//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: WNI Hongkong: Panitia Celetuk Boleh Masuk, Tapi Cuma Pemilih Nomor 1  (Read 2874 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemungutan suara pemilihan presiden Republik Indonesia yang digelar Panitia Pemungutan Luar Negeri di Hongkong berlangsung ricuh, Minggu (26/7) sore.

Sekitar 500 sampai 1.000 pemilih mengamuk, merobohkan pagar TPS karena panitia telah menutup TPS padahal mereka belum melaksanakan hak mencoblos.

Keributan pun terjadi karena celetukan seorang oknum panitia yang hanya membolehkan pemilih Prabowo Subianto- Hatta Rajasa masuk mencoblos.

Para pengantre yang di urutan belakang tidak bisa memperhatikan kondisi di depan. Ketika di depan ada teriakan, ayo masuk, sebab TPS akan ditutup, orang-orang yang antre di belakang tidak sadar kalau akan ditutup.

"Pengantre masih banyak, ratusan sampai seribuan orang. Tiba-tiba pagar TPS ditutup, jadi mereka yang mengantre maju. Lalu sebagai pemilih adalah pendukung Jokowi-JK, protes dan teriak-teriak "Jokowi... Jokowi...," kata Arista Devi, seorang WNI yang ikut mencoblos di Hongkong , dalam perbincangan melalui telepon dengan Tribunnews.com, Minggu malam.
Kericuhan pun tak terelakkan. Ratusan pemilih yang tidak tersalurkan hak pilihnya memprotes pihak PPLN Hongkong dan Konsulat Jenderal RI di Hongkong .
"Saat demo itu, seorang oknum panitia berceletuk. Ayo, silakan masuk, tapi hanya pemilih nomor 1 (Prabowo-Hatta) yang dibolehkan masuk. Dan ucapan itu memicu suasana memanas. Pengunjuk rasa marah dan merobohkan pagar," kata Arista Devi.
"Apakah sudah teridentifikasi sumber suara, yang mengucapkan hanya pemilih Prabowo-Hatta yang bisa mencoblos," tanya Tribun kepada Devi.
"Mereka semua bilang dari pihak panitia. Masalahnya massa tidak bisa membedakan siapa panitia. Mana yang Bawaslu, PPLN, atau relawan," kata Devi.
Devi melanjutkan, dia melihat panitia kurang antisipatif terhadap kondisi. Sebab sejak awal, tidak memperhitungkan peningkatan jumlah pemilih yang mencapai 114 ribu orang. Jumlahnya meningkat dibandingkan Pileg 9 April lalu.

"Antisipasi penitia Pilpres kali beda dibandingkan pileg 9 April lalu. Kali ini panitia mematok TPS buka sampai jam 17.00. Tetapi pemilih rupanya banyak sekali, sampai-sampai mengantre mengular, berkelok- kelok. Panjang antrean sekitar 500 meter. Jumlah pemilih yang antre antara 500-1.000 orang," kata Devi.

Informasi kericuhan pencoblosan di Hongkong ini pun segera beredar memalui sosial media, termasuk Facebook. Arista Devi pun mengunggah foto-foto pencoblosan dan dan unjuk rasa melalui facebooknya. Lalu, beragam tanggapan bermuculan.

"Saya juga menjadi saksi, bahwa KJRI kurang siap dalam mengantisipasi membludaknya pemilih yang ingin berpesta Demokrasi!!! Suara mereka harus tetap di dengungkan!!!," tulis pemilik akun Laras Wati.

Seorang lainnya berkomentar, "Mbak tadi saya mendengar dari salah satu Bara JP Hongkong , katanya panitia mau membuka kembali TPS asalkan mencoblos no 1. Bukankah ini satu bentuk kecurangan," ujar seorang WNI.

