Komunitas > Arsitektur Buddhis

CANDI BOROBUDUR - Mahakarya Arsitektur Abad ke-9

(1/11) > >>

hemayanti:
Candi Borobudur merupakan monumen Buddha termegah dan kompleks stupa terbesar di dunia yang diakui oleh UNESCO. Bangunan Candi Borobudur secara keseluruhan menjadi galeri akan mahakarya para pemahat batu. Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.

Jauh sebelum Angkor Wat berdiri di Kamboja dan katedral-katedral agung ada di Eropa, Candi Borobudur telah berdiri dengan gagah di tanah Jawa. Bangunan yang disebut UNESCO sebagai monumen dan kompleks stupa termegah serta terbesar di dunia ini ramai dikunjungi oleh peziarah pada pertengahan abad ke-9 hingga awal abad ke-11. Umat Buddha yang ingin mendapatkan pencerahan berduyun-duyun datang dari India, Kamboja, Tibet, dan China. Tidak hanya megah dan besar, dinding Candi Borobudur dipenuhi pahatan 2672 panel relief yang jika disusun berjajar akan mencapai panjang 6 km! Hal ini dipuji sebagai ansambel relief Buddha terbesar dan terlengkap di dunia, tak tertandingi dalam nilai seni.


Nama Borobudur

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.


Relief Borobudur

Spoiler: ShowHide
Relief yang terpahat di dinding candi terbagi menjadi 4 kisah utama yakni Karmawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awadana, serta Gandawyuda. Selain mengisahkan tentang perjalanan hidup Sang Buddha dan ajaran-ajarannya, relief tersebut juga merekam kemajuan masyarakat Jawa pada masa itu. Bukti bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia adalah pelaut yang ulung dan tangguh dapat dilihat pada 10 relief kapal yang ada. Salah satu relief kapal dijadikan model dalam membuat replika kapal yang digunakan untuk mengarungi The Cinnamon Route dari Jawa hingga benua Afrika. Saat ini replika kapal yang disebut sebagai Kapal Borobudur itu disimpan di Museum Samudra Raksa.
Untuk mengikuti alur jalinan kisah yang terpahat pada dinding candi, pengunjung harus berjalan mengitari candi searah jarum jam atau yang dikenal dengan istilah pradaksina. Masuk melalui pintu timur, berjalan searah jarum jam agar posisi candi selalu ada di sebelah kanan, hingga tiba di tangga timur dan melangkahkan kaki naik ke tingkat berikutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga semua tingkat terlewati dan berada di puncak candi yang berbentuk stupa induk. Sesampainya di puncak, layangkanlah pandangan ke segala arah maka akan terlihat deretan Perbukitan Menoreh, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu yang berdiri tegak mengitari candi. Gunung dan perbukitan tersebut seolah-olah menjadi penjaga yang membentengi keberadaan Candi Borobudur.


Struktur Borobudur

Berdasarkan prasasti Kayumwungan yang bertanggal 26 Mei 824, Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga antara abad ke-8 hingga abad ke-9, berbarengan dengan Candi Mendut dan Candi Pawon. Proses pembangunan berlangsung selama 75 tahun di bawah kepemimpinan arsitek Gunadarma. Meski belum mengenal komputer dan peralatan canggih lainnya, Gunadarma mampu menerapkan sistem interlock dalam pembangunan candi. Sebanyak 60.000 meter kubik batu andesit yang berjumlah 2.000.000 balok batu yang diusung dari Sungai Elo dan Progo dipahat dan dirangkai menjadi puzzle raksasa yang menutupi sebuah bukit kecil hingga terbentuk Candi Borobudur.

Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.

Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.

Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Spoiler: ShowHide


Filosofi Bentuk Borobudur

Spoiler: ShowHide
Spoiler: ShowHide

Borobudur tidak hanya memiliki nilai seni yang teramat tinggi, karya agung yang menjadi bukti peradaban manusia pada masa lalu ini juga sarat dengan nilai filosofis. Mengusung konsep mandala yang melambangkan kosmologi alam semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni dunia hasrat atau nafsu (Kamadhatu), dunia bentuk (Rupadhatu), dan dunia tanpa bentuk (Arupadhatu). Jika dilihat dari ketinggian, Candi Borobudur laksana ceplok teratai di atas bukit. Dinding-dinding candi yang berada di tingkatan Kamadatu dan Rupadatu sebagai kelopak bunga, sedangkan deretan stupa yang melingkar di tingkat Arupadatu menjadi benang sarinya. Stupa Induk melambangkan Sang Buddha, sehingga secara utuh Borobudur menggambarkan Buddha yang sedang duduk di atas kelopak bunga teratai.

Menikmati kemegahan Candi Borobudur tidak hanya cukup dengan berjalan menyusuri lorong dan naik ke tingkat teratas candi. Satu hal yang jangan dilewatkan adalah menyaksikan Borobudur Sunrise dan Borobudur Sunset dari atas candi. Siraman cahaya mentari pagi yang menerpa stupa dan arca Buddha membuat keagungan dan kemegahan candi lebih terasa. Sedangkan berdiri di puncak candi di kala senja bersama deretan stupa dan menyaksikan sinar matahari yang perlahan mulai lindap akan menciptakan perasaan tenang dan damai.



Spoiler: ShowHidePustaka:
Wikipedia.org
borobudur.yogyes.com

hemayanti:
Having Fun at Borobudur

Di kawasan Borobudur terdapat berbagai tempat wisata menarik dan beragam pilihan aktivitas yang dapat dilakukan. Mulai dari jelajah desa, bersepeda, safari gajah, naik kereta kelinci, menikmati sunrise dan sunset hingga wisata kuliner.

