Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: bond on 11 January 2008, 10:32:44 AM

Title: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: bond on 11 January 2008, 10:32:44 AM
Sungguh hebat dampak kekuatan yg diakibatkan oleh ekspresi Dhamma ; menyebar kesemua arah , menyerap kedalam apa saja yang di kenai.
Tidak hanya fenomena mental (batiniah) yang terpengaruh, bahkan fenomena fisik (raga) juga terpengaruh , seperti halnya air mata . Ketika berhubungan dengan dhamma , berderai dengan intensitas yang sama derasnya. Masalahnya, semua mahluk hidup di seluruh dunia begitu buta terhadap kilesa. Dengarkan ! Siapa di dunia ini yang telah membuka matanya melihat kebenaran tentang Dhamma ? Tidak seorangpun. Sebab itu, sewaktu mereka mendengar bahwa Acharn Maha Boowa menitikkan air mata didepan publik, mereka mulai berpikir mengapa . Apa yg terjadi dengan dia ? Jika benar dia telah mengakhiri kilesa dan menjadi seorang Arahat, mengapa dia menangis seperti itu ? Itulah ! Kalian lihat ? Orang orang ini merancukan air mata dengan Arahat.. Kalian mengerti ?
Sadarkah kalian bahwa semua bagian dari tubuh manusia semata mata merupakan aspek dari realita konvensional ? Mereka berhubungan dengan citta (batin), yang mana bertanggung jawab padanya. Sekali citta, ― sang penentu, tumbang , semua realita umum yang berhubungan dengannya , dan juga musuhnya, robek ter pecah pecah. Dan sifat alamiah citta yang sejati, suci murni langsung bersinar dengan sangat cemerlang, mengikuti dan berjalan selaras dengan prinsip alam. Ini merupakan salah satu aspek yang dialami saat itu .
Aspek yang lain adalah : Pada saat yang sama, respon simpatis (*3) , reaksi fisik yang intens (mendalam) mempengaruhi reaksi tubuh, menyebabkan tubuh bergetar dan bergoyang. Apakah bergetar secara di sengaja ? Tidak, ini akibat dari kekuatan Dhamma yang berakibat fatal pada kilesa , meniup dan memaksa kilesa lepas dari citta (batin) untuk selama lamanya. Momen yang maha penting tersebut berdampak luar biasa - seluruh alam semesta bergetar dan gempa. Itulah yang di rasakan, ketika dhamma dan kilesa akhirnya terpisah demi kebaikan , ketika dunia Nyata (sammutti) dan dunia Kebebasan Mutlak (vimutti) pada akhirnya terpisah. Kemudian Sifat alamiah Dhamma murni tampak dengan segala kehebatannya , kemegahannya dan terungkap seutuhnya dalam batin yang telah mengalaminya .
(*3 Saraf simpatis : adalah saraf yang berhubungan dengan emosi ,meningkat


Karena kedekatannya dengan citta (batin) , tubuh dan pikiran juga bereaksi terhadap ke ajaiban dan pengalaman unik tersebut . Citta sesungguhnya selalu berada disana, hanya tidak pernah menunjukkan reaksi seperti ini pada tubuh dan pikiran seperti pada keadaan ini. Tanpa diduga (di peringati sebelumnya ) sama sekali, dampak (efek) yang timbul amat sangat luar biasa . Kumpulan (agregasi) tubuh dan pikiran semuanya adalah realita umun (konvensional) , alat alat seperti jantung hanya dipakai sesuai fungsinya saja. Sekalipun bila citta tumbang, sifat murni alami nya tetap utuh dan tidak terpengaruh. Tetapi tidak demikian dengan khandha, karena merupakan agregasi dari tubuh dan pikiran , khandha - yang masih tetap di atur oleh hukum dari anicca, dukkha dan anatta - masih amat terpengaruh hebat. Mencerminkan sifat alaminya yang labil, reaksi timbul dalam khandha, kemudian mereda, sejalan dengan sifat alaminya yang labil. Citta yang sesungguhnya murni tidak pernah meningkat dan tidak pernah reda. Inilah letak per bedaan di antara ke 2 nya .
Akibatnya , tidak mungkin membandingkan batin Arahat *4 ) yang suci murni dengan setumpuk kotoran yang kita sebut dengan tubuh manusia. Bila telah melihat kebenaran dari pencerahan ini sendiri , tidak perlu lagi bertanya lebih jauh. Pada peristiwa seperti itu , sekalipun sang Buddha langsung berhadapan dengan kita, kita hanya bisa menghormatinya dan berkata sâdhu. Karena Kebenaran Agung Sejati sudah merupakan bukti yang berada dalam hati kita, tidak perlu mencari penjelasan lagi. “N’atthi seyyo va pâpiyo” : Tidak ada yang dapat melebihi Dhamma yang tertinggi . Realisasi ini timbul dalam batin dan identik dengan kesucian seorang Arahat., kesucian yang seutuhnya telah melewati batas hukum konvensional dari hukum anicca, dukkha dan anatta. Semua hal itu sudah tidak berlaku lagi.
Khandha menjadi terkejut , seperti contohnya , sewaktu air mata berlinang . Airmata berlinang untuk berbagai alasan. Kesedihan , dan juga kegembiraan menyebabkan nangis. Asap , juga bawang merah dan bawang putih. Mengapa meributkan air mata ? Air mata hanyalah air - unsur air . Seperti halnya elemen elemen tanah, api , udara dan air semuanya merupakan aspek dari realita konvensional. Unsur unsur fisik ini tergerak dan terangsang alamiah akibat kesucian Dhamma yang tiba tiba muncul. Sifat murni dasar alamiahnya sendiri sama sekali tidak bergerak . Sebaliknya khandha , yang sifat dasar alaminya selalu mudah dihasut / tergerak. Mereka mudah tergerak oleh hal baik dan hal buruk , oleh kenikmatan dan sakit, sedih dan gembira. Mereka selalu terhasut dalam satu cara atau lainnya. Tetapi pada saat ini penampilan Dhamma murni yang tiba tiba mengejutkan mereka.*5)

