//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism  (Read 77537 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #240 on: 13 September 2008, 08:23:07 PM »
Semua itu tidak relevan bagi saya ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #241 on: 13 September 2008, 08:23:49 PM »
Semua itu tidak relevan bagi saya ;D
:)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #242 on: 13 September 2008, 08:24:08 PM »
Owh..Jadi apa yang membedakannya?Hanya niat?
Apa bedanya niat kebaikan sombong dengan niat kebaikan tidak sombong?
Mana penjelasannya bu?:)

Salam,
Riky

Benar, niat/cetana lah yang membedakan.
adalah wajar jika Riky tidak mampu membedakan ini, karena Riky diajarin untuk tidak mempedulikan kebaikan dan kejahatan. dalam ajaran yg dianut Riky, berbuat baik sama saja dengan berbuat jahat.
Iya ,tidak tertutup kemungkinan bahwa saya bodoh tapi Time will tell,sekarang silakan dijawab pertanyaan saya yang saya boldkan...:)
Apa bedanya niat kebaikan sombong dengan niat kebaikan tidak sombong?
_/\_

Salam,
Riky


mungkin maksudnya kalau niatnya menyombong maka jadi sombong,
kalau niatnya tidak menyombong maka jadi tidak sombong...

atau...

kalau merendah maka akan ditinggikan,
kalau meninggi maka akan direndahkan (seperti kata Yesus, ada yg tau ayatnya ga yah?) ^-^

:))
:)),kagak ngerti sama sekali aye...
Yang saya tanyakan hanya,"Apa beda antara niat baik yang sombong dan tidak sombong?"
Darimana sumber kedua hal tersebut? :)

Salam,
Riky

aye jg ga ngerti... td asal nyalak aja...
ini niat sombong atau tidak yah?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #243 on: 13 September 2008, 08:26:02 PM »
Owh..Jadi apa yang membedakannya?Hanya niat?
Apa bedanya niat kebaikan sombong dengan niat kebaikan tidak sombong?
Mana penjelasannya bu?:)

Salam,
Riky

Benar, niat/cetana lah yang membedakan.
adalah wajar jika Riky tidak mampu membedakan ini, karena Riky diajarin untuk tidak mempedulikan kebaikan dan kejahatan. dalam ajaran yg dianut Riky, berbuat baik sama saja dengan berbuat jahat.
Iya ,tidak tertutup kemungkinan bahwa saya bodoh tapi Time will tell,sekarang silakan dijawab pertanyaan saya yang saya boldkan...:)
Apa bedanya niat kebaikan sombong dengan niat kebaikan tidak sombong?
_/\_

Salam,
Riky


mungkin maksudnya kalau niatnya menyombong maka jadi sombong,
kalau niatnya tidak menyombong maka jadi tidak sombong...

atau...

kalau merendah maka akan ditinggikan,
kalau meninggi maka akan direndahkan (seperti kata Yesus, ada yg tau ayatnya ga yah?) ^-^

:))
:)),kagak ngerti sama sekali aye...
Yang saya tanyakan hanya,"Apa beda antara niat baik yang sombong dan tidak sombong?"
Darimana sumber kedua hal tersebut? :)

Salam,
Riky

aye jg ga ngerti... td asal nyalak aja...
ini niat sombong atau tidak yah?
Justru karena saya tidak tahu,makanya saya bertanya... :))
Tapi Semit dan Arale belum memberikan saya penjelasan...
Mungkin tesla tau?Dishare dong... :)

_/\_

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Arale

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 108
  • Reputasi: 7
  • Kiiiiiiiiin
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #244 on: 13 September 2008, 08:28:36 PM »
kan sudah dijawap, ini bang jawabannya... lalu ditanya lagi....

Quote
Um....Bila kita melakukan kejahatan maka kita akan merasa menyesal bla2...Bila kita melakukan kebaikkan kita akan merasa bangga dan hebat bla2...
Jadi apa manfaat antara kebaikkan dan kejahatan?
Saya tidak tahu,karena saya melihat baik maupun buruk itu berasal dari "aku"...
argumentnya dulu bang, dari aku?

"N'cha"

Offline decky

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 1
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #245 on: 13 September 2008, 08:30:45 PM »
politik ok tapi sesuai dgn jln dhamma ok. :|

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #246 on: 13 September 2008, 08:31:27 PM »
kan sudah dijawap, ini bang jawabannya... lalu ditanya lagi....

