//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - willyyandi

Pages: [1] 2
1
Theravada / Re: [English] The Concept of Emptiness in Pali Literature
« on: 04 August 2015, 09:21:22 PM »
ayo lanjutin ... :)
tanggung kalo setengah2 bro

2
Sutra Mahayana / Re: Bodhisattva Avalokitesvara dalam Gandavyuha Sutra
« on: 02 January 2015, 07:25:24 PM »
lanjutin dong bro terjemahannya :)

3
Theravada / Re: [English] The Concept of Emptiness in Pali Literature
« on: 02 January 2015, 06:47:05 PM »
lanjutan dong terjemahannya :)

4
Makin rumit nih..
Ngmgin winaya emang buat pusing. Heran aja zaman dulu Buddha melarang pegang uang (?), entah kenapa zaman sekarang, biksu2 dari tradisi manapun banyak yang punya rekening. zaman dulu kan ga ad rekening, jadi entah gmn kasus winayanya kalau gitu..susah juga. emang sih masih ada biksu yang ga mau megang uang.

paling2 ntar Therawada "terpecah". ada yang pro ada yang kontra. kalo ga mau terpecah, harus ada pembahasan di kalangan Sangha sendiri. Umat sih kebanyakan ikut2 aj.hahaha...kalopun beda penapat, ya, sudah kalo gitu. dua2nya jalanin Dhamma aj. yang penting ajaran Buddha dijalankan. Jangan berbuat kejahatan, perbanyak kebajikan serta sucikan hati dan pikiran.

kalo saya pribadi sih condong mendukung. toh, bhikkhuni uda ada pakai jubah dan secara KENYATAAN uda muncul. Daripada ga terkontrol tindakan2 dan ajaran2nya entah sesuai Dhamma ato ga, mending Sangha Bhiikkhu lebih bijak memikirkan model Sangha Bhikkhuni Therawada buat masa mendatang. Kalo sama2 jalan sendiri, ntar malah di masa mendatang, mungkin lebih sulit menyatu lagi. :)


5
Kalo org yg menjalankan sila bhiikhuni, bukan bhikkhuni namanya ap?jadi yg menjalankan sila bhikkhu belum tentu bhikkhu??

6
Diskusi Umum / Re: Transgender
« on: 06 January 2010, 03:18:57 PM »
Gitu aj kok repot
Kalo orgnya merasa 'bahagia' (bukan bahagia sebenarnya) lebih baik daripada ia mengalami 'penderitaan' karena merasa jiwanya/dirinya bukan seperti yang ia inginkan.
Lagian tingkah laku, ucapan, dll tidak ada hubungan dengan jenis kelamin.Jadi tidak masalah asalkan tidak berbuat jahat.

7
Diskusi Umum / Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« on: 06 January 2010, 03:16:34 PM »
Sains itu kebenaran
jadi ya berarti literatur buddhis itu salah

Lagian arahat bukan maha tahu segala-galanya, termasuk juga Buddha.
Buddha "maha-tahu" artinya Beliau tahu masalah penderitaan sampai ke akar-akarnya dan kalo mau diselidiki beliau bisa 'tahu'.

8
Diskusi Umum / Re: APA YANG SALAH DENGAN AJARAN BUDDHA?
« on: 23 December 2009, 11:57:46 PM »
wow..jangan2 bajakan beneran ya yg bhs indo??
sayang bgt...
jangan demi perkembangan buddhisme, aturan (sila) dilanggar...??sayang sekali...
saya rasa kalo minta izin untuk free biayanya pasti minimal atau mungkin dikasih izin free dari penulis/penerbit..