Pemilik akun Facebook Amooy Luph'e Tyan Classic'er Wah menulis, "saya aja standby pagi sampe jam 2.30. Sayang sekali suara yang sia-sia."

http://m.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/07/06/wni-hongkong-panitia-celetuk-boleh-masuk-tapi-cuma-pemilih-nomor-1
« Last Edit: 07 July 2014, 10:22:58 AM by kullatiro »

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Kecurangan politik
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Beijing - Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Muhammad menilai pelaksanaan pemungutan suara Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 di Hong Kong berjalan lancar.

"Pilpres secara umum berjalan lancar dan baik," katanya kepada Antara di Beijing, Minggu malam, usai memantau keseluruhan proses pemungutan suara Pilpres 2014 di Hong Kong.

Muhammad menambahkan, meski ada sejumlah buruh migran Indonesia yang tidak dapat memilih karena telah melewati waktu pemungutan suara, namun PPLN telah bekerja dengan baik sesuai prinsip Pemilu yang jurdil.

http://m.beritasatu.com/nasional/195023-ketua-bawaslu-pilpres-di-hongkong-berjalan-lancar.html

sudah tahu ricuh, pembicaraan bela diri, sebaiknya di pecat saja deh nih ketua bawsalu bukan nya prihatin banyak ke gagal seperti surat suara kurang lah dll

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Quote
[...]
Lembaga itu mencatat terjadi peningkatan jumlah pemilih yang signifikan di Hong Kong. Dari 13 TPS yang disediakan KJRI di Victoria Park, jumlah pemilih mencapai 23.863 orang. Angka ini meningkat 3 kali lipat dibandingkan  jumlah pemilih ketika Pileg yang hanya mencapai 6.973 orang.

Dari peningkatan jumlah tersebut, masih akan dikompilasi dengan suara buruh mgran yang memilih melalui pos dan drop box yang kenaikannya diperkirakan juga signifikan.

Sementara itu pelaksanaan pemungutan suara di Malaysia dilaporkan, dari pemilih di 60 TPS di KBRI Kualalumpur dan SIKL yang berlangsung pada hari Sabtu, 5 Juli 2014, pemilih mencapai 8.968 orang. Jumlah ini naik hampir 95 persen jika dibandingkan dengan jumlah pemilih di TPS-TPS di Kuala Lumpur pada Pemilu legislatif yang hanya sekitar 5.300 pemilih.

Untuk pelaksanaan di Singapura, dari 36 TPS yang disediakan oleh KBRI, jumlah pemilih mencapai 22.170 orang. Jumlah ini naik sekitar 95 persen dari pemilu legislatif 2014 yang lalu.

[...]

sumber
Lihat perbandingannya:
HK: 13 TPS, 23.863 orang (1.835,62 orang/TPS)
MY: 60 TPS, 8.968 orang (149,47 orang/TPS)
Spore: 36 TPS, 22.170 orang (615,83 orang/TPS)


Quote
"Berdasarkan siaran pers yang diterima dari KJRI Houston, Minggu (6/7), proses pemungutan suara dimulai sejak pukul 10.00 waktu setempat dan ditutup pada pukul 20.00."

sumber

Di Houston jumlah pemilih terdaftar cuma 901 orang, buka selama 10 jam dengan 2 TPS. Dengan rate yang sama kalau diterapkan di HK harusnya buka 40 jam, bukan malah cuma 8 jam.
Kalau dengan rate di Singapura, harusnya ada sekitar 38 TPS, bukan cuma 13 TPS.
Ada apa ini? Dungu ataukah niat curang?


Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Suara BMI Hong Kong
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Minggu, 06 Juli 2014
Diposkan oleh Kjinawi di 23.22
Label: BMI Hong Kong , Buruh migran Indonesia, Pemilu hong Kong , Pilpres 2014
Sekilas Pilpres 2014 Di Hong Kong 2014
Pemilihan Presiden Republik Indonesia (Pilpres) bagi warga negara Indonesia di Hong Kong digelar
lebih awal pada hari Minggu, 6 Juli 2014. Ribuan orang baik yang bekerja di sektor rumah tangga
ataupun sektor-sektor lainnya berduyun-duyun ke Victoria Park, Causeway Bay dimana TPS-TPS
telah disiapkan.

