//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663382 times)

0 Members and 5 Guests are viewing this topic.

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1770 on: 26 August 2009, 12:57:04 AM »

Benar, dalam menerjemahkan sesuatu kita perlu melihat konteksnya. Tapi dalam cuplikan Shurangama Sutra tersebut tidak ada konteks yang menjelaskan bahwa itu adalah permulaan waktu dan ruang. Darimana anda bisa menyimpulkan itu adalah permulaan ruang dan waktu? Ini karena mungkin pikiran anda terpengaruh pada kalimat: “suddenly difference appears”, padahal dalam terjemahan lain tidak ada. Jadi penggunaan ‘suatu ketika...’ tidak bisa digunakan.

Kedua. Saya telah memberikan 2 alternatif terjemahan dan anda memilih kata “Di antara kesamaan .....”Nah, ini berarti sudah adanya 2 hal yang sudah muncul yang tidak ada penjelasan dalam sutra kapan munculnya. Jadi tidak mungkin kita mengatakan ini adalah TITIK AWAL.

Itu hanyalah asumsi anda semata karena mungkin anda masih terpengaruh pada terjemahan “suddenly difference appears”. Sehingga menganggap sebagai sutra ini membahas tentang TITIK AWAL terbentuknya dunia dan anda menggunakan istilah”suatu KETIKA”,  “SEBELUM  dunia muncul”.

Proses pembentukkan dunia memang bisa dijelaskan, tapi kapan TITIK AWAL waktunya proses itu terjadi tidak bisa ditentukan TITIK awalnya. Sutra tidak menjelaskan hal itu.
Apa yang dikatakan dalam sutra, adalah BAGAIMANA terbentuknya dunia bukan KAPAN dunia terbentuk. Dalam sutra, Purna bertanya tentang BAGAIMANA dunia terbentuk bukan KAPAN dunia terbentuk. Sekali lagi ini bukan membahas WAKTU apalagi TITIK AWAL.

Quote
Bila dunia(alam semesta beserta para mahkluk hidup) tidak dapat diketahui asal muasalnya, maka Paticcasamudpada itu bohong besar. Tentu saja Paticcasamudpada menjelaskan akan asal muasal Jaramarana. Karena jelas sekali disebutkan bahwa penyebabnya adalah Avidya. Tanpa memulai dari Awal, kita tidak bisa mencapai Akhir. Tanpa Sebab tiada Akibat. Ada sebab maka ada akibat.

Pertama, Sdr. Dharmamitra. Saya harap kita tidak terjebak antara asal muasal dalam arti BAGAIMANA proses terbentuk dengan asal muasal dalam arti PERMULAAN WAKTU (titik awal). Ini perlu diperjelas.

Hukum Paticcasamudpada berarti sebab musabab yang saling bergantungan, dimana ke 12 nidana saling bergantungan, ada ini maka ada itu. Hukum Paticcasamudpada menjelaskan BAGAIMANA PROSES batin dan kehidupan itu terbentuk BUKAN menjelaskan tentang KAPAN, WAKTU dari proses batin dan kehidupan itu dimulai. Singkatnya tidak didisampaikan KAPAN AWAL EKSISTENSI kehidupan itu ada. Ini perlu kita catat.

Anda mengatakan adanya asal muasal, lalu darimana asal muasal Avidya? Apa penyebab Avidya?? Zippp!!! muncul begitu saja?? Jelas karena adanya batin. Lalu apa penyebab munculnya batin? demikian seterusnya. Sampai disini, mana yang bisa kita sebut dengan asal mula, titik awal, sebab pertama ??

Sang Buddha menjelaskan Paticcasamudpada BUKAN untuk menjelaskan asal mula (titik awal) eksistensi kehidupan di semesta ini. Avidya adalah penyebab UTAMA bukan penyebab PERTAMA. Bisa anda membedakannya?? Penyebab UTAMA berarti penyebab yang PENTING sedangkan penyebab PERTAMA adalah penyebab awal dari penyebab lainnya.

Karena proses ini berputar-putar terus, tidaklah mungkin menjelaskannya tanpa memutus rangkaian itu. Dan karena melihat Advidya adalah factor TERPENTING maka di putus pada mata rantai Advidya dan ditaruh pada urutan pertama dalam penjelasan Paticcasamudpada

Jadi penggunaan Paticcasamudpada oleh anda sebagai alasan adanya asal muasal (titik awal) tidaklah tepat.


Quote
Ingatlah bahwa Semua yang memiliki Akhir memiliki Awal. Buddha sendiri menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak. Bila tiada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak ini; maka tidak mungkin ada pembebasan.
Bila, dunia ini tidak memiliki asal muasal, berarti ia kekal dan kita tidak akan pernah bisa terbebas darinya. Namun karena ia memiliki asal muasal, kita dapat terbebas darinya.

Cuplikan anda berasal dari Udana 8.3 adalah mengenai Nibbana. Jadi menurut anda Nibbana merupakan asal muasal dari dunia??? Jika ya maka bertolak belakang dengan hukum sebab akibat. Jika ada sebab maka ada akibat. Tapi karena eksistensi Nibbana adalah tanpa penyebab maka ia pun tidak akan menimbulkan akibat. Jadi Nibbana bukanlah penyebab dari dunia ini, bukan pula penyebab pembebasan kita.

Sepemahaman saya, apa yang disampaikan dalam Nibbana Sutta itu bukan mengenai Nibbana sebagai SEBAB terbentuknya dunia atau pembebasan.  Tetapi yang disampaikan adalah eksistensi berdampingan antara Nibbana dan Pembebasan itu.

Analoginya (mudah-mudahan tepat):  api dan cahaya api, dimana ada api maka ada pula cahaya api, dimana ada cahaya api ada pula apinya, tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan cahaya api diakibatkan oleh api, karena keduanya ada berdampingan.
Berbeda dengan istilah ada api ada asap, karena keduanya bisa dipisahkan, karena ada api yang tidak megeluarkan asap.
 
Quote
juga “Tathagata hanya mengajarkan Dunia, awal dari Dunia, akhir dari Dunia, dan sebab menuju akhir dari Dunia.”

Dalam sutta/ sutra mana jika saya boleh tahu?? Saya baru tahu. Setahu saya adalah Sang Buddha mengajarkan Dukkha, Sebab Dukkha, Akhir Dukkha dan Jalan menuju Akhir Dukkha. Bukan awal Dunia.

