//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Yathabhutam Nyanadassanam (melihat apa adanya), Apakah Arti dan Maksudnya?  (Read 78572 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Kemelekatan pada pandangan2 (benar dan salah) itulah miccha ditthi cetasika (halus dan kasar).
Btw...Saya lagi berusaha untuk memanage miccha ditthi yang halus itu....tapi kadang-kadang Rem saya blong juga... ;D
Maaf, Ibu Lily ... mungkin jalan Anda agak berbeda sedikit dari jalan saya ... :)

Kalau saya, saya tidak "berusaha me-manage" miccha-ditthi ... karena bagi saya tidak ada perbedaan antara miccha-ditthi dan samma-ditthi. ... :)  Kedua-duanya adalah pikiran ... Kalau saya berusaha me-manage miccha-ditthi, maka usaha itu tidak akan ada akhirnya ... :)

Nah, yang saya "lakukan" adalah menyadari setiap pikiran muncul ... entah itu miccha-ditthi entah itu samma-ditthi ...

Kalau pikiran berhenti ... maka atta pun berhenti ... Itulah nibbana ... entah untuk sementara (nibbana-nya puthujjana), entah menetap untuk selamanya (nibbana-nya arahat). ... :)

Salam,
hudoyo

Pak Hudoyo...

Anumodana atas sharingnya... _/\_

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Akhirnya selesai membacanya. ;D Mari kita review beberapa hal dari topik ini.


Quote
Tesla:
melihat apa adanya adalah melihat tanpa nafsu

Willibordus:
melihat tanpa disertai Perasaan 'suka' atau 'tidak suka'.
Melihat apa adanya, sebagai bagian dari proses ketidakkekalan, dan tidak ada aku / milikku.

Riky_dave:
Melihat apa adanya ketika pada saat persepsi murni atau Terhentinya pikiran dikatakan juga terhentinya "segala sesuatu.....
.........pikiran yg menimbulkan "aku",perasaan,kehendak,keinginan,dll....
Maka ketika pikiran itu terhenti( hanya ada persepsi murni tanpa pikiran)maka itu dikatakan melihat segala sesuatu apa adanya..

Radi_muliawan
menurut saya pribadi, jika dilihat dari maksud Yathabhutam Nyanadassanam adalah melihat dengan kesadaran dan pencerapan yang baik bukan dengan perasaan atau keinginan.

Pak Hud:
yathabhutam nyanadassanam' berarti "memahami & melihat (nyana-dassanam) apa adanya (yathabhutam)"

Lebih dalam lagi, 'yathabhutam nyanadassanam' adalah melihat tanpa dicampuri/dipengaruhi oleh kepentingan si aku/atta, yang muncul sebagai pikiran.

KESIMPULAN dari Pak Hud: 'yathabhutam nyanadassanam' (melihat apa adanya) adalah kunci dari pembebasan, yang tercapai melalui meditasi, di mana pikiran, perasaan, si aku berhenti - di situlah terdapat akhir dukkha, nibbana


Persamaan dari para pembicara terhadap 'yathabhutam nyanadassanam' adalah melihat dengan tanpa ada keterlibatan perasaan emosi (suka-benci, suka- tidak suka, dsb). Dan dari apa yang saya renungkan dan coba secara awam dan kilat, maka 'yathabhutam nyanadassanam' menghasilkan ketenangan pada pikiran, ini yang sepertinya tidak disinggung. Tapi apakah menghasilkan runtuhnya ”AKU”, saya tidak tahu karena belum sampai pada taraf itu. Dan justru timbul pertanyaan.

Pertanyaannya: apa kaitannya antara tanpa ”AKU” dengan 'yathabhutam nyanadassanam', apakah maksudnya menggunakan pikiran yang tanpa ”Aku” untuk melihat, atau justru tanpa ”Aku” disini sebagai HASIL dari 'yathabhutam nyanadassanam'??

Kalau dilihat dari perkataan Pak Hudoyo bahwa 'yathabhutam nyanadassanam' (melihat apa adanya) adalah kunci, serta dari membaca Upanisa-sutta (S.N. 12.23), nampaknya 'yathabhutam nyanadassanam' bukanlah proses final suatu batin yang terbebaskan dari kekotoran. Benarkah demikian?