Quote
Um....Bila kita melakukan kejahatan maka kita akan merasa menyesal bla2...Bila kita melakukan kebaikkan kita akan merasa bangga dan hebat bla2...
Jadi apa manfaat antara kebaikkan dan kejahatan?
Saya tidak tahu,karena saya melihat baik maupun buruk itu berasal dari "aku"...
argumentnya dulu bang, dari aku?


Aye kgk ngerti atuh... :))
Coba ente quotekan pertanyaan aye berserta jawaban dari ente secara tegas,daripada entar aye salah asumsikan kan bisa berabe... :))
Trus ente juga pisahkan bagian mana yang mau ente tanyakan dari pernyataan aye...
_/\_

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #247 on: 13 September 2008, 08:34:01 PM »
politik ok tapi sesuai dgn jln dhamma ok.
Wah....:o
Memang ada ya om politik sesuai jalan Dhamma?
Apa itu "dhamma" om?
Mohon pencerahannya... :)

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #248 on: 13 September 2008, 08:44:00 PM »
Ketika Anda sedang menjawab soal soal ujian, luapkan diri Anda. Ingat ini baik baik. Ketika Anda mulai menjawab, lupakan diri Anda. Lupakan "aku" yang sedang diuji dan siapa yang akan lulus atau gagal. Anda boleh berpikir bagaimana Anda dapat lulus dan membuat rencana untuk mencapainya. Tetapi, begitu Anda mulai menulis, Anda harus lupakan sernuanya. Tingkatkan konsentrasi sepenuhnya supaya Anda dapat memahami sernua pertanyaan dan mampu menjawabnya. Pikiran yang bebas dari "aku" atau "milikku" yang akan lulus atau gagal akan menjadi cerdas dan jernih, mengingat dengan cepat dan berpikir dengan tajam. Mengerjakan soal soal ujian konsentrasi benar akan membuahkan hasil yang memuaskan. Ini adalah cara untuk menerapkan cit waang (pikiran yang bebas dari ilusi tentang diri), atau ketidakmelekatan secara Buddhis, ketika mengikuti ujian. Dengan cara ini Anda akan memperoleh hasil yang bagus.

Mereka yang tidak tahu teknik ini selalu gelisah karena takut akan kegagalan. Mereka menjadi begitu gelisah sehingga mereka tak mampu lagi memikirkan apa yang telah mereka pelajari. Mereka tidak dapat menuliskan jawaban jawaban dengan akurat dan berurutan. Akibatnya, mereka gagal total. Sementara yang lain terpengaruh oleh pikiran "Saya cerdas, saya pasti lulus." Mahasiswa yang dipengaruhi oleh kemelekatan ini juga cenderung untuk berbuat yang kurang baik, sebab dia kekurangan cit waang. Di sisi lain, bagi "orang" yang dengan cit waang, tidak melekat kepada "aku" atau "milikku", ia tidak akan panik atau percaya diri secara berlebihan. Yang ada hanyalah konsentrasi yang merupakan kekuatan alami. Dengan melupakan dirinya, ia akan lulus dengan baik. Ini adalah suatu dasar, contoh yang paling mendasar tentang efek ketidakmelekatan dan cit waang.

Orang bodoh dan yang ditipu ilusi begitu mendengar kata sunnata menerjemahkannya sebagai "kekosongan atau hampa". Interpretasi demikian bersifat materialistik dan merupakan cara kelompok tertentu untuk memahami sunnata. Sunnata yang diajarkan oleh Buddha artinya tidak ada sesuatu pun yang berharga untuk kita cengkeram dan melekat, walaupun secara fisik mereka nyata. Ketika kita melekat, dukkha menguasai kita dan ketika kita tidak melekat, kita bebas dari dukkha. Dunia dianggap kosong karena tidak ada sesuatu. apa pun yang berharga untuk kita cengkeram dan berhak kita lekati. Kita harus memahami dunia yang kosong ini dengan pikiran yang tidak melekat. Jika kita menginginkan sesuatu, kita harus mengupayakannya dengan pikiran yang bebas dari kemelekatan, supaya kita mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa menjadikannya sumber dukkha.

