//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Yathabhutam Nyanadassanam (melihat apa adanya), Apakah Arti dan Maksudnya?  (Read 78588 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Satu pertanyaan yang belum Pak Hud jawab untuk memastikan yaitu, terlepas dari itu semua, jika dikatakan 'yathabhutam nyanadassanam' = nibbana, ini berarti pikiran telah lepas dari (melampaui) dualitas, bukankah demikian Pak Hud?

Di dalam 'melihat apa adanya', pikiran (thinking) sebagaimana kita kenal sehari-hari--yakni reaksi dari si aku dengan segala keterkondisiannya dari masa lampau--bukan "lepas" dan "melampaui dualitas" lagi, melainkan sudah berhenti, diam.

Seperti di katakan dalam Mulapariyaya-sutta (MN 1), seorang arahat ketika menerima suatu rangsangan melalui pancaindranya, hanya berhenti sampai pada 'persepsi murni' (sa~njanati), tidak ada lagi konseptualisasi (berpikir, ma~n~nati), sebagaimana kita biasa bereaksi sehari-hari terhadap setiap rangsangan. Karena setiap apa yang dicerap tidak lagi terdistorsi oleh keterkondisian pikiran--karena pikiran diam--maka disebut 'melihat apa adanya'.

Salam,
hudoyo

seperti acuh tak acuh kah pak hud? melihat tapi tak merespons

ada yang sedikit membingungkan mengapa dikatakan sebagai "melihat apa adanya" bukan "sekedar melihat"  (dikarenakan "melihat apa adanya" memiliki makna melihat secara utuh.. sedangkan "sekedar melihat" hanya melihat lalu selesai)

saya jadi sedikit teringat mengenai "mata dewa" penglihatan melalui apa sehingga penglihatan itu bisa dimiliki?
« Last Edit: 18 July 2008, 05:13:09 PM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Sekumpulan pedagang pergi melaut dengan sebuah kapal, kapal tersebut hancur di tengah laut. Penumpang yang selamat hanya 1 orang. Karena pakaiannya hilang, ia mengikatkan sepotong kulita kayu di tubuhnya dan ia memegang mangkok untuk meminta makanan pada orang yang lewat. Beberapa orang membawakan pakaian tapi ia menolaknya dan beberapa mengatakan bahwa ia seorang Arahat, maka dengan pikiran yang salah ia menganggap dirinya seorang Arahat. Oleh karena ia berpandangan salah dan menggunakan sepotong kulit kayu untuk pakaiannya, maka ia dikenal dengan nama Bahiyadaruciriya. Mahabrahma adalah teman
Bahiyadaruciriya dalam kehidupan lampau dan ia ingin mengembalikan kekeliruan Bahiyadaruciriya ke jalan yang benar. Mahabrahma datang menemuinya pada malam hari, ia berkata padanya bahwa dia bukan seorang Arahat dan belum memiliki kwalitas seorang Arahat. Bahiya menjawab memang dia bukan seorang Arahat dan dia bertanya pada temannya, apakah sekarang ini ada seorang Arahat. Mahabrahma berkata bahwa sekarang ini di Savatthi ada seorang Arahat. Buddha Gotama, yang telah mencapai Penerangan Sempurna dengan kemapuanNya sendiri. Bahiya menyadari kesalahannya, kemudian berlari di sepanjang jalan
menuju Savatthi. Karena mahabrahma menolongnya, sehingga jarak yang ditempuh dalam 120 yojana hanya satu malam. Bahiya bertemu Sang Buddha, kemudian ia memohon kepada Sang Buddha untuk membabarkan Dhamma. Sang Buddha menjawab bahwa saat menerima dana makanan bukan waktu yang tepat untuk berkhotbah. Sekali lagi Bahiya memohon agar Sang Buddha membabarkan Dhamma kepadanya. Bahiya terus menerus memohon, sehingga ketika di tepi jalan, Sang Buddha berkata, "Bahiya, ketika kamu melihat suatu obyek, hendaknya sadarlah bahwa hal itu hanyalah obyek yang dilihat, ketika kamu mendengar suatu
suara, sadarlah bahwa hal itu hanyalah suara, ketika kamu mencium, merasa, atau menyentuh sesuatu, sadarlah bahwa hal itu hanya bau, rasa, sentuhan, dan ketika kamu berpikir tentang sesuatu, sadarlah bahwa hal itu hanya obyek pikiran." Setelah mendengar khotbah di atas, Bahiya mencapai tingkat kesucian Arahat dan memohon ijin Sang Buddha untuk menjadi bhikkhu. Sang Buddha berkata kepadanya untuk membawa jubah, mangkuk dan kebutuhan bhikkhu lainnya. Dalam perjalanan untuk mendapatkan barang-barang tersebut, ia diseruduk oleh seekor sapi sehingga meninggal dunia. Ketika Sang Buddha dan para bhikkhu berjalan keluar, mereka menemukan Bahiya telah tergeletak meninggal dunia pada tumpukan sampah. Atas perintah Sang Budddha, para bhikkhu mengkremasikan tubuh Bahiya dan sisa jasmaninya disimpan di dalam sebuah stupa.
Pada kejadian ini Sang Buddha membabarkan syair :
Daripada seribu bait syair yang tak berguna, adalah lebih baik sebait syair yang berguna, yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