Untuk sementara itu dulu.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Persamaan dari para pembicara terhadap 'yathabhutam nyanadassanam' adalah melihat dengan tanpa ada keterlibatan perasaan emosi (suka-benci, suka- tidak suka, dsb). Dan dari apa yang saya renungkan dan coba secara awam dan kilat, maka 'yathabhutam nyanadassanam' menghasilkan ketenangan pada pikiran, ini yang sepertinya tidak disinggung. [...]
'Yathabhutam nyanadassanam' jauh lebih dalam daripada sekadar ketenangan ... ketenangan bisa dicapai dengan sekadar samatha-bhavana. .... Sedangkan 'yathabhutam-nyanadassanam' adalah suatu PENEMBUSAN ... ketika batin masuk ke dalam suatu kesadaran yang lain sama sekali ... di mana pikiran/si aku berhenti ... itulah kesadaran 'anatta' ... sinonim dari 'nibbana'. ...

Quote
Pertanyaannya: apa kaitannya antara tanpa ”AKU” dengan 'yathabhutam nyanadassanam', apakah maksudnya menggunakan pikiran yang tanpa ”Aku” untuk melihat, atau justru tanpa ”Aku” disini sebagai HASIL dari 'yathabhutam nyanadassanam'??
Rasa 'aku', rasa eksis sebagai individu, sebagai pusat dari eksistensi diri, ini datang dari pikiran ... jadi 'aku' dan pikiran itu timbul dan lenyap bersama-sama, tidak bisa dipisahkan ... keduanya merintangi orang melihat apa adanya. ...

Di sini tidak ada "menggunakan pikiran tanpa-aku untuk melihat" ... pikiran tanpa-aku itu muncul dengan sendirinya ... bukan "digunakan" ... tidak ada subyek lagi yang "menggunakan" ...

Jadi, 'pikiran berhenti' = 'aku berakhir' = 'yathabhutam nyanadassanam' = nibbana. ... semua istilah itu sinonim ... tidak ada lagi sebab-akibat, 'ini' menghasilkan 'itu'. ...

Quote
Kalau dilihat dari perkataan Pak Hudoyo bahwa 'yathabhutam nyanadassanam' (melihat apa adanya) adalah kunci, serta dari membaca Upanisa-sutta (S.N. 12.23), nampaknya 'yathabhutam nyanadassanam' bukanlah proses final suatu batin yang terbebaskan dari kekotoran. Benarkah demikian?
'Paticca-samuppada' maupun Upanisa-sutta itu digambarkan seolah-olah sebagai proses kaitan satu mata rantai dengan mata rantai yang lain DI DALAM WAKTU. ... Ini hanya untuk sekadar dekripsi/uraian secara intelektual semata-mata ...

Menurut pengertian saya, tidak demikian halnya ... seluruh mata-rantai dalam paticca-samuppada atau Upanisa-sutta itu muncul bersamaan dan runtuh bersamaan ... tidak ada waktu di situ (akaliko = tanpa 'kala', waktu) ... Apabila memang sudah waktunya runtuh ... maka tidak ada 'proses keruntuhannya' ... di situ secara seketika (tanpa waktu) muncul: 'pikiran berhenti' = 'aku berakhir' = 'yathabhutam nyanadasssanam' = nibbana.

Salam,
hudoyo

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Sekejap pikiran tercipta, sekejap pula pikiran berhenti.
Sekejap samsara tercipta, sekejap pula nirvana tercapai.   :)
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Selami batin sendiri,maka segala kebenaran akan terkuak...
Bukan masalah siapa yang "benar" bukan juga masalah siapa yang "salah"...
Pada dasarnya setiap manusia memiliki perbedaan....
Bahkan sepasang kembar identik pun memiliki perbedaan...
Akankah perbedaan menjadi sebuah perpecahan?
Akankah perbedaan menjadi sebuah kendala?
Jika setiap orang bisa mengendalikan "aku"nya,maka perbedaan bukan suatu hal yang penting...
Lihatlah hewan berkaki seribu,walaupun kakinya seribu tetapi jika dia mengarahkannya dengan baik,beriringan,maka kaki seribu tersebut bukanlah sebuah kendala apa2....
Semua yang mencari kebahagian/kebenaran pada hakikatnya tujuannya sama walaupun berbeda caranya....
Apa pun yang kita yakini,ketika kita tiba di pantai seberang maka semuanya akan mengalir seperti air sungai yang berada di berbagai tempat yang mengalir ke lautan....

