//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tanya tentang AN III 207  (Read 4636 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Tanya tentang AN III 207
« on: 08 May 2010, 09:11:54 PM »
Ada lima hal yang tidak boleh diperdagangkan oleh seorang umat Buddha. Yaitu, senjata, manusia, daging, minuman keras, dan racun. (Anguttara Nikaya III 207)
 
Ada yang bisa menjelskan kriteria 'daging' ?
Apakah termasuk penjualan ikan2 hias yang hidup ?


Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #2 on: 08 May 2010, 10:32:07 PM »
Dah baca semua sih..
Lalu bagaimana dengan buka restoran ? Dengan catatan bukan resto khusus vege loh..

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #3 on: 08 May 2010, 10:33:07 PM »
emang ada larangan buat restoran?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #4 on: 09 May 2010, 05:38:55 AM »
emang ada larangan buat restoran?

Kan tetap aja ada "daging" nya Bro.. tetap menjual daging .. begitukah ?

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #5 on: 09 May 2010, 12:46:48 PM »
mgkn yg dimaksud daging adalah menjual daging hewan yang baru dipotong, lalu dijual ke konsumen..
misalnya tukang ayam potong, tukang daging sapi, kambing, babi, ikan yang ada di pasar..
binatang yang awalnya hidup, sengaja dipotong dan langsung dijual daging nya..

CMIIW

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #6 on: 09 May 2010, 02:59:35 PM »
Dah baca semua sih..
Lalu bagaimana dengan buka restoran ? Dengan catatan bukan resto khusus vege loh..

restoran seafood !, ikan, udang masih keadaan hidup langsung 'dipotong' utk disajikan !
lebih baik dihindarkan, kalau tetap dilakukan, konsekuensi tanggung sendiri.

kalau buka restoran yang tidak ada penyiksaan makhluk hidup, beli daging di pasar kemudian dimasak, baru disajikan, sepertinya tidak melakukan perbuatan yang dihindari oleh ajaran Buddha.

kam sia


Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #7 on: 09 May 2010, 11:52:29 PM »
tapi..bukankah kalau buka resto, udah jelas2 tiap minggu atau tiap harinya pesen berapa kg daging, berapa potong ayam ke pemotong..
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #8 on: 10 May 2010, 12:32:47 AM »
Di Restoran juga ada ikan gurame yg masih hidup di taro aquarium .....

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #9 on: 10 May 2010, 07:52:34 AM »
Dah baca semua sih..
Lalu bagaimana dengan buka restoran ? Dengan catatan bukan resto khusus vege loh..


Menurut saya, tergantung proses perilaku yang dijalankan oleh orang-orang restauran tersebut. Perilaku yang disebutkan Sdr. Yuli mengenai memesan daging perlu juga dicermati. Memesan daging yang sudah ada tapi tanpa ada kejelasan milik dan untuk siapa, atau memesan daging yang belum ada sehingga terjadi pemotongan hewan akibat permintaan khusus dari restauran, kedua peristiwa ini adalah berbeda. Keduanya berbeda karena yang pertama tidak tahu milik dan untuk siapa dan yang kedua sudah jelas keperuntukkannya. Perilaku yang pertama menurut saya masih diperkenankan.

Semoga tidak bingung  ;D
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #10 on: 10 May 2010, 11:11:22 AM »
Jika kita mengacu pada Sutta Pitaka dan Kitab Komentar, perdagangan daging (mamsa vanijja) merujuk pada perdagangan hewan ternak yang diperuntukkan untuk dikonsumsi dagingnya. Dalam hal ini, usaha membuka restoran / rumah makan yang menyediakan "daging segar" untuk dihidangkan sebagai menu makanan termasuk dalam perdagangan daging (mamsa vanijja). Dalam konteks ini pula, jika kita memesan hewan hidup di restoran untuk diolah menjadi menu makanan, sebenarnya itu termasuk dalam pelanggaran sila pertama (melakukan pembunuhan). Saya pikir teman-teman sudah tahu kenapa hal itu termasuk pelanggaran sila pertama...