Kemegahan tempat pemungutan suara warga Indonesia di Hong Kong, itu terlihat dari baliho yang dipajang sepanjang jalan menuju lapangan rumput Victoria Park. Tempat- tempat pemungutan suara sudah disiapkan sejak Sabtu sore. Sama seperti saat Pilihan Legislatif kemarin, kali ini juga disediakan 13 TPS. Namun bedanya antusiasme
menggunakan hak pilih di Caleg kemarin sangat rendah bahkan yang datang ke TPS hanya sekitar 6000 orang,
sedangkan di Pilpres kali ini antusiasme memilih bisa dikatakan tinggi yaitu mencapai 25.000 orang.
Meskipun sempat diguyur hujan namun tidak menyurutkan niat dan antusias orang-orang yang ingin berpartisipasi dalam Pemilihan Presiden tahun ini. Ijin Bukan Alasan Menolak Hak Pemilih Kemarin, setelah saya meninggalkan lapangan sekitar jam 4.30 sore, saya mendapatkan laporan adanya huru-hara antara pengantri dan panitia. Pasalnya jam 5 sore panitia menutup waktu pemilihan sementara ratusan pemilih masih antri di depan. Pengantri tidak terima dan terjadi adu argumen bahkan pemilih merobohkan pagar pembatas karena emosi.


Seketika beberapa orang menghubungi saya terkait penggunakaan Victoria Park. Panitia mengatakan bahwa
ijin Victoria Park hanya dibatasi sampai jam 5 saja. Bisa dimaklumi banyak buruh migran tidak paham prosedur
penggunaan fasilitas di Victoria Park. Bahkan sebagian besar berfikir hanya Perwakilan Republik Indonesia di Hong
Kong atau KJRI saja atau organisasi dibawah naungan KJRI yang bisa menggunakan fasilitas tempat seperti
lapangan atau gedung di Hong Kong. Informasi ini tidak benar.

Di Hong Kong organisasi yang terdaftar dibawah pemerintahan Hong Kong baik melalui Register of Trade Union (Serikat Buruh), Register of Society atau charity (lembaga sosial) bisa memakai tempat-tempat publik seperti lapangan rumput di Victoria Park.

Caranya, organisasi atau lembaga tersebut harus mengajukan permohonan untuk menggunakanntempat yang telah dipilih ke Departemen rekreasi dan kebudayaan (The Leisure and Cultural Services Department). Waktu yang diberikan untuk mengajukan permohonan ini antara 1- 3 bulan sebelum kegiatan. Jika permohonan ini disahkan maka pengguna diijinkan memakai lokasi yang diminta (misalnya Lapangan Rumput) dari pukul 8.00 pagi - 7.00 sore, namun jika ada sound system hanya boleh dinyalakan sekitar pukul 9.30 pagi.

Terkait alasan panitia pemilu menutup TPS jam 5 sore, di satu sisi memang sudah diumumkannnamun disisi lain sebenarnya tidak toleran terhadap warga negara Indonesia yang sedang antusias menggunakan hak pilihnya.
Benarkah panitia tidak bisa memperpanjang jam pemilihan hanya karena ijin? Menurut saya itu tidak benar. Victoria Park bisa digunakan sampai pukul 7 malam. Kalaupun misalnya KJRI terlanjut minta ijin cuma sampai jam 5 atau 6 sore maka saya yakin KJRI sebagai perwakilan negara dengan mudah bisa bernegosiasi dengan Menejemen Victoria Park untuk perpanjangan. Masalahnya, apakah KJRI mau atau tidak?