Khandha bukanlah Arahat ; arahat bukanlah khandha. . Khandha adalah realita konvensional - 100 %. Sedangkan yang suci murni ( Arahat ) telah bebas mutlak dari semua jejak realita konvensional. - 100 %. Sehingga , ke 2 nya tidak mungkin di campur menjadi satu. Mereka mengakui keberadaan satu sama lain, masing masing konsisten dengan status masing masing ( mutual – eksklusif) . Khandha hanya mempunyai status realita konvensional dan mereka bertindak sesuai dengan itu. Yang Suci Murni yang berstatus telah Bebas Mutlak muncul secara tiba tiba sejalan dengan kemauannya sendiri (*6) . Karena itu, semenjak dahulu kala ( diluar batas ambang ingatan kita ), khandha semua orang dari berbagai umur selalu konsisten dengan statusnya sebagai suatu realita konvensional .
Setelah mencapai pencerahan sempurna, Sang Buddha dan para Arahat tidak lalu menghancurkan khandha mereka atau mencegah agar mereka tidak bisa berfungsi lagi.
Contohnya, tertawa. Tertawa adalah fungsi alamiah dari khandha ; seperti halnya menitikkan air mata . Keduanya semata mata fungsi dari khandha khandha yang menjalankan fungsinya sesuai dengan status khususnya masing masing. Selama tubuh dan pikiran mempertahankan dan menjaga fungsi kesehatannya , mereka dapat melakukan fungsi apa saja yang mereka kehendaki. Sebagai contoh, kita mengambil tanah untuk membangun gedung. Semen, bata, batu, pasir, baja - jika mereka bukan berasal dari tanah, lalu darimana lagi ? Selama kita mempunyai bahan dasar ini, kita dapat membangun apapun yang kita kehendaki.
Lalu apa masalahnya dengan orang orang ini ? Mungkinkah mereka sudah gila ? - Ini yang ingin saya tanyakan. Saya dikritik karena menitikkan air mata dengan nama Dhamma , tetapi adakah diantara anda yang pernah melihat sifat alamiah Dhamma murni (visuddhi dhamma) ? Semenjak saya lahir, saya sendiri tidak pernah melihatnya. Sebelum itu, tidak ada seorangpun dari leluhur saya yang melihat Dhamma Terluhur , karena mereka tidak pernah mempraktekan sesuai jalan (magga) . Saya berlatih sebagai bhikkhu. Sebagai hasil dari latihan saya, saya sudah memperoleh pengetahuan dan pemahaman, tahap demi tahap, sebagaimana yang telah saya kemukakan pada kalian. Saya berlatih dengan cara seperti ini sampai akhirnya memperoleh mahkota pencapaian , pencapaian yang kini mengekspresikan dirinya secara alamiah.

Pernahkah kalian mencoba melihat Dhamma Terluhur ? Atau kalian semua puas duduk membuta dengan mata tertutup mulut menganga, membuat keributan seperti binatang ( menggonggong ) pada Dhamma nan murni ? Mengapa tidak menggonggong saja pada tumpukan kotoran yang tergantung di sekitar leher kalian ? Pikirkanlah ! Tumpukan kotoran itu adalah kumpulan daripada api.(*7) Keserakahan, kemarahan, dan delusi (waham) memproduksi api pada tumpukan kotoran itu. Hati semua orang di polusi oleh barang barang ini. Mengapa kalian tidak melihat ? Apa gunanya mengkritik Dhamma nan Agung ? Sang Buddha telah jauh melampaui kita. Jika Acharn Maha Boowa tidak setia pada ajaran sang Buddha, berarti semua Savaka arahat juga tidak setia pada ajaran Sang Budha. Kenyataannya, Arahat arahat yg mulia itu selalu yang terunggul. Sejak kapan tumpukan kotoran menjadi bajik ? Apa haknya untuk membual dan berlagak, mengkritik postur ini atau memuji yg lain , setuju dan tidak setuju pada tindak tanduk seorang Arahat ? Itu hanyalah tumpukan kotoran ! Kalian mengerti ?
Tidakkah kalian sadari bahwa hati kalian penuh dengan kotoran ini dan kekotoran ? Apakah kalian bangga dengan semua itu ? Kebanggaan yang menyesatkan hanya akan menyeret kebawah semakin jauh kebawah. Jika kalian salah menafsirkan bahaya dari kebanggaan yg menyesatkan (memalukan) itu , kalian bertentangan dengan Dhamma. Bertentangan dengan Dhamma sama halnya membacok batu dengan pisau. Apa yang akan terjadi bila pisau membacok batu ? Jika kalian menyetir mobil ke tepi gunung siapa yang celaka ? Pikirkanlah ! Sekumpulan kotoran yang terluka. Individu individu luar biasa (agung luhur) telah jauh melampaui alam semesta .Kerusakan apa lagi yang bisa menimpa mereka ? . Sebagai seorang buddhis, kalian seharusnya menyimpannya dalam hati sebagai pedoman umum : jangan gunakan kotoran anda untuk merendahkan orang lain, sehingga menjadi proses merusak diri kalian sendiri . Tidak ada manfaat yang bisa diraih. Mahluk agung yang telah saya bicarakan , dari mana datangnya ? Hal ini sudah saya tunjukkan kepada setiap orang pada saat ini di Thailand untuk melihat. Apakah saya sekarang adalah orang yang paling sundal ( kriminal) di seluruh negri ? Lihat dan pikirkan sendiri !
Jika kalian menolak alasan prinsipil , lalu apa yang bisa kalian terima ? Apa yang orang cari kini ? Saya mencari sampai saya hampir mati untuk menemukan Dhamma nan agung yang kini saya ajarkan kepada murid murid saya dengan hati penuh cinta dan kasih. Saya tidak membual atau berlagak tentang diri saya. Darimana datangnya bualan itu ? Bualan, gosip keji - semuanya saling menambah muatan. Apa lagi yang mungkin bisa ditambahkan pada Dhamma yang telah Sempurna ? Bila sesuatu masih perlu ekstra , bagaimana bisa di sebut “ Sempurna “ ? Ingat akan hal ini baik baik.

Penganut Buddha Thailand amat bodoh. Begitu saya berkata sesuatu, seluruh negeri ribut menggongong. Sangat disayangkan ! Saya merasa sangat kasihan . Itulah yang Sang Buddha rasakan sewaktu dia berpikir mengapa seluruh dunia ini begitu buta. Air mata mengaliri wajahnya pada waktu itu - baik airmata karena kasih yang sangat besar maupun airmata karena takjub akan kemurnian Dhamma. Melihat betapa butanya manusia di dunia ini , Sang Buddha hilang keberanian sehingga merasa ragu mengajar Dhamma kepada mereka ; Bagaimana bisa orang begitu tidak sadar dengan kotoran yang ada dalam hati mereka ? Sama dengan hari ini. Sewaktu mendengar Dhamma, bukannya senang dapat pelajaran yang berharga kemudian bisa di praktikan, sebagai rasa hormat kepada sang guru, malah mereka mengkritik nya sehingga mencelakai diri mereka sendiri. Mengapa mereka tidak berpikir bahwa melakukan (praktik ajaran ) itu bisa meningkatkan kesejahteraan mereka - sebagai suatu perubahan ?. Dengan alasan ini , saya katakan bahwa umat buddhis Thai sangat bodoh.
Âcariya Maha Boowa tidak pernah terpengaruh. Biarkan seluruh dunia menggonggong sesukanya, saya tetap mengutarakan pikiran saya dan tetap tak terpengaruh. Sifat Murni Dhamma (Visuddhi Dhamma) tidak terpengaruh oleh apapun yang ada di dunia ini. Mereka yang terpengaruh dengan kelakuan salah harus hidup dengan kelakuan salah itu. Mereka yang terpengaruh dengan kehilangan harus hidup dalam kehilangan ; mereka yang terpengaruh dengan perolehan keuntungan hidup dengan perolehan untung.
Bilamana kebajikan memimpin seseorang maka orang akan memimpin rumahnya dengan bajik pula. Dikatakan, seseorang terlahir sesuai dengan kamma baiknya. Dilain pihak, bila berbuat salah, mempengaruhi orang lain, lalu kemudian orang itu hidup dengan api menyala di dalam hatinya . Itukah yang kalian inginkan ?
Ajaran Sang Buddha selalu relevan, seperti yang beliau sabdakan (Dhammapada 146) :
Kho nu hâso kimâ ânando
Niccam pajjalite sati
Andhakâarena onaddha
Padî pam na gavessatha
“Mengapa bersuka ria dan bergembira manakala dunia sedang membara terus (terbakar dan dicengkeram oleh kegelapan) . Terliputi oleh kegelapan yang pekat seperti ini , mengapa engkau tak juga mencari penerangan ? Mengapa kalian tidak mencari perlindungan yang dapat kalian andalkan ? Dengarkan lah ! Dhamma yang saya ajarkan sama Kho nu hâso ....... Kegilaan apa mencengkeram kalian semua ? ! Kalian mengikuti jejak pemabuk pemabuk seperti yang Sang Buddha sabdakan : Kho nu hâso ........ Mereka hanyalah sekumpulan pemabuk, bukan orang terhormat seperti yang Buddha maksudkan. Cerita ini tertuang dalam kitab suci (Dhammapada - jara vagga 146) : Sang Budha versus sekumpulan pemabuk. Bayangkan perbedaan diantara mereka . Kemudian,setelah mendapat teguran dari Sang Buddha mereka masih tidak sadar akan kesalahan mereka.

