//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Yathabhutam Nyanadassanam (melihat apa adanya), Apakah Arti dan Maksudnya?  (Read 78581 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Salah
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Diterima :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
menurut saya pribadi, jika dilihat dari maksud Yathabhutam Nyanadassanam adalah melihat dengan kesadaran dan pencerapan yang baik bukan dengan perasaan atau keinginan

Contoh : Saya melihat baju yang saya kenakan di siang hari adalah biru, anda melihat baju saya berwarna hijau dibawah sinar lampu berwarna kuning.. dengan melihat adanya faktor2 pendukung dan sadar atau mengetahui kondisi lampu yang dapat mempengaruhi warna maka dirinya bisa mengetahui warna sebenarnya baju tersebut
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
tesla,

Quote
sudah banyak kejadian kita lalui, dimana sebagian kita bertemu dg yg kita inginkan & sebagian lagi kita bertemu dg yg tidak kita inginkan. ketika bertemu dg yg kita inginkan kita senang, bahagia, gembira, dll. ketika bertemu dg yg tidak kita sedih, kecewa, marah, dll. disinilah permulaan kita belajar.

menyadari bagaimana kebahagiaan & kesedihan datang, kita belajar agar kita selalu bertemu dg yg kita inginkan & selalu terhindar dari yg tidak kita inginkan. belajar di sini adalah upaya agar kita mengerti bagaimana cara yg lebih baik utk mendapatkan apa yg ingin kita capai. proses belajar ini terjadi terus-menerus tanpa akhir. hal ini terjadi karena yg kita pelajari sampai satu masa, menjadi tidak sesuai lagi sehingga kita harus mempelajari yg lebih baru lagi. begitu seterusnya...

sampai satu titik jenuh, mungkin kita akan menyadari bahwa proses belajar ini ternyata tidaklah menjamin kita dapat mendapatkan apa yg kita inginkan dan selalu terhindar dari apa yg tidak kita inginkan. kondisi yg menunjang ilmu pengetahuan hasil pembelajaran kita selalu berubah. sehingga seolah-olah semua hasil belajar di sini menjadi sia-sia. dan lagi disinilah kita belajar...

belajar yg ini adalah hal yg berbeda. bukan lagi usaha utk mengerti bagaimana menjadi lebih baik. pengetahuan yg timbul dari hasil belajar ini bukan datang dari melihat apa yang terjadi di luar sana & menyesuaikannya agar kita mendapatkan yg kita inginkan. tetapi ini adalah pengetahuan yg timbul setelah melihat apa yg terjadi pada diri kita ini setelah melakukan perjuangan begitu lama dalam mencari apa yg kita inginkan.

semua kondisi selalu berubah. dari pembelajaran itu, kita telah menjadi budak perubahan hanya demi mencapai yg kita inginkan. perubahan datang dengan begitu cepatnya, sehingga kita ini adalah budak perubahan yg sangat menderita. sering kali kita berlari melebihi kemampuan kita demi mengejar perubahan yg terlalu cepat ini. inilah pengetahuan yg muncul dari belajar yg kedua...

sedang belajar menulis, silahkan memberi kritik dan saran.

Saran: Gunakan huruf besar pada huruf pertama dalam kalimat ;D


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Memang begitu, maksudnya adalah bagaimana kebijaksanaan memahami suatu 'kebenaran pikiran' itu membimbing dirinya atau orang lain kepada kebenaran sejati (yang pada saat itu memang kebenaran pikiran sudah ditinggalkan). Misalnya pada Cula Panthaka, kebenaran pikiran anicca berupa 'perubahan kain bersih dari kain kotor' adalah BUKAN kebenaran sejati, tetapi itu membimbing Cula Panthaka pada kebenaran sejati yang entah apa. Buddha Gotama memiliki kebijaksanaan untuk memahami keterkondisian dan keterbatasan Cula Panthaka, dan potensinya untuk mengerti kebenaran pikiran 'kain kotor' yang akhirnya membawa pada kebenaran sejati yang tidak terceritakan.

Sejauh yang bisa dilakukan, pikiran hanya bisa menunjukkan 'pintu' kepada diri sendiri atau kepada orang lain, dan orang harus "melangkah" sendiri memasuki 'pintu' itu ("melangkah" itu berarti menyadari kesia-siaan pikiran untuk sampai pada kebenaran). Peristiwa "melangkah" itu sendiri TIDAK dipengaruhi oleh pikiran sebelumnya yang menunjuk ke 'pintu', peristiwa "melangkah" itu bukan DISEBABKAN karena bimbingan pikiran sebelumnya, karena peristiwa "melangkah" itu sendiri BEBAS DARI HUKUM SEBAB-AKIBAT; peristiwa "melangkah" itu memutuskan hubungan dengan pikiran, dengan masa lampau, dengan hukum sebab-akibat. Oleh karena itu tidak seorang pun bisa membimbing diri sendiri atau orang lain mencapai pembebasan/kebenaran, Buddha pun tidak.

