//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Yathabhutam Nyanadassanam (melihat apa adanya), Apakah Arti dan Maksudnya?  (Read 78569 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
yah saya rangkum aja :P

langkah2nya adalah:

1. AKU kasar dikendalikan AKU halus
2. AKU kasar lenyap
3. AKU halus dikendalikan AKU halus? ---> AKU padam sendiri tertiup angin ^-^
4. AKU halus lenyap

bagaimana? setuju? ;D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Quote
3. AKU halus dikendalikan AKU halus? ---> AKU padam sendiri tertiup angin

Ga setuju!  ;D Kalo indoor 'kan ga ada angin, gimana padaminnya??

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Bro willi,sungguh menarik sekali berdiskusi dengan orang terbuka seperti anda...;D
Pertama saya sarankan kepada bro willi untuk jangan "berusaha" untuk "memahaminya" cukup direnungkan saja...Jika "diusahakan" maka menurut saya makin "kurang jelas"...^:)^
Quote
Kontradiksinya:
1. Bro Riky mengatakan bahwa AKU tidak bisa mengendalikan AKU, tapi dilain pihak Bro Riky mengatakan: 'Aku yg kasar' bisa dikendalikan oleh 'AKU yg halus'.
Dalam pernyataan mana didalam posting saya yang mengatakan bahwa,"AKU tidak bisa mengendalikan AKU?"
Mungkin yang bro willi maksudkan adalah saya mengatakan bahwa,"AKU tidak bisa mengendalikan AKU yang HALUS,karena AKU yang HALUS adalah AKU itu sendiri"
'Aku yg kasar' bisa dikendalikan oleh 'AKU yg halus'
Karena aku yang KASAR maupun HALUS ADALAH AKU juga.Seperti yang sudah saya jelaskan di posting saya sebelumnya "aku" yang halus(AKU) bisa mengendalikan "aku" yang kasar,karena aku yang KASAR bisa terlihat dengan "jelas" oleh AKU...Cthnya: AKU "marah",AKU "kecewa",AKU "Bersedih",AKU "bergembira" dstnya.....

Quote
2. Pertama2 Bro Riky mengatakan "Jika saja setiap orang bisa mengendalikan AKUnya", tapi dipost2 selanjutnya ditulis: "AKU tidak bisa dikendalikan"
Saya menuliskan Kata2 tersebut bukankah sudah saya terangkan maksud  dari kata2 saya tersebut?AKU yang saya maksudkan didalam kata2 saya adalah AKU yang KASAR yang dapat dikendalikan....tetapi AKU yang Halus tidak mungkin bisa dikendalikan karena AKU yang HALUS adalah AKU itu sendiri,sehingga bagaimana caranya atta padam?Tujuan AKU yang saya tuliskan sendiri pun bukan mengacu pada NIBBANA tetapi mengacu pada "CARA MENGHADAPI PERBEDAAN2 YANG ADA".

Quote
3. Bro Riky mengatakan orang2 seringkali memberi label untuk membeda2kannya. Nah Bro Riky sendiri ternyata memberi label juga: AKU yg kasar dan AKU yg halus <--- bukankah ini label juga? Orang2 perlu label untuk berkomunikasi seperti anda juga kan?
Yap."label" memang penting untuk berkomunikasi,tetapi ketika mencapai NIBBANA tidak ada "label" lagi...Orang suka memberikan "label" untuk membeda2kan sehingga banyak orang yang tidak bisa melihat "kebenaran" lagi...Karena mereka merasa segala sesuatu ada INTINYA atau BERDIRI SENDIRI...Ini yang saya maksudkan suka memberikan "label"

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
yah saya rangkum aja :P

langkah2nya adalah:

1. AKU kasar dikendalikan AKU halus
2. AKU kasar lenyap
3. AKU halus dikendalikan AKU halus? ---> AKU padam sendiri tertiup angin ^-^
4. AKU halus lenyap

bagaimana? setuju? ;D
Tidak mengerti saya ^:)^

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
 [at]  Riky
 [at]  Tesla
 [at]  Kainyn

ha3 jadi mumet juga ya...  :))

kupikir kita sudahin aja...
renungin dan jalanin dulu aja masing2  :)

(mo nyante, malam minggu nih  ;D)


 _/\_

salam,
willi

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
sori, balik lagi bentar:

yah saya rangkum aja :P

langkah2nya adalah:

1. AKU kasar dikendalikan AKU halus
2. AKU kasar lenyap
3. AKU halus dikendalikan AKU halus? ---> AKU padam sendiri tertiup angin ^-^
4. AKU halus lenyap

bagaimana? setuju? ;D

Ini kekna oke....