Air mata yang saya linangkan ini membawa pesan yang sama. Mengapa kalian masih tetap tidak sadar akan kesalahan kalian sendiri ? Apa kah kalian lebih lambat mengerti daripada pemabuk pemabuk itu ? Jika ingin mencegah kehancuran ini kalian harus bertanya pada diri anda sendiri pertanyaan pertanyaan ini .(*8 & 10 )
Saya mencoba sebisa saya untuk menolong masyarakat. Dalam hati saya tidak ada rasa berani dan takut, tidak ada untung atau rugi , menang atau kalah. Tujuan saya membimbing kalian semata mata karena cinta kasih. Saya mengorbankan segalanya untuk mencapai Dhamma tertinggi seperti yang kini saya ajarkan kepada kalian . Pengorbanan itu bukan untuk mendapatkan sesuatu yang jahat. Saya hampir menyerahkan hidup saya dalam pencarian Dhamma ini, telah melewati ambang kematian sebelum akhirnya saya mengumumkan keseluruh dunia tentang Dhamma yang telah saya capai. Mengapa tidak ada yang bisa menerima ? Apa yang terjadi dengan Thailand kini ? - Itu yang ingin saya ketahui.
Semakin seseorang merasa dirinya penting , semakin sombong dan sok jago dia jadinya, sampai sampai mereka merasa lebih pandai dari Sang Buddha , guru yang Maha Agung . Tidakkah Thailand merasakan situasi kini semakin lama semakin buruk ? Betapa bodohnya manusia. ! Tidak ada yang memperhatikan Dhamma lagi. Siapa tahu, orang akan berhenti berkunjung ke vihara. Saksikan reaksi mereka terhadap ceramah yang saya katakan pada hari itu. Mereka mengejek dan mengomentari saya dengan pernyataan sarkatis . Hal ini jelas terjadi karena kilesa begitu berkuasa. Ketika mereka melihat saya menangis waktu itu (*9), mereka memperlakukan saya dengan marah dan jijik. Tetapi saya tetap tidak tergoyahkan (bergeming) . Biarkan semua keluarga di negeri ini mengkritik saya, saya tidak akan bertengkar dengan siapapun. Saya mengajar orang karena rasa cinta kasih yang murni . Mengapa mereka tidak dapat menerima ? Apakah orang Thai benar benar bodoh ?
Apakah Dhamma Sang Buddha telah punah di dunia ? Apakah Sang Buddha dan Dhamma tidak mempunyai Supremasi lagi ? Semua praktisi --- yang telah menyadari Kebenaran dengan mengikuti ajaran Sang Buddha --- dianggap pembohong dan musuh manusia ? Apa yang terjadi dengan penganut agama Buddha di Thailand ? Apakah mereka manusia beradab , atau mereka sekumpulan anjing anjing ? Itulah perlakuan yang saya terima.

Tetapi, saya tidak marah kepada siapapun . Nada tinggi dari pernyataan saya berasal dari kekuatan Dhamma. Dhamma tidak tergoyahkan . Tidak merasa marah atau benci kepada siapapun. Bagaimanapun juga , Dhamma selalu mengekspresikan diri dengan penuh kekuatan. Sama juga dengan kilesa : mereka cenderung mengekspresikan diri mereka dengan penuh kekuatan . Perbedaannya, ekspresi kilesa menyebabkan kerusakan mengerikan pada dunia, sedangkan ekspresi Kekuatan Dhamma seperti air mendinginkan api dunia.
Apa kalian pikir saya bicara dengan penuh kemarahan ? Darimana datangnya kemarahan ? Kemarahan datang dari kilesa. . Bagi mereka yang telah bebas seutuhnya dari kilesa, coba sekehendak kalian , kalian tidak akan bisa membuatnya marah. Sama sekali tidak ada kemarahan yg ter tinggal dalam hatinya. Bila masih ada sedikit saja kemarahan yang tinggal disana, dia tidak dapat disebut dengan Arahat. yang bebas dari kilesa. Karena marah, serakah dan waham (pandangan salah) semuanya adalah kilesa.. Kalian mengerti ? Selidiki hal ini baik baik dan kalian lihat sendiri.
Fisik tubuh merupakan realita umum dan akan terus begitu. Karena ia tetap langsung berhubungan dengan sifat alami citta, maka ia tetap tersangkut dan terpengaruh tentunya. Ini semua alami. Apakah saya salah ? Siapa disini yang meng klaim lebih superior / hebat sehingga mereka dapat melawan Dhamma Sang Buddha ? Coba maju kedepan, dengarkan bualan kalian !
Mari dengar kalian berkata : “ Âcariya Maha Boowa adalah bhikkhu yang sangat bodoh.” Saya mau mendengar dari kalian semua orang pandai .Maka tampillah dari lubang kakus (toilet) kalian dan coba berbual tentang pencapaian kalian dalam Dhamma. Saya benar benar ingin melihat sesuatu yang asli tampil, tetapi saya tidak melihat satupun. Apa yang saya lihat adalah orang malas yang penuh keserakahaan , kemarahan, dan pandangan salah. Apa hebatnya itu semua ? Tetap saja, mereka terus maju dengan bualan heboh mereka . Tidak ada habisnya kegilaan mereka.





Note: semoga bacanya ngak sakit mata,karena puanjanngnya.

Alasan mengenai keraguan,Mengapa seorang Arahat menangis?






Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: williamhalim on 11 January 2008, 11:15:53 AM
Mengenai alasan2 yg dikemukakan, mengapa Beliau menangis, mungkin masih diperdebatkan, tidak hanya disini, tapi juga di banyak forum diseluruh dunia.

Namun ada satu hal yg kurang jelas bagi saya, yaitu mengenai pernyataan Ajahn Boowa yg ini:

Penganut Buddha Thailand amat bodoh. Begitu saya berkata sesuatu, seluruh negeri ribut menggongong. Sangat disayangkan ! Saya merasa sangat kasihan . Itulah yang Sang Buddha rasakan sewaktu dia berpikir mengapa seluruh dunia ini begitu buta. Air mata mengaliri wajahnya pada waktu itu - baik airmata karena kasih yang sangat besar maupun airmata karena takjub akan kemurnian Dhamma. Melihat betapa butanya manusia di dunia ini , Sang Buddha hilang keberanian sehingga merasa ragu mengajar Dhamma kepada mereka

Benarkah pernyataan Ajahn Boowa itu, bahwa Sang Buddha pernah menangis sesaat sesudah mencapai pencerahan dan sebelum memutuskan membabarkan Dhamma kepada dunia?