 _/\_

Ya, “Di antara kesamaan .....” bisa dipakai dan sangat cocok (great idea...!), tapi “Di mana kesamaan...” tidak sesuai dengan prinsip yang dijelaskan. Suatu bahasa yang menjelaskan suatu prinsip, tidak bisa begitu saja diterjemahkan mentah-mentah secara literal. Kata ‘where there was’ di sini tidak menunjukkan suatu ‘tempat’ atau ‘ di mana ada’. Kata ini lebih cocok dengan ‘di antara’ karena  ‘di antara’ juga berfungsi menjelaskan ‘suatu keadaan’.  Saya memilih ‘suatu ketika...’ karena keadaan yang dijelaskan di sini adalah keadaan di mana ruang dan waktu belum muncul. Suatu ketika ini sekaligus bermakna ‘where’ dan ‘when’.  Karena hal ini juga saya menyertakan bahasa Inggrisnya. Memang saya bertujuan mengajak bro sekalian menganalisa kenapa saya memakai ‘suatu ketika’ untuk frasa ‘where there was’.  
Bila saya memakai ‘di mana’, tentu ini menunjukkan tempat. Lalu di manakah tempat tanpa kesamaan maupun perbedaan? Di mana tiada kesamaan maupun perbedaan, tidak ada ruang ataupun waktu yang dapat ditunjukkan. Karena alasan itu saya memakai ‘suatu ketika’ untuk menyangkal ‘where’ sebagai tempat.

Benar, dalam menerjemahkan sesuatu kita perlu melihat konteksnya. Tapi dalam cuplikan Shurangama Sutra tersebut tidak ada konteks yang menjelaskan bahwa itu adalah permulaan waktu dan ruang. Darimana anda bisa menyimpulkan itu adalah permulaan ruang dan waktu? Ini karena mungkin pikiran anda terpengaruh pada kalimat: “suddenly difference appears”, padahal dalam terjemahan lain tidak ada. Jadi penggunaan ‘suatu ketika...’ tidak bisa digunakan.

Kedua. Saya telah memberikan 2 alternatif terjemahan dan anda memilih kata “Di antara kesamaan .....”Nah, ini berarti sudah adanya 2 hal yang sudah muncul yang tidak ada penjelasan dalam sutra kapan munculnya. Jadi tidak mungkin kita mengatakan ini adalah TITIK AWAL.

Quote
Bila saya memakai ‘di mana’, tentu ini menunjukkan tempat. Lalu di manakah tempat tanpa kesamaan maupun perbedaan? Di mana tiada kesamaan maupun perbedaan, tidak ada ruang ataupun waktu yang dapat ditunjukkan. Karena alasan itu saya memakai ‘suatu ketika’ untuk menyangkal ‘where’ sebagai tempat.
Benar sekali, tidak ada penjelasan tentang ‘awal dari penyebab munculnya dunia’ (avidya) yang dalam cuplikan ini dijelaskan sebagai ‘tiba-tiba perbedaan muncul’. Namun proses munculnya Dunia dari ‘tiada dunia’ masih bisa dijelaskan. Yang dimaksud Buddha dengan ‘tiada awal yang dapat diketahui’ itu saya mengerti sebagai berikut: sebelum dunia muncul, tiada suatu apapun yang disebutkan sebagai ‘tiada kesamaan maupun perbedaan’. Nah, bila diusut lebih jauh lagi, ‘tiada kesamaan maupun perbedaan’ ini  tidak dapat diketahui awal mulanya.

Itu hanyalah asumsi anda semata karena mungkin anda masih terpengaruh pada terjemahan “suddenly difference appears”. Sehingga menganggap sebagai sutra ini membahas tentang TITIK AWAL terbentuknya dunia dan anda menggunakan istilah”suatu KETIKA”,  “SEBELUM  dunia muncul”.

Proses pembentukkan dunia memang bisa dijelaskan, tapi kapan TITIK AWAL waktunya proses itu terjadi tidak bisa ditentukan TITIK awalnya. Sutra tidak menjelaskan hal itu.
Apa yang dikatakan dalam sutra, adalah BAGAIMANA terbentuknya dunia bukan KAPAN dunia terbentuk. Dalam sutra, Purna bertanya tentang BAGAIMANA dunia terbentuk bukan KAPAN dunia terbentuk. Sekali lagi ini bukan membahas WAKTU apalagi TITIK AWAL.

Quote
Bila dunia(alam semesta beserta para mahkluk hidup) tidak dapat diketahui asal muasalnya, maka Paticcasamudpada itu bohong besar. Tentu saja Paticcasamudpada menjelaskan akan asal muasal Jaramarana. Karena jelas sekali disebutkan bahwa penyebabnya adalah Avidya. Tanpa memulai dari Awal, kita tidak bisa mencapai Akhir. Tanpa Sebab tiada Akibat. Ada sebab maka ada akibat.

Pertama, Sdr. Dharmamitra. Saya harap kita tidak terjebak antara asal muasal dalam arti BAGAIMANA proses terbentuk dengan asal muasal dalam arti PERMULAAN WAKTU (titik awal). Ini perlu diperjelas.

Hukum Paticcasamudpada berarti sebab musabab yang saling bergantungan, dimana ke 12 nidana saling bergantungan, ada ini maka ada itu. Hukum Paticcasamudpada menjelaskan BAGAIMANA PROSES batin dan kehidupan itu terbentuk BUKAN menjelaskan tentang KAPAN, WAKTU dari proses batin dan kehidupan itu dimulai. Singkatnya tidak didisampaikan KAPAN AWAL EKSISTENSI kehidupan itu ada. Ini perlu kita catat.

Anda mengatakan adanya asal muasal, lalu darimana asal muasal Avidya? Apa penyebab Avidya?? Zippp!!! muncul begitu saja?? Jelas karena adanya batin. Lalu apa penyebab munculnya batin? demikian seterusnya. Sampai disini, mana yang bisa kita sebut dengan asal mula, titik awal, sebab pertama ??

Sang Buddha menjelaskan Paticcasamudpada BUKAN untuk menjelaskan asal mula (titik awal) eksistensi kehidupan di semesta ini. Avidya adalah penyebab UTAMA bukan penyebab PERTAMA. Bisa anda membedakannya?? Penyebab UTAMA berarti penyebab yang PENTING sedangkan penyebab PERTAMA adalah penyebab awal dari penyebab lainnya.

Karena proses ini berputar-putar terus, tidaklah mungkin menjelaskannya tanpa memutus rangkaian itu. Dan karena melihat Advidya adalah factor TERPENTING maka di putus pada mata rantai Advidya dan ditaruh pada urutan pertama dalam penjelasan Paticcasamudpada

Jadi penggunaan Paticcasamudpada oleh anda sebagai alasan adanya asal muasal (titik awal) tidaklah tepat.


Quote
Ingatlah bahwa Semua yang memiliki Akhir memiliki Awal. Buddha sendiri menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak. Bila tiada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak ini; maka tidak mungkin ada pembebasan.
Bila, dunia ini tidak memiliki asal muasal, berarti ia kekal dan kita tidak akan pernah bisa terbebas darinya. Namun karena ia memiliki asal muasal, kita dapat terbebas darinya.

Cuplikan anda berasal dari Udana 8.3 adalah mengenai Nibbana. Jadi menurut anda Nibbana merupakan asal muasal dari dunia??? Jika ya maka bertolak belakang dengan hukum sebab akibat. Jika ada sebab maka ada akibat. Tapi karena eksistensi Nibbana adalah tanpa penyebab maka ia pun tidak akan menimbulkan akibat. Jadi Nibbana bukanlah penyebab dari dunia ini, bukan pula penyebab pembebasan kita.