Pengertian salah akan kata "kosong", kata ini saja, adalah kepercayaan kepada takhayul yang fatal (silabbataparamasa) dan penghalang utama untuk mencapai Nibbana. Maka marilah kita memahami kata "kosong" dan kata kata lain yang digunakan oleh Buddha dengan benar. Buddha menggambarkan dunia ini kosong sebab tidak ada apa pun di dunia ini dapat dianggap sebagai "diri atau "ego". Buddha menjawab pertanyaan Raja Mogha dengan berkata, "Lihatlah, dunia ini kosong. Dunia dan segala isinya sesungguhnya kosong." Dengan melihat bahwa dunia ini kosong, pikiran otomatis akan bebas dari kemelekatan, keserakahan, kebencian, dan ilusi. Setelah mencapai tingkat ini, seseorang telah menjadi arahant. jika belum berhasil, teruslah berlatih dengan sungguh sungguh; meskipun menjadi manusia biasa, dukkha yang ada lebih sedikit. Tak ada dukkha yang muncul selama ada cit waang. Kapan pun seseorang "terseret" dan kehilangan kesadaran, dukkha muncul lagi. Jika kita menjaga. kesadaran dengan baik, terus memahami kekosongan, akhirnya kita akan benar benar mengerti inti ajaran Buddha, dan tiba di gerbang Jalur Pembebasan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #249 on: 13 September 2008, 08:48:52 PM »
Luar biasa, copas dari mana Ryu?

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #250 on: 13 September 2008, 08:51:17 PM »
Ketika Anda sedang menjawab soal soal ujian, luapkan diri Anda. Ingat ini baik baik. Ketika Anda mulai menjawab, lupakan diri Anda. Lupakan "aku" yang sedang diuji dan siapa yang akan lulus atau gagal. Anda boleh berpikir bagaimana Anda dapat lulus dan membuat rencana untuk mencapainya. Tetapi, begitu Anda mulai menulis, Anda harus lupakan sernuanya. Tingkatkan konsentrasi sepenuhnya supaya Anda dapat memahami sernua pertanyaan dan mampu menjawabnya. Pikiran yang bebas dari "aku" atau "milikku" yang akan lulus atau gagal akan menjadi cerdas dan jernih, mengingat dengan cepat dan berpikir dengan tajam. Mengerjakan soal soal ujian konsentrasi benar akan membuahkan hasil yang memuaskan. Ini adalah cara untuk menerapkan cit waang (pikiran yang bebas dari ilusi tentang diri), atau ketidakmelekatan secara Buddhis, ketika mengikuti ujian. Dengan cara ini Anda akan memperoleh hasil yang bagus.

Mereka yang tidak tahu teknik ini selalu gelisah karena takut akan kegagalan. Mereka menjadi begitu gelisah sehingga mereka tak mampu lagi memikirkan apa yang telah mereka pelajari. Mereka tidak dapat menuliskan jawaban jawaban dengan akurat dan berurutan. Akibatnya, mereka gagal total. Sementara yang lain terpengaruh oleh pikiran "Saya cerdas, saya pasti lulus." Mahasiswa yang dipengaruhi oleh kemelekatan ini juga cenderung untuk berbuat yang kurang baik, sebab dia kekurangan cit waang. Di sisi lain, bagi "orang" yang dengan cit waang, tidak melekat kepada "aku" atau "milikku", ia tidak akan panik atau percaya diri secara berlebihan. Yang ada hanyalah konsentrasi yang merupakan kekuatan alami. Dengan melupakan dirinya, ia akan lulus dengan baik. Ini adalah suatu dasar, contoh yang paling mendasar tentang efek ketidakmelekatan dan cit waang.

Orang bodoh dan yang ditipu ilusi begitu mendengar kata sunnata menerjemahkannya sebagai "kekosongan atau hampa". Interpretasi demikian bersifat materialistik dan merupakan cara kelompok tertentu untuk memahami sunnata. Sunnata yang diajarkan oleh Buddha artinya tidak ada sesuatu pun yang berharga untuk kita cengkeram dan melekat, walaupun secara fisik mereka nyata. Ketika kita melekat, dukkha menguasai kita dan ketika kita tidak melekat, kita bebas dari dukkha. Dunia dianggap kosong karena tidak ada sesuatu. apa pun yang berharga untuk kita cengkeram dan berhak kita lekati. Kita harus memahami dunia yang kosong ini dengan pikiran yang tidak melekat. Jika kita menginginkan sesuatu, kita harus mengupayakannya dengan pikiran yang bebas dari kemelekatan, supaya kita mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa menjadikannya sumber dukkha.

