//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka  (Read 8283 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline N1AR

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 930
  • Reputasi: 22
  • Yui
[ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« on: 25 March 2009, 11:33:01 AM »
Setelah perdebatan berlangsung beberapa saat, Sang Buddha mengajukan sebuah pertanyaan kepada Saccaka, tetapi ia diam tidak menjawab. Untuk kedua kalinya Sang Buddha bertanya, Saccaka tetap diam. Kemudian Sang Buddha bertanya untuk ketiga kalinya, pada saat itu raja para dewa yaitu Dewa Sakka dengan memegang kapak di tangannya, berdiri melayang di udara, tepat di atas kepala Saccaka dan berkata :
"Saccaka, apabila kamu tidak mau menjawab pertanyaan Sang Tathagata yang telah diajukan untuk ketiga kalinya, maka Aku akan membelah kepalamu menjadi tujuh bagian."

Hanya Sang Buddha dan Saccaka yang dapat melihat Dewa Sakka.

dikutp sedikit dari : 7. Menaklukkan Saccaka, Sang Orator
(dengan Kebijaksanaan / Paññã)
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=136&multi=T&hal=0


apa Buddha akan bertanya sampai 3x, kalau dia adalah seorang yg sudah tercerahkan? apa ini bukan ancaman?
apa Buddha membenarkan sikap dewa sakka, atau memang ada aturan 3x pertanyaan yg tidak dijawab kepala akan belah tujuh bagian?

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #1 on: 25 March 2009, 11:51:36 AM »
kalau tidak salah di DN juga ada yg seperti ini, tapi yg memegang kapak itu bukan raja dewa, melainkan yakka (iblis)

Quote
apa Buddha akan bertanya sampai 3x, kalau dia adalah seorang yg sudah tercerahkan? apa ini bukan ancaman?
apa Buddha membenarkan sikap dewa sakka, atau memang ada aturan 3x pertanyaan yg tidak dijawab kepala akan belah tujuh bagian
silahkan ehipassiko sendiri :)
« Last Edit: 25 March 2009, 11:53:16 AM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #2 on: 25 March 2009, 12:15:12 PM »
Setelah perdebatan berlangsung beberapa saat, Sang Buddha mengajukan sebuah pertanyaan kepada Saccaka, tetapi ia diam tidak menjawab. Untuk kedua kalinya Sang Buddha bertanya, Saccaka tetap diam. Kemudian Sang Buddha bertanya untuk ketiga kalinya, pada saat itu raja para dewa yaitu Dewa Sakka dengan memegang kapak di tangannya, berdiri melayang di udara, tepat di atas kepala Saccaka dan berkata :
"Saccaka, apabila kamu tidak mau menjawab pertanyaan Sang Tathagata yang telah diajukan untuk ketiga kalinya, maka Aku akan membelah kepalamu menjadi tujuh bagian."

Hanya Sang Buddha dan Saccaka yang dapat melihat Dewa Sakka.

dikutp sedikit dari : 7. Menaklukkan Saccaka, Sang Orator
(dengan Kebijaksanaan / Paññã)
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=136&multi=T&hal=0


apa Buddha akan bertanya sampai 3x, kalau dia adalah seorang yg sudah tercerahkan? apa ini bukan ancaman?
apa Buddha membenarkan sikap dewa sakka, atau memang ada aturan 3x pertanyaan yg tidak dijawab kepala akan belah tujuh bagian?

Dalam sutta ini, Saccaka "menantang" Buddha untuk berdebat. Lalu ketika Buddha bertanya, setelah mengetahui bahwa ia tidak bisa menjawab dengan baik, Saccaka tidak mau menjawab dan mengakui kesalahan, tetapi hanya diam saja.
Dalam sutta dikatakan bahwa sudah menjadi hukum bahwa seseorang yang tetap diam ketika ditanya tentang dhamma sampai 3x oleh Tathagata, kepalanya akan pecah tujuh.
Kejadian serupa juga ada pada Ambatha Sutta di Digha Nikaya.

Kalau menurut saya, kepala pecah itu adalah karena kekuatan kamma buruk (seperti Patikaputta yang Buddha katakan jika tidak menarik perkataan omong kosongnya dan berani bertemu muka dengan Buddha, kepalanya akan pecah tujuh), bukan karena dipentung. Justru Vajirapani ini menakut-nakuti agar jangan sampai hal itu terjadi.