Sepemahaman saya, apa yang disampaikan dalam Nibbana Sutta itu bukan mengenai Nibbana sebagai SEBAB terbentuknya dunia atau pembebasan.  Tetapi yang disampaikan adalah eksistensi berdampingan antara Nibbana dan Pembebasan itu.

Analoginya (mudah-mudahan tepat):  api dan cahaya api, dimana ada api maka ada pula cahaya api, dimana ada cahaya api ada pula apinya, tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan cahaya api diakibatkan oleh api, karena keduanya ada berdampingan.
Berbeda dengan istilah ada api ada asap, karena keduanya bisa dipisahkan, karena ada api yang tidak megeluarkan asap.
 
Quote
juga “Tathagata hanya mengajarkan Dunia, awal dari Dunia, akhir dari Dunia, dan sebab menuju akhir dari Dunia.”

Dalam sutta/ sutra mana jika saya boleh tahu?? Saya baru tahu. Setahu saya adalah Sang Buddha mengajarkan Dukkha, Sebab Dukkha, Akhir Dukkha dan Jalan menuju Akhir Dukkha. Bukan awal Dunia.

 _/\_


Tentu saja terjemahan saya bukanlah yang terbaik. Teman-teman sekalian silahkan menerjemahkan sendiri dari bahasa Inggrisnya.

Jika bro membaca paragraf lainnya tentu akan jelas bahwa Buddha sedang menjelaskan bagaimana alam dan mahkluk hidup terbentuk. Lagi pula "suddenly difference appears" ini menunjukkan bahwa Avidya itu pertama kali muncul tiba-tiba.

Mohon dibaca ulang post saya sebelumnya bro tentang: 'Where there was' tidak menunjukkan suatu tempat ataupun waktu. Bahwa saya memakai 'suatu ketika' untuk menyangkal 'where' sebagai tempat...
Mohon jangan anggap terjemahan saya yang jauh dari sempurna sebagai standard. Baiknya yang dijadikan standard itu bahasa Inggrisnya saja. harap maklum bro... :)

Sebenarnya titik awal itu memang tidak ada (kebenaran mutlak), ini berlaku bagi yang tercerahkan. Namun bagi kita yang belum tercerahkan, titik itu ada (kebenaran relatif).
Karena kita melihat semua ini dalam kebenaran relatif, maka titik itu ada. Ini sama seperti halnya nafsu. Bagi yang terbebaskan, tiada nafsu; tapi bagi kita, masih ada nafsu.
Bila kita mengatakan tiada (titik) awal, maka juga berarti tiada titik akhir (nibbana).
Dalam ajaran Mahayana, seluruh keberadaan kita ini adalah kosong dan bersifat khayal; artinya keberadaan ini tidak benar-benar ada. Apa yang kita sebut titik awal dan akhir itu tidak benar-benar eksis. Satu-satunya kebenaran adalah Sunyata sejati, Nirvana para Buddha.

 [at]  bro Upasaka, saya sekalian menjawab sebisa saya di sini... Tentu saja, saya belum sanggup untuk menjelaskannya secara sangat detail dan 100% sempurna. JAdi sekali lagi, harap maklumi kebodohan dan ketidakmampuan saya. Sulit sekali menjelaskan topik ini, karena butuh realisasi langsung akan Sunyata baru bisa memahami secara sempurna. Saya ini ibarat menyontek dari ajaran para Master sejati.

Dari pandangan Madhyamika, satu-satunya Kebenaran adalah Sunyata. Sunyata yang satu ini bisa disebut Nirvana para Buddha. Bila dikatakan bahwa Nirvana adalah detonator pertama, menurut saya bukan seperti itu. Detonator pertamanya tetaplah Avidya. Dan Bisa bro baca lagi kutipan Shurangama sutra di atas.
Samsara ini sebenarnya terbentuk secara khayal dan hanya eksis di dalam sebuah dunia Khalayan(MIMPI) raksasa. Oleh sebab itu, mereka yang terbebaskan dari dunia mimpi ini disebut sebagai: Yang Sadar (Yang Bangun), The Awakened One, a.k.a. BUDDHA.
Mahayana sering menyebut: "Kecuali Buddha, yang lainnya sedang bermimpi." Bahkan Bodhisattva pun sedang bermimpi menyelamatkan para mahkluk. Apalagi kita...
Mahayana-Yogacara mengajarkan: "Segala sesuatu muncul dari pikiran." Atau bisa kita katakan, 'segala sesuatu(samsara) muncul secara khayal dari pikiran sejati (Tathagata-garbha)'. Tapi tetap saja bukan berarti Nirvana adalah detonatornya.
Pikiran sejati kita itu pada dasarnya sudah bebas, hanya kita belum menyadarinya. Yang sadar adalah Buddha, yang bermimpi adalah mahkluk hidup. Ini seperti koin dengan dua sisi. Berdasarkan teori inilah Buddha mengajarkan cara mencapai Kebuddhaan dengan lebih cepat (Tantra, Ch'an).
Kenapa kita tidak menyadari pikiran sejati ini? Avidya menyelimutinya, menyebabkan kita memunculkan berbagai pandangan salah. Pikiran sejati yang tercemari oleh Avidya ini menjadi Alaya Vijnana, atau Kesadaran ke-8. Kemudian kita salah mengenali kesadaran ini sebagai suatu Diri (Atta). Dari sini muncul khayalan akan adanya suatu Diri. Lalu berkembang muncul kesadaran ke-7 yaitu pikiran yang membeda-bedakan (diskriminasi) yang melahirkan kesadaran pikiran atau kesadaran ke-6. Kesadaran ini memiliki beberapa faktor yang dapat berfungsi mengenali fenomena yang akhirnya memunculkan 5 kesadaran indera yang tak terpisahkan dari kesadaran ke-6.
Shurangama sutra menjelaskan hal ini secara lebih luas dan menambahkan proses terbentuknya 4 elemen alam semesta, sehingga total menjelaskan 6 elemen (angin, api, air, tanah, ruang kosong dan kesadaran).
Proses munculnya kesadaran yang tercemar avidya ini sangat pelik, rumit dan kacau. Akibatnya avidya itu tertanam dalam dan halus, sehingga disebut sebagai kemelekatan inherent (bawaan) karena terus terbawa dan terus menyebabkan kelahiran berulang. Maka dari itu dibutuhkan latihan dalam Ariya marga yang telah dirumuskan Buddha untuk melepaskan diri darinya.
Pikiran kita yang kita miliki sekarang ini merupakan turunan dari Pikiran sejati. Jadi sedikit banyak ia tetap memiliki potensi dari pIkiran sejati. Hal ini pula lah yang memungkinkan kita untuk mencapai Nirvana.
Kenapa pikiran manusia itu begitu menakjubkan dan mampu melakukan berbagai macam hal? Ini merupakan manifestasi dari Pikiran sejati. Ibarat kita dalam mimpi dapat melakukan apapun yang kita mau. Begitu juga, bagi yang memurnikan  pikirannya akan dapat menguasai dan mengendalikan 'Mimpi raksasa' ini.
Karena itulah Buddha memiliki abhinna yang tanpa batas. Namun, kenapa Buddha tetap tidak bisa mengintervensi karma kita dengan abhinnanya? Karena pada dasarnya kita juga Buddha. Potensi Kebuddhaan dalam diri kita inilah yang mencegahnya. Tapi dengan teknik khusus seperti Tantra, kita justru dapat ber-yoga dengan Buddha dan dengan begitu kekuatan Buddha dapat membantu kita mencapai Kebuddhaan.


