JAWABAN KEPADA UPASAKA (3)
Upasaka:
Jika Nirvana dan samsara adalah identik, berarti dalam pandangan Mahayana secara jelas menyatakan bahwa Nirvana adalah 'tempat' / 'ruang' ? Apakah benar demikian?
Jika Nirvana memang adalah tempat / ruang / alam, maka sudah seharusnya Nirvana pun tunduk di bawah Panca Niyama (5 Hukum Tertib Kosmis), Tilakkhana (anicca-dukkha-anatta), Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang saling Bergantung), 4 Kebenaran Ariya.
Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?
Lantas jika memang identik, mengapa orang yang telah merealisasi Nirvana dikatakan tidak ingin memasuki Nirvana tanpa sisa? Bukankah Nirvana dan samsara saling berkaitan, sehingga orang yang telah merealisasi Nirvana memang tidak akan bisa memasuki Nirvana tanpa sisa?
TAN:
Pertanyaan ini tidak tepat, seperti menanyakan jika api mati ke mana perginya api itu. Tetapi pertanyaan Anda saya tanggapi dengan pertanyaan pula. Menurut Anda apakah samsara itu sebuah "tempat" atau "ruang"? Samsara adalah kondisi pikiran. Pikiran yang menentukan Anda "terlahir" di mana saat ini. Anda dilanda keserakahan, artinya Anda sedang terlahir di alam preta. Anda sedang berbahagia, artinya Anda ada di alam dewa. Samsara adalah kondisi pikiran. Jika pikiran tidak mengkondisikan samsara, maka samsara itu tidak ada lagi. Karena itu, samsara adalah nirvana dan nirvana adalah samsara.
Pertanyaan Anda ini juga inkonsten: "Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?" Anda mengatakan bahwa nirvana adalah absolut, maka tentunya tak ada lagi dualisme. Tak ada lagi yang mengkondisikan nirvana. Tetapi Anda mempertentangkan nirvana dengan menyatakan mana yang mengkondisikan mana. Jika Anda berpegang bahwa nirvana adalah sesuatu yang absolut, maka tidak ada yang saling mengkondisikan lagi. Justru pandangan bahwa nirvana identik dengan samsara memperlihatkan bahwa keduanya tidak saling mengkondisikan. Di sini saya melihat filosofi Mahayana sangat konsisten. Saya tidak perlu menjawab pertanyaan "Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?" karena berpandangan bahwa nirvana identik dengan samsara. Tidak ada yang saling mengkondisikan. Justru orang yang berpandangan nirvana beda dengan samsara itulah yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan Anda boleh dikatakan salah alamat.
Anda menyatakan: "Lantas jika memang identik, mengapa orang yang telah merealisasi Nirvana dikatakan tidak ingin memasuki Nirvana tanpa sisa? Bukankah Nirvana dan samsara saling berkaitan, sehingga orang yang telah merealisasi Nirvana memang tidak akan bisa memasuki Nirvana tanpa sisa?"
Pertanyaan saya: Logika dari mana itu? Saya tidak paham maksud Anda pun tidak mengerti apa keterkaitannya dengan topik diskusi kita.
Amiduofo,
Tan