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Selami batin sendiri,maka segala kebenaran akan terkuak...
Bukan masalah siapa yang "benar" bukan juga masalah siapa yang "salah"...
Pada dasarnya setiap manusia memiliki perbedaan....
Bahkan sepasang kembar identik pun memiliki perbedaan...
Akankah perbedaan menjadi sebuah perpecahan?
Akankah perbedaan menjadi sebuah kendala?
Jika setiap orang bisa mengendalikan "aku"nya,maka perbedaan bukan suatu hal yang penting...
Lihatlah hewan berkaki seribu,walaupun kakinya seribu tetapi jika dia mengarahkannya dengan baik,beriringan,maka kaki seribu tersebut bukanlah sebuah kendala apa2....
Semua yang mencari kebahagian/kebenaran pada hakikatnya tujuannya sama walaupun berbeda caranya....
Apa pun yang kita yakini,ketika kita tiba di pantai seberang maka semuanya akan mengalir seperti air sungai yang berada di berbagai tempat yang mengalir ke lautan....


>> Jika setiap orang bisa mengendalikan "aku"nya...

 ???

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
[at]atas...
Yap..."Mengendalikan" bukan "Sadar" ...
Disini saya katakan "mengendalikan" dulu...Tidak langsung "Sadar"...
Karena jika sudah "Sadar" maka tidak ada lagi perbedaan semuanya adalah SAMA....

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
[at]atas...
Yap..."Mengendalikan" bukan "Sadar" ...
Disini saya katakan "mengendalikan" dulu...Tidak langsung "Sadar"...
Karena jika sudah "Sadar" maka tidak ada lagi perbedaan semuanya adalah SAMA....

Salam,
Riky

Anumodana Bro Riky,

Berarti untuk bisa 'mengendalikan' kita tentu perlu tools.
~ Untuk bisa mengendalikan 'aku' / pikiran, kita tentu perlu mengenali dulu jenis2 aku / pikiran yg muncul.
~ Kita perlu tau sifat2 si Aku (pikiran) ini.
~ Untuk bisa mengendalikan, kita tentu perlu BELAJAR, tahap demi tahap, mulai dari Aku yg paling kasar (yg paling mudah dideteksi) sd aku yg paling halus (tahapan terdalam).
~ perlu usaha

Bukankah demikian?

 _/\_

::




Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Untuk mengendalikan kuda, perlu belajar naik kuda, perlu usaha untuk menjinakkan kuda.
Untuk mengndalikan mobil, perlu bljaar nyetir, blajar peraturan lalu lintas.
Untuk mengendalikan pikiran ... .... .... <isi aja sendiri>

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Bro Willi,
Quote
Berarti untuk bisa 'mengendalikan' kita tentu perlu tools.
Ya.. untuk "mengendalikan" memang butuh tools.Tapi perlu saya tegaskan dalam hal ini ,yang saya ketahui untuk "Sadar" maka tidak ada yang perlu "dikendalikan"..

Quote
~ Untuk bisa mengendalikan 'aku' / pikiran, kita tentu perlu mengenali dulu jenis2 aku / pikiran yg muncul.
Mengendalikan "aku" disini yang saya maksudkan adalah ketika kita marah,diamkan dulu marahnya baru berbicara..."Mengendalikan" disini berbeda makna dengan "Sadar"...

Quote
~ Kita perlu tau sifat2 si Aku (pikiran) ini.
Bagaimana anda bisa mengetahui sifat si "Aku" yang sangat licin ini?