Jelajah Desa
Kawasan Borobudur dikelilingi oleh areal perdesaan yang asri dan memiliki udara yang segar. Selain itu, masing-masing desa juga memiliki keunikan dan pesona wisata tersendiri. Anda bisa mengunjungi Dusun Klipoh untuk belajar membuat gerabah atau berkunjung ke Dusun Jowahan untuk menyaksikan joglo kuno yang sudah berusia lebih dari 1 abad. Untuk mengunjungi desa-desa tersebut Anda bisa berjalan kaki, naik sepeda, atau naik andong.

Bersepeda
Menyusuri areal persawahan di pagi dan sore hari menggunakan sepeda akan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Saat sore menjelang, Anda bisa bersepeda dari Candi Borobudur menuju Candi Pawon dan Candi Mendut, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti ritual Chanting di Candi Mendut. Siang hari Anda bisa menyewa sepeda di dalam areal candi dan singgah ke Museum Kapal Samudraraksa dan Museum Karmawibhangga. Jangan lupa untuk membawa topi sebagai pelindung kepala dari sengatan sinar matahari.

Safari Gajah
Bosan dengan petualangan yang biasa-biasa saja? Bagaimana jika menjelajahi desa, sawah, dan sungai dengan menunggang gajah (elephant safari)? Terdengar menantang, bukan? Sembari duduk di punggung gajah, Anda bisa menyaksikan aktivitas masyarakat perdesaan secara langsung dan menikmati udara segar.
Spoiler: ShowHide
Spoiler: ShowHide

Naik Kereta Kelinci (trackless train)
Bagi keluarga dengan anak-anak yang masih kecil, mengelilingi Candi Borobudur sambil berjalan kaki tentu saja akan menjadi perjalanan yang sangat melelahkan. Namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan, berkeliling candi naik kereta kelinci (trackless train) bisa dijadikan alternatif menarik. Biasanya anak-anak lebih menyukai aktivitas ini.

Borobudur Sunrise
Menikmati terbitnya mentari di ufuk timur sebagai aktivitas pembuka hari akan menjadi pengalaman yang berkesan. Terdapat dua spot menarik yang bisa digunakan sebagai tempat menyaksikan Borobudur Sunrise. Yang pertama adalah berdiri di puncak candi dan Anda akan merasakan keheningan pagi di tengah keagungan candi. Sedangkan spot kedua berada di puncak Bukit Punthuk Setumbu. Untuk mencapai tempat ini Anda harus berjalan kaki melintasi hutan dan ladang. Dari ketinggian 400 m dpl Anda akan disuguhi pemandangan Borobudur yang berselimutkan kabut.
Spoiler: ShowHide

Borobudur Sunset
Sebagai penutup hari, Anda bisa berdiri di atas candi bersama jejeran stupa dan menikmati romantisnya suasana senja. Cahaya temaram yang perlahan melindap dan perubahan warna mega akan memberikan efek tenang dan damai bagi siapa saja yang melihatnya.
Spoiler: ShowHide

Wisata Kuliner
Rugi apabila Anda berkunjung ke suatu dareah dan tidak mencicipi makanan khasnya. Salah satu masakan di kawasan Borobudur yang sudah sangat melegenda karena kelezatan rasanya adalah Bakmi Pak Parno. Selain itu, Anda juga bisa mencoba tongseng jamur Pondok Selera yang terletak di Jalan Balaputradewa. Selain nikmat, tongseng jamur ini juga mampu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.


Spoiler: ShowHideborobudur.yogyes.com

Wolvie:
pernah ke Borobudur sekali. Yang bikin bingung istilah pagar dan langkan. Relief pada pagar, relief pada langkan. Yang pagar mana, yang langkan mana?

and gw kepikir juga dah pernah ada yang membikin efek komputer pada gambar Candi Borobudur ga ya? Sperti contoh pada film Gladiator, kan sebenernya colloseum udah ga utuh lagi, nah pada film itu colloseum seolah2 hidup kembali karena digambarkan dengan efek komputer sehingga utuh kembali..

Bgitu juga dengan Candi Borobudur ini, kan Rupang2 Buddhanya dah pada ga utuh lagi tuh, copot kepalanya lah, tangannya lah, dlsb, termasuk relief2nya; kayanya klo ada yang bisa merekonstruksi seperti merekonstruksi colloseum pada film Gladiator kayanya keren sekali..

hemayanti:

--- Quote from: Wolvie on 13 August 2011, 03:34:37 PM ---pernah ke Borobudur sekali. Yang bikin bingung istilah pagar dan langkan. Relief pada pagar, relief pada langkan. Yang pagar mana, yang langkan mana?

and gw kepikir juga dah pernah ada yang membikin efek komputer pada gambar Candi Borobudur ga ya? Sperti contoh pada film Gladiator, kan sebenernya colloseum udah ga utuh lagi, nah pada film itu colloseum seolah2 hidup kembali karena digambarkan dengan efek komputer sehingga utuh kembali..

Bgitu juga dengan Candi Borobudur ini, kan Rupang2 Buddhanya dah pada ga utuh lagi tuh, copot kepalanya lah, tangannya lah, dlsb, termasuk relief2nya; kayanya klo ada yang bisa merekonstruksi seperti merekonstruksi colloseum pada film Gladiator kayanya keren sekali..

--- End quote ---
waktu itu g ada pemandunya y om?
saya belum pernah kesana..  ;D

Wolvie:
di Borobudur ada sih guidenya, tapi waktu sy tanya, ga tau juga dia..hehe

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version