9
Diskusi Umum / Re: APA YANG SALAH DENGAN AJARAN BUDDHA?
« on: 23 December 2009, 05:48:47 PM »
Wah, kalau mau nyari lengkap susah tuh...ada 21 buku kalo Therawada kalo ga salah. Kalo mahayana kurang tau tuh..
Bagian2nya bukannya ga ada. mungkn yg menyulitkan, versi tionghoa (bahasa Cina) belum banyak diterjemahkan ke Bhs Inggris. Jadi sulit dicari. Kalo informasi kemiripannya, uda banyak diulas oleh akademisi2 buddhis (ahli2 terpelajar Buddhis). Bahkan ahli terpelajar seperti Bhikkhu Bodhi mengatakan kemiripannya yang telah saya sebutkan di atas.
(bhikkhu Bodhi tahu karena Beliau menerjemahkan Majjhima, Anguttara, Samyutta dan mengklarifikasi dengan tmn Beliau satu wihara "Vihara Bodhi" seorang bikshu Mahayana yang konsen mempelajari Kitab Agama dalam Mahayana).
Ada juga disinggung di Buku "Tipitaka Tematik" tulisan Bhikkhu Bodhi atau buku dalam bhs Inggrisnya berjudul "In The Buddha's Words". Ebooknya kalo ga salah ada di internet, Tapi "bajakan" berarti.hehehehe

10
Diskusi Umum / Re: APA YANG SALAH DENGAN AJARAN BUDDHA?
« on: 23 December 2009, 07:54:43 AM »
saya rasa tidak kontradiktif

"tidak berbeda" belum tentu harus "sama"

Dalam logika math, ~A bukan berarti B. kecuali himpunan semestanya cuma 2, yaitu A & B. Hehehe...coba dibaca lagi ke dua kalimat itu tidak saling kontradiktif, kecuali kalimat ke 2 ditulis "Tipitaka Pali dan Tripitaka sama". Saya cuma menulis "Ada (terdapat) Bagian yang sama).

Kalimat aj dipusingin. :p

Lagian pemikiran yang mengkotak-kotakkan dan memisah-misahkan adalah cara berpikir "newtonian/fisika klaisk" dan sekarang telah tergantikan pemikiran "baru/fisika modern".
Tidak aneh cahaya sekaligus gelombang dan partikel atau dengan kata lain "ada" sekaligus "tidak ada". hehehe..

11
Diskusi Umum / Re: APA YANG SALAH DENGAN AJARAN BUDDHA?
« on: 23 December 2009, 01:04:16 AM »
sistematikanya berbeda
penggolongan Babnya beda

12
Diskusi Umum / Re: APA YANG SALAH DENGAN AJARAN BUDDHA?
« on: 22 December 2009, 11:49:07 PM »
Ajaran Buddha tidak ada yang salah. Yang salah adalah pikiran kita yang masih penuh dengan ketidaktahuan dan kebodohan batin (pandangan salah).

Mau klarifikasi bahwa Tipitaka pali dan Tripitaka tidak berbeda.
Ada bagian yang sama. Yang sama adalah Kitab-kitab Sutta Pitaka dan Kitab Agama (nama kitabnya "Agama"), khususnya lagi Kitab Digha Nikaya (padanannya bahasa Tionghoa dari Kitab Dirghagama), Majjhima Nikaya (padanannya Madhyamagama), Samyutta Nikaya (padanannya Samyuktagama), Anguttara Nikaya (padanannya Ekottaragama), Jadi kitab Agama persis isinya dengan 4 Nikaya pada Sutta Pitaka (perbedaan hanya pada terjemahannya, yang satu bahasa Pali dan satunya telah diterjemahkan ke bahasa Tionghoa). Konon juga dikatakan bahwa Dhammapada Pali persis sama dengan Dharmapada tionghoa.