Jika tidak ingin macet, maka buka TPS-TPS di titik-titik kumpul buruh migran

Jika ingin efektif dan efisien dan mengurangi kemacetan proses memilih, seharusnya KJRI dan Panitia Pemilu bisa
menyediakan beberapa TPS-TPS di titik-titik kumpul buruh migran. Saya membayangkan minimum di New Territories), Kowloon dan Hong Kong. Karena hanya ada di satu titik yaitu di Hong Kong (Victoria Park), ya jangan menyalahkan kalau semua tumplek jadi satu di sini sehingga antrian
mengular dan menuai komplain.


Saya sendiri yang tiba di lokasi jam 12 siang setelah hujan reda, menyaksikan antrian yang sudah panjang mulai dari pintu masuk Victoria Park menuju area pintu masuk Tempat Pemilihan Suara (TPS). Di depan pagar area TPS tertulis "PINTU MASUK PEMILU 2014" namun orang-orang tetap bingung dimana harus antri, antara peserta pemilu yang memiliki undangan dan antrian untuk yang tidak memiliki undangan dan hanya memiliki KTP.

Diluar TPS memang ada 3 barisan yang mengular, sedangkan panitia diluar hanya terlihat 3-4 orang dan harus melayani ratusan pengantri yang tidak tahu lokasi pintu masuk bagi yang sudah punya undangan dan tidak punya undangan. Sepertinya panitia juga tahu jika jumlah peserta pemilu yang tidak memiliki undangan lebih banyak hal ini terlihat jelas dari letak antrian ditengah yang begitu panjang dan berjubel. Saya sendiri yang sedang antri juga ditanyai para pemilih yang bingung.


Saya membayangkan mungkin akan lebih mudah jika panitia pemilu menyedikan Sign Board (Papan Petunjuk) dan gambar peta prosedur Pemilu diluar TPS, juga diberi panitia-panitia pengarah.

Sehingga pemilih bisa membaca petunjuk dan tahu harus antri di sebelah mana dan tidak berjubel. Sign board akan lebih mempermudah pemilih untuk tahu tempat antriannya dan panitia juga akan lebih mudah untuk mengarahkan. Selain itu, saya juga menemukan ada beberapa panitia yang tidak menuliskan namanya di kartu tanda pengenal yang terpasang di dada sehingga buruh migran tidak tahu mereka ketika diperlakukan panitia yang tidak sopan atau membentak-membentak.



Dari pintu masuk sampai menuju tenda pertama butuh
waktu sekitar 2 jam untuk menuju tenda pertama. Hanya
ada 13 orang panitia yang duduk didepan komputer untuk
mendata para pencoblos yang hanya memiliki KTP saja dan
memberikan nomor TPS. Ditenda pertama ini kita harus
memberikan KTP untuk mendapatkan nomer TPS. Ada
sekitar 200 oang yang mengantri didalam tenda putih
tempat pendataan pertama.
Setalah mendapatkan nomer TPS kita juga harus mengantri
lagi untuk menuju tempat pencoblosan di TPS yang sudah ditentukan dan tertera dikertas yang kita
dapatkan dari tenda pertama. Sekitar 200 orang yang mengantri dari tenda pertama menuju tenda
kedua yaitu TPS dan masih harus mengantri sekitar 1 jam untuk mendapatkan kertas suara. Tenda
kedua ini ada 2 orang yang menghadap komputer dan menanyakan KTP lagi dan meminta kertas
bukti nomer TPS yang sudah diberikan dan 2 orang memberikan kertas suara dan dibelakangnya
ada 3 orang PAWASLU, 1 orang memberikan tanda tinta sebagai bukti pencoblos dan dibelakan
serta 1 orang yang mengarahkan untuk masuk ke ruang pencoblosan yang berjumlah 6 bilik suara.
Jadi ada 9 orang termasuk PAWASLU.
Jadi bisa dibayangkan mengapa antrian begitu lama dan panjang.
Jangan menyalahkan pemilih
Kemarahan peserta pemilu di Hong Kong yang ramai di media sosial bukan karena masalah ada
pihak yang berusaha untuk mengacaukan pemilu, tapi dari awal penataan tempat dan panitia yang
tidak memadai bagi peserta pemilu di Hong Kong. BMI yang menkhususkan niat mereka untuk
mengikuti pemilu demi sebuah perubahan yang diharapkan sekian tahun adalah sesuatu semangat
yang harus kita hargai. Mereka rela kepanasan dan antri yang panjang hanya untuk bisa mencoblos.
Jika kericuhan tidak dimulai dari pelayanan panitia mungkin BMI tidak akan melakukan demo
ditempat.
Peserta pemilu yang sudah antri dari jam 4 hanya ingin diperbolehkan untuk menggunakan hak
suaranya, namun karena panitia bersikukuh untuk menutup TPS maka tidak heran jika kemarahan
itu tidak bisa dibendung. Pada jam 4 sore saya melihat antrian dialihkan dari tengah lapangan
menjadi diluar pintu, sehingga para peserta pemilu yang datang pada jam 4 mereka kebingungan
karena adanya informasi TPS akan ditutup jam 5. sedangkan jumlah antrian dari lapangan rumput
sampai keluar pintu lapangan rumput masih cukup panjang. Hanya ada 1 panitia diluar pintu masuk
Lapangan Rumput yang memberikan informasi tentang tempat antrian bagi pemilik Surat Undangan
dan tanpa surat undangan atau hanya menggunakan KTP saja.