( Dhammapada VIII . 2 )
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Woowwww.....panahnya tepat sasaran :o

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
[...]Sang Buddha berkata, "Bahiya, ketika kamu melihat suatu obyek, hendaknya sadarlah bahwa hal itu hanyalah obyek yang dilihat, ketika kamu mendengar suatu suara, sadarlah bahwa hal itu hanyalah suara, ketika kamu mencium, merasa, atau menyentuh sesuatu, sadarlah bahwa hal itu hanya bau, rasa, sentuhan, dan ketika kamu berpikir tentang sesuatu, sadarlah bahwa hal itu hanya obyek pikiran." Setelah mendengar khotbah di atas, Bahiya mencapai tingkat kesucian Arahat ...

Saya tambahkan sedikit dari Bahiya-sutta apa yang tidak terungkap dalam posting di atas:

"Bahiya, di dalam apa yang terlihat hanya ada yang terlihat, di dalam apa yang terdengar hanya ada yang terdengar, di dalam apa yang tercerap oleh indra yang lain hanya ada yang tercerap, di dalam ingatan yang muncul hanya ada ingatan. Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU TIDAK ADA LAGI; itulah, hanya itulah, akhir dukkha."

Ini tuntunan vipassana paling singkat yang pernah diberikan oleh Sang Buddha. Tuntunan yang persis sama diberikan pula kepada Malunkyaputta, seorang bhikkhu tua. Berbeda dengan Bahiya yang langsung bebas begitu mendengar tuntunan ini, Malunkyaputta memerlukan waktu beberapa lama untuk "berlatih", sampai akhirnya juga bebas.

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
seperti acuh tak acuh kah pak hud? melihat tapi tak merespons
ada yang sedikit membingungkan mengapa dikatakan sebagai "melihat apa adanya" bukan "sekedar melihat"  (dikarenakan "melihat apa adanya" memiliki makna melihat secara utuh.. sedangkan "sekedar melihat" hanya melihat lalu selesai)
saya jadi sedikit teringat mengenai "mata dewa" penglihatan melalui apa sehingga penglihatan itu bisa dimiliki?

Menurut pengertian saya 'acuh tak acuh' mengandung sikap "tidak peduli, tidak memperhatikan, tidak menganggap penting, dsb"; pada dasarnya 'acuh tak acuh' adalah KEBALIKAN dari sikap 'acuh'.

Di lain pihak, 'melihat apa adanya' bukanlah kebalikan dari sikap apa pun, melainkan taraf kesadaran yang "lebih tinggi" daripada kesadaran sehari-hari ketika kita memandang segala sesuatu dari sudut kepentingan si aku. 'Melihat apa adanya' dapat diibaratkan seperti orang "bangun" dari mimpi 'kesadaran sehari-hari'.

