//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Mr. Wei

Pages: 1 ... 3 4 5 6 7 8 9 [10] 11 12 13 14 15 16 17 ... 204
136
Mahayana / Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
« on: 11 September 2011, 09:31:05 PM »
soal simbolisasi saya sudah mengerti, itu hanya ilmu tafsir, sedangkan dalam sutra itu tidak menjelaskan itu sebuah simbolisasi, betul khan?
apakah menurut mr wei buda memang suka membabarkan dama yang area abu2?

bagi umat awam atau yang tidak mengenal budis akan membaca sutra itu pastinya dengan apa yang dibacanya bukan harus ditafsirkan dengan simbolisasi betul tidak?

anggap saja saya umat yang tidak mengenal ajaran buda, ketika saya membaca sutra2 itu setidaknya akan merasa aneh dengan ikrar2 buda amitaba yang begitu banyak, juga dengan sutra2 yang memperbanyak sutra, itu bagi saya hanya seperti hal yang aneh dan perlu saya tanyakan, dan apabila jawaban akhir yaitu kepada kepercayaan ya sudah rasanya akan selesai diskusi ini.

Kalau pendapat saya seperti ini...

Buddha kan suka mengajarkan Dhamma kepada orang2 dengan cara yang berbeda2, sesuai dengan perkembangan batin orang tersebut. Saya gak tahu deh referensi Tipitakanya ada di mana aja, saya gak ahli Tipitaka maupun hafal nama Sutta :hammer:, tapi kalau saya baca di Tipitaka2, sering saya temui kisah seperti itu.

Nah, saya gak tahu kenapa Buddha bisa ngajarin dengan perumpamaan seperti itu, tapi saya menduga Buddha melihat bahwa orang itu lebih bisa mudah mengerti Dhamma dengan membangkitkan saddha-nya terlebih dahulu sehingga diberikan perumpamaan seperti itu. Dibangkitkan saddha-nya, dia praktikkan ajaran itu, lalu kebijaksanaan yang muncul dari samadhi tersebutlah yang membuat ia paham apa yang diumpamakan itu. (saya jadi teringat tentang 3 Bodhisatta, panna-dhika, viriya-dhika, saddha-dhika)

Nah bagi bbrp orang, mungkin cara itu kurang cocok untuk melatih perkembangan batinnya.

137
Mahayana / Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
« on: 11 September 2011, 09:20:02 PM »
saya tanya bro Wei apakah Arahat sudah bebas lahir, jawabnya Ya atau tidak,
tidak usah di putar2 jawaban dan pertanyaan yang bingung !

saya ajarin cara jawab : saya yakin Arahat bebas kelahiran
bagaimana bro Wei ? atau bingung !

Ya elah adi lim  ::), saya uda jawab dari tadi kali kalau saya tidak tahu kenapa bisa beda begitu, lalu saya juga menjabarkan berbagai kemungkinan itu.

Adi lim: mengapa Arahat bisa berbeda, yang satu bisa terlahir (Mahayana) yang satu sudah tidak terlahir lagi (Theravada)
Mr. Wei: gak tahu

Lalu di postingan sebelumnya saya juga uda bilang kalau saya itu lebih ke Theravada, sehingga saya lebih yakin kalau Arahat itu bebas dari kelahiran kembali.

Semuanya uda saya jawab kok, dan kalau saya gak tahu saya uda jawab gak tahu :hammer:

Quote from: Mr. Wei
bold : tidak ada yang paksa harus sama

tapi karena penasaran aja mengapa Arahat bisa berbeda, yang satu bisa terlahir (Mahayana) yang satu sudah tidak terlahir lagi (Theravada)

menurut bro Wei, Arahat bebas lahir ?



Saya juga gak bilang ada yang maksa2in sama, kan saya cuma bilang gak perlu dipaksa2in, hihihi...

Kalau pendapat saya, ya beda paham. Saya gak tahu kenapa bisa beda paham begitu, entah karena (1) pas konsili dan pecah jadi 2 aliran, ada sutta/sutra penting yang berisi kesinkronan M-T yang hilang/rusak, (2) ada bhikkhu palsu yang sengaja ingin memecah belah sangha dengan bikin aliran baru yg melenceng (dan kita tidak tahu mana yang melenceng), atau (3) ada penafsiran dari guru masing2 sehingga tercipta aliran2 baru.

