing are equally blameworthy. All are unwholesome, a breach of the precept, but the Buddhist texts make a distinction in the moral weight attached to different kinds of killing.

The first distinction given is that between killing beings with moral qualities (guna) and killing beings without moral qualities. For all practical purposes the former are human beings, the latter animals, and it is held that to kill a fellow human being is a more serious matter ethically than to kill an animal. Then within each category further distinctions are drawn. In the case of animals the degree of moral gravity is said to be proportional to the animal, to kill a larger animal being more blameworthy than to kill a smaller one. Other factors relevant to determining moral weight are whether the animal has an owner or is ownerless, whether it is domestic or wild, and whether it has a gentle or a vicious temperament. The moral gravity would be greater in the former three alternatives, less in the latter three. In the killing of human beings the degree of moral blame depends on the personal qualities of the victim, to kill a person of superior spiritual stature or one's personal benefactors being more blameworthy than to kill a less developed person or one unrelated to oneself. The three cases of killing selected as the most culpable are matricide, parricide, and the murder of an arahat, a fully purified saint.
Another factor determinative of moral weight is the motivation of the act. This leads to a distinction between premeditated murder and impulsive killing. The former is murder in cold blood, intended and planned in advance, driven either by strong greed or strong hatred. The latter is killing which is not planned in advance, as when one person kills another in a fit of rage or in self-defense. Generally, premeditated murder is regarded as a graver transgression than impulsive killing, and the motivation of hatred as more blameworthy than the motivation of greed. The presence of cruelty and the obtaining of sadistic pleasure from the act further increase its moral weight.

Other factors determinative of moral gravity are the force of the defilements accompanying the act and the amount of effort involved in its perpetration, but limitations of space prohibit a full discussion of their role.

jadi it's up to you, it's your choice

 _/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #146 on: 07 December 2012, 12:55:53 PM »
Sy Tidak Merasa pendapat sy Benar, maka sy bertanya disini mencari bilamana ada pemahaman yg lebih benar, Tepat dari Kawan2 disini tentang Hal ini.
Jika pendapat sy Salah, Silahkan diBantah dan diLuruskan.  ^-^ ^-^

sudah berusaha diluruskan, tapi ndak mau lurus-lurus...
(istilahnya: au ban) :))
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #147 on: 07 December 2012, 01:37:33 PM »
justru banyak sekali sutta yang mengajarkan tentang aturan-aturan moralitas Buddhis, jika anda juga membaca sutta anda pasti mengetahuinya, saya tidak mungkin sudi memposting semuanya, karena itu tentu sangat melelahkan.

Sabar, sy juga Tidak Menyuruh memPost semuanya. Sy juga tahu itu. Maksud sy, Jika ada sutta yg diPost harus secara utuh memotongnya Jelas yg masih bersangkutan Hingga artinya tidak simpangsiur, disalahartikan..

Quote
seorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh", tidak dapat disebut tafsir, melainkan seseorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali ", inilah yg menafsirkan.

Baik, anda mengatakan dengan menggunakan Kata TIDAK disini, BILA diLihat dari TerJemahan Bahasa Pali ke Indonesia. Apakah di Tulis dengan awalan Kata “Tidak“. Menurut anda, kata “Tidak” dengan kata “Aku Bertekad Melatih diri untuk ….”, Sama artinya atau Penekanan katanya sama?

Sy Tidak ada maksud untuk Meminta terTulis disana kata sperti ini "tidak membunuh kecuali " mengatakan ada kata Kecuali disana. Karna di Ke- 5 Sila tersebut memang semuanya Tidak ada Kata "KECUALI" dlm terjmahannya Pun tidak ada, Sy hanya bertanya saja. Diawal memang sy menulis secara Singkat dengan Kata Kecuali/Pengecualian agar mudah Saja. Tetapi ternyata tidak ada Titik temu. Dan akhirnya sy menJelaskan pernyataan yg sebetulnya adalah..Kondisi /Keadaan yang Tidak Bisa Menghindar dari Membunuh (Kondisi/keadaan disini bisa bermacam-macam).

Silahkan anda lihat perbedaannya disana. Kata Kecuali Sangat Frontal sekali Jika Ditempatkan pada sebuat kalimat Aturan. BerTolak belakang secara Langsung, Disatu sisi mengatakan Tidak, diSisi lain YA/boleh, Sedangkan Kondisi/Situasi ini bukan hal yg Bertolak belakang secara Penuh/Langsung (Bukan Berarti “DiBolehKan” ) Dan Bukan berarti Sy juga minta ditunjukan dalam Sila itu ada Tertulis kata Kondisi sperti itu. Yg sy minta adalah sutta2 lain yang mendukung, menguatkan, meneguhkan sutta yang berisi sila2 tersebut.
Mungkin anda lebih Pintar dari sy dalam hal pemahaman arti sebuah kata, Jika ada yg salah silahkan anda Luruskan

Quote
again, memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali kalau TIDAK AMAN", inilah yg disebut penafsiran, bahkan dapat disebut "penafsiran seenak jidat".