Bagi yg mengetahui hal ini tolong di-infokan, juga kalau bisa sutta pendukungnya.

Anumodana,
willi
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: bond on 11 January 2008, 11:57:29 AM
Sebelumnya saya minta maaf ,bukannya tidak percaya sutta , tetapi kalau ada pendukungnya bagus sekali, tetapi kalau tidak ada, saya pribadi mau bertanya, di sutta2 ada ngak menceritakan bagaimana ttg Buddha/arahat mandi, Buddha buang air besar, Buddha makan, Buddha ganti baju.

Alangkah baiknya tanya langsung ke Ajahnnya dari mana sumbernya mengenai Buddha mengeluarkan air mata melalui muridnya Ajahn Luangta Mahaboowa yaitu Than Martin di webluangta [at] gmail.com, dia biasanya yg jawab. Nah kalo mau tanya jangan lewat tgl 20 January 2008. Karena bhikhu2nya pada bertapa 3 bulan dan tidak akan ada yg menjawab.

 _/\_
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 11 January 2008, 12:00:20 PM
Quote
Melihat betapa butanya manusia di dunia ini , Sang Buddha hilang keberanian sehingga merasa ragu mengajar Dhamma kepada mereka

 :-? hmmm, makin menarik nih
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Lex Chan on 11 January 2008, 01:31:29 PM
Menarik.. :)

Apakah di dalam Tipitaka disebutkan bahwa:
Arahat tidak menangis atau Arahat tidak meneteskan air mata?

Apakah ada yang dapat menunjukkan referensinya?
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 11 January 2008, 01:43:52 PM
tergantung definis menangis, ada yang pake emosi ada yang engga. tapi kalau arahat masih melekat terhadap emosi sih saya tidak setuju
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sumedho on 11 January 2008, 02:31:39 PM
atau itu interpretasi dan tebakan dari luang ta saja ? ???
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Suchamda on 11 January 2008, 03:05:58 PM
Hehehehe....gara-gara yang ngomong bhikkhu besar, semua jadi keder.
Coba yang ngomong begitu si Buddhist tanpa jubah. Pasti udah babak belur dia.  ;D ;D ;D
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: El Sol on 11 January 2008, 07:10:50 PM
Hehehehe....gara-gara yang ngomong bhikkhu besar, semua jadi keder.
Coba yang ngomong begitu si Buddhist tanpa jubah. Pasti udah babak belur dia.  ;D ;D ;D
emankne Bhikkhu Theravada suka boong? weleh..jangan samakan dunk sama aliran kamu yg suka buat Boddhisatva2 dan sutra2 baru... :P :P
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sumedho on 11 January 2008, 07:23:01 PM
sol, pernyataan diatas sangat berbahaya. Mau siapapun yang benar atau salah, itu bukan pernyataan yang baik. Kata2x yang menyebabkan perpecahan/keributan bukanlah kata2x yang baik. Bukan begitu ?  :|
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: El Sol on 11 January 2008, 07:25:12 PM
iya Bhante..saya iseng ajah kok~~ mao aku delete tah?  ;D
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sumedho on 11 January 2008, 07:48:36 PM
dihapus atau nga sih itu nomor 2, yang penting nak elsol mengerti dan 'mengamal'-kannya  ;D
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: El Sol on 11 January 2008, 07:51:22 PM
dihapus atau nga sih itu nomor 2, yang penting nak elsol mengerti dan 'mengamal'-kannya  ;D
Anumodana atas nasehat2 Bhante...

tapi Bhante...

bagai membuat durian menjadi tidak berduri..seperti itulah aku harus berusaha jika ingin mengamalkan nasehat Bhante...sangat susah Bhante..tapi aku akan berusaha... ;D ;D
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: chingik on 11 January 2008, 10:39:06 PM
Jika Buddha bisa tersenyum (lihat kisah Matthakundali, kisah menteri Santati dalam Dhammapada Atthakata, dan masih banyak lagi), mengapa Buddha tidak bisa menangis?

Menurut saya, Tidak aneh jika seorang Buddha/Arahat menangis.

Kita dapat merujuk juga dari hal hal seperti:
Buddha juga mengalami rasa sakit (lihat Mahaparinibbana Sutta), tetapi sensasi dan persepsi RASA SAKIT Buddha tidak sama dengan manusia awam.

Begitu juga Senyuman/Tangisan seorang Buddha/Arahat TIDAK SAMA dengan Senyuman/Tangisan seorang manusia biasa. 




 
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: andry on 11 January 2008, 11:04:34 PM
kalo kata saya kesalahan dari translater..
kmaren waktu jalan2 ke maribaya.. sama pesohor2(kata gw) theravada, yg udah kenal banyak bikhu, kita ngobrol2 ttg achan bowa..
ada salah satu meici, dia bilang , beliau tidak bilang arahat, namuun tidak akan lahir lagi, berarti.. bisa saja anagami.. kan...
menurut saya beliau anagami...
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: chingik on 11 January 2008, 11:20:46 PM
kalo kata saya kesalahan dari translater..
kmaren waktu jalan2 ke maribaya.. sama pesohor2(kata gw) theravada, yg udah kenal banyak bikhu, kita ngobrol2 ttg achan bowa..
ada salah satu meici, dia bilang , beliau tidak bilang arahat, namuun tidak akan lahir lagi, berarti.. bisa saja anagami.. kan...
menurut saya beliau anagami...

Tidak akan lahir lagi ya berarti arahat
kalo Anagami akan terlahir sekali lagi , tapi langsung ke alam Sudavassa
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 11 January 2008, 11:23:33 PM
Quote
Jika Buddha bisa tersenyum (lihat kisah Matthakundali, kisah menteri Santati dalam Dhammapada Atthakata, dan masih banyak lagi), mengapa Buddha tidak bisa menangis?

Mungkin sdr/sdri chingik bisa mencari referensi apakah pernah Buddha menangis? Karena setahu saya kesadaran yang menghasilkan senyuman hanya dimiliki seorang Arahat, Paccekka Buddha, dan Sammasambuddha.

Jangan disamakan senyuman orang biasa dengan seorang Arahat, yang cittanya tersenyum sendiri walaupun tidak ada niat (yang kiriya) untuk tersenyum dan terbebas dari kusala dan akusala. Sebagai contoh apabila melihat tempat yang cocok untuk bermeditasi, cittanya akan tersenyum sendiri.

Dan setahu saya tangisan cuma akusala.

Maaf penyebutan sdr/sdri, karena di sini suka salah gender.
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: andry on 11 January 2008, 11:25:41 PM
kalo kata saya kesalahan dari translater..
kmaren waktu jalan2 ke maribaya.. sama pesohor2(kata gw) theravada, yg udah kenal banyak bikhu, kita ngobrol2 ttg achan bowa..
ada salah satu meici, dia bilang , beliau tidak bilang arahat, namuun tidak akan lahir lagi, berarti.. bisa saja anagami.. kan...
menurut saya beliau anagami...