Kemungkinannya: (1) M benar-T salah, (2) T benar-M salah, (3) M benar-T benar tapi ada ketidaksinkronan penafsiran kita, (4) M salah-T salah, K yang benar :hammer:.

Saya juga mau tahu, kalau menurut bro adilim, mengapa bisa berbeda? Mungkin bisa dishare.

138
Mahayana / Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
« on: 11 September 2011, 09:02:14 PM »
bold : tidak ada yang paksa harus sama

tapi karena penasaran aja mengapa Arahat bisa berbeda, yang satu bisa terlahir (Mahayana) yang satu sudah tidak terlahir lagi (Theravada)

menurut bro Wei, Arahat bebas lahir ?



Saya juga gak bilang ada yang maksa2in sama, kan saya cuma bilang gak perlu dipaksa2in, hihihi...

Kalau pendapat saya, ya beda paham. Saya gak tahu kenapa bisa beda paham begitu, entah karena (1) pas konsili dan pecah jadi 2 aliran, ada sutta/sutra penting yang berisi kesinkronan M-T yang hilang/rusak, (2) ada bhikkhu palsu yang sengaja ingin memecah belah sangha dengan bikin aliran baru yg melenceng (dan kita tidak tahu mana yang melenceng), atau (3) ada penafsiran dari guru masing2 sehingga tercipta aliran2 baru.

Kemungkinannya: (1) M benar-T salah, (2) T benar-M salah, (3) M benar-T benar tapi ada ketidaksinkronan penafsiran kita, (4) M salah-T salah, K yang benar :hammer:.

Saya juga mau tahu, kalau menurut bro adilim, mengapa bisa berbeda? Mungkin bisa dishare.

nb: salah klik modify tadi

139
Mahayana / Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
« on: 11 September 2011, 08:44:09 PM »
walau memang tidak bisa dibuktikan setidaknya ada sesuatu yang masih bisa masuk dalam logika sehingga seseorang bisa merasa mantap untuk maju melangkah, sama seperti dalam ajaran, langkah2nya itu semua harus dipertimbangkan, untuk apa buda memberi tool seperti JMB* sehingga seseorang bisa merasa mantap menjalankan ajaran buda, bukannya malah percaya kepada hal2 yang aneh yang sepertinya buda sendiri tidak mengajarkan hal2 seperti itu kalau di ajaran sebelah, setidaknya saya ingin tahu penjelasan2 yang masuk logika saya mengenai ajaran2 buda yang mahayana ajarkan.

Kalau dalam pandangan saya setelah membaca semua link rujukan dari Bro Morpheus mengenai jawaban2 dari Bro Gandalf...

Praktik Nian Fo adalah samadhi dgn fokus nama Buddha (entah Amitabha, Bhaijasjya, Avalokitesvara, dsb.). Mengenai ikrar2 Amitabha/Avalokitesvara mengenai 'yang melafal namaku akan dijauhkan dari marabahaya, dsb.', itu adalah perumpamaan/simbol. Misalnya begini, jika kita sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita jadi lebih eling, sehingga dalam bertindak kita jadi lebih mawas diri dan tahu diri. Karena kita lebih mawas diri dan tahu diri, kita bertindak dengan bajik sehingga terhindar dari karma buruk atau cibiran orang lain.

Mengenai surga Sukhavati yang dikatakan Amitabha, itu menurut saya juga perumpamaan/simbol. Dikatakan jika menyebut nama Amitabha kita akan dibawa ke surga Sukhavati dengan kehidupan yang sangat panjang dan bisa belajar Dharma dengan baik. Menurut saya itu maksudnya, dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita menjadi lebih eling/mawas diri sehingga menjauhi perbuatan2 buruk. Sehingga di kehidupan selanjutnya kita terlahir di alam yang lebih baik (jangka hidupnya lebih panjang daripada manussa bhumi) dan berkesempatan untuk belajar Dharma lagi, atau jika syukur-syukurnya samadhi hingga jhana, itu juga konon katanya rasanya menyenangkan sekali sehingga diumpamakan 'surga'.