TerNyata memang ada Yang Lain disini…!!!!   8)
Quote
tentu saja kita sedang berdiskusi di sini, emangnya ada hal lain yg bisa kita lakukan di sini? Walaupun siapa benar dan siapa salah tetap akan terungkap di akhir diskusi ini tanpa kita mencarinya.
Quote

"penafsiran seenak jidat". 

Tapi sudahLah, Lupakan saja…  :D :D

Masalah Nyawa Bukan Hal yang Sepele. bukan Pula MenafsirKan dengan asal2an untuk pembenaran.  Jadi jgn anda Potong Kalimat2 selanjutnya ini :

Quote
tidak Terjadi Perseteruan/membahayakan diantara Mahluk satu dgn yang lain. Misalnya sperti memotong ayam untuk dimakan, Menembak Burung hanya untuk Kesenangan semata, memburu Harimau dihutan TAPI Bukan dalam ARTIAN maksudnya Memburu/membunuh Harimau Liar yang masuk Kedesa/pemukiman penduduk, membunuh burung/ayam karna Terjangkit Virus H5N1.


Hal yang lumrah terjadi, seseorang bisa mempunyai Tafsir/pemahaman yg berbeda dan salah terhadapat isi yang terkandung dalam sebuah ayat. Apa lagi dalam kitab Suci yang artinya Tidak Sembarangan Dengan ASAL mengartikan, "Memutuskan oh ini begini, oh ini begitu" Kecuali orang yang memang sudah Mumpuni dalam hal tersebut. Yang terpenting adalah menemukan KeSepahaman yang paling mendekati maksud yang terkadung dalam kalimat2 ayat tersebut.  :-? :-?

“Untuk Kata Kecuali Sudah sy Jelaskan Pengunaan Kata Tersebut untuk Penekanannya
Karna Sila adalah aturan Jika disana ada kata Kecuali namanya Bukan aturan olehKarna itu tidak Lazim  kata (Kecuali) itu disematkan kalimat tersebut. Toh dari ke- 5 Sila itu semua Tidak ada penggunaan Kata Kecuali tetapi tetap ada penjabaran/penjelasaannya masing2.

Quote
untuk sila ke-3 itu tentu saja juga cukup jelas disana, tapi saya menolak membahas sila ke-3 ini sebelum  kita menuntaskan sila ke-1 agar diskusi ini menjadi lebih rapi dan tidak melebar ke mana2.

Hmmm….!!!!   :-? :-?
Anda bisa mengatakan dengan ringan Bahwasannya Cukup JeLas disana. sekaliPun disana TIDAK pula ada Kata "Kecuali "(Lebih tepatNya Kondisi tertentu) Tetapi Mempunyai Pemahaman Lain, bahwa Suami-Istri yang SAH (Konsisi/keadaan sudah Menikah) tidak termasuk dalam Pelanggaran Sila Ke- 3. Sedang Pada Sila ke- 1, sama tidak diTulis Disana kata "kecuali" (Lebih tepatNya Kondisi tertentu) bahkan tidak secara Jelas diTulis Mahluk tersebut dalam keadaan sperti apa (bandingkan dgn keterangan untk Sila Ke- 3 yg diBold itu). TETAPI Ketika sesorang mempunyai pemahaman lain pada Sila Ke-1 ini, ketika Ingin mengetahui lebih Jauh lagi atau Menganalisa, dengan Ringan PULA anda mengatakan tidak membunuh Sebagai  (atau “YA”) Tidak Membunuh. Hmmm….  BegituKah maksud anda dalam memahami nya ?? Klo ini, "penafsiran seenak jidat" BUKAN Ya…. ???  :-?

Yang Satu Boleh memiliki pemahaman/penafsiran atau setidaknya ada analisa, Tetapi Yang Satu TIDAK BOLEH sama Sekali ada pemahaman atau ditafsirkan Lain… Sungguh hebat kau ini …  :o  :-? :-?

YA benar, tidak ada maksud Melebar dari Hal Sila ke- 1 ini.
Sila Ke –Tiga itu sy Utarakan hanya agar memudahKan saja, agar Tidak terjadi Salah Pengertian. Jelas ada Korelasi Jika diLihat dari Sebuah Kata disana
Dan sudah sy Tulis Pula sebelumnya ini :

Quote
Bagian Kedua yang sy Bold, Kita BerkuTat Dengan Tulisan yg DiTulis ayat

Maksud sy apakah hanya karna disana tidak ada Kata2 Tertulis "Kecuali" terus Pemahaman atau penafsiran DiHaramkan/Tidak diBolehkan.

