Sedikit masukan dari saya :
Hok Tek Ceng Sin adalah dewa Bumi. jangan pernah taruh berendeng dengan dewa di langit.
Jadi taruh lah dibawah mejanya / di lantai. Dengan demikian tidak perlu tambah rupang lainnya.
Sebenarnya Hok Tek Ceng Sin adalah lurah dr Tu Ti Pakung (Dewa Tanah), jadi patung beliau memang diletakkan di meja altar, yg diletakkan di bawah adalah patung Tu Ti Pakung. Sesungguhnya itu bukan dari ajaran Buddhist.
Menurut saya patung adalah lambang, kita memajang patung Buddha Gautama sebagai obyek perenungan akan sifat luhur dan ajaran Sang Buddha, kita menaruh patung Bodhisattva Kwan Im sebagai obyek perenungan akan cinta kasih beliau yg tidak ada batasnya. Jadi yg penting bukan patungnya, tapi pemikiran dan perbuatan kita. Jika kita beragama Buddha, mungkin obyek perenungan kita yg utama adalah patung Sang Buddha. Namun yg penting apakah kita telah membaca paritta yg merupakan ajaran Sang Buddha setiap hari. Bukan untuk meminta-minta, tapi untuk mengingatkan kita akan ajaran yg baik setiap saat. Jika karena perbuatan baik itu, membuat kita dilindungi dan ditolong, anggaplah itu bonus.
Mungkin jika ada waktu sebaiknya setiap hari membacakan paritta:
Vandana
Tisarana
Pancasila
Brahmavihara Pharana
Karaniyametta Sutta
Ettavata.
BrahmaVihara Pharana terjemahannya adalah sbb:
Semoga aku berbahagia
Bebas dari penderitaan
Bebas dari kebencian
Bebas dari penyakit
Bebas dari kesukaran
Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri
Semoga semua makhluk berbahagia
Bebas dari penderitaan
Bebas dari kebencian
Bebas dari penyakit
Bebas dari kesukaran
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri
Semoga semua makhluk
Bebas dari penderitaan
Semoga semua makhluk
Tidak kehilangan kesejahteraan yg telah mereka peroleh
Semua makhluk
Memiliki karmanya sendiri
Mewarisi karmanya sendiri
Lahir dari karmanya sendiri
Berhubungan dengan karmanya sendiri
Terlindung oleh karmanya sendiri
Apapun karma yg diperbuatnya
Baik atau buruk
Itulah yg akan diwarisinya.
Jadi saat kita sembahyang di altar, kita bukannya meminta-minta, tapi malah mendoakan semua makhluk selain mendoakan diri sendiri, dan sekalian mengingatkan kita akan ajaran Sang Buddha tentang karma. Jika kita selalu berdoa untuk semua makhluk saat sembahyang di altar, apakah masih perlu untuk memikirkan letak posisi patung dan apakah patung kita diisi oleh makhluk apa?