Atau bisa juga,

Dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita mendapatkan ketenangan secara batiniah. Bukannya kalau bisa hidup dengan tenang, itu rasanya seperti 'surga'? ;D Lalu dengan ketenangan itu, kita bisa belajar Dharma lebih baik lagi.

Lalu mengenai akan diselamatkan bila menyebut nama Amitabha/Avalokitesvara, nah itu juga simbol lagi.
Dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita jadi lebih tenang dan mawas diri, dampaknya jadi lebih suka berbuat baik, kalau suka berbuat baik, karma baik bertambah; sehingga jika kita ada masalah, ya vipaka baik kita itu yang melindungi kita. Itu disimbolkan dengan Amitabha/Avalo yang menyelamatkan kita.

Kalau simpulan dari saya, Mahayana itu memang sarat simbol. Bahkan Amitabha/Avalo itu saya sendiri tidak yakin benar2 pernah hidup di dunia ini, bisa saja cuma cerita kiasan dari seorang guru Buddhis di zaman dulu untuk mengajarkan metta/saddha/karuna/dsb.

Mengenai Mahayana yang mengatakan bahwa Arhat itu masih belum sepenuhnya terlepas dari kilesa sehingga perlu mengambil jalur Samma Sambuddha, itu menurut saya memang berbeda dengan Theravada (yang saya anut) yang mengajarkan Arahat sudah terbebaskan dari kilesa.
Kalau bagi saya, itu memang berbeda, tidak perlu dipaksa2kan sama, biarkan berjalan secara sendiri2. Biarkan keyakinan dan kecocokan masing2 yang membuat kita memilih Mahayana atau Theravada.

Itu pendapat saya, bro Ryu; bagaimana pendapat bro Ryu? *ini tanya sungguhan lo, bukan nantang* :)

140
Mahayana / Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
« on: 11 September 2011, 07:58:35 PM »
hmm, berarti memang di ajaran buda ada zona kepercayaan juga yang tidak bisa di buktikan, dan kalau dipertanyakan juga memang susah juga ya jawabannya, intinya memang harus percaya dengan iman juga ujung2nya.

Om Ryu, saya turut beri pendapat.

Dalam Agama Buddha, saya rasa memang ada zona yang tidak terjangkau logika atau pembuktian, memang ada yang harus pakai keyakinan.

Contohnya tumimbal lahir, ini 100% tidak bisa menggunakan logika. Walaupun ada yang mengajukan 'hipnosis regresi ke kelahiran lampau' sebagai buktinya, tetapi tetap tidak bisa 100% itu dikatakan bukti adanya kelahiran kembali. Bisa saja yang 'dihipnosis' itu sebenarnya mengalami ilusi, tetapi dia anggap itu kelahiran lampaunya karena 'sugesti' dari sang hipnotis bahwa ia sedang dihipnosis menuju kelahiran lampau.

Mengenai cerita2 di buku2 yang mengatakan ada si anak X yang tiba2 tahu lokasi YZ padahal si X belum pernah ke YZ sebelumnya, itu tidak bisa dibuktikan pula. Kita tidak tahu itu benar2 kejadian atau bisa-bisanya si penulis buku.
Jadi mirip dengan buku2 agama lain yang mengatakan bahwa ia tertidur, dibawa terbang sama Jes, sampai di neraka, liat orang2 menderita, lalu dibawa kembali lagi ke dunia nyata. Kita tidak tahu itu benar2 kejadian, bisa-bisanya si penulis buku, atau ilusi.

Sekedar share _/\_

141
Tapi hatinya lebih deket *jangan2 soulmate* :hammer:

142
suruh suhu cari donatur =))

Kurang dekat sama suhu, Bro Ryu kan lebih dekat. Coba bujuk2 sampai suhu luluh :hammer:

143
kalu bener aye bela2in ke sono nih =))

Laptop baru

 =P~

144
Mahayana / Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
« on: 07 September 2011, 03:32:23 PM »
Sudahlah, saya rasa memang tidak ada keselarasan dalam pandangan kita. Definisi menghargai saya dengan beberapa rekan di sini mungkin berbeda. Perbedaan ini pun harus saya hargai. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Silakan lanjutkan diskusi di thread ini sesuai semula, tentang perbedaan sosok personal Buddha Amitabha, Avalokitesvara, dan tuhan dari ajaran lain.