Buddha benar mengatakan awal mula Dukkha sebagai awal mula Dunia. Dunia yang dimaksud di sini adalah Dunia sekaligus Dukkha. Dukkha adalah sifat dasar dari Dunia. Akhir dari Dunia juga adalah akhir dari Dukkha.
Kata-kata Buddha ini saya interpretasikan dengan cara saya sendiri sebagai juga alam semesta.
Sesuai pemikiran Mahayana, ketika kita mencapai akhir dari Dukkha, Dunia ini beserta alam semesta juga berakhir, bagi kita. Dan bila ini dicapai oleh semua mahkluk hidup, maka alam ini benar-benar akan berakhir secara total.
Ketika kita tersadarkan dan menjadi Buddha, maka kita akan melihat bahwa ternyata Dunia ini hanya sebuah mimpi. Mimpi ini hanya khayalan, tanpa awal dan tanpa akhir karena ia hanya mimpi, bukan sesuatu yang eksis secara nyata.
Hanya saja, bagi subjek yang mengalami 'mimpi' ini, maka mimpi ini nyata dan terjadi.

Titik awal ini ada tidak ? Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat. Bisa ada, bisa tidak.

Nirvana pun dapat dilihat dari berbagai macam konteks. Apapun yang kita katakan tentang Nirvana selalu bisa benar juga bisa salah, tergantung dari konteks mana kita berbicara.

Dari pembahasan di atas, seharusnya semakin jelas bahwa saya tidak mengatakan Nirvana sebagai sebab atau asal mula Dunia. Namun, beberapa faktor dari Nirvana terlibat dalam prosesnya. Adanya Nirvana menurut saya juga ada akibatnya, yaitu memungkinkan kita untuk terbebas dari samsara.


 




 

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1771 on: 26 August 2009, 01:13:27 AM »
Menurut pandangan para Master, Acharya dan Pandit dari zaman kuno sampai sekarang. Mahayana tidaklah bertentangan dengan Theravada. Yang bertentangan itu adalah manusianya.
Bila sejak dari awal mula kita berpikir dengan dasar image negatif: 'Mahayana bertentangan dengan Theravada'; maka tidak perduli bagaimanapun penjelasan seseorang, tidak akan banyak berguna untuk membuat kita memahami ajaran Mahayana.
Seharusnya kita berpikir bahwa 'ini semua adalah ajaran Buddha, saya akan berusaha memahaminya, menghayatinya dan mempraktikkannya secara keseluruhan.'
Bila kita memulai dengan image negatif, tentu saja berdasarkan hukum psikologi, kita kemungkinan besar hanya akan menemukan sisi negatifna saja tanpa bisa melihat sisi positifnya.

Sutra Mahayana hanya dapat dipahami dengan menggunakan pikiran non-diskriminasi yaitu pikiran langsung yang terbuka tanpa membeda-bedakan. Dan pemahaman yang diperoleh bersifat intuitif dan pengalaman langsung.
Nanti lihatlah maxim Master Ch'an Han Shan, bagaimana beliau yang telah tercerahkan pun butuh waktu 8 bulan untuk menangkap makna umum dari Shurangama sutra. Yah, itu pun kalau percaya beliau tercerahkan... :D

Bila kita melihat ada yang janggal dan tidak sesuai kanon Pali, mungkin memang sutra itu salah terjemahan atau kita yang belum paham. Pada saat seperti ini seharusnya kita minta petunjuk pada Guru spiritual kita. Atau sebagai alternatif, berdoa kepada Triratna minta petunjuk. Entah ada Bodhisattva atau Dewa pelindung Dharma yang mendengar doa kita akan datang membantu.

Aum Mani Padme Hum! _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1772 on: 26 August 2009, 03:49:46 AM »
Quote
untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana; tetapi, ia keluar darinya dan tidak jatuh ke tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha. Itulah mengapa tingkat Bodhisattva disebut tingkat Buddha.”

Pratyekabuddha ini apakah berbeda dengan Paccekabuddha versi Theravada?
menurut Palikanon, Paccekabuddha mencapai pencerahan dengan usahanya sendiri, tanpa bimbingan siapapun.
Menurut Mahayana, ada dua tipe Prayetkabuddha:
1. Yang tercerahkan dengan usaha sendiri tapi tidak bisa mengajar.
2. Yang tercerahkan akan Paticcasamudpada.

Sedangkan Arahat adalah yang tercerahkan akan 4 Kesunyatan Mulia.



yg jenis 2 ini. tentunya adalah yg menerima bimbingan, bukan? bisa sebutkan satu atau beberapa nama Prayetkabuddha jenis ini, sekalian referensinya kalo ada. karena sekali lagi, menurut Pali seorang Paccekabuddha hanya muncul saat Buddhadhamma sudah lenyap, karena itu mrk harus berusaha sendiri

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1773 on: 26 August 2009, 09:26:49 AM »
Quote
Arahat tidak memiliki Sabbanuttanana atau Kemahatahuan Buddha bro...
Arahat memiliki pengetahuan sempurna dalam hal 4 kesunyataan mulia...
Buddha menyelamatkan apa dari makhluk hidup?
toh dalam 4 KM  DUkkha itu adalah Lahir.. ternyata Buddha juga masih lahir dan terus lahir..
sempurna yang bagaimana dimaksudkan?

dan akhir Dukkha adalah bebas dari kelahiran, Jadi? sudah bahagia kah ketika menjadi arahat?
-----------------------------------------
Quote
Kenapa? Karena mencela seorang Buddha merupakan karma buruk yang berat. Dalam Milanda Panha, Arya Nagasena mengatakan bahwa Bodhisatta menyiksa diri selama 6 tahun sebagai akibat karma buruk menghina Buddha Kassapa sebagai Bhikkhu gundul!
Buddha menghindari faktor-faktor yang memancing orang menciptakan karma buruk.

Ini sama seperti wanita pintar yang memakai pakaian sopan tertutup ketika pergi ke tempat ramai yang sudah pasti ada orang-orang berhati kotor.

apa yang tidak masuk akal?
loh, ini namanya memutar balik fakta dan kata...
bukannya di postingan pertama anda beralibi bahwa
"buddha sengaja berbuat demikian untuk tidak dicela"

lalu saya balas "pujian dan celaan tidak bisa dihindari di dunia ini," >> kata Buddha sendiri dalam Sutta.
kemudian bukti nya saya sendiri sekarang mencela buddha....

lalu anda mengatakan
Ini sama seperti wanita pintar yang memakai pakaian sopan tertutup ketika pergi ke tempat ramai yang sudah pasti ada orang-orang berhati kotor.

toh kenyataan wanita muslim pakai cadar di beberapa tempat ramai juga mendapat celaan bukan?
kemudian kalau pakai pakaian terbuka walau di pantai kuta pun, dapat celaan juga ?
mana ada didunia ini BEBAS DARI CELAAN...

anda tanya 500 orang saja dari se-isi dunia ini, pasti ada yg mencela ada pula yg memuji...hal itu BIASA.
--------------------------------------------------
Quote
Menurut Mahayana, ada dua tipe Prayetkabuddha:
1. Yang tercerahkan dengan usaha sendiri tapi tidak bisa mengajar.
2. Yang tercerahkan akan Paticcasamudpada.