Jika panitia penyelenggara pemilu tahu dan memprediksi meningkatnya jumlah peserta pemilupresiden tahun ini maka mereka dari awal sudah menyiapkan segala kebutuhan baik itu logistik maupun tenaga. Jika dana yang disediakan kurang setidaknya ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk memastikan jumlah TPS diperbanyak. Tidak perlu memasang tenda putih besar yang tentu memakan biaya yang cukup banyak. Begitupun tenaga yang dibutuhkan, saya yakinnbanyak teman-teman yang mau menjadi tenaga sukarelawan untuk memastikan menyukseskan pemilu di Hong Kong. Meskipun tenaga ini hanya bagian panitia keamanan dan informasi untuk
diluar TPS paling tidak bisa membantu memperlancar pemilu di Hong Kong.

KJRI dan Panitia Pemilu di Hong Kong kurang Memahami Kondisi BMI Buruh Migran di Hong Kong mayoritas adalah perempuan dan bekerja di sektor rumah tangga.

Mereka tersebar dibeberapa wilayah di Hong Kong. Menurut data survey yang dilakukan oleh IMWU tahun 2011 jumlah terbesar BMI di Hong berada di daerah Kowloon dan lainya tersebar di daerah Hong Kong, New territories, Taipo, Shatin dll.

BMI di Hong Kong tidak semuanya mendapatkan libur hari minggu, biasanya mereka akan meminta
ijin jauh-jauh hari kepada majikan untuk mendapatkan libur hari minggu jika ada acara yang
dianggap sangat penting seperti sholat Idul Fitri atau Pemilu di Hong Kong.

Tidak semua majikan di Hong Kong akan memberikan libur pada pekerjanya 24 jam, ada bebarapa
teman-teman BMI yang harus melakukan pekerjaan dulu sebelum libur. Biasanya mereka akan
keluar rumah sekitar jam 9 atau jam 10 dan pulang ke rumah sebelum jam 8 atau jam 9. Untuk itu
kenapa daerah Victoria Park akan sepi jika waktu sudah menunjukan jam 7 atau jam 8 malam.
Buruh migran yang bekerja disektor rumah tangga tidak semuanya bisa keluar rumah bebas pada
hari biasa atau keluar untuk belanja. Jika mereka mendapatkan surat undangan pemilu tidak
semuanya bisa membalas atau mengirimkan lewat kantor pos pada hari biasa, mengingat tempat
kantor pos juga jauh dari tempat tinggal mereka jikapun ada yang dekat itu harus keluar dari rumah
dan harus meminta ijin dari majikan terlebih dahulu.