Quote
~ Untuk bisa mengendalikan, kita tentu perlu BELAJAR, tahap demi tahap, mulai dari Aku yg paling kasar (yg paling mudah dideteksi) sd aku yg paling halus (tahapan terdalam).
~ perlu usaha
Mengendalikan=Memang butuh "usaha" dan "Belajar"...
Tetapi "Sadar" tidak perlu apa2...Tidak perlu usaha,tidak perlu BELAJAR,tidak perlu PENGETAHUAN..

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Mengendalikan=Memang butuh "usaha" dan "Belajar"...
Tetapi "Sadar" tidak perlu apa2...Tidak perlu usaha,tidak perlu BELAJAR,tidak perlu PENGETAHUAN..

Betul sekali Bro Riky, setuju  :)

Seperti yg Bro Riky katakan: "Jika saja setiap orang bisa mengendalikan 'Aku' nya...."
Berarti mengendalikan Aku ini sangatlah penting sekali.

Sedangkan untuk bisa mengendalikan si Aku ini, kita perlu usaha dan belajar, kita perlu tools, kita perlu bimbingan dari yg sudah bisa mengendalikan.

Sedangkan untuk 'sadar', memang tidak dibutuhkan usaha seperti 'mengendalikan' diatas....

----

Satu lagi, Bro Riki mengatakan kita tidak akan bisa mengetahui sifat si Aku ini karena ia sangat licin.

Si Aku ini memang licin, namun bukan berarti kita tidak bisa mengetahui sifatnya.
Sifat si Aku adalah:
~ tidak kekal
~ selalu berakumulasi (kecenderungan lama akan berpadu dengan aku yg baru, membentuk kecenderungan baru)
~ tidak pernah merasa puas

Dengan mengetahui sifat2 si Aku ini, maka seandainya dia muncul, maka kita segera bisa mengenalinya, dan kita dapat memutuskan apakah akan membiarkan ia berakumulasi menjadi semakin buruk atau mencegahnya (dengan bermacam2 cara)

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Bro willi,
Quote
Si Aku ini memang licin, namun bukan berarti kita tidak bisa mengetahui sifatnya.
Sifat si Aku adalah:
~ tidak kekal
~ selalu berakumulasi (kecenderungan lama akan berpadu dengan aku yg baru, membentuk kecenderungan baru)
~ tidak pernah merasa puas

Dengan mengetahui sifat2 si Aku ini, maka seandainya dia muncul, maka kita segera bisa mengenalinya, dan kita dapat memutuskan apakah akan membiarkan ia berakumulasi menjadi semakin buruk atau mencegahnya (dengan bermacam2 cara)
Tidakkah yang bro katakan hanyalah sebuah teori?Selama saya tidak mengetahui "aku",merasakan "aku","sadar" thdp "aku",bagaimana saya bisa mendiskripsikan "aku" tsb?
Yang bro katakan mungkin memang benar tetapi itu mungkin hanya tercakup dalam konteks "aku" yang kasar,jika "aku" yang halus saya ragu terhadap konteks tersebut,sekali lagi ini  hanya pendapat saya ^:)^

Salam,
Riky
« Last Edit: 20 June 2008, 02:51:37 PM by Riky_dave »
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Bro willi,
Tidakkah yang bro katakan hanyalah sebuah teori?Selama saya tidak mengetahui "aku",merasakan "aku","sadar" thdp "aku",bagaimana saya bisa mendiskripsikan "aku" tsb?
Yang bro katakan mungkin memang benar tetapi itu mungkin hanya tercakup dalam konteks "aku" yang kasar,jika "aku" yang halus saya ragu terhadap konteks tersebut,sekali lagi ini  hanya pendapat saya ^:)^

Bro Riky,
Di awal Bro Riky menjelaskan bahwa kita perlu mengendalikan si AKU kita.
Dan Bro juga setuju bahwa diperlukan usaha dan belajar, supaya bisa mengendalikan si Aku tsb.

Mungkin bisa Bro Riky jelaskan, bagaimana cara 'mengendalikan si Aku' itu?
Apa langkah2 yg perlu kita lakukan?