Quote
Setuju. Yang sering menjadi masalah adalah karena keterbatasan kita sendiri, kita tidak mampu menyadari semua proses pikiran itu. Maka dalam doktrin memang dikatakan dhamma diajarkan dalam bertahap.

Doktrin agama-agama mengatakan dhamma/ajaran itu bertahap. Namun dalam praktik, yang ada hanyalah 'sadar' atau 'tidak sadar'; tidak ada tahapan dari 'tidak sadar' menjadi 'sadar'.

Quote
Setuju, ada banyak jalan. Ada tradisi dari Yudaisme juga mengajarkan untuk menghentikan 'pikiran intelektual dan analitis' dalam meditasi untuk pengertian yang lebih mendalam.
Di dalam meditasi pun --dari tradisi mana pun-- yang ada hanyalah 'sadar' atau 'tidak sadar', 'ya' atau 'tidak'. 'Tidak sadar' berarti pikiran analitis masih terus bekerja; 'sadar' berarti pikiran analitis sudah diam.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Kalau kedua pihak bisa bersikap demikian, maka dialog tetap menjadi dialog.

Tapi kalau salah satu pihak, atau malah kedua belah pihak, pasang kuda-kuda, maka sebaiknya "dialog" dihentikan.

Pak Hudoyo...

Pasang kuda-kuda itu maksudnya sama dengan kemelekatan pada pandangan masing-masing ga?
Bisa tolong jelaskan?

Anumodana... _/\_

_/\_ :lotus:

Betul, Ibu Lily. :)
 _/\_
Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Kebenaran (yang sejati) hanya tercapai setelah proses pikiran (yang dualistik, terkondisi, terbatas) ini disadari, sehingga pikiran itu berhenti dengan sendirinya, bukan dibuat berhenti.
pak Hud,
sekedar numpang tanya, pikiran ini terhenti dgn sendirinya, apakah = padamnya atta ini?
atau bagaimana? mohon penjelasaannya pak..
Thx B4

Betul, Rekan Andry ... berhentinya pikiran = berhentinya atta (karena atta itu muncul dari pikiran) ... Tapi atta tidak mungkin menghentikan atta, bukan? ... Atta tidak mungkin berlatih sekeras apa pun atau dengan cara apa pun untuk menghentikan atta. ... :)

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Belajar, Apakah Arti dan Maksudnya?
« Reply #188 on: 17 June 2008, 05:53:45 PM »
Sudah banyak kejadian kita lalui, dimana sebagian kita bertemu dg yg kita inginkan & sebagian lagi kita bertemu dg yg tidak kita inginkan. Ketika bertemu dg yg kita inginkan kita senang, bahagia, gembira, dll. ketika bertemu dg yg tidak kita sedih, kecewa, marah, dll. Disinilah permulaan kita belajar.

Menyadari bagaimana kebahagiaan & kesedihan datang, kita belajar agar kita selalu bertemu dg yg kita inginkan & selalu terhindar dari yg tidak kita inginkan. Belajar di sini adalah upaya agar kita mengerti bagaimana cara yg lebih baik utk mendapatkan apa yg ingin kita capai. Proses belajar ini terjadi terus-menerus tanpa akhir. Hal ini terjadi karena yg kita pelajari sampai satu masa, menjadi tidak sesuai lagi sehingga kita harus mempelajari yg lebih baru lagi. Begitu seterusnya...

Sampai satu titik jenuh, mungkin kita akan menyadari bahwa proses belajar ini ternyata tidaklah menjamin kita dapat mendapatkan apa yg kita inginkan dan selalu terhindar dari apa yg tidak kita inginkan. Kondisi yg menunjang ilmu pengetahuan hasil pembelajaran kita selalu berubah. Sehingga seolah-olah semua hasil belajar di sini menjadi sia-sia. Dan lagi disinilah kita belajar...

Belajar yg ini adalah hal yg berbeda. Bukan lagi usaha utk mengerti bagaimana menjadi lebih baik. Pengetahuan yg timbul dari hasil belajar ini bukan datang dari melihat apa yang terjadi di luar sana & menyesuaikannya agar kita mendapatkan yg kita inginkan. Tetapi ini adalah pengetahuan yg timbul setelah melihat apa yg terjadi pada diri kita ini setelah melakukan perjuangan begitu lama dalam mencari apa yg kita inginkan.

Semua kondisi selalu berubah. Dari pembelajaran itu, kita telah menjadi budak perubahan hanya demi mencapai yg kita inginkan. Perubahan datang dengan begitu cepatnya, sehingga kita ini adalah budak perubahan yg sangat menderita. Sering kali kita berlari melebihi kemampuan kita demi mengejar perubahan yg terlalu cepat ini. Inilah pengetahuan yg muncul dari belajar yg kedua...

sedang belajar menulis, silahkan memberi kritik dan saran.

semoga dimengerti apa yg dimaksud, bukan-belajar oleh pak Hudoyo. kata 'belajar' lebih menunjuk pada makna belajar yg pertama & lebih menimbulkan kesalahpahaman kata-kata beliau. mungkin inilah yg menyebabkan penghindaran penggunaan kata 'belajar' oleh pak Hudoyo. benar pak?

