//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma  (Read 96935 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #45 on: 24 February 2010, 04:23:04 PM »
kok pake
masih nga bisa


diawali dengan [ quote ] dan diakhiri dengan [ /quote ] tanpa spasi

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #46 on: 24 February 2010, 04:24:18 PM »
Quote
Disesuaikan bagaimana? Apakah maksudnya seperti jika di kalangan orang-orang yang omongannya "hardcore", ucapan benar dalam JMB 8 dijadikan "abu-abu"?

jika norma norma tersebut dimana mengharuskan org ngomongnya dgn kasar, dan selama ini kyknya nga ada norma kyk gt neh. =)) , tp kita bisa melakukan ngomong dengan halus asal tdk bertentangan dgn Norma yg ada,,, gt loh.  :))
Berarti dengan tujuan "menyebarkan dhamma" kita melakukan hal tidak baik dengan alasan "membaur"?


Quote
Quote
"Ramani ngebor" itu ga menentang sila lho. 

tdk bisa satu satu dilihat, semua harus memenuhi kiteria yg saya sampaikan, jgn ambil cuma satu point aja, mah kagak lengkap =)) . semua point yg saya sampaikan adalah satu kesatuan dan memiliki hubungan satu sama lainnya, kalo dipisah pisahkan ya pasti batasannya jg akan menjadi tdk jelas... tp apakah ini sesuai dengan Dhamma yg disampaikan? ngebor gt loh? :))

5 hal itu norma setempat, tidak melanggar sila, sesuai isi dhamma, tidak menjelekkan pihak lain, dengan cinta kasih.
Ngebor tidak melanggar norma dan sila. Dhamma tidak membahas ngebor-ngeboran, jadi tidak ada sutta yang mendukung atau menentang. Ngebor tidak menjelekkan pihak lain. Ngebor tidak relevan dengan cinta kasih, jadi bisa sesuai, bisa tidak, tergantung yang lagi ngebor.
Jadi bagaimana?


Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #47 on: 24 February 2010, 04:26:18 PM »
kalau secara pribadi, pengajaran Dhamma dengan pemuasan nafsu inderawi, tidak setuju.

tapi apa perlu dibedakan antara pengajaran Dhamma dan penyebaran Agama? Yg satu membuat orang memahami/mengerti esensi yg satu lagi membuat orang mengenal dan "eksis" yah seperti marketing
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #48 on: 24 February 2010, 04:26:37 PM »
IMO, seorang pembabar yang membabarkan Dhamma dengan penuh penghormatan mustahil dapat melakukannya sambil ngebor

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #49 on: 24 February 2010, 04:27:37 PM »
kalau secara pribadi, pengajaran Dhamma dengan pemuasan nafsu inderawi, tidak setuju.

tapi apa perlu dibedakan antara pengajaran Dhamma dan penyebaran Agama? Yg satu membuat orang memahami/mengerti esensi yg satu lagi membuat orang mengenal dan "eksis" yah seperti marketing

pemuasan nafsu inderawi,maksudnya?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #50 on: 24 February 2010, 04:29:05 PM »
lol kok jd gitu. maksud saya org org di daerah setempat mungkin karena kebiasaan ngomong kasar tp kita tdk semestinya ikt mereka ngomong kasar........... kita bisa bicara dengan lembut dan nga pake kasar gt... dan juga norma tdk melarang kan untuk ngomong secara halus...


Quote
5 hal itu norma setempat, tidak melanggar sila, sesuai isi dhamma, tidak menjelekkan pihak lain, dengan cinta kasih.
Ngebor tidak melanggar norma dan sila. Dhamma tidak membahas ngebor-ngeboran, jadi tidak ada sutta yang mendukung atau menentang. Ngebor tidak menjelekkan pihak lain. Ngebor tidak relevan dengan cinta kasih, jadi bisa sesuai, bisa tidak, tergantung yang lagi ngebor.
Jadi bagaimana?

btw jika Dhamma tdk membahas soal Ngebor, ngapain jg kita ngebor gt... kan hal ini jg tdk relaven dgn Dhamma yg hendak disampaikan.. kyknya point yg saya tulis juga ada menyangkut dengan relevansi dgn Dhamma yg disampaikan

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #51 on: 24 February 2010, 04:30:34 PM »
Menurut rekan-rekan DC, apa batasannya penyebaran Agama Buddha dilakukan dengan pantas?