Sedangkan Arahat adalah yang tercerahkan akan 4 Kesunyatan Mulia.
paccekaBuddha hanya ada ketika Sammasambuddha tidak ada....
jika ada alasan demikian bisa kutip SUTRA mengenai hal ini... toh anda bicara tentang paccekabuddha mesti ada sumber tepat nya...

---------------------------------------------
Quote
Sebenarnya titik awal itu memang tidak ada (kebenaran mutlak), ini berlaku bagi yang tercerahkan. Namun bagi kita yang belum tercerahkan, titik itu ada (kebenaran relatif).
Karena kita melihat semua ini dalam kebenaran relatif, maka titik itu ada. Ini sama seperti halnya nafsu. Bagi yang terbebaskan, tiada nafsu; tapi bagi kita, masih ada nafsu.
Bila kita mengatakan tiada (titik) awal, maka juga berarti tiada titik akhir (nibbana).
Dalam ajaran Mahayana, seluruh keberadaan kita ini adalah kosong dan bersifat khayal; artinya keberadaan ini tidak benar-benar ada. Apa yang kita sebut titik awal dan akhir itu tidak benar-benar eksis. Satu-satunya kebenaran adalah Sunyata sejati, Nirvana para Buddha.
mana nyambung bung penjelasan nya...

sama seperti Superman bagi anak-anak, Superman itu ada bagi mereka...akan tetapi sesungguh nya itu tidak ada, oleh karena itu ketika kebijaksanaan kita meningkat, maka tentu kita memahami bahwa pandangan salah-lah yang mengatakan itu ada...

persis sama dengan "aku/atta" sebenarnya "aku/atta" itu tidak ada.
tetapi pandangan salah-lah sehingga membentuk bahwa "ini-milik-ku"
ketika kita belajar meditasi vipassana kesadaran pun makin kuat dan kuat...
pelan-pelan pemahaman ini "berubah" menjadi "tidak ada aku/anatta"

Quote
Saya ini ibarat menyontek dari ajaran para Master sejati.
bisa tahu contekan anda dari master mana?

Quote
Kenapa kita tidak menyadari pikiran sejati ini? Avidya menyelimutinya, menyebabkan kita memunculkan berbagai pandangan salah. Pikiran sejati yang tercemari oleh Avidya ini menjadi Alaya Vijnana, atau Kesadaran ke-8. Kemudian kita salah mengenali kesadaran ini sebagai suatu Diri (Atta).
masa?  maaf
dari apa yang dibahas di diThread sebelah bahkan saya memberikan BUKTI berupa kutipan sutra
Mahayana ternyata mengenal adanya ARWAH/ROH pada suatu manusia..

jadi anda disini bicara Anatta/tanpa diri...tetapi kenyataan dalam sutra malah sebalik nya...
gimana ini?

---------------------------
Quote
Menurut pandangan para Master, Acharya dan Pandit dari zaman kuno sampai sekarang. Mahayana tidaklah bertentangan dengan Theravada.
Bila sejak dari awal mula kita berpikir dengan dasar image negatif: 'Mahayana bertentangan dengan Theravada'; maka tidak perduli bagaimanapun penjelasan seseorang, tidak akan banyak berguna untuk membuat kita memahami ajaran Mahayana.
Seharusnya kita berpikir bahwa 'ini semua adalah ajaran Buddha, saya akan berusaha memahaminya, menghayatinya dan mempraktikkannya secara keseluruhan.'
Bila kita memulai dengan image negatif, tentu saja berdasarkan hukum psikologi, kita kemungkinan besar hanya akan menemukan sisi negatifna saja tanpa bisa melihat sisi positifnya.
jadi anda menuding siapa dibalik pecah nya mazhab ini? kebetulan bhante Kasappa[kalau tdk salah] adalah pimpinan dari konsili ke-3, yang mana hanya sekte Sarstravida [ susah nulis nya ] alias Theradava yang berkembang sekarang ini.

sedangkan sekter mahasangsika [ mahayana ] juga buat konsili sendiri...toh memang karena bikkhu-bikkhu Theravada sudah tidak mungkin menganggap ajaran ke-dua belah pihak SAMA...
bukti nya sempat gw wawancara bikkhu Mahanatepong yang sudah memiliki vassa 40 tahun sekaligus pengajar meditasi.

kemudian dikatakan Nagarjuna mengambil kitab Mahayana dialam naga....apakah bikkhu lain tidak memiliki abhinna untuk ke alam naga?
jadi saya ragu akan kebenaran apakah betul Kitab itu disimpan di alam naga...ataukah rekayasa belaka agar terbuat hebooh bahwa ada kitab di fax dari surga....

Quote
Sutra Mahayana hanya dapat dipahami dengan menggunakan pikiran non-diskriminasi yaitu pikiran langsung yang terbuka tanpa membeda-bedakan. Dan pemahaman yang diperoleh bersifat intuitif dan pengalaman langsung.
saya tidak memiliki pikiran seperti itu, karena jelas berbeda masa mau tutup mata bilang tidak berbeda...
jadi bikkhu yang pada konsili ke-3 [entah siapa yang duluan memisahkan diri] semua itu diskriminasi ya..
memang penyusun Tipitaka pada konsili ke-3 semua bikkhu yang diskriminasi?

jadi bukan saya yang membeda-bedakan disini sendiri... tetapi memang banyak termasuk bikkhu tetapi mungkin anda tidak mengetahui. atau hanya saya yang bersuara sendiri disini..
bukti kan sudah ada perpisahan pada sangha konsili 3.

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1774 on: 26 August 2009, 03:00:51 PM »
Yah, Arhat telah terbebas dari samsara, namun belum mencapai pengetahuan lengkap sempurna sebagaimana seorang Sammasambuddha.

Jawaban anda, Sdr. Dharmamitra, bertentangan dengan Saddharmapudarika Sutra yang mengatakan:

....Arhats, stainless, free from depravity, self-controlled, thoroughly emancipated in thought and knowledge, of noble breed, (like unto) great elephants, having done their task, done their duty, acquitted their charge, reached the goal; in whom the ties which bound them to existence were wholly destroyed, whose minds were thoroughly emancipated by perfect knowledge, who had reached the utmost perfection in subduing all their thoughts; who were possessed of the transcendent faculties; eminent disciples,---

Arahat tidak memiliki Sabbanuttanana atau Kemahatahuan Buddha bro...
Arahat memiliki pengetahuan sempurna dalam hal 4 kesunyataan mulia...