Tidak akan lahir lagi ya berarti arahat
kalo Anagami akan terlahir sekali lagi , tapi langsung ke alam Sudavassa


yup.. beliau tidak ngomong tidak akan lahir lage sbg manusia,
namun ngomong tidak akan lahir lage..
do you understand??
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: williamhalim on 12 January 2008, 08:57:10 AM
Jika Buddha bisa tersenyum (lihat kisah Matthakundali, kisah menteri Santati dalam Dhammapada Atthakata, dan masih banyak lagi), mengapa Buddha tidak bisa menangis?

Menurut saya, Tidak aneh jika seorang Buddha/Arahat menangis.

Kita dapat merujuk juga dari hal hal seperti:
Buddha juga mengalami rasa sakit (lihat Mahaparinibbana Sutta), tetapi sensasi dan persepsi RASA SAKIT Buddha tidak sama dengan manusia awam.

Begitu juga Senyuman/Tangisan seorang Buddha/Arahat TIDAK SAMA dengan Senyuman/Tangisan seorang manusia biasa. 


Menurutku, kita harus menghindari membuat interpretasi sendiri, bisa fatal.

Gara2 Ajahn Boowa menangis, kini sudah mulai 'dibenarkan/dicari2 pembenaran' Tangisan Arahat'.... "Tangisan Arahat adalah 'wajar", "Buddha bisa tersenyum, kenapa tidak bisa menangis...?" dsbnya....

Karena pembenaran diatas, bahwa seorang Buddha/Arahat Bisa tersenyum dan menangis, maka kenapa Buddha/Arahat tidak bisa pula marah, benci, kesal, bohong, membunuh dsbnya.... maka selanjutnya akan dibenarkan pula: Kemarahan Arahat, Kekesalan Arahat, Makian Arahat, Sumpah Serapah Arahat, Kebohongan Arahat, Pembunuhan Arahat...dsbnya

Semuanya bisa saja jadi 'Pembenaran'....   :hammer:



::

 

Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: chingik on 12 January 2008, 10:39:08 AM
 
Quote

Menurutku, kita harus menghindari membuat interpretasi sendiri, bisa fatal.

Gara2 Ajahn Boowa menangis, kini sudah mulai 'dibenarkan/dicari2 pembenaran' Tangisan Arahat'.... "Tangisan Arahat adalah 'wajar", "Buddha bisa tersenyum, kenapa tidak bisa menangis...?" dsbnya....

Karena pembenaran diatas, bahwa seorang Buddha/Arahat Bisa tersenyum dan menangis, maka kenapa Buddha/Arahat tidak bisa pula marah, benci, kesal, bohong, membunuh dsbnya.... maka selanjutnya akan dibenarkan pula: Kemarahan Arahat, Kekesalan Arahat, Makian Arahat, Sumpah Serapah Arahat, Kebohongan Arahat, Pembunuhan Arahat...dsbnya

Semuanya bisa saja jadi 'Pembenaran'....   :hammer:


Betul, bro...kalo direnungkan secara mendalam, interpretasi kita bisa membuat fatal. Berhubung ini adalah sebuah wadah diskusi, maka tentu kita sangat berharap ada saling asih, asah dan asuh. Saya sangat menghargai tanggapan seperti ini. Thks

 _/\_
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: tesla on 13 January 2008, 10:58:11 AM
this discussion is beyond our current knowledge...
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: bond on 13 January 2008, 08:33:28 PM
Yg pasti he is a great person. Dan pernah menyelamatkan Thailand dari krisis ekonomi yg berkepanjangan. Dan usaha dalam dhamma yg gigih. _/\_
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: chingik on 17 January 2008, 10:31:36 PM
U/ bro Karuna Murti.
Terima kasih atas penjelasannya. Saya juga baru tahu bahwa ternyata tangisan adalah bagian dari akusala citta.
Tapi bagaimana menjelaskan tentang kebahagiaan luar biasa yang muncul dibarengi dengan tangisan? Sepertinya ini adalah fakta yang dialami setiap orang. Apakah itu termasuk bagian dari akusala citta?
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 17 January 2008, 11:08:42 PM
wah proses citta itu sangat rumit, harus dilihat sendiri, dan benar benar disadari, mungkin saja itu akusala citta yang seperti kusala citta? kasihan (akusala citta) berbeda dengan cinta kasih (kusala citta)

dilihat dari contekan, kalau pikiran tenang, sejuk dan ringan, dipenuhi kebahagiaan, itu piti (kegiuran), bisa saja keluar air mata dan goosebump (seperti merinding / kedinginan, keluar titik2), tapi piti di sini Kuttaikapiti, piti kecil, piti biasa, pada piti yang lebih besar, tidak akan keluar, tapi tubuhnya terbang.

tapi kalau pikiran tidak tenang, ada rasa sedih itu bukan piti, tapi soka (kesedihan), yang akusala

kalau keluar air mata mungkin, reaksi tubuh atau dll, tapi kalau Arahat lihat2 dari referensi, mereka akan "jaga emosi" (istilah saya yang bukan orang suci). tersenyumnya saja tidak akan terlihat giginya, dan Sang Buddha yang kalau berbicara selalu tersenyum. dan saya belum menemukan referensi ada arahat yang menangis. bahkan di beberapa teks disebutkan air mata merupakan salah satu perusak Sasana.

YM Ananda pernah digambarkan menangis (waktu belum Arahat), dan YM Kassapa ditugaskan menjaga konsili pertama dari kedatangan YM Ananda karena beliau belum Arahat. Ternyata YM Ananda menjadi Arahat sebelum konsili dimulai.
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: williamhalim on 18 January 2008, 08:08:51 AM
U/ bro Karuna Murti.
Terima kasih atas penjelasannya. Saya juga baru tahu bahwa ternyata tangisan adalah bagian dari akusala citta.
Tapi bagaimana menjelaskan tentang kebahagiaan luar biasa yang muncul dibarengi dengan tangisan? Sepertinya ini adalah fakta yang dialami setiap orang. Apakah itu termasuk bagian dari akusala citta?

Frens yg baik,

IMO:
'Kebahagiaan luar biasa' sehingga kadang keluar air mata, memang dialami oleh kita2, oleh batin umat awam.

Sedangkan kita tau, seorang arahat telah mencapai Keseimbangan / ketenangan batin (upekkha) yg sangat sempurna.

Mungkin bisa dibayangkan, apakah seseorang yg sudah sangat tenang seimbang dalam setiap citta-nya masih bisa mengalami "kebahagiaan luar biasa"? Tentu tidak, karna tenang seimbang artinya tidak gembira maupun sedih, apalagi secara 'luar biasa'.
 