Kejadian kepala pecah tujuh yang pernah saya temukan adalah di Jataka, ketika Devadatta hidup sebagai seorang petapa dan berteman dengan Raja Naga dan Raja Garuda. Ia membocorkan rahasia para naga agar tidak dimangsa garuda. Raja Naga akhirnya mengetahui hal ini dan mengutuknya, dan kepalanya pecah tujuh.


kalau tidak salah di DN juga ada yg seperti ini, tapi yg memegang kapak itu bukan raja dewa, melainkan yakka (iblis)

Menurut komentar, memang itu adalah Sakka dalam wujud Vajirapani.


Offline N1AR

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 930
  • Reputasi: 22
  • Yui
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #3 on: 25 March 2009, 12:23:36 PM »
Quote
Dalam sutta ini, Saccaka "menantang" Buddha untuk berdebat. Lalu ketika Buddha bertanya, setelah mengetahui bahwa ia tidak bisa menjawab dengan baik, Saccaka tidak mau menjawab dan mengakui kesalahan, tetapi hanya diam saja.
Dalam sutta dikatakan bahwa sudah menjadi hukum bahwa seseorang yang tetap diam ketika ditanya tentang dhamma sampai 3x oleh Tathagata, kepalanya akan pecah tujuh.
apa harus dijawab? kalau memang Buddha sudah tahu jawabanya. apa harus mengakui kekalahan dulu.
kepala akan pecah biar pun tidak diapa2 kan?


Quote
Kalau menurut saya, kepala pecah itu adalah karena kekuatan kamma buruk (seperti Patikaputta yang Buddha katakan jika tidak menarik perkataan omong kosongnya dan berani bertemu muka dengan Buddha, kepalanya akan pecah tujuh), bukan karena dipentung. Justru Vajirapani ini menakut-nakuti agar jangan sampai hal itu terjadi.

apa seperti menakut-nakuti?

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #4 on: 25 March 2009, 12:27:27 PM »
Yang saya belum mengerti, kenapa kepalanya harus pecah jadi tujuh ? bukannya tiga ? atau sembilan ?  ???

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #5 on: 25 March 2009, 12:49:44 PM »
apa harus dijawab? kalau memang Buddha sudah tahu jawabanya. apa harus mengakui kekalahan dulu.
Buddha bukan mau menunjukkan "kemenangan", tetapi Buddha memang bukan tipe pendiskusi berbelit-belit yang tidak ada ujung kesimpulannya.
Entahlah dengan anda, tetapi saya pribadi merasa adalah suatu norma kesopanan menjawab pertanyaan dari orang yang saya ajak bicara.


Quote
kepala akan pecah biar pun tidak diapa2 kan?
Barangkali begitu.


Quote
apa seperti menakut-nakuti?
Ya, karena sepertinya orang yang ditanya itu tidak mengetahui akibatnya.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #6 on: 25 March 2009, 12:51:22 PM »
Yang saya belum mengerti, kenapa kepalanya harus pecah jadi tujuh ? bukannya tiga ? atau sembilan ?  ???

Jawabannya sama seperti kenapa kalau pengulangan dalam baca paritta cuma sampai 3x (tatiyampi) saja.


Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #7 on: 25 March 2009, 12:57:29 PM »
??? di RAPB sepertinya tidak ada bagian membelah kepala
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #8 on: 25 March 2009, 12:58:52 PM »
Yang saya belum mengerti, kenapa kepalanya harus pecah jadi tujuh ? bukannya tiga ? atau sembilan ?  ???

Jawabannya sama seperti kenapa kalau pengulangan dalam baca paritta cuma sampai 3x (tatiyampi) saja.



Justru itu ketika saya ditanya sama orang beragama lain, saya sendiri tidak bisa menjawab
Apakah ada latar belakang dibalik angka2 tersebut ?
Seperti pradaksina 3 kali, 7 kali dllsbg

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #9 on: 25 March 2009, 01:08:23 PM »
Justru itu ketika saya ditanya sama orang beragama lain, saya sendiri tidak bisa menjawab
Apakah ada latar belakang dibalik angka2 tersebut ?
Seperti pradaksina 3 kali, 7 kali dllsbg


Kalau saya ditanya demikian, biasanya saya bilang itu berhubungan dengan tradisi setempat saja. Mungkin kalau kepala hancur, serpihannya juga bukan tepat ada 7 bagian, tetapi istilah itulah yang ada. Dalam Kutadanta Sutta, seorang Brahmana bernama Kutadanta juga pernah mengatakan tentang "kepala pecah menjadi tujuh bagian". Jadi saya pikir itu adalah ungkapan setempat saja. Sama seperti kebiasaan setempat untuk menunjukkan bahu kanan dan menutup bahu kiri sebagai tanda hormat, itu juga hanya merupakan kesepakatan karena tradisi setempat saja.


Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #10 on: 25 March 2009, 01:13:07 PM »
1 = Reaaaaaaaaaddy........

2 = Steaddddddddddddddddddyyyyyyyyyyyyyyyyyyy.........

3 = GGGGGOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOoooooooooooooooooooooo......................
i'm just a mammal with troubled soul



Offline N1AR

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 930
  • Reputasi: 22
  • Yui
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #11 on: 25 March 2009, 03:30:47 PM »
apa harus dijawab? kalau memang Buddha sudah tahu jawabanya. apa harus mengakui kekalahan dulu.
Buddha bukan mau menunjukkan "kemenangan", tetapi Buddha memang bukan tipe pendiskusi berbelit-belit yang tidak ada ujung kesimpulannya.
Entahlah dengan anda, tetapi saya pribadi merasa adalah suatu norma kesopanan menjawab pertanyaan dari orang yang saya ajak bicara.


Quote
kepala akan pecah biar pun tidak diapa2 kan?
Barangkali begitu.


Quote
apa seperti menakut-nakuti?
Ya, karena sepertinya orang yang ditanya itu tidak mengetahui akibatnya.


-saccaka seorang yg pandai, apa dia harus menjawab dengan pentungan diacung2 in didepan mata?
apa buddha yg mempunyai welas asih tinggi, membiarkan sesuatu ancaman terhadap lawan diskusinya?
biarpun tidak mau mengakui perbuatannya, apa tidak ada cara lain.
buddha boleh ber panna ria, sedangkan dibelakang nya ada pendukung fanatik yg berkoboi ria dibelakangnya bergitu

-saya rasa kepala saya akan baik2 saja kalau tidak diapa2in

-saya yakin itu bukan gertak saja. kalau tidak dijawab maka duarrrr... belah 7

;D cuma becanda sedikit

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #12 on: 25 March 2009, 04:20:26 PM »
-saccaka seorang yg pandai, apa dia harus menjawab dengan pentungan diacung2 in didepan mata?

Sebenernya, bro N1AR ini udah baca atau belum sih suttanya?
Intinya begini, Saccaka menganggap Kesadaran, perasaan, pikiran, ingatan, dan tubuh sebagai aku/atta. Lalu Buddha memberikan perumpamaan tentang Raja yang berkuasa atas kerajaannya, bisa mengatur kerajaannya begini-begitu. Lalu bertanya, apakah dengan demikian Saccaka bisa mengatur tubuhnya demikian, kesadarannya demikian, perasaan, pikiran, dan ingatannya demikian sesuai kehendaknya. Saccaka tahu ia telah kalah, maka ia tidak menjawab ketika ditanya begitu.
Jika ia menjawab tidak, maka prinsipnya tentang bathin-jasmani adalah "milikku" sudah luruh. Terlebih lagi sebelumnya dia telah sesumbar akan membuat Buddha gemetar dan tak berdaya oleh pertanyaannya, tetapi malah ia dikalahkan.
Jika ia menjawab ya, maka tentu saja ia akan dianggap orang bodoh oleh orang-orang dan reputasinya menurun.


Quote
apa buddha yg mempunyai welas asih tinggi, membiarkan sesuatu ancaman terhadap lawan diskusinya?

Kalau saya katakan, "jangan menggunakan Narkoba, nanti hidup anda hancur", apakah berarti saya mengancam?



Quote
biarpun tidak mau mengakui perbuatannya, apa tidak ada cara lain.
buddha boleh ber panna ria, sedangkan dibelakang nya ada pendukung fanatik yg berkoboi ria dibelakangnya bergitu
Kalau ada orang menjadi fanatik karena kebodohannya, apakah itu menjadi salahnya Buddha?
Sejak kapan Buddha mengajarkan menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada diri kita sendiri?