13
6 November 2009
Kepada yang Mulia Sujato

Selama beberapa hari yang lalu saya memperoleh informasi lebih mengenai latar belakang penahbisan bhikkhuni di Perth dibandingkan dengan apa yang sudah saya ketahui minggu kemarin, pada saat saya menuliskan surat ucapan selamat.  Informasi yang baru saja saya terima ini telah memberikan saya gambaran lebih jelas dan lengkap mengenai implikasi penahbisan itu.
Waktu saya mengira Ajahn Brahm dan Anda akan diasingkan oleh banyaknya sanggha Wat Poh Pong  (WPP), pada saat menulis itu saya tidak menyadari bahwa hubungan antara komunitas monastik dan di antara para bhikkhu individual yang membentuk tradisi ini seketat dan seguyup persis mereka adanya. Mengingat pengetahuan saya yang baru saja, mengenai cara upacara tradisi ini, saya terpaksa untuk merevisi pendapat yang saya utarakan dalam surat yang saya kirim minggu lalu dan saya setujui untuk dipasang di website Anda. Saya akan menghargainya jika Anda akan juga memempatkan surat ini pada website yang sama untuk mengenapkan penilaian saya mengenai penahbisan itu.
Pertama-tama saya ingin menegaskan dengan jelas benar bahwa pada prinsipnya saya secara penuh mendukung penahbisan bhikkhuni. Saya menghormati para perempuan yang menjalani penahbisan ini, baik dari garis sisilah berbaris dari apa yang katanya “Negara-negara Mahayana” ataukah dari bhikkhuni-bhikkhuni Therawada yang baru saja muncul, sebagai bhikkhuni yang ditahbiskan secara sah, berhak secara penuh berpartisipasi  di dalam aturan sanggha yang ditentukan untuk mereka di dalam winaya. Saya juga percaya bahwa pemulihan skala penuh Sanggha Bhikkhuni dan penerimaan yang sesungguhnya oleh Bhikkhu Sanggha adalah penting sekali bagi tradisi Therawada pada masa kita.
Pada waktu yang bersamaan, bagaimanapun, mengingat bahwa struktur komunal dalam Sanggha WPP dan hubungan dekat antara para kepala dari wihara-wihara termasuk di dalam tradisi ini, saya secara menyesal terpaksa sudah pada kesimpulan bahwa Ajahn Brahm dan Anda melakukan kesalahan karena mengerjakannya dengan terburu-buru dan dengan cara rahasia dalam memimpin penahbisan itu. Menurut pendapat saya, mengingat bahwa pada kenyataannya Ajahn Brahm sudah menjadi anggota yang penting dan banyak dihormati oleh anggota komunitas ini. Ia seharusnya mendiskusikan masalah ini secara terbuka dan keseluruhan pada sebuah pertemuan dengan semua wakil-wakil tokoh, dan secara sabar berusaha membujuk mereka dengan ilmu persuasi. Anda mungkin keberatan bahwa ia (dan Anda sendiri) sudah berusaha melakukan itu selama bertahun-tahun tanpa keberhasilan, tetapi saya tidak yakin bahwa sudah tidak ada kemajuan yang besar pada area ini. Jangan lupa bahwa beberapa kepala wihara Eropa dan siladhara menghadiri konferensi di Hamburg, yang mana dengan sendirinya menandai langkah ke depan yang berarti. Selanjutnya, dan khususnya, pertemuan dunia kepala wihara “a World Abbots’ Meeting” dijadwalkan akan diadakan di Wihara Bodhinyana bulan Desember, dengan pesoalan bhikkhuni ditempatkan pada tempat utama di agenda. Anda akan hanya perlu menunggu dengan sabar enam minggu lagi untuk membawa persoalan itu ke depan.
Saya percaya, bahkan jika kalian berdua sudah merasa penahbisan bhikkhuni yang mendesak itu sudah mencapai pada “titik ujung”, pertemuan pada bulan Desember akan sudah membantu sebagai kejadian yang tepat sekali untuk menekankan kepada keputusan akhir. Bahkan jika Anda merasa pesimis bahwa pertemuan akan berhasil dengan baik, ini masih dapat membantu sebagai dasar percobaan akhir. Jika, pada pertemuan itu, kepala-kepala wihara sudah menyetujui penahbisan bhikkhuni, setidaknya untuk Australia Barat, Anda sudah akan bebas mengatur penahbisan dalam keadaan rukun dengan sekumpulan sanggha WPP (setidaknya cabang-cabang Internasional) dan demikian perasaan-perasaan sakit hati sudah akan diminimalkan. Jika, pada sisi lain, usulan untuk memimpin penahbisan bhikkhuni dengan mutlak ditolak. Ajahn Brahm sudah dapat membuat pilihan yang pantas. Dia juga sudah dapat memutuskan untuk menarik diri dari jaringan WPP dan mengatur penahbisan sebagai bhikkhu tertua yang memilik otonomi secara penuh; atau kalau tidak, sementara masih termasuk dalam Sanggha WPP, dia sudah dapat memimpin penahbisan menentang keputusan yang umum dan beresiko dikucilkan. Pada kejadian seperti itu, setidaknya, keputusan untuk meneruskan penahbisan bhikkhuni akan sudah terang-terangan dan setelah usaha terakhir dalam meyakinkan/persuasif sudah gagal. Menunggu 6 minggu lagi, dan persoalan akan sudah dapat diputuskan oleh pemilihan sederhana yang baik dan buruk. Karena itu adanya, dengan memimpin penahbisan secara rahasia, tanpa memberikan kepedulian yang cukup kepada pendapat-pendapat dan perasaan-perasaan orang lain dengan tradisinya , dia sudah menyebabkan permisahan, perkelahian dan rasa sakit yang mana dengan lebih hati-hati, mungkin dapat dihindari atau setidaknya dikurangi.
Pendapat yang saya utarakan di sini adalah secara penuh sesuai dengan kualifikasi-kualifikasi yang saya buat dalam versi lengkap dari presentasi saya di Hamburg, yang mana saya akan sebutkan sebagai lampiran untuk surat ini. Tolong pastikan bahwa, sementara saya mengutarakan keberatan ini mengenai cara Ajahn Brahm bertidak dalam urusan ini, saya masih memberikan dia dukungan moral sebesar saya mendukung kembali penahbisan bhikkhuni di dalam tradisi Therawada. (Sati)