Ada hubungannya dengan Koment yg pertama sy diAtas :
Jika keterangan yang diBold dibawah ini, Kita sepakat Sudah Cukup Jelas. Tidak akan ada Pemahaman, tafsir Yang Simpangsiur, menimbulkan perbedaan pemahaman atau Bercabang.

Quote
Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik? Di sini seseorang, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk hidup, dengan tongkat dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan kepada semua makhluk hidup. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Dengan meninggalkan perbuatan salah dalam kenikmatan indria, ia menghindari perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, atau dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan.  Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik. [288]

MAKA, Silahkan anda Post Sutta2 Lain Yang anda Ketahui untuk Sila Pertama. Yang Jelas terang benerang sperti Sutta diatas yg diBold itu Hingga tidak Terjadi Kesimpangsiuran dalam memahaminya setidaknya Ketemu kesepahaman. SeandaiNya Bila memang benar2 TIDAK ada,(atau mungkin belum menemukan) Minimal dari yg sebelumnya sy Tulis ini :

Quote
Sekalipun hanya sedikit referensi sutta2 tentang hal tersebut, Mungkin bisa juga diTunjukan oleh murid2nya yg lain Sebagai Pendukung/penguat sperti Maha Kassapa, Ananda, sariputta atauPun tokoh2 Besar Buddhist sperti Bhante Nagarjuna, Nagasena, Asvagosha dll.. Atau Dalam aliran Theravada, Mahayana, Tantrayana bahwasanya Tidak ada Pengecualian/dgn alasan apaPun sekalipun itu untuk kebaikan, membeladiri, menolong mahluk hidup lain Dst...

Atau anda Pernah Baca atau dengar Sutta yang MIRIP seperti ini, Sangat Jelas Dan Gamblang. seperti  :

Quote
Sabda Buddha "O, sarriputta, ketika seorang ank melihat orang tuanya/sdra2nya dalam keadaan bahaya hendak diBunuh oleh org lain. HendakLah ank itu Berdiam Diri jika bisa hindari dan tinggalKan. Tidak ada Perlu Rasa Khawatir, Gelisah, sedih. Demikian Pula Jika ada seseorang Yang menanyakan orang Dirmh kalian dengan maksud akan Menganiyaya bahkan membunuhnya, JanganLah mereka Tidak BerKata Jujur KataKanLah yang Sebenar-benarnya Bahwa Orang yg diCarinya tersebut ada Di dalam Rumah dan BiarKanLah apa yang dilakukan orang itu terjadi, Jika Perlu TinggalKan Pergi saja Tidak Perlu Merasa  khawatir, Cemas apa lagi meNolongnya... 


Dibawah ini adalah sedikit contoh saja yg sy berikan diKomentar-komentar sebelumnya dgn Kawan yg lain disini.

Maka sy Tunggu Juga jawaban anda atas koment2 yg sy Tulis dibawah ini, bagaimana pendapat anda
Ini berhubungan dgn Sila ke- 1, dalam artian ada membunuh :

Quote
Mungkin jika ada ibu kamu atau ayah kamu mau diTikam sama Berandalan Juga, Kamu tidak akan peduli karna klo menghardik/memukul org berandalan itu Akan melukai org tersebut apa lagi klo sampai org Banyak Tahu pasti DiGebuki sampai mati Org Berandalan tersebut... Dan anda akan berkata AKhh sudah karmanya kali diTikam sampai mati Ortu Ku sama org Berandalan tersebut...   

Binatang saja akan melindungi ank2 klo diserang sama bintang Lain bahkan sampai membunuhnya, Sedang anda berdiam diri... Lebih berharga mna Binatang sama anda?   

Lihat Kasus yg Terjadi DiNorwegia dimna seseorang menembaki orang lain yg sedang berlibur sampai puluhan orang atau di amerika seorang mahasiswa Korea menembaki Kawan2nya.... Mungkin anda juga akan Berdiam diri tidak melakukan apa2 Ya,, Sedang kamu sebenarnya bisa menghentikan tidakan org biadab tersebut Melukainya atau membunuhnya.. (Mugkin anda akan menjawab dgn perasaan, Khan Pembunuh itu Juga Manusia Ingin Hidup...   )

Quote
Itu Contoh Lain, karna memang benar terjadi ada ank bayi diMalaysia Diterkam mati oleh seekor kera... Jika ada seseorang melihat ada Bayi Diterkam atau diCabik2 sama Monyet Masa tidak ada pemikiran untuk menolong Bayi tersebut toh.. Jika setiap Orang acuh Tak acuh akan hal itu..
Sudah Pada tahap tingkat Bathin berapa orang tersebut... ???