Quote
-saya rasa kepala saya akan baik2 saja kalau tidak diapa2in

-saya yakin itu bukan gertak saja. kalau tidak dijawab maka duarrrr... belah 7

;D cuma becanda sedikit

:) Entahlah, sebetulnya ini juga bagian dari kisah dan legenda, bukan inti ajaran Buddha juga. Jadi saya tidak terlalu memusingkan kebenaran kisah beginian, karena tidak ada habisnya kalau didebat.


Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #13 on: 25 March 2009, 05:45:21 PM »
Setelah perdebatan berlangsung beberapa saat, Sang Buddha mengajukan sebuah pertanyaan kepada Saccaka, tetapi ia diam tidak menjawab. Untuk kedua kalinya Sang Buddha bertanya, Saccaka tetap diam. Kemudian Sang Buddha bertanya untuk ketiga kalinya, pada saat itu raja para dewa yaitu Dewa Sakka dengan memegang kapak di tangannya, berdiri melayang di udara, tepat di atas kepala Saccaka dan berkata :
"Saccaka, apabila kamu tidak mau menjawab pertanyaan Sang Tathagata yang telah diajukan untuk ketiga kalinya, maka Aku akan membelah kepalamu menjadi tujuh bagian."

Hanya Sang Buddha dan Saccaka yang dapat melihat Dewa Sakka.

dikutp sedikit dari : 7. Menaklukkan Saccaka, Sang Orator
(dengan Kebijaksanaan / Paññã)
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=136&multi=T&hal=0


apa Buddha akan bertanya sampai 3x, kalau dia adalah seorang yg sudah tercerahkan? apa ini bukan ancaman?
apa Buddha membenarkan sikap dewa sakka, atau memang ada aturan 3x pertanyaan yg tidak dijawab kepala akan belah tujuh bagian?
Sangbuddha adalah yang tercerahkan tetapi bukan saccaka yang tercerahkan,
Sangbuddha bertanya 3x. dimana Saccaka tidak berani menjawab,bukan semata-mata mengancam, tetapi menujukkan mana benar mana salah.

bukan Buddha membenarkan sikap para Dewa sakka,atau lainnya....tetapi merupakan kamma buruk besar apabila "mengajak berdebat lalu diam." tidak menjawab....

ketika seorang boddhisatva gotama lahir, dipertemukan dengan pertapa ajita....
ajita lah yang bernamsakara kepada bayi(gotama)....

dan menurut kata seorang bikkhu, entah benar atau tidak-nya.
apabila seorang guru pertapa terkenal seperti Ajita. lantas jika bayi biasa yang lahir, maka bayi tersebut di namaskara-kan kepada guru besar seperti ajita.

tetapi apabila bayi(gotama) yang dinamskarakan kepada ajita.  maka kepala pertapa ajita yang pecah tujuh.
sama hal nya kisah dewa mara yang merubah diri menjadi buddha dan arahat ber-namskara kepada nya.
dewa mara langsung cemberut dan mengomel
"bahwa arahat tersebut menambah kamma buruk-nya"

tetapi arahat tersebut berkata "saya bernamaskara kepada guru buddha,bukan anda"

masalah mengapa pecah tujuh bukan 2,3 atau lainnya..
saya rasa itu pertanyaan tidak berdasar...
jika saya balik bertanya mengapa ketika seseorang membunuh ibu kandung nya musti masuk neraka avici? menjadi peta? atau bahkan masuk alam tavatimsa.
^^


tetapi sesuai saudara kainyn
"hal ini tidak bisa dibuktikan" debat pun tidak ada guna-nya.
salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #14 on: 25 March 2009, 06:19:26 PM »
Setelah perdebatan berlangsung beberapa saat, Sang Buddha mengajukan sebuah pertanyaan kepada Saccaka, tetapi ia diam tidak menjawab. Untuk kedua kalinya Sang Buddha bertanya, Saccaka tetap diam. Kemudian Sang Buddha bertanya untuk ketiga kalinya, pada saat itu raja para dewa yaitu Dewa Sakka dengan memegang kapak di tangannya, berdiri melayang di udara, tepat di atas kepala Saccaka dan berkata :
"Saccaka, apabila kamu tidak mau menjawab pertanyaan Sang Tathagata yang telah diajukan untuk ketiga kalinya, maka Aku akan membelah kepalamu menjadi tujuh bagian."

Hanya Sang Buddha dan Saccaka yang dapat melihat Dewa Sakka.

dikutp sedikit dari : 7. Menaklukkan Saccaka, Sang Orator
(dengan Kebijaksanaan / Paññã)
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=136&multi=T&hal=0


apa Buddha akan bertanya sampai 3x, kalau dia adalah seorang yg sudah tercerahkan? apa ini bukan ancaman?
apa Buddha membenarkan sikap dewa sakka, atau memang ada aturan 3x pertanyaan yg tidak dijawab kepala akan belah tujuh bagian?

konteks-nya adalah bahwa saccaka setelah mengetahui bahwa apa yang dibabarkan oleh BUDDHA mengandung kebenaran yang bertentangan dengan apa yang dipahami-nya, kemudian tidak mengakui dan hanya berdiam diri saja... Jika saja saccaka mengakui saja kesalahannya, kan beres... banyak kisah tentang bagaimana para pemimpin aliran yang "berseberangan" dengan ajaran BUDDHA pada awalnya mempertanyakan banyak hal tentang JALAN (MAGGA), dan ketika setelah di-tunjukkan jalan oleh BUDDHA, mereka lantas mengakui memang terdapat kebenaran yang tidak dapat dibantah dari semua jawaban BUDDHA, dan kemudian mengambil perlindungan, menjadi murid BUDDHA serta mencapai arahat. Contoh : Kassapa bersaudara (Gaya Kassapa, Uruvela Kassapa dan Nadi Kassapa).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline N1AR

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 930
  • Reputasi: 22
  • Yui
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #15 on: 25 March 2009, 08:35:30 PM »
Quote
bukan Buddha membenarkan sikap para Dewa sakka,atau lainnya....tetapi merupakan kamma buruk besar apabila "mengajak berdebat lalu diam." tidak menjawab....

ketika seorang boddhisatva gotama lahir, dipertemukan dengan pertapa ajita....
ajita lah yang bernamsakara kepada bayi(gotama)....

dan menurut kata seorang bikkhu, entah benar atau tidak-nya.
apabila seorang guru pertapa terkenal seperti Ajita. lantas jika bayi biasa yang lahir, maka bayi tersebut di namaskara-kan kepada guru besar seperti ajita.

tetapi apabila bayi(gotama) yang dinamskarakan kepada ajita.  maka kepala pertapa ajita yang pecah tujuh.
sama hal nya kisah dewa mara yang merubah diri menjadi buddha dan arahat ber-namskara kepada nya.
dewa mara langsung cemberut dan mengomel
"bahwa arahat tersebut menambah kamma buruk-nya"

tetapi arahat tersebut berkata "saya bernamaskara kepada guru buddha,bukan anda"

yah cuma heran saja, kenapa mesti pakai pecah kepala segala
wah namaskara saja punyah efek yg hebat.

thank saudara2, sudah menjawab

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #16 on: 25 March 2009, 09:28:32 PM »
Yang saya belum mengerti, kenapa kepalanya harus pecah jadi tujuh ? bukannya tiga ? atau sembilan ?  ???

Saya rasa ini peribahasa. Ada peribahasa "pusing tujuh keliling" yang berarti sangat pusing. Jadi mungkin saja pecah tujuh bagian berarti hancur berkeping-keping atau benar-benar hancur. Ini dari segi bahasa. Tapi lain lagi jika dilihat dari sudut pandang simbologi.
« Last Edit: 25 March 2009, 09:35:19 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #17 on: 25 March 2009, 09:40:29 PM »
Untuk angka 3 , misalnya dalam namaskara atau pradaksina mungkin sebagai simbol bahwa karma tersalurkan melalui 3 cara yaitu pikiran, ucapan dan perbuatan. Jadi bernamaskara dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan. Mungkin. cmiiw
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Mr. Bagus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 349
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • Sedang Apa
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #18 on: 25 March 2009, 10:28:01 PM »
Yang saya belum mengerti, kenapa kepalanya harus pecah jadi tujuh ? bukannya tiga ? atau sembilan ?  ???

Jawabannya sama seperti kenapa kalau pengulangan dalam baca paritta cuma sampai 3x (tatiyampi) saja.