http://www.buddhistchannel.tv/index.php?id=70,8683,0,0,1,0

14
Surat-surat Bhikkhu Bodhi mengenai Penahbisan Bhikkhuni di Perth

The Buddhist Channel, 11 November 2009

Untuk menghargai saran dari para pembaca kami, dengan ini kami menerbitkan kembali 2 buah surat yang dikirimkan oleh Bhikkhu Bodhi kepada Ajahn Sujato mengenai hal Penahbisan Bhikkhuni di Perth, Australia pada September 2009. Sebagai petunjuk, surat pertama pada tanggal 3 November adalah surat dukungan, tetapi tiga hari kemudian pada tanggal 6 November, Bhikkhu Bodhi memberikan penarikan kembali pernyataannya. Kedua surat-surat itu pertama kali diterbitkan di http://sujato.wordpress.com/

New Jersey, USA – 3 November 2009
Kepada yang Mulia Sujato,

Terima kasih karena telah mengabarkan saya kejadian ini, yaitu sebuah pemberitahuan yang saya secara kebetulan sudah membacanya di internet minggu kemarin, sesaat sebelum saya meninggalkan wihara untuk mengunjungi ayah saya. Tolong sampaikan ucapan selamat saya kepada Ajahn Brahm atas keberanian keputusannya, dan juga terimalah penghargaan saya untuk Anda karena mempelopori perkembangan ini. Juga, jika Anda dapat melakukannya, tolong sampaikan ucapan selamat saya kepada para bhikkhuni baru itu, terutama kepada Ajahn Vayama, teman lama Dhamma saya sejak hari-hari saya di Sri Lanka.

Kemungkinan Ajahn Brahm mulai sekarang akan diperlakukan tidak hormat oleh para bhikkhu dari komunitas Wat Poh Pong. Ini, bagaimanapun, seharusnya tidak mengecilkan hatinya, atau pun Anda, untuk kelangsungan jalan yang sudah Anda mulai dengan membuat keputusan yang penting ini. Kami semua tahu bahwa Anda ada di barisan paling depan. Saya merasa prihatin bahwa para bhikkhu senior dari Barat Wihara WPP tidak maju ke depan untuk membela Anda, khususnya ketika beberapa dari mereka menghadiri konferensi Hamburg dan kelihatannya mendukung posisi kita. Barangkali mereka takut membuat perselisihan internal dan menjadi diasingkan oleh “Tuan Rumah” di Thailand.