Sdr. Dharmamitra, saya tahu pada umumnya Arahat tidak memiliki Sabbanuttanana atau Kemahatahuan seperti layaknya Sammasambuddha, dan  sutra tidak mengindikasikan bahwa “perfect knowledge” adalah masalah Sabbanuttanana, tetapi lebih dalam lagi yaitu pengetahuan sempurna akan Pencerahan yang SAMA yang dimiliki oleh seorang Sammasabuddha. Alangkah dangkalnya menafsirkan sutra tersebut jika “perfect knowledge” itu diartikan sebagai sempurna akan pengetahuan yang tidak ada hubungannya dengan Pencerahan seperti jumlah bintang di langit, berapa banyak tata surya, dll , karena ini semua merupakan pengetahuan yang tidak ada kaitannya dengan Pencerahan.

Pengetahuan sempurna seorang Arahat adalah hal-hal berhubungan dengan Pencerahan (termasuk 4 Kebenaran Mulia)  dan adalah SAMA dengan yang dimiliki seorang Sammasambuddha.  Yang membedakan adalah pengetahuan seorang Sammasambuddha tentang Pencerahan ini di tambah dengan pengetahuan duniawi yang luas (seperti jumlah bintang, tata surya, dll). Singkatnya Sabbanuttanana = Pengetahuan akan Pencerahan + pengetahuan duniawi yang luas.

Jika menurut Mahayanis, Arahat dikatakan belum lengkap pengetahuannya hanya karena tidak memiliki pengetahuan duniawi yang luas dan harus memilikinya agar disebut sempurna, rasa-rasanya perlu dipertanyakan mana yang lebih penting dan urgen bagi Mahayanis, pengetahuan akan pencerahan atau pengetahuan akan duniawi?

Untuk apa pengetahuan duniawi lainnya jika sudah bebas dari dukkha dan merealisasikan nibbana?

Di lihat pernyataan Sdr. Dharmamitra:
“Yah, Arhat telah terbebas dari samsara, namun belum mencapai pengetahuan lengkap sempurna sebagaimana seorang Sammasambuddha.”
Berkesan lebih mengukur dan mementingkan kesempurnaan dalam hal pengetahuan duniawi, daripada kesempurnaan dalam Pencerahan .

Itu saja dulu
« Last Edit: 26 August 2009, 03:11:59 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1775 on: 26 August 2009, 04:36:39 PM »
Menurut pandangan para Master, Acharya dan Pandit dari zaman kuno sampai sekarang. Mahayana tidaklah bertentangan dengan Theravada. Yang bertentangan itu adalah manusianya.
Bila sejak dari awal mula kita berpikir dengan dasar image negatif: 'Mahayana bertentangan dengan Theravada'; maka tidak perduli bagaimanapun penjelasan seseorang, tidak akan banyak berguna untuk membuat kita memahami ajaran Mahayana.
Seharusnya kita berpikir bahwa 'ini semua adalah ajaran Buddha, saya akan berusaha memahaminya, menghayatinya dan mempraktikkannya secara keseluruhan.'
Bila kita memulai dengan image negatif, tentu saja berdasarkan hukum psikologi, kita kemungkinan besar hanya akan menemukan sisi negatifna saja tanpa bisa melihat sisi positifnya.

Sutra Mahayana hanya dapat dipahami dengan menggunakan pikiran non-diskriminasi yaitu pikiran langsung yang terbuka tanpa membeda-bedakan. Dan pemahaman yang diperoleh bersifat intuitif dan pengalaman langsung.
Nanti lihatlah maxim Master Ch'an Han Shan, bagaimana beliau yang telah tercerahkan pun butuh waktu 8 bulan untuk menangkap makna umum dari Shurangama sutra. Yah, itu pun kalau percaya beliau tercerahkan... :D

Bila kita melihat ada yang janggal dan tidak sesuai kanon Pali, mungkin memang sutra itu salah terjemahan atau kita yang belum paham. Pada saat seperti ini seharusnya kita minta petunjuk pada Guru spiritual kita. Atau sebagai alternatif, berdoa kepada Triratna minta petunjuk. Entah ada Bodhisattva atau Dewa pelindung Dharma yang mendengar doa kita akan datang membantu.
Aum Mani Padme Hum! _/\_

Masalahnya Bro Dharmamitra, sebagai seorang Buddhis yang berpedoman kitab suci TiPitaka Kanon Pali, tentulah Kitab itu yang jadi PEDOMAN dalam mencari KEBENARAN untuk mencapai PENCERAHAN

Kemudian para Theravadin di suruh pahami kitab Mahayana sebagai pedoman, pasti TOLAK bathin ini, bukan ndak mau terima, karena sutra (mahayana) banyak yang tidak bisa dijelaskan keBenarannya.
jadi bukan manusianya saja jadi dominan, tapi memang kebenaran yang didalam kitab Mahayana banyak tanda tanya (?), sehingga kalau di jelaskan dan diputar2 utk di cocokin dengan kitab Pali Kanon ndak ketemu.

Ajaran Buddha Gotama dibuat sedemikian bagus sesuai TIPITAKA Kanon Pali, di Mahayana ditambah lagi KARANGAN yang memang tidak jelas dan susah di pertanggung jawabkan Kebenaran itu, sehingga tumpah tindih.

Kalau udah memahami Tipitaka, kemudian disuruh membabarkan isi kitab Mahayana, udah pasti pada enggan, karena banyak pandangan salah.

Contoh seperti Bro Dharmamitra (liat pernyataan bro yang di bold), di Tipitaka sudah tidak sesuai, maksudnya apa ? Triratna itu siapa ? sampai kita harus minta doa petunjuk ! emang Triratna bisa membisik, ntar dikasih wahyu !
agama Tetangga baru ada berdoa, itu pun mereka percaya karena adanya penguasa tunggal dan minta petunjuk. (ada atau tidak ada, ndak jelas !)

di Tipitaka Kanon Pali sudah pasti bertentangan, tidak bisa diterima.

 _/\_


Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1776 on: 26 August 2009, 08:00:53 PM »
Rasanya sudah mulai menyimpang nih....
Menyatakan bahwa sutra mahayana lebih meragukan daripada sutra theravada rasanya tidak relevan. Karena kedua sutra/sutta memiliki jejak sejarah yang sama tua, dan didukung oleh bukti-bukti para praktisi terdahulu yang "dikatakan" sudah mencapai kesucian tertentu...

PERLU DIPERJELAS :
1.YA, jika dikatakan sutra mahayana di INDONESIA banyak yang menyimpang.Tapi menyimpang dalam artian TIDAK SESUAI DENGAN ASLI-ny. Hal ini bisa dikarenakan salah terjemahan dan modifikasi isi yg sebenarnya. BUKAN keseluruhan sutra tersebut menyimpang.
2.YA, jika di Indonesia SAAT INI, lebih umum digunakan KANON PALI sebagai pedoman Buddhisme.Hal ini dikarenakan sistem pendidikan di sekolah hanya menggunakann KANON PALI, dan lebih banyak BEREDAR SECARA UMUM kanon pali.

