INDRA:
memang ada, Vinaya Pitaka berisi larangan, memang ini hanya ditujukan untuk bhikkhu, tapi statement Sdr. Tan menyiratkan bahwa tidak ada larangan sama sekali, padahal ada
TAN:
You ada benarnya! Bagui bhikshu, Konsekuensinya adalah para bhikkhu itu terkena parajika dan diusir dari Sangha. Boleh saja ini disebut larangan. Tetapi jelas beda dengan larangan dalam agama lain. Dalam agama lain, larangan itu bila dilanggar akan diikuti oleh hukuman dari suatu makhluk adikuasa. Sedangkan dalam agama Buddha, tidak tepat bila kita menyebutnya hukuman; karena tidak ada suatu makhluk berpribadi yang menghukum. Semua itu adalah konsekuensi karma. Nah, karena itu saya tidak setuju kalau dalam agama Buddha menggunakan istilah "larangan," yang tepat adalah "anjuran." Kamu seharusnya.....
Saya kira ini lebih tepat, sebagaimana halnya beberapa rekan Buddhis yang ngotot tidak mau menggunakan istilah "iman" dalam Buddhisme, dan lebih suka memakai istilah "sraddha." Begitu pula saya lebih suka menggunakan kata "anjuran" bukan "larangan."
Justru ini memperlihatkan keluasan wawasan Buddhadharma. Para umat dianggap sudah dewasa, sehingga cukup dengan "anjuran" mereka seharusnya sudah dapat disadarkan.
Demikian semoga cukup jelas.
Amiduofo,
Tan