~ Untuk mengikis "aku kasar" masih diperlukan usaha dan bagi sebagian orang memerlukan langkah2 tertentu
~ "Aku halus" akan tersadarkan nantinya saat kondisinya pas dan tanpa usaha

dah... ini oke, udah jelas.

Anumodana

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
"aku seorang kapiten" :D

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
[at]atas..
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
[at]  Riky
 [at]  Tesla
 [at]  Kainyn

ha3 jadi mumet juga ya...  :))

kupikir kita sudahin aja...
renungin dan jalanin dulu aja masing2  :)

(mo nyante, malam minggu nih  ;D)


 _/\_

salam,
willi




Hanya mumet di definisi istilah saja sih, karena masing2 di sini pake definisi yang beda. Ya, nanti kita lanjut di thread lain aja kalo ada  :)
 _/\_

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
'Yathabhutam nyanadassanam' jauh lebih dalam daripada sekadar ketenangan ... ketenangan bisa dicapai dengan sekadar samatha-bhavana. .... Sedangkan 'yathabhutam-nyanadassanam' adalah suatu PENEMBUSAN ... ketika batin masuk ke dalam suatu kesadaran yang lain sama sekali ... di mana pikiran/si aku berhenti ... itulah kesadaran 'anatta' ... sinonim dari 'nibbana'. ...

Hmmm sepertinya ”indah” sekali Pak Hud, tapi sayangnya saya belum pada tahap yang mungkin sudah Pak Hud alami itu, ya maklum baru coba secara kilat. Jadi hanya itu (ketenangan) yang saya sampaikan, sedangkan masalah ”AKU" runtuh saya tidak bisa berkomentar. :)

Quote
Rasa 'aku', rasa eksis sebagai individu, sebagai pusat dari eksistensi diri, ini datang dari pikiran ... jadi 'aku' dan pikiran itu timbul dan lenyap bersama-sama, tidak bisa dipisahkan ... keduanya merintangi orang melihat apa adanya. ...

Di sini tidak ada "menggunakan pikiran tanpa-aku untuk melihat" ... pikiran tanpa-aku itu muncul dengan sendirinya ... bukan "digunakan" ... tidak ada subyek lagi yang "menggunakan" ...

Jadi, 'pikiran berhenti' = 'aku berakhir' = 'yathabhutam nyanadassanam' = nibbana. ... semua istilah itu sinonim ... tidak ada lagi sebab-akibat, 'ini' menghasilkan 'itu'.

Bagi saya, dari penjelasan Pak Hud, secara awam 'yathabhutam nyanadassanam’ adalah suatu hasil, hasil dari yaaa.. katakanlah MMD. Sekali lagi secara awam.
Terlepas dari itu semua, jika dikatakan 'yathabhutam nyanadassanam' = nibbana, ini berarti pikiran telah lepas dari (melampaui) dualitas, bukankah demikian Pak Hud?

Quote
'Paticca-samuppada' maupun Upanisa-sutta itu digambarkan seolah-olah sebagai proses kaitan satu mata rantai dengan mata rantai yang lain DI DALAM WAKTU. ... Ini hanya untuk sekadar dekripsi/uraian secara intelektual semata-mata ...