::
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sumedho on 18 January 2008, 10:26:34 AM
artinyaa....  ^-^
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 18 January 2008, 03:15:30 PM
hehe si bos mancing-mancing aja
ane gak berani bilang bos, takut salah
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sumedho on 18 January 2008, 03:32:52 PM
kan cuma tanya aja gitu  ;D
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: williamhalim on 18 January 2008, 03:36:23 PM
artinyaa....  ^-^

hehe si bos mancing-mancing aja
ane gak berani bilang bos, takut salah

ane juga ah, nggak mo kepancing he3   :P

 ::

::
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Suchamda on 19 January 2008, 03:21:26 AM
artinyaa....  ^-^

....artinya suhu mengajak untuk menyimpulkan sesuatu.  ^-^

.....Ah, sebaiknya jangan dijawab. Silent is better. ^:)^
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sumedho on 19 January 2008, 07:08:26 AM
:))
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: chingik on 19 January 2008, 09:18:50 AM
:))

hm.. satu2nya cara ya kita memang harus mengamati batin kita untuk mencari jawabannya ya.  :)
 _/\_
Title: Re: Mengapa arahat menangis(Ajahn Luangta Mahaboowa)?
Post by: Sostradanie on 28 May 2019, 04:13:35 PM
Sungguh hebat dampak kekuatan yg diakibatkan oleh ekspresi Dhamma ; menyebar kesemua arah , menyerap kedalam apa saja yang di kenai.
Tidak hanya fenomena mental (batiniah) yang terpengaruh, bahkan fenomena fisik (raga) juga terpengaruh , seperti halnya air mata . Ketika berhubungan dengan dhamma , berderai dengan intensitas yang sama derasnya. Masalahnya, semua mahluk hidup di seluruh dunia begitu buta terhadap kilesa. Dengarkan ! Siapa di dunia ini yang telah membuka matanya melihat kebenaran tentang Dhamma ? Tidak seorangpun. Sebab itu, sewaktu mereka mendengar bahwa Acharn Maha Boowa menitikkan air mata didepan publik, mereka mulai berpikir mengapa . Apa yg terjadi dengan dia ? Jika benar dia telah mengakhiri kilesa dan menjadi seorang Arahat, mengapa dia menangis seperti itu ? Itulah ! Kalian lihat ? Orang orang ini merancukan air mata dengan Arahat.. Kalian mengerti ?
Sadarkah kalian bahwa semua bagian dari tubuh manusia semata mata merupakan aspek dari realita konvensional ? Mereka berhubungan dengan citta (batin), yang mana bertanggung jawab padanya. Sekali citta, ― sang penentu, tumbang , semua realita umum yang berhubungan dengannya , dan juga musuhnya, robek ter pecah pecah. Dan sifat alamiah citta yang sejati, suci murni langsung bersinar dengan sangat cemerlang, mengikuti dan berjalan selaras dengan prinsip alam. Ini merupakan salah satu aspek yang dialami saat itu .
Aspek yang lain adalah : Pada saat yang sama, respon simpatis (*3) , reaksi fisik yang intens (mendalam) mempengaruhi reaksi tubuh, menyebabkan tubuh bergetar dan bergoyang. Apakah bergetar secara di sengaja ? Tidak, ini akibat dari kekuatan Dhamma yang berakibat fatal pada kilesa , meniup dan memaksa kilesa lepas dari citta (batin) untuk selama lamanya. Momen yang maha penting tersebut berdampak luar biasa - seluruh alam semesta bergetar dan gempa. Itulah yang di rasakan, ketika dhamma dan kilesa akhirnya terpisah demi kebaikan , ketika dunia Nyata (sammutti) dan dunia Kebebasan Mutlak (vimutti) pada akhirnya terpisah. Kemudian Sifat alamiah Dhamma murni tampak dengan segala kehebatannya , kemegahannya dan terungkap seutuhnya dalam batin yang telah mengalaminya .
(*3 Saraf simpatis : adalah saraf yang berhubungan dengan emosi ,meningkat


Karena kedekatannya dengan citta (batin) , tubuh dan pikiran juga bereaksi terhadap ke ajaiban dan pengalaman unik tersebut . Citta sesungguhnya selalu berada disana, hanya tidak pernah menunjukkan reaksi seperti ini pada tubuh dan pikiran seperti pada keadaan ini. Tanpa diduga (di peringati sebelumnya ) sama sekali, dampak (efek) yang timbul amat sangat luar biasa . Kumpulan (agregasi) tubuh dan pikiran semuanya adalah realita umun (konvensional) , alat alat seperti jantung hanya dipakai sesuai fungsinya saja. Sekalipun bila citta tumbang, sifat murni alami nya tetap utuh dan tidak terpengaruh. Tetapi tidak demikian dengan khandha, karena merupakan agregasi dari tubuh dan pikiran , khandha - yang masih tetap di atur oleh hukum dari anicca, dukkha dan anatta - masih amat terpengaruh hebat. Mencerminkan sifat alaminya yang labil, reaksi timbul dalam khandha, kemudian mereda, sejalan dengan sifat alaminya yang labil. Citta yang sesungguhnya murni tidak pernah meningkat dan tidak pernah reda. Inilah letak per bedaan di antara ke 2 nya .
Akibatnya , tidak mungkin membandingkan batin Arahat *4 ) yang suci murni dengan setumpuk kotoran yang kita sebut dengan tubuh manusia. Bila telah melihat kebenaran dari pencerahan ini sendiri , tidak perlu lagi bertanya lebih jauh. Pada peristiwa seperti itu , sekalipun sang Buddha langsung berhadapan dengan kita, kita hanya bisa menghormatinya dan berkata sâdhu. Karena Kebenaran Agung Sejati sudah merupakan bukti yang berada dalam hati kita, tidak perlu mencari penjelasan lagi. “N’atthi seyyo va pâpiyo” : Tidak ada yang dapat melebihi Dhamma yang tertinggi . Realisasi ini timbul dalam batin dan identik dengan kesucian seorang Arahat., kesucian yang seutuhnya telah melewati batas hukum konvensional dari hukum anicca, dukkha dan anatta. Semua hal itu sudah tidak berlaku lagi.
Khandha menjadi terkejut , seperti contohnya , sewaktu air mata berlinang . Airmata berlinang untuk berbagai alasan. Kesedihan , dan juga kegembiraan menyebabkan nangis. Asap , juga bawang merah dan bawang putih. Mengapa meributkan air mata ? Air mata hanyalah air - unsur air . Seperti halnya elemen elemen tanah, api , udara dan air semuanya merupakan aspek dari realita konvensional. Unsur unsur fisik ini tergerak dan terangsang alamiah akibat kesucian Dhamma yang tiba tiba muncul. Sifat murni dasar alamiahnya sendiri sama sekali tidak bergerak . Sebaliknya khandha , yang sifat dasar alaminya selalu mudah dihasut / tergerak. Mereka mudah tergerak oleh hal baik dan hal buruk , oleh kenikmatan dan sakit, sedih dan gembira. Mereka selalu terhasut dalam satu cara atau lainnya. Tetapi pada saat ini penampilan Dhamma murni yang tiba tiba mengejutkan mereka.*5)