Jika banyak BMI yang tidak menerima surat undangan dan pihak KJRI menjelaskan karena banyak
BMI yang berpindah tempat sehingga surat tidak diterima maka pertanyaan kembali kepada
pemerintah Indonesia dan KJRI Hong Kong, selama ini apakah tidak ada data-data alamat tempat
kerja BMI yang baru? mengingat setiap 2 tahun sekali BMI akan mengurus kontrak kerja yang baru
dan harus mendapatkan validasi pengesahan kontrak dari KJRI dan apakah data KTKLN tidak bisa
menunjukan dimana tempat tinggal BMI yang baru?

Pemilu bukan penentu perubahan kondisi buruh migran

Terlepas apapun kekecewaan saat Pemilu, kini kita hanya bisa menunggu hasilnya. Saya pribadi
ingin mundur beberapa jangkah untuk melihat kembali pengalaman dari pemilu-pemilu sebelumnya.
Bagi saya, yang ramai tetap diatas sementara yang dibawah tetap harus bergelut dengan kenyataan
sehari-hari, biaya hidup yang terus melambung tinggi, upah yang semakin mengecil, pelayanan
publik yang semakin susah dijangkau.

Dalam hati saya masih bertanya, apa perbedaan pemilu tahun ini dengant tahun-tahun sebelumnya.
Bagaimana pemilu kali ini akan merubah nasib rakyat?

Mari kita renungkan bersama dan tetap menyakini kepada diri kita bahwa sekecil apapun perubahan
itu terjadi karena usaha tanpa kenal lelah dari diri kita. Mulai dari aksi turun ke jalan, dialog, lobby,
mengirim statament, petisi tanda tangan dan terus memberikan informasi dan pendidikan pada
buruh migran dan anggota keluarganya.
Hong Kong 7 Juli 2014

http://suarabmihongkong.blogspot.hk/2014/07/pemilu-presiden-indonesia-hong-kong-2014.html?m=1tu
« Last Edit: 07 July 2014, 09:38:21 PM by kullatiro »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Saya merasa mempunyai kewajiban untuk menuliskan kericuhan pelaksanaan pilpres di Hong Kong.
Beberapa e-mail, whatsapp dan inbox FB dari kawan-kawan menanyakan berita-berita yang tumpang
tindih di media sosial (medsos) dan meminta kejelasan dan kesaksian saya tentang apa yang saya lihat
dan saya dengar di TPS. Sebagai mantan reporter di beberapa media cetak berbahasa Indonesia di Hong
Kong, insting saya menuntun saya ke mana saya harus bergerak dan menyaksikan kejadian yang patut
digarisbawahi (bukan berniat menyombong tapi karena ada beberapa komentar dan pesan yang
meragukan kebenaran postingan saya).

Berita di medsos terlalu banyak MSG dan ditambahi di sana-sini. Entah pula dari mana medsos itu
mendapat keterangan. Apakah dari orang yang menyaksikan langsung atau sekedar berita "katanya"?
Akhirnya pembaca digiring pada pada opini ini-itu sesuai kepentingan medsos tersebut. Namun bukankah
tugas medsos untuk memberikan fakta? Bukan opini atau isu? Kalau opini atau isu kenapa harus diberi
label berita? Ya memang negara Indonesia ini negara besar namun bukan berarti sebuah berita harus
dibesar-besarkan untuk membesarkan Indonesia. Bah!

Saya bolak-balik ke lapangan rumput Victoria Park, tempat pesta terbesar sepanjang sejarah berbangsa
dan perpolitikan Indonesia di Hong Kong. Saya dan beberapa kawan juga sudah menduga akan adanya
kesemrawutan dan keramaian, ketimpangan berita dan ketimpangan pelaksanaan pilpres 20014 di Hong
Kong.

