- BUddha: Menolak praktik penyiksaan diri sebagai jalan pembebasan. Ada beberapa agama menerima jalan ini.
Nambahin dikit Sam. Tolong koreksi kalau salah.. Sepengetahuan saya, apa yang sang Buddha tolak dari asketisisme adalah bila dengan melakukan asketisisme kemudian muncul kualitas2 batin yg tidak bermanfaat. Tetapi bila dengan melakukan asketisisme muncul kualitas2 batin yg bermanfaat, maka sang Buddha tidak menolak asketisisme. Kalau tidak salah ini pernah dinyatakan oleh sang Buddha dalam 1 sutta kpd Ananda.
Betul sekali. Sya cari2 suttanya, nggak ketemu nih. Yang saya maksud dengan praktik penyiksaan diri di atas lebih menekankan pada attakhīlamathānuyoga (engaging in the self-tormentation) yang mana seringkali ditolak Sang Buddha dalam khotbah2 beliau. Praktik penyiksaan diri di sini merupakn praktik2 yang sangat membahayakn kehidupan. Sementara itu, meskipun Sang Buddha memuji praktik pertapaan keras / asketisme, saya yakin praktik ini masih pada batas kemampuan manusia dan tidak sangat membahayakan kehidupannya. Praktik ini mungkin tampak pada latihan 13 dhutanga. Selain itu, perlu ditekankan pula bahwa praktik penyiksaan diri pada ajaran2 lain di masa Sang Buddha juga berbasis pada pandangan bahwa cara ini merupakan jalan mencapai kebebasan. Sementara itu, praktik keras dalam ajaran BUddha berbasis pada pengertian bahwa cara tersebut membantu seorang praktisi untuk mengendalikan inderanya.
Iya nih sama.. Ga nemu juga yang tersurat soal asketisisme, ntah di mana. Tapi nemu yg tersirat nih Sam..
Silabbata SuttaSaya setuju dg penjelasan Sam. Ini mungkin terkait soal definisi. Karena definisi "asketisisme" bisa selalu berbeda-beda bergantung pd orang, tempat, waktu - situasi dan kondisi jaman - maka Sang Buddha memberi definisi asketisisme yang
'halal' secara general menurut ajaran Buddha. Karena itu tindakan2 yg terlihat ekstrim seperti bhikkhu yg memotong urat leher dapat kita pahami melalui perspektif ajaran Buddha.
Tetapi bukan berarti lantas semua kelakuan ekstrim dapat dibenarkan melalui perkataan Sang Buddha. Dalam contoh ekstrim yg tidak ada sangkut pautnya dgn topik ini, bukan berarti dapat dibenarkan bahwa ada pembunuhan yg setelah dilakukan kualitas batin bermanfaat meningkat dan yg tidak bermanfaat berkurang. Atau perkawinan dengan antara 11-13 wanita hingga 22 wanita (termasuk simpanan) dapat dikatakan bahwa kualitas batin bermanfaat meningkat dan yg tidak bermanfaat berkurang.
Btw, di postingan terakhir itu Mas Kelana nyang diskusi ma Sam loh.. Koq saya yang dibawa-bawa?
...Mungkin benar kata saudara Jerry bahwa nama agama Hindu diberi kaum kolonial.
sukhi hotu