Mengapa digunakan 'melihat apa adanya' dan bukan 'sekadar melihat'? 'Sekadar melihat' tidak mengisyaratkan adanya perubahan apa pun, tidak ada pencerahan dan pembebasan di situ. Padahal dalam 'melihat apa adanya' terdapat suatu perubahan yang sangat radikal di dalam 'melihat' dan di dalam 'apa yang dilihat'. Yang sering muncul dalam sutta ialah: melihat bahwa sesuatu yang tadinya dianggap kekal, ternyata tidak kekal; melihat bahwa sesuatu yang tadinya dianggap membahagiakan, ternyata adalah dukkha, dsb. Ini bukan memahami secara teoretis, sebagaimana umat Buddhis belajar Dhamma, tapi melihat secara aktual, merealisasikan, dengan dampak adanya perubahan radikal dalam sikap, pikiran dan perbuatan.

Kesimpulan: 'melihat apa adanya' bukanlah hal yang mudah seperti 'sekadar melihat', melainkan sangat sukar, hanya bisa dialami dalam vipassana; 'melihat apa adanya' adalah sinonim dengan 'berhentinya pikiran', 'lenyapnya aku'.

PS: 'melihat apa adanya' tidak ada kaitannya sama sekali dengan 'mata dewa'.

Salam,
hudoyo

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
seperti acuh tak acuh kah pak hud? melihat tapi tak merespons
ada yang sedikit membingungkan mengapa dikatakan sebagai "melihat apa adanya" bukan "sekedar melihat"  (dikarenakan "melihat apa adanya" memiliki makna melihat secara utuh.. sedangkan "sekedar melihat" hanya melihat lalu selesai)
saya jadi sedikit teringat mengenai "mata dewa" penglihatan melalui apa sehingga penglihatan itu bisa dimiliki?

Menurut pengertian saya 'acuh tak acuh' mengandung sikap "tidak peduli, tidak memperhatikan, tidak menganggap penting, dsb"; pada dasarnya 'acuh tak acuh' adalah KEBALIKAN dari sikap 'acuh'.

Di lain pihak, 'melihat apa adanya' bukanlah kebalikan dari sikap apa pun, melainkan taraf kesadaran yang "lebih tinggi" daripada kesadaran sehari-hari ketika kita memandang segala sesuatu dari sudut kepentingan si aku. 'Melihat apa adanya' dapat diibaratkan seperti orang "bangun" dari mimpi 'kesadaran sehari-hari'.

Mengapa digunakan 'melihat apa adanya' dan bukan 'sekadar melihat'? 'Sekadar melihat' tidak mengisyaratkan adanya perubahan apa pun, tidak ada pencerahan dan pembebasan di situ. Padahal dalam 'melihat apa adanya' terdapat suatu perubahan yang sangat radikal di dalam 'melihat' dan di dalam 'apa yang dilihat'. Yang sering muncul dalam sutta ialah: melihat bahwa sesuatu yang tadinya dianggap kekal, ternyata tidak kekal; melihat bahwa sesuatu yang tadinya dianggap membahagiakan, ternyata adalah dukkha, dsb. Ini bukan memahami secara teoretis, sebagaimana umat Buddhis belajar Dhamma, tapi melihat secara aktual, merealisasikan, dengan dampak adanya perubahan radikal dalam sikap, pikiran dan perbuatan.

Kesimpulan: 'melihat apa adanya' bukanlah hal yang mudah seperti 'sekadar melihat', melainkan sangat sukar, hanya bisa dialami dalam vipassana; 'melihat apa adanya' adalah sinonim dengan 'berhentinya pikiran', 'lenyapnya aku'.

PS: 'melihat apa adanya' tidak ada kaitannya sama sekali dengan 'mata dewa'.

Salam,
hudoyo

Ic, mungkin agar lebih pasti dan lebih mudah untuk saya tangkap (maklum saya menyadari agak lambat menangkap hal ini (^_^) ), saya ingin melihatnya dari 2 contoh sekenario , mohon sekiranya pak hud memberikan gambaran dari contoh yang memiliki arti yang bersangkutan dengan topik :

sekenario 1 :

Di depan kita ada 1 buah manusia salju.. apa yang kita tangkap?