Pengertian salah akan kata "kosong", kata ini saja, adalah kepercayaan kepada takhayul yang fatal (silabbataparamasa) dan penghalang utama untuk mencapai Nibbana. Maka marilah kita memahami kata "kosong" dan kata kata lain yang digunakan oleh Buddha dengan benar. Buddha menggambarkan dunia ini kosong sebab tidak ada apa pun di dunia ini dapat dianggap sebagai "diri atau "ego". Buddha menjawab pertanyaan Raja Mogha dengan berkata, "Lihatlah, dunia ini kosong. Dunia dan segala isinya sesungguhnya kosong." Dengan melihat bahwa dunia ini kosong, pikiran otomatis akan bebas dari kemelekatan, keserakahan, kebencian, dan ilusi. Setelah mencapai tingkat ini, seseorang telah menjadi arahant. jika belum berhasil, teruslah berlatih dengan sungguh sungguh; meskipun menjadi manusia biasa, dukkha yang ada lebih sedikit. Tak ada dukkha yang muncul selama ada cit waang. Kapan pun seseorang "terseret" dan kehilangan kesadaran, dukkha muncul lagi. Jika kita menjaga. kesadaran dengan baik, terus memahami kekosongan, akhirnya kita akan benar benar mengerti inti ajaran Buddha, dan tiba di gerbang Jalur Pembebasan.
Saya melihat ada usaha menerapkan "ego" dan "pembebasan" secara bersamaan,apakah hal tersebut mungkin untuk dilakukan?
Saya tidak tahu...
Semoga posting dari saudara Ryu tidak disalahpahami oleh banyak member di DC ini sehingga menjadi menyesatkan...
_/\_

Salam,
Riky
« Last Edit: 13 September 2008, 09:00:15 PM by Riky_dave »
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline decky

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 1
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #251 on: 13 September 2008, 08:54:16 PM »
politik ok tapi sesuai dgn jln dhamma ok. :|
poltik ok asal berpolitik jangan menambah lobha dosa mohanya tuh!!!!!

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #252 on: 13 September 2008, 08:54:53 PM »
oh ini tulisan Bhikkhu Buddhadasa, kalo mau salahkan, salahkan aja tuh Bhikkhu Buddhadasa ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #253 on: 13 September 2008, 08:57:52 PM »
oh ini tulisan Bhikkhu Buddhadasa, kalo mau salahkan, salahkan aja tuh Bhikkhu Buddhadasa ;D
Quote
Saya melihat ada usaha menerapkan "ego" dan "pembebasan" secara bersamaan,apakah hal tersebut mungkin untuk dilakukan?
Saya tidak tahu...
Semoga posting dari saudara Ryu tidak disalahpahami oleh banyak member di DC ini sehingga menjadi menyesatkan...
Saya tidak peduli itu tulisan siapa... :)
Dan saya tidak menyalahkan tulisan itu,jadi menurut anda didalam kalimat mana saya menyalahkan tulisan tersebut?Tolong dong diquotekan?:)
Saya hanya berkata bahwa,"ada usaha menerapkan "ego" dan "pembebasan" secara bersamaan,apakah hal tersebut mungkin untuk dilakukan?"
Dan saya juga menjawabnya dengan berkata,"Saya tidak tahu...",karena saya belum merealisasikan nibbana...
_/\_

Salam,
Riky

« Last Edit: 13 September 2008, 09:03:19 PM by Riky_dave »
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Arale

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 108
  • Reputasi: 7
  • Kiiiiiiiiin
Re: Yana dan Berpolitik dalam Buddhism
« Reply #254 on: 13 September 2008, 08:58:38 PM »
kan sudah dijawap, ini bang jawabannya... lalu ditanya lagi....

Quote
Um....Bila kita melakukan kejahatan maka kita akan merasa menyesal bla2...Bila kita melakukan kebaikkan kita akan merasa bangga dan hebat bla2...
Jadi apa manfaat antara kebaikkan dan kejahatan?
Saya tidak tahu,karena saya melihat baik maupun buruk itu berasal dari "aku"...
argumentnya dulu bang, dari aku?


Aye kgk ngerti atuh... :))
Coba ente quotekan pertanyaan aye berserta jawaban dari ente secara tegas,daripada entar aye salah asumsikan kan bisa berabe... :))
Trus ente juga pisahkan bagian mana yang mau ente tanyakan dari pernyataan aye...
_/\_

Salam,
Riky
yah sudah diquote saja bisa salah baca asumsi yah bang. males bang lanjutin nanti nambah yang akusala-akusala.
"N'cha"