Pilpres dimulai tepat pukul 9 pagi. Beberapa kawan yang sudah mengantri memasuki pintu masuk menuju
TPS.

Lapangan rumput Victoria Park berubah menjadi "kampung Pemilu" karena keseluruhan lapangan
digunakan sebagai Tempat Pemungutan suara (TPS).

Ada 13 TPS di lapangan rumput itu yang dikelilingi oleh pagar besi dua lapis dan hanya ada satu pintu
masuk menuju TPS-TPS itu.

Dengan adanya tiga jalur yaitu jalur hijau (untuk yang bawa undangan), jalur kuning (yang tidak terdaftar
dan belum mendaftar dan hanya berbekal KTP Hong Kong atau Passpor untuk pendataan baru secara
manual kemudian dimasukkan ke data komputer) dan jalur merah (untuk pemilih yang bingung, misal gak
jadi milih lewat pos tapi pengin nyoblos langsung atau kehilangan surat undangannya) dan sosialisasi
tentang mekanisme pencoblosan sebenarnya sudah dilaksanakan di aula Ramayana KJRI-Hong Kong,
namun pada pelaksanaannya masih banyak kekurangan.

Pemilih yang rencananya dibagi dalam tiga jalur itu ternyata harus melewati pintu masuk yang cuma satu
thok til. Tidak ada pemisahan antara calon pemilih jalur ijo, kuning, abang semua ngrumpel jadi satu.
PPLN Hong Kong gagal mengantisipasi ini. Antrian berjubel dan tidak jelas. Petugas malah menyilakan
pemilih dengan jadwal waktu pencoblosan kapanpun bisa masuk, ini semakin membingungkan. Pintu
masuk dipecah menjadi dua saat banyak protes dan masukan diteriakkan oleh kawan-kawan kepada
petugas, itu pun baru sekitar pukul 11.30 AM yang diumumkan lewat pengeras suara. Namun karena
ratusan pemilih yang setiap orangnya memiliki mulut yang tidak bisa diam dan kebutuhan selfie yang
mendadak menjadi penting sekali, kemungkinan pengumuman itu kurang didengar atau (diabaikan?). Saya
melihat beberapa petugas PPLN beredar untuk memberitahu info itu kepada pemilih yang baru memasuki
area lapangan rumput.

Antrian mengular, cuaca panas. Saya sendiri mengabaikan kepala saya yang sedang kebul-kebul
kepanasen kemudian bergabung di antrian nyoblos pada pukul 1.15 PM dan baru selesai pukul 2.15 PM.
Bagi saya pribadi kalau mau jujur, yang gagal nyoblos itu sebenarnya bisa nyoblos kalau mereka on time
dan tidak takut panas. Meskipun begitu, pelaksanaan Pemilu di Hong Kong seharusnya bisa diminimalisir
keruwetannya mengingat pengalaman pileg pada Maret lalu. Kalau pada pileg pemilihnya bertambah,
maka pada pilpres bukan lagi bertambah tapi berkelipatan.

15 menit sebelum coblosan selesai petugas PPLN lewat pengeras suara (sekali lagi, lewat pengeras suara)
mengumumkan bahwa pilpres akan selesai (pilpres selesai pukul 5 sesuai jadwal & ijin dari pihak Victoria
Park). Kondisi pintu masuk menyepi PPLN menyilakan kawan-kawan yang berada di depan pintu masuk
untuk segera ke TPS lalu menutup pintu masuk.

Namun tepat pukul 5 sore, pintu masuk digrudug oleh kawan-kawan yang berlari-lari mau nyoblos. PPLN
dan KJRI menyatakan telah tutup tapi mereka meminta untuk diberi sedikit kelonggaran waktu. Maka
diberilah kompensasi perpanjangan waktu selama 20 menit. Pintu samping dibuka oleh Sam Jauhari,
ketua PPLN, dan masuklah beberapa kawan yang telat datang ini. Garis besar hanya BEBERAPA, tak lebih
dari dua puluh orang.