Tapi, jika kita melihat secara lebih luas, di negara-negara dimana Buddhisme berkembang, penggunaan TRIPITAKA / TIPITAKA  adalah SAMA BANYAK.

Jadi, jgn berpikiran sempit, belum apa2 sudah enggan membaca Sutra Mahayana..
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1777 on: 26 August 2009, 08:50:00 PM »
Rasanya sudah mulai menyimpang nih....
Menyatakan bahwa sutra mahayana lebih meragukan daripada sutra theravada rasanya tidak relevan. Karena kedua sutra/sutta memiliki jejak sejarah yang sama tua, dan didukung oleh bukti-bukti para praktisi terdahulu yang "dikatakan" sudah mencapai kesucian tertentu...

PERLU DIPERJELAS :
1.YA, jika dikatakan sutra mahayana di INDONESIA banyak yang menyimpang.Tapi menyimpang dalam artian TIDAK SESUAI DENGAN ASLI-ny. Hal ini bisa dikarenakan salah terjemahan dan modifikasi isi yg sebenarnya. BUKAN keseluruhan sutra tersebut menyimpang.
2.YA, jika di Indonesia SAAT INI, lebih umum digunakan KANON PALI sebagai pedoman Buddhisme.Hal ini dikarenakan sistem pendidikan di sekolah hanya menggunakann KANON PALI, dan lebih banyak BEREDAR SECARA UMUM kanon pali.

Tapi, jika kita melihat secara lebih luas, di negara-negara dimana Buddhisme berkembang, penggunaan TRIPITAKA / TIPITAKA  adalah SAMA BANYAK.

Jadi, jgn berpikiran sempit, belum apa2 sudah enggan membaca Sutra Mahayana..
kalau begitu tolong minta sumber sutra mahayana yang bisa di percaya....kebetulan anda mungkin lebih tahu dari pada saya.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1778 on: 26 August 2009, 08:57:52 PM »
Rasanya sudah mulai menyimpang nih....
Menyatakan bahwa sutra mahayana lebih meragukan daripada sutra theravada rasanya tidak relevan. Karena kedua sutra/sutta memiliki jejak sejarah yang sama tua, dan didukung oleh bukti-bukti para praktisi terdahulu yang "dikatakan" sudah mencapai kesucian tertentu...

PERLU DIPERJELAS :
1.YA, jika dikatakan sutra mahayana di INDONESIA banyak yang menyimpang.Tapi menyimpang dalam artian TIDAK SESUAI DENGAN ASLI-ny. Hal ini bisa dikarenakan salah terjemahan dan modifikasi isi yg sebenarnya. BUKAN keseluruhan sutra tersebut menyimpang.
2.YA, jika di Indonesia SAAT INI, lebih umum digunakan KANON PALI sebagai pedoman Buddhisme.Hal ini dikarenakan sistem pendidikan di sekolah hanya menggunakann KANON PALI, dan lebih banyak BEREDAR SECARA UMUM kanon pali.

Tapi, jika kita melihat secara lebih luas, di negara-negara dimana Buddhisme berkembang, penggunaan TRIPITAKA / TIPITAKA  adalah SAMA BANYAK.

Jadi, jgn berpikiran sempit, belum apa2 sudah enggan membaca Sutra Mahayana..
kalau begitu tolong minta sumber sutra mahayana yang bisa di percaya....kebetulan anda mungkin lebih tahu dari pada saya.

Jelaskan dlu menurut anda apa kriteria 'bisa dipercaya' menurut anda...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1779 on: 26 August 2009, 10:17:03 PM »
Rasanya sudah mulai menyimpang nih....
Menyatakan bahwa sutra mahayana lebih meragukan daripada sutra theravada rasanya tidak relevan. Karena kedua sutra/sutta memiliki jejak sejarah yang sama tua, dan didukung oleh bukti-bukti para praktisi terdahulu yang "dikatakan" sudah mencapai kesucian tertentu...

PERLU DIPERJELAS :
1.YA, jika dikatakan sutra mahayana di INDONESIA banyak yang menyimpang.Tapi menyimpang dalam artian TIDAK SESUAI DENGAN ASLI-ny. Hal ini bisa dikarenakan salah terjemahan dan modifikasi isi yg sebenarnya. BUKAN keseluruhan sutra tersebut menyimpang.
2.YA, jika di Indonesia SAAT INI, lebih umum digunakan KANON PALI sebagai pedoman Buddhisme.Hal ini dikarenakan sistem pendidikan di sekolah hanya menggunakann KANON PALI, dan lebih banyak BEREDAR SECARA UMUM kanon pali.

Tapi, jika kita melihat secara lebih luas, di negara-negara dimana Buddhisme berkembang, penggunaan TRIPITAKA / TIPITAKA  adalah SAMA BANYAK.

Jadi, jgn berpikiran sempit, belum apa2 sudah enggan membaca Sutra Mahayana..
Setuju... baik sekali pernyataan bro Edward...

Sementara ini, jawaban apapun yang akan saya ajukan tidak akan memuaskan teman-teman, selama Tripitaka Mahayana tidak dipercaya keasliannya.

Saya juga merasakan bahwa penerjemahan sutra Mahayana ke dalam bahasa Indonesia banyak sekali kekurangsempurnaannya sehingga yang membaca tak akan pernah memahaminya. Jangankan keakuratan terjemahan, bahkan saya sering menemukan tata bahasa Indonesia yang kacau. Karena itu, umumnya saya memakai terjemahan Inggris dari sumber tertentu yang saya percaya keakuratannya dan dapat dipahami.

Indonesia ini tidak seperti di zaman kerajaan Buddhist dulu atau seperti China kuno yang memiliki segudang Master yang menerjemahkan sutra secara baik seperti Biksu Xuanzang, Kumarajiva, Yixing, dll. Mungkin belum tiba waktunya, karena Sangha asli Indonesia sendiri baru bangkit kembali setelah tidur berabad-abad. Bandingkan dengan negara Buddhist lain yang Sanghanya awet ribuan tahun.

OK-lah, tidak ada cara lain lagi... Karma dan Jodoh Mahayana belum saatnya matang... :)

[Oh, Bhagavan Arya Avalokitesvara... Bhagavati Tara... adalah Kebahagian besar bagiku dapat mendengar dan memuji Mahakaruna Mahakarunika sehingga memberi berkah yang tak terhingga dan tak terbayangkan.
Aku berdoa agar semua mahkluk memperoleh berkah yang bahkan jauh lebih besar.
Bhagavan Arya Manjushri... adalah kebebasan besar dalam hidupku dapat mengenal Mahaprajna bagai mendapatkan pelita dalam kegelapan pekat.
Tiada sedikitpun penyesalan dalam hatiku sekalipun hidupku berakhir saat ini juga setelah memperoleh kesempatan langka dapat melihat wajah agung Mahaprajna yang membabarkan Mahayana.
Semoga semua mahkluk menyadari Mahaprajna dan memperoleh Dharma agung Nirvana para Buddha.
Saat matahari, bulan dan bintang bersinar cemerlang di selatan, semoga Dharma mahayana sekali lagi menerangi dunia, svaha!]



Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1780 on: 26 August 2009, 10:23:34 PM »
loh,kok minta kriteria dari saya..
toh anda mengatakan terjemahan sutra ini kadang tidak sesuai asli nya bahkan mungkin melenceng..
jadi sy minta anda beri sumber yang bisa dipercaya sebagai VALID bahwa memang demikian sutra mahayana
baru saya bahas, toh sia-sia saya membahas roh,dll kalau ternyata penerjemah nya salah...

jadi sy minta sumber yang anda anggap telah memang lulus....

Quote
Saya juga merasakan bahwa penerjemahan sutra Mahayana ke dalam bahasa Indonesia banyak sekali kekurangsempurnaannya sehingga yang membaca tak akan pernah memahaminya. Jangankan keakuratan terjemahan, bahkan saya sering menemukan tata bahasa Indonesia yang kacau. Karena itu, umumnya saya memakai terjemahan Inggris dari sumber tertentu yang saya percaya keakuratannya dan dapat dipahami.
minta sumber nya donk..
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1781 on: 27 August 2009, 12:38:29 AM »
Rasanya sudah mulai menyimpang nih....
Menyatakan bahwa sutra mahayana lebih meragukan daripada sutra theravada rasanya tidak relevan. Karena kedua sutra/sutta memiliki jejak sejarah yang sama tua, dan didukung oleh bukti-bukti para praktisi terdahulu yang "dikatakan" sudah mencapai kesucian tertentu...

PERLU DIPERJELAS :
1.YA, jika dikatakan sutra mahayana di INDONESIA banyak yang menyimpang.Tapi menyimpang dalam artian TIDAK SESUAI DENGAN ASLI-ny. Hal ini bisa dikarenakan salah terjemahan dan modifikasi isi yg sebenarnya. BUKAN keseluruhan sutra tersebut menyimpang.
2.YA, jika di Indonesia SAAT INI, lebih umum digunakan KANON PALI sebagai pedoman Buddhisme.Hal ini dikarenakan sistem pendidikan di sekolah hanya menggunakann KANON PALI, dan lebih banyak BEREDAR SECARA UMUM kanon pali.

Tapi, jika kita melihat secara lebih luas, di negara-negara dimana Buddhisme berkembang, penggunaan TRIPITAKA / TIPITAKA  adalah SAMA BANYAK.

Jadi, jgn berpikiran sempit, belum apa2 sudah enggan membaca Sutra Mahayana..

Bagaimana kalau ketidak-konsistenan antara sutra Mahayana sendiri, misalnya antara apa yang di-sabda-kan di dalam Sutra Intan (Vajracheddika Paramita Sutra) dengan Sutra Teratai (SaddharmaPundarika Sutra), tentang bagaimana konsep dan pegangan dari kaum MAHAYANA yang sedemikian meng-agung-kan penyelamatan oleh Bodhisatva sendiri yang ternyata di dalam Sutra Intan tercantum bahwa pada dasarnya bahkan TATHAGATHA sendiri tidak dapat menolong satu makhluk hidup manapun (yang ini sama harfiahnya (tidak ditafsirkan) di dalam konsep Theravada, dikatakan bahwa DIRI SENDIRI-lah yang menjadi pulau/pelindung sendiri).

Karena memang membandingkan antara Sutta Pali dan Sutra Sansekerta itu kadang ibarat membandingkan apel dan jeruk (karena memang pada dasarnya berbeda)...

Dalam hal ini bukan mengatakan bahwa Pali Kanon itu benar dan Sutra Sansekerta itu salah ataupun sebaliknya, tetapi saya lebih tertarik membahas internal Kitab Mahayana sendiri yang "menurut" saya itu ada beberapa yang kontradiksi satu sama lain. (Apa kali pengarangnya itu gak sama sehingga tidak mengikuti kaidah konsep yang mengalir satu arah, tetapi bolak balik dan bahkan tidak nyambung ?)
« Last Edit: 27 August 2009, 12:41:10 AM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1782 on: 27 August 2009, 06:55:57 AM »
^^ bukannya sudah pernah di jelaskan sama ko Tan bahwa kitab mahayana terus bertambah karena tulisan dari master2 yang dianggap suci pun kadang di ambil dan dijadikan bagian kitab mahayana.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1783 on: 27 August 2009, 07:52:28 AM »
loh,kok minta kriteria dari saya..
toh anda mengatakan terjemahan sutra ini kadang tidak sesuai asli nya bahkan mungkin melenceng..
jadi sy minta anda beri sumber yang bisa dipercaya sebagai VALID bahwa memang demikian sutra mahayana
baru saya bahas, toh sia-sia saya membahas roh,dll kalau ternyata penerjemah nya salah...

jadi sy minta sumber yang anda anggap telah memang lulus....

Quote
Saya juga merasakan bahwa penerjemahan sutra Mahayana ke dalam bahasa Indonesia banyak sekali kekurangsempurnaannya sehingga yang membaca tak akan pernah memahaminya. Jangankan keakuratan terjemahan, bahkan saya sering menemukan tata bahasa Indonesia yang kacau. Karena itu, umumnya saya memakai terjemahan Inggris dari sumber tertentu yang saya percaya keakuratannya dan dapat dipahami.
minta sumber nya donk..
owh..mo cari referensi sutra mahayana yang asli?
Baca Taisho aja, di Indonesia hanya ada beberapa eksemplar...
Bisa minta copy-ny k Bro Tan ato Bro Nyana...
Ow iya, harus bisa mandarin yahh...Soalnya full Mandarin..
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1784 on: 27 August 2009, 08:19:10 AM »
loh,kok minta kriteria dari saya..
toh anda mengatakan terjemahan sutra ini kadang tidak sesuai asli nya bahkan mungkin melenceng..
jadi sy minta anda beri sumber yang bisa dipercaya sebagai VALID bahwa memang demikian sutra mahayana
baru saya bahas, toh sia-sia saya membahas roh,dll kalau ternyata penerjemah nya salah...

jadi sy minta sumber yang anda anggap telah memang lulus....

Quote
Saya juga merasakan bahwa penerjemahan sutra Mahayana ke dalam bahasa Indonesia banyak sekali kekurangsempurnaannya sehingga yang membaca tak akan pernah memahaminya. Jangankan keakuratan terjemahan, bahkan saya sering menemukan tata bahasa Indonesia yang kacau. Karena itu, umumnya saya memakai terjemahan Inggris dari sumber tertentu yang saya percaya keakuratannya dan dapat dipahami.
minta sumber nya donk..
owh..mo cari referensi sutra mahayana yang asli?
Baca Taisho aja, di Indonesia hanya ada beberapa eksemplar...
Bisa minta copy-ny k Bro Tan ato Bro Nyana...
Ow iya, harus bisa mandarin yahh...Soalnya full Mandarin..
apakah sutra mahayana asli itu berasal dari china?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything