Jawaban Buddha atas pertanyaan Uruvela Kassapa tentang ATTA !!
--------------------------------------------------------------------------------
Suatu siang, kala Buddha dan Kassapa sedang berdiri di tepi sungai Neranjara, Kassapa berkata, "Gotama, di hari sebelumnya engkau menyebutkan tentang memeditasikan tubuh, perasaan-perasaan, persepsi persepsi, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran. Aku telah melatih meditasi itu, dan mulai dapat memahami betapa berbagai perasaan dan persepsi seseorang menentukan kualitas kehidupannya. Aku juga melihat tidak adanya elemen kekal abadi yang dapat diketemukan di dalam salah satu dari kelima sungai itu. Aku bahkan dapat melihat bahwa keyakinan akan suatu diri yang terpisah keliru adanya. Namun, aku masih belum mengerti mengapa seseorang menelusuri jalur spiritual jika tanpa adanya diri ? Siapakah yang akan menjadi terbebaskan ?
Buddha bertanya, "Kassapa, apakah engkau setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran ?"
"Ya Gotama, aku setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran".
"Apakah engkau setuju penderitaan pasti ada seban-sebabnya ?"
"Ya, aku setuju penderitaan pasti ada sebab-sebabnya ?"
"Kassapa, ketika sebab sebab penderitaan hadir, maka penderitaan juga hadir. Ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, maka penderitaan pun hilang."
"Ya, aku melihat ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, penderitaan itu sendiri akan hilang."
"Penyebab penderitaan adalah kebodohan bathin, suatu cara yang keliru untuk melihat realita. Berpikir bahwa yang tidak kekal sebagai kekal merupakan kebodohan bathin. Berpikir ada diri sementara tak ada yang disebut diri merupakan kebodohan bathin. Dari kebodohan bathin lahirlah keserakahan, ketakutan, iri hati, dan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya. Jalan menuju pembebasan adalah jalan untuk melihat segala sesuatu secara mendalam agar benar benar mampu memahami sifat dasar ketidak kekalan (Anicca), tiada diri yang terpisah (An-atta), akan saling ketergantungan dari segala sesuatu (Pattica Samupada). Jalan ini adalah jalan untuk mengatasi kebodohan bathin. Setelah kebodohan bathin di atasi, penderitaan pun terlampaui. Itulah pembebasan sejati. Tak perlu ada suatu diri di sana untuk dibebaskan."
....
Uruvela Kassapa duduk hening untuk sesaat, lalu berkata, "Gotama, aku tahu engkau berbicara hanya dari pengalaman langsungmu sendiri. Kata katamu tidak hanya menyatakan konsep konsep. Kau katakan pembebasan hanya dapat dicapai melalui berbagai upaya meditasi, melihat segala sesuatu secara mendalam. Apakah engkau berpikir semua upacara, ritual dan doa sama sekali tidak berguna ?"
Buddha menunjuk ke sisi seberang sungai dan berkata, "Kassapa, jika seseorang hendak menyeberang ke sisi seberang sana, apa yang seharusnya ia lakukan ?"
"Jika airnya cukup dangkal, maka dia dapat berjalan menyeberang ke sana. Jika tidak, maka dia harus berenang atau mengayuh perahu ke seberang."
"Aku setuju. Tetapi, bagaimana jika ia tidak mau berjalan menyeberang, berenang atau mengayuh perahu ? Bagaimana jika ia hanya berdiri saja di sisi sungai ini dan berdoa agar sisi sungai di seberang sana mendatangi dirinya ? Bagaimana pendapatmu tentang orang semacam ini ?"
"Aku berpendapat ia agak bodoh!"
"Demikianlah Kassapa.! Jika seseorang tidak mengatasi kebodohan bathin dan berbagai penghalang mental lainnya, maka, orang itu tak akan dapat menyeberang ke sisi lainnya menuju pembebasan. Meskipun ia menghabiskan seumur hidupnnya untuk berdoa."
Tiba tiba kassapa meledak dalam isak tangis dan menjatuhkan diri berlutut di hadapan telapak kaki BUDDHA. "Gotama, aku telah menghabiskan lebih dari separuh hidupku. Mohon terimalah aku sebagai muridmu dan berikanlah aku kesempatan untuk belajar dan berlatih jalan menuju pembebasan bersamamu."
(demikian kisah bagaimana Uruvela Kassapa kemudian bergabung dengan Sangha