[at] Bro Willi, Bro Tesla, Bro El Sol
Thanks atas pertanyaan dan tanggapannya.
Tanggapan Bro El Sol benar dan tanggapan Bro Tesla juga benar.
Pemakaian antibiotik HARUS dihabiskan. Karena seperti jawaban Bro El Sol, bila tidak dihabiskan maka bakteri akan kebal terhadap antibiotik tersebut.
Hal ini terjadi karena bakteri itu mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hidup dengan adaptasi yang cukup cepat. Model adaptasi ini biasanya dengan membentuk semacam benteng yang disebut kista. Benteng ini akan muncul bila lingkungan tempat hidup bakteri tidak menguntungkan. Dan bila lingkungan aman, maka benteng ini akan dibuka dan bakteri kembali beranak cucu cicit.
Jadi ketika kondisi seseorang "sembuh" sebenarnya adalah kondisi di mana bakteri sedang "tidur" di dalam "bentengnya", karena di luar bentengnya banyak antibiotik yang berusaha membunuhnya. Dan bila pemakaian antibiotik dihentikan pada saat bakteri "tidur". Maka bakteri ini akan merekam kondisi jelek yang terjadi, dan akan mereproduksi anak2-nya yang baru yang bisa bertahan hidup pada kondisi jelek.
Jadi solusinya adalah bunuh bakteri tersebut dan jangan biarkan dia ber-anak cucu dengan sifat baru yang kebal dengan antibiotik yang sedang digunakan.
Namun sayang, seperti kata Bro Tesla, antibiotik ini tidak mengenal ampun, semua bakteri yang akan berusaha dibunuhnya termasuk bakteri yang berguna bagi tubuh, seperti bakteri pengurai pada saluran cerna.
Makanya idealnya jika mengkonsumsi antibiotik : 3 x 1 hari selama 4-5 hari (berkisar 12 - 15 tablet)
Karena itu, kita harus pintar2 dalam menggunakan antibiotik. Konsumen harus dilengkapi juga dengan info mengenai kesehatan. Kadang anak2 menjadi flu itu bisa karena pengaruh cuaca yang tidak stabil. Makanya tubuh memberikan respon berupa produksi lendir (ingus). Dan tidak logis bila dalam pengobatannya digunakan antibiotik. Karena antibiotik digunakan hanya dalam kasus adanya infeksi dan pre-medikasi sebelum dioperasi(untuk menciptakan suasana steril)
Jadi sedikit tips yang bisa saya bagi, ketika anak flu dan batuk, orang tua dapat melihat dulu apakah ada indikasi infeksi. Caranya adalah dengan melihat dahak(sputum) yang dikeluarkan anak pada saat flu dan batuk. Bila dahaknya berwarna bening, tidak perlu digunakan antibiotik. Bila dahaknya berwarna kuning, hijau, coklat itu menunjukkan adanya infeksi dan berarti diperlukan antibiotik. Dan solusi yang paling aman adalah mengunjungi dokter yang sudah kita kenal sebelumnya.
Untuk kasus demam, ada baiknya selalu sedia obat penurun panas di rumah. Karena anak2 sangat rentan step/kejang pada saat demam. Saya lebih menyarankan penggunaan obat penurun panas (antipiretik) dalam bentuk sirup.
Tujuannya agar obat tersebut sesampai di saluran cerna dapat diserap oleh tubuh dan menurunkan demam. Karena bila terjadi step/kejang itu sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan pada saraf. Akibatnya anak bisa menjadi bodoh, sulit mengatur gerakan, atau gagap (seperti yang saya alami waktu kecil).
Bila kebetulan tidak ada obat penurun demam dalam bentuk sirup dan demam anak sudah sangat tinggi. Dapat digunakan obat demam orang dewasa yang telah ditentukan dan digiling halus, dan jika anak tidak suka pahit dapat diberikan sedikit madu / gula sebagai pemanis
Dan Beri sedikit kopi kental untuk mencegah kejang/step. Langkah selanjutnya adalah membuka baju anak, kompres pada bagian kepala dan ketiak.
Pasangkan kaos kaki pada kaki anak. Tujuannya agar panas yang ada di bagian tubuh atas bisa tersalurkan ke bagian tubuh bawah.
Rumus yang dapat digunakan untuk menakar obat demam anak dari obat demam dewasa
Umur (n) < 8 tahun
Dosis : n / n + 12 x 1 tablet dosis orang dewasa
Umur (n) > 8 tahun
Dosis : n / 12 x 1 tablet dosis orang dewasa
Setelah diberi obat, baru bawa ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut
Semoga bermanfaat