145
Mahayana / Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
« on: 07 September 2011, 03:21:40 PM »
Bukan begitu bro Ryu.

Bertanya karena tidak sesuai dengan keyakinan, tentu boleh.

Tetapi hargai orang yang berkeyakinan berbeda dengan kita.

Sebenarnya, sesederhana itu saja.

Bagi yang kenal dengan TS, mungkin tidak masalah; tetapi bagaimana jika terbaca oleh orang lain yang belum kenal TS  bahkan belum kenal DC, lalu kebetulan mampir ke sini?

Terkesan buddhis tidak menghargai buddhis.

Begitu saja pandangan saya.

146
Quote
Barusan saya baca dari halaman 1, tidak ada indikasi ke arah mengadu-domba aliran dari TS. Yang ditanyakan hanya penjelasan tentang Buddha Amitabha, Avalokiteshvara, dan tentang artikel di wikipedia. Yang pertama kali menyikapinya sebagai Theravada Vs Mahayana adalah Mr. Wei di reply #39. Saya tidak bilang Mr. Wei yang mengompori, hanya saja mungkin terlalu curiga karena menganggap TS sebagai Theravadin yang 'menyerang' Mahayanis. Perbandingan ke Ajaran lain (Theravada) pun diungkapkan pertama oleh naviscope tentang "Buddho" di reply #42.

Saya tidak peduli ini Theravada vs Mahayana, Maitreya vs Theravada, Mahayana vs Maitreya, atau apa. Memang ini bermulai dari kecurigaan saya terhadap TS sebagai theravadin. Ternyata beliau bukan theravadin.

Tetapi bukan itu intinya, yang saya proteskan adalah TS yang tidak pernah (berarti tidak hanya di thread ini saja) menunjukkan itikad baik dalam berdiskusi tentang sesuatu yg tidak sesuai keyakinan TS (dalam thread ini, Mahayana). Dan ini bukan dipersepsikan oleh saya saja.

Bagi para rekan2 DC yang sudah biasa, mungkin ini tidak masalah. Tetapi bagi orang lain yang kebetulan googling dan masuk ke forum ini, atau bagi pemula, ini akan menjadi membingungkan. Dan mengesankan Agama Buddha penuh dengan sindiran.

Tetapi jika keputusan Glomod adalah demikian. Dengan prinsip 'Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung''; yang berarti di mana saya berada, saya mengikuti aturan di sana; maka saya menghormati Glomod selaku 'penetap aturan' di forum ini. Jika saya tidak bisa berdiskusi tanpa emosi maka saya tidak akan posting di thread ini ataupun thread serupa.

Salam untuk Kainyn_Kutho dan rekan DC lainnya _/\_

147
lho bukannya bro wei yang mengeluarkan jurus
muter, coba liat atau lupa atau mungkin bingung lagi

untuk mengingatkan supaya jangan bingung aja

tradisi paicengbu tidak ada hubungan dengan tradisi sungkem kepada orang tua

utk sungkem tidak harus dijadikan tradisi, tapi memang perlu dan wajib serta kapan saja.
dan kenali orang tua utk praktek Buddha Dhamma  :jempol:

Hihihi, suka banget ya anda kalau bisa hina2 orang lain.

Ya sudahlah, terserah anda. Putar terus saja.

Yang waras ngalah :)

148
masak bro Wei bingung harus ditertawai !
apakah bro wei sering mentertawai jika ketemu orang bingung  ???


Hihihi, jurus mutar2nya dikeluarin lagi.

Btw, udah di thread sebelah aja kita lanjut OOTnya. Jangan di sini.

149
ngapain puter otak, pake aja ala the secret, katanya bisa berhasil :P

Seingat saya, kalau dari buku the secret, tulisnya gini: kalau ingin sesuatu, bertindaklah sesuai yang diinginkan.

Jadi kalau mau pintar, ya pikirkanlah ingin pintar, lalu belajar.

Gitu lo Bro Ryu.

150
sadhu  _/\_

Tumben gak ketawa dan muter2 lagi.

NB: kabur dulu sebelum ditimpuk TS dan rekan2 lain karen OOT.

Pages: 1 ... 3 4 5 6 7 8 9 [10] 11 12 13 14 15 16 17 ... 204
anything