125 (5) Cinta Kasih (1)
“Para bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini?
(1) “Di sini, para bhikkhu, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih, [129] demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih, luas, luhur, tidak terukur, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia menikmatinya, menyukainya, dan mendapatkan kepuasan di dalamnya. Jika ia teguh di dalamnya, fokus padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia meninggal dunia, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva kumpulan Brahmā.<817> Umur kehidupan para deva kumpulan Brahmā adalah satu kappa. Kaum duniawi akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan pergi ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam para hantu menderita. Tetapi siswa Sang Bhagavā akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan mencapai nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah kesenjangan, disparitas, perbedaan antara siswa mulia yang terpelajar dan kaum duniawi yang tidak terpelajar, yaitu, ketika ada takdir masa depan dan kelahiran kembali.
(2) “Kemudian, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasihan, demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasihan, luas, luhur, tidak terukur, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia menikmatinya, menyukainya, dan mendapatkan kepuasan di dalamnya. Jika ia teguh di dalamnya, fokus padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia meninggal dunia, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva dengan cahaya gemerlap. Umur kehidupan para deva dengan cahaya gemerlap adalah dua kappa. Kaum duniawi akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan pergi ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam para hantu menderita. Tetapi siswa Sang Bhagavā akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan mencapai nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah kesenjangan, disparitas, perbedaan antara siswa mulia yang terpelajar dan kaum duniawi yang tidak terpelajar, yaitu, ketika ada takdir masa depan dan kelahiran kembali.
(3) “Kemudian, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan kegembiraan altruistik, demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan kegembiraan altruistik, luas, luhur, tidak terukur, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia menikmatinya, menyukainya, dan mendapatkan kepuasan di dalamnya. Jika ia teguh di dalamnya, fokus padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia meninggal dunia, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva dengan keagungan gemilang. Umur kehidupan para deva dengan keagungan gemilang adalah empat kappa. Kaum duniawi akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan pergi ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam para hantu menderita. Tetapi siswa Sang Bhagavā akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan mencapai nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah kesenjangan, disparitas, perbedaan antara siswa mulia yang terpelajar dan kaum duniawi yang tidak terpelajar, yaitu, ketika ada takdir masa depan dan kelahiran kembali.
(4) “Kemudian, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan keseimbangan, demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan keseimbangan, luas, luhur, tidak terukur, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia menikmatinya, menyukainya, dan mendapatkan kepuasan di dalamnya. Jika ia teguh di dalamnya, fokus padanya, sering berdiam di dalamnya, dan tidak kehilangannya ketika ia meninggal dunia, maka ia akan terlahir kembali di tengah-tengah para deva berbuah besar. Umur kehidupan para deva berbuah besar adalah lima ratus kappa. Kaum duniawi akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan pergi ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam para hantu menderita. Tetapi siswa Sang Bhagavā akan menetap di sana seumur hidupnya, dan ketika ia telah melewatkan keseluruhan umur kehidupan para deva itu, ia akan mencapai nibbāna akhir di dalam kehidupan yang sama itu. Ini adalah kesenjangan, disparitas, perbedaan antara siswa mulia yang terpelajar dan kaum duniawi yang tidak terpelajar, yaitu, ketika ada takdir masa depan dan kelahiran kembali
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.” [130]
126 (6) Cinta Kasih (2)
“Para bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini?
(1) “Di sini, para bhikkhu, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih, [129] demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih, luas, luhur, tidak terukur, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia merenungkan fenomena apa pun di sana yang berhubungan dengan bentuk, perasaan, persepsi, aktivitas-aktivitas kehendak, dan kesadaran sebagai tidak kekal, sebagai penderitaan, sebagai penyakit, sebagai bisul, sebagai anak panah, sebagai kesengsaraan, sebagai siksaan, sebagai makhluk asing, sebagai kehancuran, sebagai kosong, sebagai tanpa-diri. Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di tengah-tengah para deva di alam murni. Ini adalah kelahiran kembali yang tidak terjadi pada kaum duniawi.
(2) “Kemudian, seseorang berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasihan … (3) … kegembiraan altruistik … (4) … keseimbangan, demikian pula arah ke dua, arah ke tiga, dan arah ke empat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi dengan keseimbangan, luas, luhur, tidak terukur, tanpa permusuhan, tanpa niat buruk. Ia merenungkan fenomena apa pun di sana yang berhubungan dengan bentuk, perasaan, persepsi, aktivitas-aktivitas kehendak, dan kesadaran sebagai tidak kekal, sebagai penderitaan, sebagai penyakit, sebagai bisul, sebagai anak panah, sebagai kesengsaraan, sebagai siksaan, sebagai makhluk asing, sebagai kehancuran, sebagai kosong, sebagai tanpa-diri. Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di tengah-tengah para deva di alam murni. Ini adalah kelahiran kembali yang tidak terjadi pada kaum duniawi.
