Otot Jantung Bermasalah (sekedar sharing)
Demikianlah telah kualami.
Pada bulan Juni tahun yg lalu, saat berkunjung ke Dili saya sedang terserang penyakit batuk yg sudah cukup lama, sekitar 3 bulan,tetapi sudah membaik; , tiba tiba saat berada di Dili saya merasa gampang sesak nafas, naik tangga sedikit saja , nafas sudah tersengal sengal. Kemudian kembali ke Bali, mulai terasa mual, makan sedikit keluar lagi. Sedangkan perut makin lama makin buncit membesar.
Ketika balik ke Jakarta, langsung berobat ke dokter spesialis penyakit dalam, diagnosa pertama adalah kalau bukan sakit lambung, empedu yang bermasalah . Dari hasil pemotretan thorax, terlihat paru paru sedikit berair. Lalu diberi rujukan untuk ke dokter spesialis paru paru untuk disedot airnya. Saat dicheck ulang oleh dokter spesialis paru paru, ternyata tidak ada air, untung belum dilubangi. Balik lagi ke dokter spesialis penyakit dalam, dianjurkan untuk dirawat di RS, tetapi karena saya menolak (karena “feeling” saya menyatakan dokter ini kurang teliti) , lalu diberi obat saja .
Seminggu kemudian perut makin besar, dan kondisi makin menurun, karena tidak bisa makan makanan padat; saya kembali ke dokter spesialis penyakit dalam, kebetulan dokter yang minggu lalu cuti; jadi saya pergi ke dokter yg lain di RS yg sama. Dokter ini tidak mau melihat hasil diagnosa dokter sebelumnya yg tercatat dalam buku pasien, dan dia berkata: ‘saya mau periksa , mulai dari nol dan tidak terganggu oleh opini diagnosa sebelumnya’; suatu sikap yang sangat saya hargai.
Dokter ini sangat teliti, ditanya macam macam, termasuk kebiasaan olahraga, pola makan dll. Saya diperiksa selama kurang lebih 40 menit, dan dia berkata, yang bermasalah adalah pada jantung, untuk memastikan, dia menggunakan monitor EKG.
Ternyata selain denyut jantung yg terlalu cepat, juga irama jantung tidak teratur.
Singkat kata perlu segera dirawat. Saat itu dia tanya, tadi ke ruang praktek, pakai kursi roda? Saya jawab, tidak; saya jalan kaki; dan tadi juga naik tangga.; dia bilang,: ‘dengan kondisi jantung anda, seharusnya anda sudah tidak mampu jalan’. Padahal saya cuma merasa sedikit lemas saja. Dokter ini sangat fair, dia mengatakan bahwa urusan jantung, bukan bidangnya, dan dia merujuk saya ke dokter spesialis jantung.
Maka ditempatkanlah saya di ICU, dan penderitaan yang sebenarnya di mulai di ICU, karena sama sekali tidak bisa tidur; sebentar sebentar ada pasien yang kritis, atau ada pasien baru yg masuk. Praktis selama 5 hari 5 malam di ICU saya sama sekali tidak bisa tidur. Pada hari ke 3 di ICU, karena saya merasa makin lemas karena tidak bisa makan, saya minta ke dokter jaga untuk infusnya tidak hanya glucosa dan saline solution, tetapi ditambah amino acid dan lipid. (Pengetahuan yg didapat waktu jadi direktur sebuah perusahaan cairan infus, hehehe). Setelah konsultasi dengan dokter spesialis jantung, saya diberikan infus amino acid, glucosa dan lipid; produk dari perusahaan yg pernah saya pimpin, dan selain harganya mahal, eh sakit pula.
Pada malam ke 3, kondisi bukannya makin baik, tapi makin lemas karena tidak bisa istirahat sama sekali; meskipun kondisi jantung sudah menjadi makin baik.
Pada saat setengah tertidur, saya merasa ada yang memijat bagian perut saya dengan sentuhan yg halus sekali, entah hanya sekedar perasaan saja atau sungguhan, yg jelas tidak ada manusia yang memijat saya.
Hari ke 4, saya sdh jauh lebih baik, tapi masih lemas karena di ICU sama sekali tidak bisa istirahat, memusatkan pikiran pun sangat sulit. Pada saat dokter spesialis jantung memeriksa, saya ngotot minta pindah ke ruang rawat inap karena di ICU tidak bisa istirahat sama sekali. Dan baru diijinkan ke esokan siangnya.- dihari ke 6.