Terima kasih banyak, Rekan Tesla. Anda telah menjelaskan dengan sangat baik ... :)

Perlu saya tambahkan sedikit: ... belajar yang "pertama" didorong oleh atta/aku; belajar yang "kedua" berarti 'sadar', di mana aku berakhir.

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 17 June 2008, 05:55:30 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
menurut saya pribadi, jika dilihat dari maksud Yathabhutam Nyanadassanam adalah melihat dengan kesadaran dan pencerapan yang baik bukan dengan perasaan atau keinginan

Contoh : Saya melihat baju yang saya kenakan di siang hari adalah biru, anda melihat baju saya berwarna hijau dibawah sinar lampu berwarna kuning.. dengan melihat adanya faktor2 pendukung dan sadar atau mengetahui kondisi lampu yang dapat mempengaruhi warna maka dirinya bisa mengetahui warna sebenarnya baju tersebut

Lebih dalam lagi, 'yathabhutam nyanadassanam' adalah melihat tanpa dicampuri/dipengaruhi oleh kepentingan si aku/atta, yang muncul sebagai pikiran.

Bila atta/aku & pikiran ini dipahami secara tuntas, sehingga berakhir (untuk sementara atau menetap) ... maka di situ orang 'melihat apa adanya' ... tanpa usaha apa-apa lagi.

Salam,
hudoyo

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Kalau kedua pihak bisa bersikap demikian, maka dialog tetap menjadi dialog.

Tapi kalau salah satu pihak, atau malah kedua belah pihak, pasang kuda-kuda, maka sebaiknya "dialog" dihentikan.

Pak Hudoyo...

Pasang kuda-kuda itu maksudnya sama dengan kemelekatan pada pandangan masing-masing ga?
Bisa tolong jelaskan?

Anumodana... _/\_

_/\_ :lotus:

Betul, Ibu Lily. :)
 _/\_
Salam,
hudoyo

Pak Hudoyo.... anumodana atas jawabannya... _/\_

Kemelekatan pada pandangan2 (benar dan salah) itulah miccha ditthi cetasika (halus dan kasar).
Btw...Saya agi berusaha untuk memanage miccha ditthi yang halus itu....tapi kadang-kadang Rem saya blong juga... ;D

_/\_ :lotus:


 
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Kemelekatan pada pandangan2 (benar dan salah) itulah miccha ditthi cetasika (halus dan kasar).
Btw...Saya lagi berusaha untuk memanage miccha ditthi yang halus itu....tapi kadang-kadang Rem saya blong juga... ;D
Maaf, Ibu Lily ... mungkin jalan Anda agak berbeda sedikit dari jalan saya ... :)

Kalau saya, saya tidak "berusaha me-manage" miccha-ditthi ... karena bagi saya tidak ada perbedaan antara miccha-ditthi dan samma-ditthi. ... :)  Kedua-duanya adalah pikiran ... Kalau saya berusaha me-manage miccha-ditthi, maka usaha itu tidak akan ada akhirnya ... :)

Nah, yang saya "lakukan" adalah menyadari setiap pikiran muncul ... entah itu miccha-ditthi entah itu samma-ditthi ...

Kalau pikiran berhenti ... maka atta pun berhenti ... Itulah nibbana ... entah untuk sementara (nibbana-nya puthujjana), entah menetap untuk selamanya (nibbana-nya arahat). ... :)

Salam,
hudoyo

« Last Edit: 17 June 2008, 06:13:42 PM by hudoyo »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Quote
Sejauh yang bisa dilakukan, pikiran hanya bisa menunjukkan 'pintu' kepada diri sendiri atau kepada orang lain, dan orang harus "melangkah" sendiri memasuki 'pintu' itu ("melangkah" itu berarti menyadari kesia-siaan pikiran untuk sampai pada kebenaran). Peristiwa "melangkah" itu sendiri TIDAK dipengaruhi oleh pikiran sebelumnya yang menunjuk ke 'pintu', peristiwa "melangkah" itu bukan DISEBABKAN karena bimbingan pikiran sebelumnya, karena peristiwa "melangkah" itu sendiri BEBAS DARI HUKUM SEBAB-AKIBAT; peristiwa "melangkah" itu memutuskan hubungan dengan pikiran, dengan masa lampau, dengan hukum sebab-akibat. Oleh karena itu tidak seorang pun bisa membimbing diri sendiri atau orang lain mencapai pembebasan/kebenaran, Buddha pun tidak.

Ya, "membimbing" di sini memang hanyalah 'menunjukkan' pintu dengan cara yang masih dapat dimengerti, bukan seperti 'menggandeng' ataupun 'mendorong' melangkah melewati pintu tersebut. Dalam "melangkah" tersebut, memang pikiran seperti sudah "tidak ada sangkut pautnya" lagi. Itulah sebabnya tidak bisa dijelaskan. 

 _/\_

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Terima kasih atas diskusi yang sangat bermanfaat ini.

hudoyo

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Quote
Terima kasih atas diskusi yang sangat bermanfaat ini.

hudoyo

Terima kasih kembali untuk penjelasan detailnya!

 _/\_