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.”
127 (7) Menakjubkan (1)
“Para bhikkhu, melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna, maka empat hal menakjubkan dan mengagumkan terjadi.<818> Apakah empat ini?
(1) “Ketika, para bhikkhu, seorang bodhisatta meninggal dunia dari alam surga Tusita dan dengan penuh perhatian dan pemahaman jernih memasuki rahim ibunya, maka di dunia ini dengan para deva, Māra, dan Brahmā, dalam populasi ini bersama dengan para petap dan brahmana, para deva dan manusia, suatu cahaya agung yang tak terukur muncul, melampaui keagungan surgawi para deva. Bahkan di alam-alam antara, yang kosong dan kedalamannya tak terukur, wilayah kegelapan dengan kegelapan yang tak tertembus di mana cahaya matahari dan rembulan, yang begitu kuat dan perkasa, tidak menjangkaunya,<819> di sana juga suatu cahaya agung yang tak terukur muncul, keagungan surgawi para deva. Makhluk-makhluk itu yang telah terlahir kembali di sana saling melihat satu sama lain dengan cahaya ini dan berkata: ‘Sungguh, tampaknya ada makhluk-makhluk lain yang telah terlahir di sini.’<820> [131] Ini melampaui adalah hal menakjubkan dan mengagumkan pertama yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.
(2) “Kemudian, ketika seorang bodhisatta dengan penuh perhatian dan pemahaman jernih keluar dari rahim ibunya, maka di dunia ini dengan para deva, Māra, dan Brahmā, dalam populasi ini bersama dengan para petap dan brahmana, para deva dan manusia, suatu cahaya agung yang tak terukur muncul, melampaui keagungan surgawi para deva. Bahkan di alam-alam antara … [makhluk-makhluk] berkata: : ‘Sungguh, tampaknya ada makhluk-makhluk lain yang telah terlahir di sini.’ Ini adalah hal menakjubkan dan mengagumkan ke dua yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.
(3) “Kemudian, ketika seorang Tathāgata tercerahkan pada pencerahan sempurna yang tak tertandingi, maka di dunia ini dengan para deva, Māra, dan Brahmā, dalam populasi ini bersama dengan para petap dan brahmana, para deva dan manusia, suatu cahaya agung yang tak terukur muncul, melampaui keagungan surgawi para deva. Bahkan di alam-alam antara … [makhluk-makhluk] berkata: : ‘Sungguh, tampaknya ada makhluk-makhluk lain yang telah terlahir di sini.’ Ini adalah hal menakjubkan dan mengagumkan ke tiga yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.
(4) “Kemudian, ketika seorang Tathāgata memutar roda Dhamma yang tak tertandingi, maka di dunia ini dengan para deva, Māra, dan Brahmā, dalam populasi ini bersama dengan para petap dan brahmana, para deva dan manusia, suatu cahaya agung yang tak terukur muncul, melampaui keagungan surgawi para deva. Bahkan di alam-alam antara, yang kosong dan kedalamannya tak terukur, wilayah kegelapan dengan kegelapan yang tak tertembus di mana cahaya matahari dan rembulan, yang begitu kuat dan perkasa, tidak menjangkaunya, di sana juga suatu cahaya agung yang tak terukur muncul, melampaui keagungan surgawi para deva. Makhluk-makhluk itu yang telah terlahir kembali di sana saling melihat satu sama lain dengan cahaya ini dan berkata: ‘Sungguh, tampaknya ada makhluk-makhluk lain yang telah terlahir di sini.’ Ini adalah hal menakjubkan dan mengagumkan ke empat yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat hal menakjubkan dan mengagumkan itu yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.”
128 (8 ) Menakjubkan (2)
“Para bhikkhu, melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna, maka empat hal menakjubkan dan mengagumkan terjadi. Apakah empat ini?
(1) “Orang-orang bersenang-senang dalam kemelekatan,<821> menikmati kesenangan di dalam kemelekatan, bergembira di dalam kemelekatan. Tetapi ketika seorang Tathāgata mengajarkan Dhamma tentang ketidak-melekatan,<822> orang-orang ingin mendengar, dan mereka menyimak dan mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya. Ini adalah hal menakjubkan dan mengagumkan pertama yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.
(2) “Orang-orang bersenang-senang dalam kesombongan, menikmati kesenangan di dalam kesombongan, bergembira di dalam kesombongan. [132] Tetapi ketika seorang Tathāgata mengajarkan Dhamma untuk melenyapkan kesombongan, orang-orang ingin mendengar, dan mereka menyimak dan mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya. Ini adalah hal menakjubkan dan mengagumkan ke dua yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.