Apakah sebuah benda yang tersusun dengan 3 bola-bola beragam ukuran ditambah 1 benda panjang agak kecil

Apakah sebuah benda yang mirip orang-orangan

Apakah hanya sebuah benda

Sekenario 2 :
Di hadapan kita ada 1 buah lukisan dimana pikiran kita menangkap adanya gambar segitiga yang bersinggungan 1/2 bagian dengan lingkaran

Apakah kita melihatnya adanya bentuk segitiga dengan lingkaran

Apakah kita melihatnya mirip-mirip segitiga dan mirip-mirip lingkaran

Apakah kita melihanya hanya sebuah bentuk saja


Salam hangat,
Radi Muliawan
« Last Edit: 19 July 2008, 09:32:35 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
sekenario 1 :

Di depan kita ada 1 buah manusia salju.. apa yang kita tangkap?

Apakah sebuah benda yang tersusun dengan 3 bola-bola beragam ukuran ditambah 1 benda panjang agak kecil

Apakah sebuah benda yang mirip orang-orangan

Apakah hanya sebuah benda

Sekenario 2 :
Di hadapan kita ada 1 buah lukisan dimana pikiran kita menangkap adanya gambar segitiga yang bersinggungan 1/2 bagian dengan lingkaran

Apakah kita melihatnya adanya bentuk segitiga dengan lingkaran

Apakah kita melihatnya mirip-mirip segitiga dan mirip-mirip lingkaran

Apakah kita melihanya hanya sebuah bentuk saja


IMO,
"Melihat apa adanya", bukanlah seperti kedua skenario yg ditawarkan diatas.
"Melihat apa adanya" lebih ditekankan pada "reaksi batin kita dalam mengalami suatu objek".

Contoh:
~ Ada seorang cewek cantik yg berpakaian seksi yg sedang melintas di depan kita

Melihat apa adanya: melihat bahwa ada seorang perempuan yg melintas <--- sebatas kontak dan timbul kesadaran melihat, tidak timbul vedana (suka/tidak suka)

Putthujana melihat: "wow seorang gadis cantik, seksi, kakinya mulus, hmmm... pengen nih" melihat terus sampai hilang dikelokan jalan. <--- vedana (suka) dan niat sudah timbul

Sekedar melihat: acuh tak acuh, ketika ditanya apakah tadi ada perempuan yg melintas, yg ditanya mungkin lupa/tidak ingat.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
sekenario 1 :

Di depan kita ada 1 buah manusia salju.. apa yang kita tangkap?

Apakah sebuah benda yang tersusun dengan 3 bola-bola beragam ukuran ditambah 1 benda panjang agak kecil

Apakah sebuah benda yang mirip orang-orangan

Apakah hanya sebuah benda

Sekenario 2 :
Di hadapan kita ada 1 buah lukisan dimana pikiran kita menangkap adanya gambar segitiga yang bersinggungan 1/2 bagian dengan lingkaran

Apakah kita melihatnya adanya bentuk segitiga dengan lingkaran

Apakah kita melihatnya mirip-mirip segitiga dan mirip-mirip lingkaran

Apakah kita melihanya hanya sebuah bentuk saja


IMO,
"Melihat apa adanya", bukanlah seperti kedua skenario yg ditawarkan diatas.
"Melihat apa adanya" lebih ditekankan pada "reaksi batin kita dalam mengalami suatu objek".

Contoh:
~ Ada seorang cewek cantik yg berpakaian seksi yg sedang melintas di depan kita

Melihat apa adanya: melihat bahwa ada seorang perempuan yg melintas <--- sebatas kontak dan timbul kesadaran melihat, tidak timbul vedana (suka/tidak suka)

Putthujana melihat: "wow seorang gadis cantik, seksi, kakinya mulus, hmmm... pengen nih" melihat terus sampai hilang dikelokan jalan. <--- vedana (suka) dan niat sudah timbul

Sekedar melihat: acuh tak acuh, ketika ditanya apakah tadi ada perempuan yg melintas, yg ditanya mungkin lupa/tidak ingat.