Ikut berpendapat ...
Pendapat saya gak bakal ketemu sebuah batasan untuk sebuah nilai kepantasan dalam membawa 'misi' yang dilandasi oleh kepentingan semata (hanya dalih) ...

Kadang, tanpa dimotivasi lewat tehnik tertentupun orang akan menerima kenyataan apa adanya tentang sebuah realitas tanpa embel-embel sebuah titel 'agama' ... sebaliknya, walau berbagai macam cara dipakai guna penyebaran 'misi kebenaran', tak akan memberi pengaruh apa-apa pada orang-orang tertentu ...


Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #52 on: 24 February 2010, 04:30:58 PM »
Dhamma talk yang diiringi oleh humor adalah Relatif ( dan tidak setiap pembabar dhamma mempunyai kualitas tersebut ). Karena humor ( terutama kenyataan mengenai kehidupan ) adalah sesuatu yang dapat diterima secara luas, umum dan logika. Dan biasanya cara ini membuat pendengat lebih konsentrasi ke pembicara ( berbeda lapangan dan kondisi berbeda cara penyampaian ). Mungkin dalam membabarkan dhamma plus humor untuk pendengar yang berbeda latar belakang keinginan lebih bisa diterima secara meluas. Karena untuk membuat seseorang dengan pikiran terbuka menerima dhamma tentu tidak mudah. Dan cara ini menimbulkan “ keinginan “ untuk mengetahui lebih jauh mengenai dhamma.
betul2..benar sekali ..pendengar dari yang main handphone,bicara2 jadi lebih konsentrasi ke "pembicaranya" bukan ke "isi" yang dibicarakan..itu lah yang jadi masalah...


Semuanya kembali kepada pendengarnya, apa yang menjadi motivasi dalam mendengarkan dhamma talk, dan tidak bisa di pukul rata bahwa semua orang tidak mendapat manfaat dari dhamma talk plus humor. Karena kenyataan banyak yang masih ingat dhamma yang telah disampaikan dan mendapatkan manfaatnya.

IMO, seseorang dapat termotivasi untuk melanjutkan pencarian berikutnya, yakni pada saat awal "mendapat " sesuatu yang menarik dan membuat bathinnya terbuka seketika ( apapun bentuknya) . Inilah yang membuat seseorang melanjutkan pencarian dan pendalaman yang lebih jauh atas kehendak sendiri.

Kalau Ujung2nya semua tergantung si pendengar,jadi intinya tidak perlu deh DhammaIntertaiment,promosi berlebihan,lelucon2 yang berlebihan..toh "intinya" adalah kembali pada si pendengar bukan?

beda antara "menarik" dan "tertarik" ,kadang hal yang "menarik" membuat orang terus mencari tahu karena itu "menarik" "menantang" bagi dirinya..kalau orangnya "tertarik" karena "lelucon" maka dia hanya "tertarik" disaat panggung sandiwara itu diputar,atau lawak itu dimainkan,kalau "lawaknya" sudah "berhenti" maka dia juga "berhenti" karena tidak ada "lelucon" lagi yang membuatnya "tertarik" untuk mendengar...

kayak acara tukul Bukan 4 Mata,orang kan nenggoknya hanya ngakak lihat tingkah laku si tukul[kadang saya aja males nonton,padahal kadang ada isinya yang bagus,dan bisa jadi pengetahuan,tapi si tukul menurut saya tak pantas jadi pembawa acara,bagusan jadi tukang ngelawak aja..karena hal yang sudah serius,malah dia lecehkan dengan "sindiran2" dan tawa2 yang tidak penting itu..jadi ISInya MENJADI KABUR,di buat sama dia..],orang itu nonton acara Bukan 4 Mata,bukan karena "isi" pengetahuan yang dibabarkan di acara tersebut,tapi tingkah laku si pembawa acara yang jail,dan lelucon..

jadi jelaskah itu?