(3) “Orang-orang bersenang-senang dalam hal-hal yang menggairahkan,<823> menikmati kesenangan di dalam hal-hal yang menggairahkan, bergembira di dalam hal-hal yang menggairahkan. [132] Tetapi ketika seorang Tathāgata mengajarkan Dhamma yang menuntun menuju kedamaian, orang-orang ingin mendengar, dan mereka menyimak dan mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya. Ini adalah hal menakjubkan dan mengagumkan ke tiga yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.
(4) “Orang-orang tenggelam dalam ketidak-tahuan, menjadi seperti sebutir telur, sepenuhnya terbungkus.<824> Tetapi ketika seorang Tathāgata mengajarkan Dhamma untuk melenyapkan ketidak-tahuan, orang-orang ingin mendengar, dan mereka menyimak dan mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya. Ini adalah hal menakjubkan dan mengagumkan ke empat yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat hal menakjubkan dan mengagumkan itu yang terjadi melalui manifestasi seorang Tathāgata, seorang Arahant, seorang Yang Tercerahkan Sempurna.”
129 (9) Menakjubkan (3) <825>
“Para bhikkhu, ada empat hal menakjubkan dan mengagumkan ini pada Ānanda. Apakah empat ini?
(1) “JIka suatu kelompok para bhikkhu datang menemui Ānanda, mereka girang ketika bertemu dengannya. Jika Ānanda berbicara tentang Dhamma kepada mereka, mereka juga girang karena kata-katanya, dan bahwa kelompok para bhikkhu itu masih belum puas ketika Ānanda diam.
(2) “JIka suatu kelompok para bhikkhunī datang menemui Ānanda, mereka girang ketika bertemu dengannya. Jika Ānanda berbicara tentang Dhamma kepada mereka, mereka juga girang karena kata-katanya, dan bahwa kelompok para bhikkhunī itu masih belum puas ketika Ānanda diam.
(3) “JIka suatu kelompok para umat awam laki-laki datang menemui Ānanda, mereka girang ketika bertemu dengannya. Jika Ānanda berbicara tentang Dhamma kepada mereka, mereka juga girang karena kata-katanya, dan bahwa kelompok para umat awam laki-laki itu masih belum puas ketika Ānanda diam.
(4) “JIka suatu kelompok para umat awam perempuan datang menemui Ānanda, mereka girang ketika bertemu dengannya. Jika Ānanda berbicara tentang Dhamma kepada mereka, mereka juga girang karena kata-katanya, dan bahwa kelompok para umat awam perempuan itu masih belum puas ketika Ānanda diam.
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat hal menakjubkan dan mengagumkan pada Ānanda.” [133]
130 (10) Menakjubkan (4)
“Para bhikkhu, ada empat hal menakjubkan dan mengagumkan ini pada seorang raja pemutar roda. Apakah empat ini?
(1) “JIka suatu kelompok para khattiya datang menemui seorang raja pemutar roda, mereka girang ketika bertemu dengannya. Jika sang raja pemutar roda berbicara kepada mereka, mereka juga girang karena kata-katanya, dan bahwa kelompok para khattiya itu masih belum puas ketika sang raja pemutar roda diam.
(2) “JIka suatu kelompok para brahmana datang menemui seorang raja pemutar roda, mereka girang ketika bertemu dengannya. Jika sang raja pemutar roda berbicara kepada mereka, mereka juga girang karena kata-katanya, dan bahwa kelompok para brahmana itu masih belum puas ketika sang raja pemutar roda diam.
(3) “JIka suatu kelompok para perumah tangga datang menemui seorang raja pemutar roda, mereka girang ketika bertemu dengannya. Jika sang raja pemutar roda berbicara kepada mereka, mereka juga girang karena kata-katanya, dan bahwa kelompok para perumah tangga itu masih belum puas ketika sang raja pemutar roda diam.
(4) “JIka suatu kelompok para petapa datang menemui seorang raja pemutar roda, mereka girang ketika bertemu dengannya. Jika sang raja pemutar roda berbicara kepada mereka, mereka juga girang karena kata-katanya, dan bahwa kelompok para perumah tangga itu masih belum puas ketika sang raja pemutar roda diam.
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat hal menakjubkan dan mengagumkan pada seorang raja pemutar roda.
“Demikian pula, para bhikkhu, ada empat hal empat hal menakjubkan dan mengagumkan ini pada Ānanda. Apakah empat ini? … [lengkap seperti pada 4:129] …
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat hal menakjubkan dan mengagumkan pada Ānanda.”