Salam,
willi

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Bro willi,
Quote
Si Aku ini memang licin, namun bukan berarti kita tidak bisa mengetahui sifatnya.
Sifat si Aku adalah:
~ tidak kekal
~ selalu berakumulasi (kecenderungan lama akan berpadu dengan aku yg baru, membentuk kecenderungan baru)
~ tidak pernah merasa puas

Dengan mengetahui sifat2 si Aku ini, maka seandainya dia muncul, maka kita segera bisa mengenalinya, dan kita dapat memutuskan apakah akan membiarkan ia berakumulasi menjadi semakin buruk atau mencegahnya (dengan bermacam2 cara)
Tidakkah yang bro katakan hanyalah sebuah teori?Selama saya tidak mengetahui "aku",merasakan "aku","sadar" thdp "aku",bagaimana saya bisa mendiskripsikan "aku" tsb?
Yang bro katakan mungkin memang benar tetapi itu mungkin hanya tercakup dalam konteks "aku" yang kasar,jika "aku" yang halus saya ragu terhadap konteks tersebut,sekali lagi ini  hanya pendapat saya ^:)^

Salam,
Riky

Memberikan pendapat dikit,
Jika kita tidak mengetahui mana "Aku", "Pikiran", "Sadar" dll
Lalu bagemana cara kamu "mengetahui" bahwa kamu saat ini sedang SADAR ?
Lalu bagemana kamu bisa "mengetahui" bahwa kamu "hidup saat ini"
Mungkin anda menjawab, ya sadari aja, darimana kamu bisa mengetahui bahwa kamu SADAR ? jika kamu ga tahu beda SADAR dan Ga SADAR ?? ;D
Darimana kamu TAHU ini "pikiran", ini "bukan pikiran", ini "Aku", dan ini "bukan aku" ini SADAR, dan ini BUKAN SADAR ?? ;D

Mohon dapat dijelaskan pada seorang Umat Awam yang Bodoh ini bro Riky _/\_

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Bro willi,
Quote
Si Aku ini memang licin, namun bukan berarti kita tidak bisa mengetahui sifatnya.
Sifat si Aku adalah:
~ tidak kekal
~ selalu berakumulasi (kecenderungan lama akan berpadu dengan aku yg baru, membentuk kecenderungan baru)
~ tidak pernah merasa puas

Dengan mengetahui sifat2 si Aku ini, maka seandainya dia muncul, maka kita segera bisa mengenalinya, dan kita dapat memutuskan apakah akan membiarkan ia berakumulasi menjadi semakin buruk atau mencegahnya (dengan bermacam2 cara)
Tidakkah yang bro katakan hanyalah sebuah teori?Selama saya tidak mengetahui "aku",merasakan "aku","sadar" thdp "aku",bagaimana saya bisa mendiskripsikan "aku" tsb?
Yang bro katakan mungkin memang benar tetapi itu mungkin hanya tercakup dalam konteks "aku" yang kasar,jika "aku" yang halus saya ragu terhadap konteks tersebut,sekali lagi ini  hanya pendapat saya ^:)^

Salam,
Riky

Memberikan pendapat dikit,
Jika kita tidak mengetahui mana "Aku", "Pikiran", "Sadar" dll
Lalu bagemana cara kamu "mengetahui" bahwa kamu saat ini sedang SADAR ?
Lalu bagemana kamu bisa "mengetahui" bahwa kamu "hidup saat ini"
Mungkin anda menjawab, ya sadari aja, darimana kamu bisa mengetahui bahwa kamu SADAR ? jika kamu ga tahu beda SADAR dan Ga SADAR ?? ;D
Darimana kamu TAHU ini "pikiran", ini "bukan pikiran", ini "Aku", dan ini "bukan aku" ini SADAR, dan ini BUKAN SADAR ?? ;D

Mohon dapat dijelaskan pada seorang Umat Awam yang Bodoh ini bro Riky _/\_

bantu dikit ahhh... bagaimana anda menjawab duluan mana telur apa ayam :D

 

anything