Anumodana _/\_

Tentu menjadi pertanyaan, apa tujuan dhammadesana tersebut dilakukan ?

Bagaimana cara sesuai untuk penyebaran dhamma ? Tentu yang dibahas sesuatu yang pantas dan tidak pantas. IMO, jika sesuatu yang tidak pantas misalnya dhamma talk plus humor disoroti secara negatif karena tidak sesuai dengan dhamma dan vinaya. Apakah dhamma talk tersebut masih bisa berlanjut atau tamat ?

 _/\_

Saya pribadi juga tidak suka acara tukul.

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #53 on: 24 February 2010, 04:37:45 PM »
Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?

Mungkin bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dhamma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara2 yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi.. boleh saja tidak memerlukan nyanyian.. namun bagi umat Buddha yang pengetahuan Dhammanya masih baru .. saya rasa masih butuh ajaran Dhamma dalam bentuk lain.. yakni lagu2 Buddhis.. agar lebih mudah pemahamannya.. hal ini pribadi pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak2 Buddhis.. agak sulit mencari variasi acara agar anak2 tertarik mengikuti kelas Dhamma..

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #54 on: 24 February 2010, 04:37:56 PM »
Quote
Tentu menjadi pertanyaan, apa tujuan dhammadesana tersebut dilakukan ?

Bagaimana cara sesuai untuk penyebaran dhamma ? Tentu yang dibahas sesuatu yang pantas dan tidak pantas. IMO, jika sesuatu yang tidak pantas misalnya dhamma talk plus humor disoroti secara negatif karena tidak sesuai dengan dhamma dan vinaya. Apakah dhamma talk tersebut masih bisa berlanjut atau tamat ?

bukan soal tujuan Dhammadesana,thread ini jelas menyoroti "cara yang sesuai dalam Dhammadesana" atau "cara yang sesuai untuk membabarkan Dhamma"..

Quote
"IMO, jika sesuatu yang tidak pantas misalnya dhamma talk plus humor disoroti secara negatif karena tidak sesuai dengan dhamma dan vinaya. Apakah dhamma talk tersebut masih bisa berlanjut atau tamat "
untuk pertanyaan ini,saya tidak memiliki wewenang apapun untuk menjawab apakah Dhamma Talk tersebut masih bisa berlanjut atau tamat...

yang jelas,yang kita bahas disini dari sudut pandang Theravada tentang tata cara penyebaran Buddha Dhamma..


Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #55 on: 24 February 2010, 04:38:28 PM »
kalau secara pribadi, pengajaran Dhamma dengan pemuasan nafsu inderawi, tidak setuju.
Tidak setujunya kenapa?


Quote
tapi apa perlu dibedakan antara pengajaran Dhamma dan penyebaran Agama? Yg satu membuat orang memahami/mengerti esensi yg satu lagi membuat orang mengenal dan "eksis" yah seperti marketing
Saya pikir sepertinya tidak terpisahkan. Apa pun yang dilakukan seseorang dalam "marketing"-nya, itulah yang memberikan kesan bagi orang lain dalam menilai agama tersebut.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #56 on: 24 February 2010, 04:42:44 PM »
IMO, seorang pembabar yang membabarkan Dhamma dengan penuh penghormatan mustahil dapat melakukannya sambil ngebor

Menurut saya juga demikian. Itu hanya contoh ekstrem saja.
Bagaimana kalau misalnya pembabaran dhammanya dilakukan orang tertentu, tapi acara itu didahului dengan pertunjukan wanita-wanita cantik ngebor, misalnya? Tentu saja dengan dalih menjaring "hidung belang" untuk mendengar dhamma.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #57 on: 24 February 2010, 04:46:21 PM »
Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?