Quote
Masalah Cetana,, Ketika seorang Penodong melihat ank sekolah sedang jalan sendiri dan memaninkan Handphone. Kemudian BerNiat Merampas handphone tersebut Ketika sudah mendapatkannya kemudian Ia lari dan diKejar oleh ank sklh tersebut. Karna korban melawan kemudian penodong ini mengeluarkan senjata untuk melukainya Saja bukan untuk membunuhnya, agar si Korban takut. Tetapi ketika terjadi Perseteruan ank sklh itu Sekarat masuk Rm. Sakit dan mati oleh karna Tertusuk oleh Penodong Tersebut.. Ini benar2 Terjadi diJkt..

Menurut Anda bagaimna Jika Karma itu adalah Cetana (Niat) Dalam hal ini Karma membunuh, Si Penodong ini Tidak ada Niat membunuhnya sama sekali,hanya ingin handphonenya sama melukainya saja agar ank sklh itu Takut dan tidak mengejarnya lagi??

Sebaliknya Jika ada seseorang BerNiat Baik menolong atau Menyelamatkan sesuatu tetapi tidak Kesampaian bahkan Tidak Jadi Dilaksanakan NIAT baik Tersebut, apakah akan tetep Berbuah karma Baik??

Yang Satu Tidak ada Niat Tapi TerJadi, sedang Yg Kedua Ada Niat Tapi Tidak Terjadi....

 _/\_

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #148 on: 07 December 2012, 01:42:44 PM »
saya mengatakan itu dongeng, karena kisah itu tidak pernah ada dalam teks2 otentik Tipitaka, karena tidak ada dalam Tipitaka, namun ada sekarang, maka saya simpulkan bahwa dongeng ini muncul belakangan, dan karena dongeng itu muncul belakangan, maka tidak mungkin Tipitaka membantahnya, karena pada saat Tipitaka disusun dongeng itu memang belum ada. apakah anda bisa menangkap penjelasan sederhana ini?

BaikLah. Jika memang Kisah yg Sy Utarakan adalah Timbul belakangan tidak apa2. Silahkan berikan referensinya kisah yg sperti anda katakan lebih otentik. Setidaknya sebuah buku/teks2  yang muncul terlebih dahulu lebih bisa mendekati keOtentikannya walaupun tetap harus diUji Kebenarannya.
Tidak ada Kitab suci yang DiTulis(DiBukukan) langsung Oleh tokoh2 tersebut semasa hidupnya. Tetapi diTulis setelah beberapa ratus tahun Toko suci tersebut Wafat.

Quote
wah, ini cukup bikin gue capek nih, pernyataan saya jangan dipenggal begitu bung, yg saya katakan adalah bahwa "semua dongeng berisikan pesan moral?"
jadi saya tidak mengatakan semua dongeng, itu asumsi yg muncul dari ketidak-cerdasan anda dalam menginterpretasikan kalimat, seharusnya jika anda tidak memahami kalimat saya, anda klarifikasi dulu sebelum membantahnya.

Loh bukannya anda memberikan Jawaban dari Koment sy sebelumnya( Senar itu). anda sudah memBlok Pernyataan sy.

Quote
Ok, terlepas itu doneng atau bukan. Bisakah kita mengambil sebuah makna dari cerita tersebut?Mau Memilih Cara Yang Extrime/Senar yg Terlalu Keras (menyiksa diri) atau Cara yg Tidak Extrime/Senar yg Terlalu lemah (Mengikuti kesenangan2 Indra semata)

semua dongeng, kalau anda pernah membaca karya2 H.C Andersen, bukankah semuanya juga berisikan pesan moral?

Jika Bukan untuk balasan dari Koment sy, Berarti Anda Bergumam Sendiri…  :-?

Quote
tentang sosok Beliau memang tercatat dalam Tipitaka, Tipitaka adalah rujukan otentik bagi saya, entah bagi anda. selain itu catatan sejarah juga mengatakan ada.

Bagi sy ?? Dibawah ini ada koment sy sebelumnya ?
Quote

Jika pandangan/Penafsiran sy Salah maka Tunjukan Sutta2 yg mengenai hal ini. Knp sy Tanya sperti itu, Menurut sy semua yg dibicarakan atau diPertentangKan sebagai Buddhist kita harus mengacu pada sabda2 Guru Buddha lewat sutta2 yg ada... atau setidaknya dari Murid2 beliau Bukankah begitu ?


Quote
baik, bari kita lanjutkan

Ya, Silahkan anda Lanjutkan.....  ^-^ ^-^

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #149 on: 07 December 2012, 01:48:59 PM »
sudah berusaha diluruskan, tapi ndak mau lurus-lurus...
(istilahnya: au ban) :))

Jika demikian itu berArti Belum sempurna Lurus.... Kecuali Tidak Tahu, tidak bisa menjawab, sudah Mentok   :))

 

anything