Khandha bukanlah Arahat ; arahat bukanlah khandha. . Khandha adalah realita konvensional - 100 %. Sedangkan yang suci murni ( Arahat ) telah bebas mutlak dari semua jejak realita konvensional. - 100 %. Sehingga , ke 2 nya tidak mungkin di campur menjadi satu. Mereka mengakui keberadaan satu sama lain, masing masing konsisten dengan status masing masing ( mutual – eksklusif) . Khandha hanya mempunyai status realita konvensional dan mereka bertindak sesuai dengan itu. Yang Suci Murni yang berstatus telah Bebas Mutlak muncul secara tiba tiba sejalan dengan kemauannya sendiri (*6) . Karena itu, semenjak dahulu kala ( diluar batas ambang ingatan kita ), khandha semua orang dari berbagai umur selalu konsisten dengan statusnya sebagai suatu realita konvensional .
Setelah mencapai pencerahan sempurna, Sang Buddha dan para Arahat tidak lalu menghancurkan khandha mereka atau mencegah agar mereka tidak bisa berfungsi lagi.
Contohnya, tertawa. Tertawa adalah fungsi alamiah dari khandha ; seperti halnya menitikkan air mata . Keduanya semata mata fungsi dari khandha khandha yang menjalankan fungsinya sesuai dengan status khususnya masing masing. Selama tubuh dan pikiran mempertahankan dan menjaga fungsi kesehatannya , mereka dapat melakukan fungsi apa saja yang mereka kehendaki. Sebagai contoh, kita mengambil tanah untuk membangun gedung. Semen, bata, batu, pasir, baja - jika mereka bukan berasal dari tanah, lalu darimana lagi ? Selama kita mempunyai bahan dasar ini, kita dapat membangun apapun yang kita kehendaki.
Lalu apa masalahnya dengan orang orang ini ? Mungkinkah mereka sudah gila ? - Ini yang ingin saya tanyakan. Saya dikritik karena menitikkan air mata dengan nama Dhamma , tetapi adakah diantara anda yang pernah melihat sifat alamiah Dhamma murni (visuddhi dhamma) ? Semenjak saya lahir, saya sendiri tidak pernah melihatnya. Sebelum itu, tidak ada seorangpun dari leluhur saya yang melihat Dhamma Terluhur , karena mereka tidak pernah mempraktekan sesuai jalan (magga) . Saya berlatih sebagai bhikkhu. Sebagai hasil dari latihan saya, saya sudah memperoleh pengetahuan dan pemahaman, tahap demi tahap, sebagaimana yang telah saya kemukakan pada kalian. Saya berlatih dengan cara seperti ini sampai akhirnya memperoleh mahkota pencapaian , pencapaian yang kini mengekspresikan dirinya secara alamiah.

Pernahkah kalian mencoba melihat Dhamma Terluhur ? Atau kalian semua puas duduk membuta dengan mata tertutup mulut menganga, membuat keributan seperti binatang ( menggonggong ) pada Dhamma nan murni ? Mengapa tidak menggonggong saja pada tumpukan kotoran yang tergantung di sekitar leher kalian ? Pikirkanlah ! Tumpukan kotoran itu adalah kumpulan daripada api.(*7) Keserakahan, kemarahan, dan delusi (waham) memproduksi api pada tumpukan kotoran itu. Hati semua orang di polusi oleh barang barang ini. Mengapa kalian tidak melihat ? Apa gunanya mengkritik Dhamma nan Agung ? Sang Buddha telah jauh melampaui kita. Jika Acharn Maha Boowa tidak setia pada ajaran sang Buddha, berarti semua Savaka arahat juga tidak setia pada ajaran Sang Budha. Kenyataannya, Arahat arahat yg mulia itu selalu yang terunggul. Sejak kapan tumpukan kotoran menjadi bajik ? Apa haknya untuk membual dan berlagak, mengkritik postur ini atau memuji yg lain , setuju dan tidak setuju pada tindak tanduk seorang Arahat ? Itu hanyalah tumpukan kotoran ! Kalian mengerti ?
Tidakkah kalian sadari bahwa hati kalian penuh dengan kotoran ini dan kekotoran ? Apakah kalian bangga dengan semua itu ? Kebanggaan yang menyesatkan hanya akan menyeret kebawah semakin jauh kebawah. Jika kalian salah menafsirkan bahaya dari kebanggaan yg menyesatkan (memalukan) itu , kalian bertentangan dengan Dhamma. Bertentangan dengan Dhamma sama halnya membacok batu dengan pisau. Apa yang akan terjadi bila pisau membacok batu ? Jika kalian menyetir mobil ke tepi gunung siapa yang celaka ? Pikirkanlah ! Sekumpulan kotoran yang terluka. Individu individu luar biasa (agung luhur) telah jauh melampaui alam semesta .Kerusakan apa lagi yang bisa menimpa mereka ? . Sebagai seorang buddhis, kalian seharusnya menyimpannya dalam hati sebagai pedoman umum : jangan gunakan kotoran anda untuk merendahkan orang lain, sehingga menjadi proses merusak diri kalian sendiri . Tidak ada manfaat yang bisa diraih. Mahluk agung yang telah saya bicarakan , dari mana datangnya ? Hal ini sudah saya tunjukkan kepada setiap orang pada saat ini di Thailand untuk melihat. Apakah saya sekarang adalah orang yang paling sundal ( kriminal) di seluruh negri ? Lihat dan pikirkan sendiri !
Jika kalian menolak alasan prinsipil , lalu apa yang bisa kalian terima ? Apa yang orang cari kini ? Saya mencari sampai saya hampir mati untuk menemukan Dhamma nan agung yang kini saya ajarkan kepada murid murid saya dengan hati penuh cinta dan kasih. Saya tidak membual atau berlagak tentang diri saya. Darimana datangnya bualan itu ? Bualan, gosip keji - semuanya saling menambah muatan. Apa lagi yang mungkin bisa ditambahkan pada Dhamma yang telah Sempurna ? Bila sesuatu masih perlu ekstra , bagaimana bisa di sebut “ Sempurna “ ? Ingat akan hal ini baik baik.