Sedangkan menjual daging yang sudah diolah, bukan termasuk perdagangan daging. Dalam hal ini, memperdagangkan (menjual) bakpao isi daging, mie ayam, nugget, makanan anjing, kerupuk udang, permen, dsb. bukan termasuk perdagangan daging (mamsa vanijja).

Meski dalam Vanijja Sutta hanya lima perdagangan saja yang diklasifikasi sebagai perdagangan salah, namun bukan berarti perdagangan lain yang merugikan bentuk-bentuk makhluk hidup lain diperbolehkan. Maksudnya, setiap perdagangan yang merugikan makhluk hidup itu sebaiknya tidak dilakukan. Dalam konteks ini, kita harus mengacu kembali pada Pancasila. Sebuah perdagangan yang benar, selain tidak termasuk dalam perdagangan salah di Vanijja Sutta, sebaiknya juga tidak mengondisikan untuk terjadinya pelanggaran sila (moralitas). Apapun bentuk perdagangan yang hendak dijalankan, meskipun menjual makhluk hidup sekalipun, jika makhluk hidup lain itu tidak teraniaya, tidak terbunuh, tidak tertekan; maka itu bukan termasuk perdagangan salah.

Kita bisa menengok kisah di zaman Sang Buddha, bahwa ketika itu sudah ada perdagangan bulu domba dan susu sapi. Namun ternyata Sang Buddha tidak membicarakannya. Sang Buddha dan para bhikkhu dulu terkadang juga menerima persembahan bulu domba ketika ada umat yang berdana. Dan di salah satu kesempatan, Sang Buddha juga sempat memuji manfaat dari sapi yang salah satunya adalah bisa memberikan susu sehingga manusia menjadi sehat. Dalam contoh dua perdagangan ini, baik sapi dan domba tidaklah dianiya maupun dibunuh. Justru sebaliknya, kedua hewan ternak ini harus dirawat dengan sehat agar menghasilkan susu dan bulu yang berkualitas. Dan sebaiknya semua peternak ini memerlakukan sapi dan domba dengan baik, jangan sampai punya pikiran "yang penting untung, masa bodoh dengan sapi dan domba yang menderita di kandang". Bisnis susu sapi dan bulu domba ini jika dikerjakan dengan baik dan sesuai dengan Pancasila, merupakan suatu bisnis yang saling menguntungkan. Dalam hal ini, kita bisa menganggap bahwa sapi dan domba adalah hewan peliharaan yang harus dirawat dengan baik. Karena sapi dan domba dirawat dengan baik, mereka memberikan balas jasa berupa susu dan bulu yang berkualitas; yang selanjutnya bisa diambil oleh peternak dan dijual. Untuk perihal ini, saya melihat bisnis ini bukan termasuk perdagangan salah. Dan demikian pula dengan bisnis "lainnya"...
« Last Edit: 10 May 2010, 11:13:49 AM by upasaka »

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #11 on: 10 May 2010, 11:57:42 PM »
Zaman sekrang khan beda dan gak mao rugi  ;D

Jika sapi ato domba tidak menghasilkan susu lagi ......
dijagal ..... jual dagingnya  :'(
gw pernah nonton di Tv ... malah kuda yg sudah tua dan tidak kuat lagi narik delman
di potong utk diambil dagingnya .....  :'( abis manis sepah dibuang
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #12 on: 11 May 2010, 10:57:10 AM »
Zaman sekrang khan beda dan gak mao rugi  ;D

Jika sapi ato domba tidak menghasilkan susu lagi ......
dijagal ..... jual dagingnya  :'(
gw pernah nonton di Tv ... malah kuda yg sudah tua dan tidak kuat lagi narik delman
di potong utk diambil dagingnya .....  :'( abis manis sepah dibuang

Inilah konsekuensi dari menjalankan bisnis / perdagangan yang berkaitan dengan makhluk hidup. Cepat atau lambat, pemilik usaha seperti ini akan mendapatkan produk non-produktif (barang reject ataupun produk gagal). Dan karena produk dalam perdagangan ini adalah hewan, makanya hal ini bisa menjadi dilema bagi pebisnis yang ingin menjalankan Pancasila (Buddhis).