Mungkin bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dhamma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara2 yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi.. boleh saja tidak memerlukan nyanyian.. namun bagi umat Buddha yang pengetahuan Dhammanya masih baru .. saya rasa masih butuh ajaran Dhamma dalam bentuk lain.. yakni lagu2 Buddhis.. agar lebih mudah pemahamannya.. hal ini pribadi pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak2 Buddhis.. agak sulit mencari variasi acara agar anak2 tertarik mengikuti kelas Dhamma..

kalau saya pribadi,malah dengan nyanyian2,tarian2,kesenian dan segala macam hal yang di luar Dhamma tetapi aktivitasnya didalam Vihara dan kayak sekolah minggu buddhisme tetapi yang diajarkan bukan "cerita2" tentang Ajaran buddha..malah nantinya anak2 tersebut hanya melekat pada "nyanyian2" seperti itu,"tarian2" seperti itu dan menganggap Vihara hanya lah tempat bersosialisasi,mencari kawan atau pacar,tempat bermain,sudah kayak taman kanak2 menurut saya..

Malah sekarang yang parahnya lagi,yang banyak nyanyi2 itu banyak tidak tahu arti nyanyian itu sendiri,kayak pratek puja bakti versi Mahayana,kayak Ta Pei Cho,entah apalagi..dan anehnya setelah mereka "melekat" dengan tata cara nyanyian2 tersebut,mereka akan terbawa ketika membaca paritta suci atau sutta suci versi Theravada sewaktu melaksanakan puja bhakti..

dan jujur saja,saya sangat terganggu dengan hal tersebut,saya lebih bagus mendengar kaset puja bhakti dirumah daripada ke vihara ikut puja bhakti,karena ke vihara yang baca nya "benar" itu hanya 1 orang yang baca di depan itu,yang umatnya ikutin semua kayak lagi "konser lagu"..[dan membuat saya tidak bisa latihan membaca dengan benar,karena saya sendiri tidak pandai membaca!!]

pertanyaannya adalah apakah pantas Khotbah2 Suci Buddha di jadikan LAGU kayak BEGITU dengan DALIH pembenaran untuk LEBIH MUDAH DIPAHAMI,dan segala macem DALIH lagi?atau UNTUK MENARIK pangsa PASAR??

Khotbah suci Buddha jelas bagi saya,bahkan dihormati oleh para makhluk yang tak nampak,dan mereka jelas bernamakara dan beranjali dihadapan pembacaan teks2 suci tersebut..Jadi atas dasar apa membawa Dhamma dengan cara nyanyian2 yang memuaskan "inderawi" kita itu dikatakan cara yang tepat dan dijadikan pembenaran atas hal tersebut?

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #58 on: 24 February 2010, 04:47:48 PM »
IMO, seorang pembabar yang membabarkan Dhamma dengan penuh penghormatan mustahil dapat melakukannya sambil ngebor

Menurut saya juga demikian. Itu hanya contoh ekstrem saja.
Bagaimana kalau misalnya pembabaran dhammanya dilakukan orang tertentu, tapi acara itu didahului dengan pertunjukan wanita-wanita cantik ngebor, misalnya? Tentu saja dengan dalih menjaring "hidung belang" untuk mendengar dhamma.

emangnya ada yang pembabaran Dhamma yang pertunjukan awalnya kayak begitu?? :-)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #59 on: 24 February 2010, 04:48:45 PM »
Quote
Menurut saya juga demikian. Itu hanya contoh ekstrem saja.
Bagaimana kalau misalnya pembabaran dhammanya dilakukan orang tertentu, tapi acara itu didahului dengan pertunjukan wanita-wanita cantik ngebor, misalnya? Tentu saja dengan dalih menjaring "hidung belang" untuk mendengar dhamma
ini mah udh tdk sesuai dengan Dhamma yg hendak disampaikan, bahkan ini jg sudah termasuk menambah LDM.  :)) :)) :)) dan pada akhirnya bukan Dhamma yg diresapi tapi malah ngebornya.  :))