::

Jika dari :
Melihat apa adanya: melihat bahwa ada seorang perempuan yg melintas <--- sebatas kontak dan timbul kesadaran melihat, tidak timbul vedana (suka/tidak suka)

(IMO) dari contoh demikian sepertinya pikiran disitu tidak diam.. pikiran masih menangkap lalu mendefinisikan itu adalah perempuan..

maap (^_^) saya berusaha memahami pengertian melihat adanya saat "pikiran diam" bukan dari vedana timbul atau tidak dikarenakan dalam kutipan dari sutta oleh pak hud :
------
Padahal dalam 'melihat apa adanya' terdapat suatu perubahan yang sangat radikal di dalam 'melihat' dan di dalam 'apa yang dilihat'. Yang sering muncul dalam sutta ialah: melihat bahwa sesuatu yang tadinya dianggap kekal, ternyata tidak kekal; melihat bahwa sesuatu yang tadinya dianggap membahagiakan, ternyata adalah dukkha, dsb.
------
di dalamnya tidak menyinggung mengenai menyenangkan atau tidak menyenangkan tapi lebih memberikan artian menggali lebih dalam (^_^) (dan menggali disini bukan diartikan memenuhi kebutuhan pikiran yang menyelidiki)
« Last Edit: 19 July 2008, 11:38:30 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Sedikit tambahan,

Kalimat "Melihat segala sesuatu sebagaimana adanya", tidak terbatas pada 'melihat dengan mata', melainkan termasuk juga: mendengar, membaui, merasakan, dsbnya.

Mungkin akan lebih tepat kalo dikatakan: "Mengalami segala sesuatu yg kontak dengan indera sebagai mana adanya"

CMIIW

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Sedikit tambahan,

Kalimat "Melihat segala sesuatu sebagaimana adanya", tidak terbatas pada 'melihat dengan mata', melainkan termasuk juga: mendengar, membaui, merasakan, dsbnya.

Mungkin akan lebih tepat kalo dikatakan: "Mengalami segala sesuatu yg kontak dengan indera sebagai mana adanya"

CMIIW

::
betul saya pun menyadari itu bukan hanya melihat dengan mata melainkan mendengar pun.. sehingga saya menangkapnya sebagai pemahaman dalam menerima object dari luar (entah suara, entah bentuk, entah rangsangan)

dikarenakan kadang sekilas saya menangkap bahwa yang dimaksud dengan keterangan yang diberikan.. secara sepintas mengartikan "Observasi" tanpa "Menduga-duga" terlebih menggunakan "perasaan"
« Last Edit: 19 July 2008, 11:21:08 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male

Jika dari :
Melihat apa adanya: melihat bahwa ada seorang perempuan yg melintas <--- sebatas kontak dan timbul kesadaran melihat, tidak timbul vedana (suka/tidak suka)

(IMO) dari contoh demikian sepertinya pikiran disitu tidak diam.. pikiran masih menangkap lalu mendefinisikan itu adalah perempuan..

maap (^_^) saya berusaha memahami pengertian melihat adanya saat "pikiran diam" bukan dari vedana timbul atau tidak

IC... :)

{Menurut pemahaman sy pribadi sd saat ini, 'pikiran' tidak akan diam, yg diam hanyalah EGO (AKU), maka dalam banyak diskusi, sy menghindari memakai kata 'pikiran yg diam', melainkan memilih menggunakan kalimat 'Ego yg padam'}.

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis

Jika dari :
Melihat apa adanya: melihat bahwa ada seorang perempuan yg melintas <--- sebatas kontak dan timbul kesadaran melihat, tidak timbul vedana (suka/tidak suka)

(IMO) dari contoh demikian sepertinya pikiran disitu tidak diam.. pikiran masih menangkap lalu mendefinisikan itu adalah perempuan..

maap (^_^) saya berusaha memahami pengertian melihat adanya saat "pikiran diam" bukan dari vedana timbul atau tidak

IC... :)

{Menurut pemahaman sy pribadi sd saat ini, 'pikiran' tidak akan diam, yg diam hanyalah EGO (AKU), maka dalam banyak diskusi, sy menghindari memakai kata 'pikiran yg diam', melainkan memilih menggunakan kalimat 'Ego yg padam'}.