Sebab jika produk non-produktif masih "dirawat", tentu saja akan mengeluarkan biaya operasional yang mungkin tidak sedikit. Sedangkan hewan yang non-produktif tentu saja tidak bisa memberikan hasil produksi yang bermanfaat bagi pelaku bisnis. Karena itu, kebanyakan pelaku bisnis seperti ini mengambil langkah untuk meminimalisasi pengeluaran biaya operasional dengan "mendepak" hewan non-produktif dari farm. Tapi yang perlu diperhatikan, "mendepak" pun sebenarnya bisa dilakukan tanpa bertentangan dengan Pancasila. Pada setiap bidang usaha peternakan seperti ini, selalu ada cara untuk menjalankan usaha tanpa bertentangan dengan Pancasila. Namun kadangkala pelaku bisnis tidak ingin repot, jadinya mereka akan melakukan semua hal yang bisa mendatangkan keuntungan instan; meskipun merugikan hewan non-produktif tersebut. Hal ini yang sebaiknya dihindari. :)
« Last Edit: 11 May 2010, 11:00:21 AM by upasaka »

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #13 on: 11 May 2010, 11:35:46 AM »
Inilah konsekuensi dari menjalankan bisnis / perdagangan yang berkaitan dengan makhluk hidup. Cepat atau lambat, pemilik usaha seperti ini akan mendapatkan produk non-produktif (barang reject ataupun produk gagal). Dan karena produk dalam perdagangan ini adalah hewan, makanya hal ini bisa menjadi dilema bagi pebisnis yang ingin menjalankan Pancasila (Buddhis).

Sebab jika produk non-produktif masih "dirawat", tentu saja akan mengeluarkan biaya operasional yang mungkin tidak sedikit. Sedangkan hewan yang non-produktif tentu saja tidak bisa memberikan hasil produksi yang bermanfaat bagi pelaku bisnis. Karena itu, kebanyakan pelaku bisnis seperti ini mengambil langkah untuk meminimalisasi pengeluaran biaya operasional dengan "mendepak" hewan non-produktif dari farm. Tapi yang perlu diperhatikan, "mendepak" pun sebenarnya bisa dilakukan tanpa bertentangan dengan Pancasila. Pada setiap bidang usaha peternakan seperti ini, selalu ada cara untuk menjalankan usaha tanpa bertentangan dengan Pancasila. Namun kadangkala pelaku bisnis tidak ingin repot, jadinya mereka akan melakukan semua hal yang bisa mendatangkan keuntungan instan; meskipun merugikan hewan non-produktif tersebut. Hal ini yang sebaiknya dihindari. :)

yah ini kembali lagi ke diri sendiri. orang bisa saja hidup sederhana tanpa untung besar. tapi hari gini, masih jalan kaki?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Tanya tentang AN III 207
« Reply #14 on: 11 May 2010, 11:48:45 AM »
yah ini kembali lagi ke diri sendiri. orang bisa saja hidup sederhana tanpa untung besar. tapi hari gini, masih jalan kaki?

Sebab tujuan hidup dari tiap orang itu berbeda-beda. Ada orang yang punya tujuan hidup untuk hidup makmur, makanya dia beli motor; dengan tujuan sebagai kendaraan yang memudahkannya pergi bekerja. Ada orang yang punya tujuan hidup menikmati segala kenimatan duniawi, makanya dia beli mobil Jaguar terbaru untuk dibawa jalan-jalan di kota.

 

anything