Penganut Buddha Thailand amat bodoh. Begitu saya berkata sesuatu, seluruh negeri ribut menggongong. Sangat disayangkan ! Saya merasa sangat kasihan . Itulah yang Sang Buddha rasakan sewaktu dia berpikir mengapa seluruh dunia ini begitu buta. Air mata mengaliri wajahnya pada waktu itu - baik airmata karena kasih yang sangat besar maupun airmata karena takjub akan kemurnian Dhamma. Melihat betapa butanya manusia di dunia ini , Sang Buddha hilang keberanian sehingga merasa ragu mengajar Dhamma kepada mereka ; Bagaimana bisa orang begitu tidak sadar dengan kotoran yang ada dalam hati mereka ? Sama dengan hari ini. Sewaktu mendengar Dhamma, bukannya senang dapat pelajaran yang berharga kemudian bisa di praktikan, sebagai rasa hormat kepada sang guru, malah mereka mengkritik nya sehingga mencelakai diri mereka sendiri. Mengapa mereka tidak berpikir bahwa melakukan (praktik ajaran ) itu bisa meningkatkan kesejahteraan mereka - sebagai suatu perubahan ?. Dengan alasan ini , saya katakan bahwa umat buddhis Thai sangat bodoh.
Âcariya Maha Boowa tidak pernah terpengaruh. Biarkan seluruh dunia menggonggong sesukanya, saya tetap mengutarakan pikiran saya dan tetap tak terpengaruh. Sifat Murni Dhamma (Visuddhi Dhamma) tidak terpengaruh oleh apapun yang ada di dunia ini. Mereka yang terpengaruh dengan kelakuan salah harus hidup dengan kelakuan salah itu. Mereka yang terpengaruh dengan kehilangan harus hidup dalam kehilangan ; mereka yang terpengaruh dengan perolehan keuntungan hidup dengan perolehan untung.
Bilamana kebajikan memimpin seseorang maka orang akan memimpin rumahnya dengan bajik pula. Dikatakan, seseorang terlahir sesuai dengan kamma baiknya. Dilain pihak, bila berbuat salah, mempengaruhi orang lain, lalu kemudian orang itu hidup dengan api menyala di dalam hatinya . Itukah yang kalian inginkan ?
Ajaran Sang Buddha selalu relevan, seperti yang beliau sabdakan (Dhammapada 146) :
Kho nu hâso kimâ ânando
Niccam pajjalite sati
Andhakâarena onaddha
Padî pam na gavessatha
“Mengapa bersuka ria dan bergembira manakala dunia sedang membara terus (terbakar dan dicengkeram oleh kegelapan) . Terliputi oleh kegelapan yang pekat seperti ini , mengapa engkau tak juga mencari penerangan ? Mengapa kalian tidak mencari perlindungan yang dapat kalian andalkan ? Dengarkan lah ! Dhamma yang saya ajarkan sama Kho nu hâso ....... Kegilaan apa mencengkeram kalian semua ? ! Kalian mengikuti jejak pemabuk pemabuk seperti yang Sang Buddha sabdakan : Kho nu hâso ........ Mereka hanyalah sekumpulan pemabuk, bukan orang terhormat seperti yang Buddha maksudkan. Cerita ini tertuang dalam kitab suci (Dhammapada - jara vagga 146) : Sang Budha versus sekumpulan pemabuk. Bayangkan perbedaan diantara mereka . Kemudian,setelah mendapat teguran dari Sang Buddha mereka masih tidak sadar akan kesalahan mereka.

Air mata yang saya linangkan ini membawa pesan yang sama. Mengapa kalian masih tetap tidak sadar akan kesalahan kalian sendiri ? Apa kah kalian lebih lambat mengerti daripada pemabuk pemabuk itu ? Jika ingin mencegah kehancuran ini kalian harus bertanya pada diri anda sendiri pertanyaan pertanyaan ini .(*8 & 10 )
Saya mencoba sebisa saya untuk menolong masyarakat. Dalam hati saya tidak ada rasa berani dan takut, tidak ada untung atau rugi , menang atau kalah. Tujuan saya membimbing kalian semata mata karena cinta kasih. Saya mengorbankan segalanya untuk mencapai Dhamma tertinggi seperti yang kini saya ajarkan kepada kalian . Pengorbanan itu bukan untuk mendapatkan sesuatu yang jahat. Saya hampir menyerahkan hidup saya dalam pencarian Dhamma ini, telah melewati ambang kematian sebelum akhirnya saya mengumumkan keseluruh dunia tentang Dhamma yang telah saya capai. Mengapa tidak ada yang bisa menerima ? Apa yang terjadi dengan Thailand kini ? - Itu yang ingin saya ketahui.
Semakin seseorang merasa dirinya penting , semakin sombong dan sok jago dia jadinya, sampai sampai mereka merasa lebih pandai dari Sang Buddha , guru yang Maha Agung . Tidakkah Thailand merasakan situasi kini semakin lama semakin buruk ? Betapa bodohnya manusia. ! Tidak ada yang memperhatikan Dhamma lagi. Siapa tahu, orang akan berhenti berkunjung ke vihara. Saksikan reaksi mereka terhadap ceramah yang saya katakan pada hari itu. Mereka mengejek dan mengomentari saya dengan pernyataan sarkatis . Hal ini jelas terjadi karena kilesa begitu berkuasa. Ketika mereka melihat saya menangis waktu itu (*9), mereka memperlakukan saya dengan marah dan jijik. Tetapi saya tetap tidak tergoyahkan (bergeming) . Biarkan semua keluarga di negeri ini mengkritik saya, saya tidak akan bertengkar dengan siapapun. Saya mengajar orang karena rasa cinta kasih yang murni . Mengapa mereka tidak dapat menerima ? Apakah orang Thai benar benar bodoh ?
Apakah Dhamma Sang Buddha telah punah di dunia ? Apakah Sang Buddha dan Dhamma tidak mempunyai Supremasi lagi ? Semua praktisi --- yang telah menyadari Kebenaran dengan mengikuti ajaran Sang Buddha --- dianggap pembohong dan musuh manusia ? Apa yang terjadi dengan penganut agama Buddha di Thailand ? Apakah mereka manusia beradab , atau mereka sekumpulan anjing anjing ? Itulah perlakuan yang saya terima.

Tetapi, saya tidak marah kepada siapapun . Nada tinggi dari pernyataan saya berasal dari kekuatan Dhamma. Dhamma tidak tergoyahkan . Tidak merasa marah atau benci kepada siapapun. Bagaimanapun juga , Dhamma selalu mengekspresikan diri dengan penuh kekuatan. Sama juga dengan kilesa : mereka cenderung mengekspresikan diri mereka dengan penuh kekuatan . Perbedaannya, ekspresi kilesa menyebabkan kerusakan mengerikan pada dunia, sedangkan ekspresi Kekuatan Dhamma seperti air mendinginkan api dunia.
Apa kalian pikir saya bicara dengan penuh kemarahan ? Darimana datangnya kemarahan ? Kemarahan datang dari kilesa. . Bagi mereka yang telah bebas seutuhnya dari kilesa, coba sekehendak kalian , kalian tidak akan bisa membuatnya marah. Sama sekali tidak ada kemarahan yg ter tinggal dalam hatinya. Bila masih ada sedikit saja kemarahan yang tinggal disana, dia tidak dapat disebut dengan Arahat. yang bebas dari kilesa. Karena marah, serakah dan waham (pandangan salah) semuanya adalah kilesa.. Kalian mengerti ? Selidiki hal ini baik baik dan kalian lihat sendiri.
Fisik tubuh merupakan realita umum dan akan terus begitu. Karena ia tetap langsung berhubungan dengan sifat alami citta, maka ia tetap tersangkut dan terpengaruh tentunya. Ini semua alami. Apakah saya salah ? Siapa disini yang meng klaim lebih superior / hebat sehingga mereka dapat melawan Dhamma Sang Buddha ? Coba maju kedepan, dengarkan bualan kalian !
Mari dengar kalian berkata : “ Âcariya Maha Boowa adalah bhikkhu yang sangat bodoh.” Saya mau mendengar dari kalian semua orang pandai .Maka tampillah dari lubang kakus (toilet) kalian dan coba berbual tentang pencapaian kalian dalam Dhamma. Saya benar benar ingin melihat sesuatu yang asli tampil, tetapi saya tidak melihat satupun. Apa yang saya lihat adalah orang malas yang penuh keserakahaan , kemarahan, dan pandangan salah. Apa hebatnya itu semua ? Tetap saja, mereka terus maju dengan bualan heboh mereka . Tidak ada habisnya kegilaan mereka.





Note: semoga bacanya ngak sakit mata,karena puanjanngnya.

Alasan mengenai keraguan,Mengapa seorang Arahat menangis?








Kesurupan apa?arahat mustahil menangis.