Menurut pengertian saya, tidak demikian halnya ... seluruh mata-rantai dalam paticca-samuppada atau Upanisa-sutta itu muncul bersamaan dan runtuh bersamaan ... tidak ada waktu di situ (akaliko = tanpa 'kala', waktu) ... Apabila memang sudah waktunya runtuh ... maka tidak ada 'proses keruntuhannya' ... di situ secara seketika (tanpa waktu) muncul: 'pikiran berhenti' = 'aku berakhir' = 'yathabhutam nyanadasssanam' = nibbana.

Hmmm IC...

Thanks Pak Hud
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142


bantu dikit ahhh... bagaimana anda menjawab duluan mana telur apa ayam :D

Telur  ;D
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Hmmm sepertinya ”indah” sekali Pak Hud, tapi sayangnya saya belum pada tahap yang mungkin sudah Pak Hud alami itu, ya maklum baru coba secara kilat. Jadi hanya itu (ketenangan) yang saya sampaikan, sedangkan masalah ”AKU" runtuh saya tidak bisa berkomentar. :)
Sang Buddha sering berkata, dalam batin seorang arahat tidak ada lagi pikiran 'Ini milikku, ini aku, ini diriku". ... 'Aku' itu tercipta ketika pikiran bergerak ... ketika pikiran diam, 'aku' pun lenyap kembali ...

Menurut kitab Tipitaka, dalam batin seorang arahat pikiran & aku itu lenyap untuk selamanya. ... Tetapi seorang puthujjana bisa juga mengalami keadaan itu, sekalipun hanya untuk sementara waktu ... YM Buddhadasa menamakannya "mencicipi nibbana". ...


Quote
Bagi saya, dari penjelasan Pak Hud, secara awam 'yathabhutam nyanadassanam’ adalah suatu hasil, hasil dari yaaa.. katakanlah MMD. Sekali lagi secara awam.
Terlepas dari itu semua, jika dikatakan 'yathabhutam nyanadassanam' = nibbana, ini berarti pikiran telah lepas dari (melampaui) dualitas, bukankah demikian Pak Hud?
Kalau dipahami sebagai "hasil", maka "yathabhutam nyanadassanam" itu tidak bebas dari hukum sebab-akibat, dan dengan demikian tetap tercengkeram anicca dan dukkha. ... Padahal itu sinonim dari 'anatta', sinonim dari 'pannya', sinonim dari 'nibbana'. ...

Jadi menurut hemat saya, itu muncul begitu saja ... bukan "akibat" atau "hasil" dari sesuatu lain yang mendahuluinya. ... Bila pikiran & aku ini berhenti, dia muncul, tapi dia bukan 'akibat' atau 'hasil' dari berhentinya pikiran & aku. ... :) ... Oleh karena itu, IA TIDAK BISA DIKEJAR, DIUPAYAKAN.

Salam,
hudoyo

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Satu pertanyaan yang belum Pak Hud jawab untuk memastikan yaitu, terlepas dari itu semua, jika dikatakan 'yathabhutam nyanadassanam' = nibbana, ini berarti pikiran telah lepas dari (melampaui) dualitas, bukankah demikian Pak Hud?
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Satu pertanyaan yang belum Pak Hud jawab untuk memastikan yaitu, terlepas dari itu semua, jika dikatakan 'yathabhutam nyanadassanam' = nibbana, ini berarti pikiran telah lepas dari (melampaui) dualitas, bukankah demikian Pak Hud?

Di dalam 'melihat apa adanya', pikiran (thinking) sebagaimana kita kenal sehari-hari--yakni reaksi dari si aku dengan segala keterkondisiannya dari masa lampau--bukan "lepas" dan "melampaui dualitas" lagi, melainkan sudah berhenti, diam.

Seperti di katakan dalam Mulapariyaya-sutta (MN 1), seorang arahat ketika menerima suatu rangsangan melalui pancaindranya, hanya berhenti sampai pada 'persepsi murni' (sa~njanati), tidak ada lagi konseptualisasi (berpikir, ma~n~nati), sebagaimana kita biasa bereaksi sehari-hari terhadap setiap rangsangan. Karena setiap apa yang dicerap tidak lagi terdistorsi oleh keterkondisian pikiran--karena pikiran diam--maka disebut 'melihat apa adanya'.

Salam,
hudoyo