::



belum beberapa lama ini sepertinya saya sedikit mengerti arti kata pikiran "diam".. saat di sebuah Cafe saya memesan minuman yang tidak tau seperti apa minuman tersebut..

Begitu datang minumannya dan ditaruh di meja..

sepertinya jika saya tidak salah perhatikan ada 2 fenomena berlangsung..

pertama :
melihat gelas berisi air dengan warna kuning dengan busa dan buih diatasnya, disaat itu saya menyadari seperti itulah minuman yang ada didepan saya

Kedua:
Setelah melewati tahap pertama baru pikiran mengenali obyek dan bekerja.. idih kenapa mirip air seni/air kencing ya.. kenapa begini ya.. kenapa begitu ya.. baru muncul perasaan yang tidak menyenangkan.. menjijikan dan lain-lain

menurut pak hud, apakah kejadian pertama dapat digolongkan pikiran "diam" mohon sharing wawasannya pak hud..
« Last Edit: 05 August 2008, 04:33:24 PM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
IC... :)
{Menurut pemahaman sy pribadi sd saat ini, 'pikiran' tidak akan diam, yg diam hanyalah EGO (AKU), maka dalam banyak diskusi, sy menghindari memakai kata 'pikiran yg diam', melainkan memilih menggunakan kalimat 'Ego yg padam'}.

belum beberapa lama ini sepertinya saya sedikit mengerti arti kata pikiran "diam".. saat di sebuah Cafe saya memesan minuman yang tidak tau seperti apa minuman tersebut..

Begitu datang minumannya dan ditaruh di meja..

sepertinya jika saya tidak salah perhatikan ada 2 fenomena berlangsung..

pertama :
melihat gelas berisi air dengan warna kuning dengan busa dan buih diatasnya, disaat itu saya menyadari seperti itulah minuman yang ada didepan saya

Kedua:
Setelah melewati tahap pertama baru pikiran mengenali obyek dan bekerja.. idih kenapa mirip air seni/air kencing ya.. kenapa begini ya.. kenapa begitu ya.. baru muncul perasaan yang tidak menyenangkan.. menjijikan dan lain-lain

menurut pak hud, apakah kejadian pertama dapat digolongkan pikiran "diam" mohon sharing wawasannya pak hud..

Rekan Radi,
Bila Anda sudah bisa 'melihat' (mengalami) bahwa ada DUA fase kesadaran yang Anda sebutkan di atas, maka berarti Anda sudah mengalami 'diamnya pikiran' di cafe itu ...

Biasanya (dalam kesadaran sehari-hari) fase kesatu itu tidak berlangsung lama, paling lama cuma satu detik ... lalu langsung diikuti munculnya pikiran kembali. ... Fase kesatu itu bisa juga muncul dalam keadaan: (1) sangat terkejut; atau (2) sangat asyik, misalnya sangat asyik dengan cerita sebuah film di sebuah bioskop.

Untuk Rekan Willibordus,

Quote
Menurut pemahaman sy pribadi sd saat ini, 'pikiran' tidak akan diam, yg diam hanyalah EGO (AKU), ...

Sang Buddha sudah menceritakan 'berhentinya pikiran' itu dalam Mulapariyaya-sutta, Majjhima Nikaya, 1. Di situ, beliau menjelaskan terjadinya proses pikiran dalam diri seorang puthujjana. Proses itu terjadi secepat kilat melalui 6 langkah:

(1) 'persepsi murni' - ketika pikiran belum bergerak, belum menanggapi, belum mengenali, belum memberi label, belum membanding-bandingkan, belum mengambil kesimpulan dst. ... dalam bahasa Pali ini disebut 'sa~njanati' ... inilah yang dinamakan oleh Rekan Radi sebagai "fase kesatu" dari pikiran;

(2)-(6) 'proses pikiran' itu sendiri (pembentukan konsep, pengenalan, pemberian label, pembandingan, pengambilan keputusan dst); ini terjadi melalui lima langkah secepat kilat ... berpikir ini dalam bahasa Pali disebut 'ma~n~nati'(conceptualizing, thinking):