Herannya setelah yang nyoblos di dalam TPS kelar, ada lagi sekitar 40-70 orang (lihat gambar samping!)
menyatakan mau mencoblos. Apakah foto disamping (foto sebelum mbak-mbak berteriak-teriak meminta
masuk) itu ada 500 hingga seribu? TIDAK!

Semua TPS sudah tutup dan staf Victoria Park sudah ancang-ancang melakukan kegiatannya untuk
membersihkan Victoria Park.

Hal ini diperburuk dengan mbak-mbak yang tadinya sudah mencoblos ikut-ikutan berteriak.

"Buka! Buka! Buka!"

Sebagian ada pula meneriakkan nama capres nomor urut dua.

"Jokowi! Jokowi! Jokowi!"

Kemudian mereka merangsek ke pintu masuk meminta untuk TPS dibuka kembali dan menyilakan kawan
yang belum menggunakan hak pilihnya untuk masuk. Mbak-mbak yang gagal nyoblos dan mbak-mbak
yang sudah nyoblos yang demo inipun berjumlah tak lebih dari 200 orang, bukan 500-1000 seperti yang
diberitakan oleh medsos.

Ada isu yang menyatakan bahwa adanya petugas yang mengatakan bahwa pendukung capres No 1 saja
yang boleh masuk sedangkan capres No 2 tidak boleh. Saya pribadi tidak mendengar adanya statement
seperti itu, kawan-kawan media juga tidak. Bahwa setelah saya cross check dengan semua kawan
ternyata statement ini yang benar: BAHWA PETUGAS PPLN BERBAJU HITAM ITU MENYILAKAN KAWAN-
KAWAN UNTUK BERBARIS DALAM ANTRIAN SATU PERSATU BARU DIIJINKAN MASUK, KALAU DUA
(bergerombol) TIDAK BOLEH. Medsos saya rasa mendengar pernyataan dari mbak yang berada paling
belakang. Biasanya kalau kita main bisik-bisik, yang giliran dibisikin terakhir pasti salah kaprah. Iya khan?
Kendati demikian apa maksud dari petugas itu menyuruh antri lagi kalau TPS sudah tutup?


Terjadilah desak-desakan. Sebagian pintu pagar besi itu roboh. Maaf, pagar besi ini bukan bentuk
permanen, jadi adalah pagar yang bisa dipindah-pindakan dan dua orang saja cukup untuk
merobohkannya. Dan kalau kawan-kawan berdesak-desakan itu amat sangat memungkinkan pagar besi
roboh dengan sendirinya, BUKAN SENGAJA DIROBOHKAN. Pada saat yang sama, pintu pagar dan pintu
masuk sengaja dibongkar oleh petugas Hong Kong yang bertugas di Victoria park karena waktu
perijinannya sudah lewat.

Mbak-mbak yang berteriak-teriak demo berhamburan masuk ke area TPS dan protes kepada sesiapa saja
petugas yang dijumpai.

Sekiranya ini yang bisa saya sampaikan dengan sebenar-benarnya. Saya tak terikat oleh pihak manapun
dan tak terpengaruhi oleh beban membela capres pilihan saya. Saya menuliskan apa yang saya lihat dan
saya ketahui. Semoga ini bisa membantu untuk mencerahkan berita yang simpang siur itu.
Pada dasarnya kita adalah satu kesatuan WNI, siapapun presidennya nanti marilah saling dukung untuk
kemajuan bangsa.

http://babungeblog.blogspot.com/2014/07/protes-pilpres-di-hong-kong.html?m=1

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
+1 utk bro Kullatiro dg demikian kita jd tahu akurasi kejadian....
I'm an ordinary human only

 

anything