Walaupun konsevatif (kolot) di dalam sanggha akan menolak keras dan berusaha menimbulkan halangan-halangan, pergerakan ke depan munculnya secara penuh Sanggha Bhikkhuni Therawada adalah saat ini, Saya percaya, tidak terelakkan di semua negara-negara yang penduduk utamanya Therawada. Saya ingat pada awal tahun 1980-an dan bahkan pada tahun 1990-an, bagaimana kita semua yakin bahwa meremajakan kembali Sanggha Bhikkhuni adalah sebuah ketidakmungkinan yang legal/sah. Namun, seperti Bob Dylan terbiasa menyanyi, “Waktu-waktu mereka adalah sebuah perubahan” Sri Lanka sudah memiliki Sanggha Bhikkhuni yang kuat, yang betapapun belum diakui secara resmi oleh pemerintah atau pemimpin yang berwenang di dalam Sanggha Bhikkhu. Pucuk-pucuk dari Sanggha Bhikkhuni sudah diam-diam berkecambah di Thailand, tepat di bawah hidung para Chao Khuns dan Phra Khrus, walaupun mereka berusaha untuk tidak—atau berpura-pura tidak—memperhatikannya. Mungkin para perempuan di negara-negara Asia Bagian Tenggara lainnya akan segera ditahbiskan secara penuh; barangkali beberapa dari mereka sudah melakukannya. Perempuan Buddhis India dan Nepal sudah menjadi Bhikkhuni, dan di U.S beberapa perempuan Burma telah mengambil langkah ini,  mengingat ketatnya pelanggaran di dalam Myanmar itu sendiri, bahkan dapat dihukum penjara.

Jika para pemimpin dari komunitas monastik Buddhis Asia tidak memberikan lampu hijau untuk penahbisan bhikkhuni, mereka akan menemukan diri mereka sendiri jatuh ketinggalan zaman, teman yang cocok bagi para petinggi (wali gereja) Vatican yang menolak mengijinkan wanita untuk menjadi pendeta. Semoga saja, betapapun, monastik Theravada Asia generasi selanjutnya, memperoleh manfaat dari pendidikan universitas dan dengan demikian sebagai akses cara pemikiran zaman sekarang, akan memotong pada arah yang baru, dimulai oleh bhikkhu semacam Ajahn Brahm dan diri Anda sendiri (sama halnya dengan kemajuan para thera di Sri Lanka). Jika perkembangan itu selesai, Ajahn Brahm dan Anda akan dihormati sebagai pelopor. Jadi, walaupun saat ini Anda mungkin merasa kesepian, terisolasi dan bahkan tersiksa, pusatkanlah di dalam pikiran bahwa semua itu sebenarnya terjadi di setiap bidang – dari filosofi dan religi sampai kepada ilmu seni, politik dan ekonomi – siapa yang tahan menghadapai beban berat dari tradisi-tradisi yang menindas berbagi nasib yang serupa.

Walaupun saya tidak berada di dalam posisi memberi penahbisan, Jika saya ada di posisi tersebut, saya akan memiliki ketidakragu-raguan untuk memberikan penahbisan bhikkhuni kepada para perempuan yang secara tepat memenuhi syarat. Dalam situasi saya, saya merasa senang bahwa setiap tahun saya dapat mengatur pendanaan untuk menyediakan beasiswa bagi bhikkhuni Thailand untuk mengikuti universitas (berbeda-beda setiap tahun). Saya percaya bahwa, di Asia, pendidikan universitas akan memenangkan demi penghormatan para bhikkhuni di tengah-tengah umat awam dan pemikiran ke depan para bhikkhu, dan ini akan memberikan beban lebih berat kepada aspirasi-aspirasi mereka untuk pengakuan penuh oleh teman laki-laki sebaya mereka yang senior.

Dengan kasih sayang dan berkat Dhamma,
Ven. Bhikkhu Bodhi

15
Dari sejarah memang ada kaitan antara bhikshuni Mahayana sekarang yang ditahbiskan oleh Bhikkhuni Therawada dulunya. Makanya ada pro kontra sesama bhikkhu Therawada.

Pages: [1] 2