(2) 'konseptualisasi' (pembentukan konsep, pelabelan) - kalau saya melihat suatu wujud (dalam langkah #1 disebut 'persepsi murni'), maka dalam langkah #2 ini wujud itu saya kenali, saya beri label, misalnya "bunga";

(3) 'munculnya atta/diri (self)', tapi masih belum terpisah dasi obyek semula ... diri masih menyatu dengan "bunga";

(4) 'diri/atta' memisahkan diri dari 'obyek' ... maka untuk pertama kali dalam proses itu terjadilah DUALITAS antara 'subyek' dan 'obyek' ... 'aku' berhadapan dengan "bunga";

(5) 'diri/atta' membentuk relasi/hubungan dengan 'obyek' ... "aku ingin memetik bunga" -- kalau obyeknya lain, misalnya "ular", maka relasinya lain pula;

(6) muncul 'perasaan/emosi' menyertai pikiran ... melihat "bunga" timbul "senang hati", melihat "ular" timbul "rasa takut" dsb.

Itulah proses pikiran dalam batin seorang puthujjana yang terjadi secepat kilat setiap kali kita berpikir.

Sang Buddha juga menjelaskan, dalam diri seorang 'sekha' (yang berlatih vipassana), "hendaknya proses itu berhenti sampai langkah #1, dan tidak timbul langkah #2-6".

Lalu, Sang Buddha menjelaskan, dalam diri seorang arahat/Buddha proses pikiran itu berhenti pada langkah #1 saja, dan tidak pernah lagi timbul langkah #2-6.

Rekan Willibordus, bagaimanakah Anda menyikapi khotbah Sang Buddha itu? Tidakkah "seharusnya" Anda berlatih pula untuk menerapkannya dalam kesadaran vipassana Anda?

Salam,
Hudoyo


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
{Menurut pemahaman sy pribadi sd saat ini, 'pikiran' tidak akan diam, yg diam hanyalah EGO (AKU), maka dalam banyak diskusi, sy menghindari memakai kata 'pikiran yg diam', melainkan memilih menggunakan kalimat 'Ego yg padam'}.

TAMBAHAN:

Mulapariyaya-sutta menegaskan bahwa atta/aku itu diciptakan oleh pikiran (ma~n~nati, conceptualizing) ... jadi tidak mungkin atta/aku ("ego") diam selama pikiran tidak diam ...

Apa itu 'ego'?
Saya rasa, kita semua setuju bahwa Lobha, Dosa & Moha itu bersumber pada diri/atta/ego.
Tapi setujukah Anda bila dikatakan bahwa Metta, Karuna, Mudita & Upekkha (Brahma-vihara) juga bersumber pada diri/atta/ego?

Menurut saya, brahma-vihara juga bersumber pada diri/atta/aku, yang halus. ... Orang yang melekat pada brahma-vihara tidak akan bebas ... ia cuma akan sampai ke alam brahma, tidak lebih. ...

Kebebasan (nibbana) baru tercapai bila batin sudah bebas dari diri/atta seluruhnya, bebas dari yang buruk maupun dari yang baik. ...

Yo'dha pu~n~na~n ca paapa~n ca
ubho sa.nga.m upaccagaa
Asoka.m viraja.m suddha.m
tam aha.m bruumi braahma.na.m.


"Ia yang telah mengatasi apa yang baik dan apa yang buruk,
juga pandangan-pandangan yang membelenggu,
tanpa kesedihan, tanpa noda, murni,
dialah kunamakan brahmana." 
[Dhammapada 412]

Salam,
hudoyo

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
delete....
Menurut saya, brahma-vihara juga bersumber pada diri/atta/aku, yang halus. ... Orang yang melekat pada brahma-vihara tidak akan bebas ... ia cuma akan sampai ke alam brahma, tidak lebih. ...
Delete....
Salam,
hudoyo

Pak Hudoyo....

Yang saya bold itu kan "MELEKAT".... yang namanya MELEKAT itu pasti tidak akan bebas.

Menurut Hakikat sesungguhnya....MELEKAT pada objek = LOBHA

Anumodana atas penjelasannya... _/\_

_/\_ :lotus:

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

 

anything