Di rawat inap, saya lebih bisa beristirahat, dihari ke 7, dokter spesialis jantung yg rutin memeriksa saya, mengatakan bahwa melihat hasil lab, yg menunjukkan kadar kholesterol saya bagus, riwayat kesehatan yg bagus selama ini, dan juga gaya hidup yg baik (makan makanan yg rendah lemak, jarang makan makanan yg di goreng, olahraga teratur, berenang 3 kali seminggu [at] 1000 meter minimal; makan supplement secara teratur); dia mengatakan tidak menemukan penyebab jantung saya bermasalah, kalau mau memastikan tidak ada penyumbatan, perlu di kateter. Saya segera setuju, karena dengan pola hidup sehat selama ini, saya yakin tidak akan ada yg namanya penyumbatan.
Hari ke 8 , saya dikateter, dan dibuatkan video sehingga bisa melihat aliran butir darah merah di pembuluh jantung. Hasilnya: dokter sangat puas, jangankan penyumbatan, penyempitan pun tidak ada. Meskipun kondisi otot jantung masih lemah, volume pompa hanya 29%, tetapi akan lambat laun akan membaik dengan istirahat yang cukup
Ketika ditanya , apa penyebabnya : beliau hanya menduga ada virus yang mengganggu otot jantung bagian kiri, sehingga denyut menjadi tidak teratur serta lemah. Kalau mau tahu di biopsi; tetapi waktu saya tanyakan apa bisa diobati tanpa di biopsi, beliau bilang, ngga perlu di biopsi, karena toh harus diobati juga, misalkan tahu apa penyebabnya, juga tetap harus diobati.
Kemudian saya diijinkan pulang pada keesokan harinya. Dengan bekal obat obatan selama 2 minggu; apa saja boleh dimakan kecuali yg asin/terlalu asin. (Horee, babi panggang tidak dilarang).
2 minggu kemudian, saya periksa lagi, dengan kondisi yg lebih baik.; diberi lagi obat utk 2 minggu, dgn dosis yg ditambah katanya supaya istirahat. Memang setelah mengkonsumsi obatnya, jadi makin lemas.
2 minggu berikutnya , periksa lagi , kondisi sudah makin baik lagi. Dan saya minta ijin untuk berenang, ; masih belum boleh, cuma boleh jalan 200 meter saja per hari.
2 minggu berikutnya, periksa lagi, kali ini sudah boleh berenang, dengan maksimal 200 meter, dan tidak boleh sampai terengah engah. Periksa lagi setelah sebulan.
Selama 2 minggu saya berenang 3 kali seminggu, hanya 200 meter, kecuali yg terakhir, 300 meter.
Periksa lagi, dan ditambah lagi obatnya; kali ini berenang hanya sanggup 200 meter. Tetapi kalau lupa minum obatnya, malah bisa berenang 400 meter tanpa susah payah.
Setelah sebulan, periksa lagi ke dokter tersebut, dan saya sudah bisa berenang 500 meter. ; sudah boleh kerja yang ringan. (padahal ngga pernah kerja berat, seperti angkat karung beras, paling juga angkat komputer).
Nyetir masih belum boleh, tapi saya langgar juga, karena sudah ngga betah disuruh diam saja.
Bulan berikutnya sudah mulai keluar kota. Bahkan reuni dgn teman teman kuliah MBA dikota Yogya, tapi karena tidak boleh bawa mobil, ya sudah naik pesawat, meskipun waktu di Yogya, sewa mobil juga dan gantian nyetir dengan teman teman.
Begitulah selama 3 bulan berikutnya, tiap bulan periksa, dosis obat tertentu ditambah.
Ketika ada kesempatan ke Srilanka dan mampir di Singapore, saya dianjurkan oleh teman teman yg di Singapore untuk mendapatkan second opinion dari dokter spesialis jantung disana. Hasilnya : buang semua obat obatan dari dokter di Indonesia, ngga berguna untuk penyakit saya, malah side effectnya berbahaya. Bingung kan?
Dan saya dianjurkan untuk mengembalikan olah raga renang saya ke 1000 meter sampai 1500 meter, 3 kali seminggu.
Karena saya penganut paham evolusi selalu lebih baik daripada revolusi, saya mulai mengurangi dosis obat yang dikonsumsi. Dan pada saat yg sama menaikkan dosis renang menjadi 1000 meter tiap kali.
Sekarang sih sudah berenang1300 meter – 1500 meter. Dan obat yg diminum hanya lasix + isosorbid itupun hanya setengah tablet, bulan depan mestinya sudah tidak perlu lagi.
Menurut dokter di Singapore, pola hidup sehat yang saya jalani selama ini, sangat membantu pemulihan ; biasanya kalau otot jantung lemah, semua penyakit degeneratif seperti ada penyumbatan pembuluh darah, diabetes, hipertensi, liver yg kurang sehat, akan bermunculan sekaligus dan memperparah kondisi pasien.
Sekian sharing dari saya.