Justru itu ketika saya ditanya sama orang beragama lain, saya sendiri tidak bisa menjawab
Apakah ada latar belakang dibalik angka2 tersebut ?
Seperti pradaksina 3 kali, 7 kali dllsbg

Be smart-lah :)
Kan bisa dijawab dengan simpatik, misal:
saya bukanlah Tuhan Yang Maha Tahu, namun saya akan coba membantu anda mencari jawaban sesuai dengan literatur Buddhis atau komentar dari rekan2 dhamma. Namun tahukah mengapa Saccaka terancam kepalanya terbelah tujuh?
"Intinya begini, Saccaka menganggap Kesadaran, perasaan, pikiran, ingatan, dan tubuh sebagai aku/atta. Lalu Buddha memberikan perumpamaan tentang Raja yang berkuasa atas kerajaannya, bisa mengatur kerajaannya begini-begitu. Lalu bertanya, apakah dengan demikian Saccaka bisa mengatur tubuhnya demikian, kesadarannya demikian, perasaan, pikiran, dan ingatannya demikian sesuai kehendaknya." Tahukah apa itu atta? atta kebalikan dari anatta. Anatta adalah ... perpaduan dari berbagai unsur. Karenanya tidak kekal. Ketidakekalan adalah perubahan. Perubahan adalah Dukkha. Sumber2 dukkha adalah... Namun jangan khawatir, ada Nibbana untuk melenyapkan dukkha. Bagaimana caranya "mencapai" Nibbana, caranya dengan ... Dengan begitu teman anda telah lengkap mendapatkan Cattari Arya Saccani. Bukankah penjelasan Cattari Arya Saccani bisa lebih menarik dan berbobot.

Sebagai perbandingan, jika kepala ibu kita yang kita hormati diinjak oleh orang lain. Adakah karma langsung saat itu yg berbuah untuknya.
Bandingkan dengan bila ibu kita tersebut adalah ibu negara kita. Bagaimana dengan kepala orang yang menginjak itu? Kikikik, sepertinya bisa terbelah berapa ya? Meskipun ibu kita tersebut penuh metta dan bijak, bisakah menjamin keselamatan orang itu?


Sebagai umat Buddha saya tidak harus tahu segala hal tentang Buddhist (tradisi, sutta, vinaya, dst), namun saya perlu tahu.
Sebagai umat non B pun tidak pasti tahu akan segala hal tentang non B. Kenapa.. karena kita bukan Tuhan Yang Maha Tahu, kan? Jadi kalo ada hal yg ditanyakan dan kita belum tahu, ya santai aja lagi. Kita diskusikan lagi di sini.
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #19 on: 27 March 2009, 09:23:27 PM »
Oke, setidaknya saya cukup puas dengan jawabanmu Mr.Bagus
+1 untuk anda
Thanks

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #20 on: 28 March 2009, 09:22:17 AM »
Quote
Sebagai perbandingan, jika kepala ibu kita yang kita hormati diinjak oleh orang lain. Adakah karma langsung saat itu yg berbuah untuknya.
Bandingkan dengan bila ibu kita tersebut adalah ibu negara kita. Bagaimana dengan kepala orang yang menginjak itu? Kikikik, sepertinya bisa terbelah berapa ya? Meskipun ibu kita tersebut penuh metta dan bijak, bisakah menjamin keselamatan orang itu?

saya rasa tidak ada istilah menginjak kepala di cerita saccaka. jadi perumpamaan itu tidak masuk.

apa buddha bergitu tidak mau tahu terhadap kelakuan pendukungnya?
fanatik terhadap buddha, apa sikap dewa sakka termasuk fanatik?

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« Reply #21 on: 28 March 2009, 12:55:24 PM »
#



# "Bagaimana kamu menerima di akalmu hal ini Aggivessana, ketika kamu mengatakan demikian: jasmani adalah diri pribadiku, apakah kamu memiliki kekuasaan seperti itu terhadap jasmanimu seperti: 'Biarkan jasmani seperti ini; biarkan jasmani tidak seperti itu?'"
Ketika hal ini dikatakan, Saccaka Niganthaputta diam saja. Untuk kedua kalinya Sang Bhagava berkata kepadanya: "Bagaimana kamu menerima di akalmu hal ini, Aggivessana, ketika mengatakan demikian: 'Jasmani adalah diri pribadiku', apakah kamu mempunyai semacam kekuasaan terhadap jasmanimu seperti: 'Biarkan jasmaniku sebagai demikian; biarkan jasmani tidak seperti itu?' "
Untuk kedua kalinya Saccaka Niganthaputta tetap berdiam saja. Kemudian Sang Bhagava berkata kepadanya: "Aggivessana, jawablah sekarang. Sekarang adalah bukan waktunya lagi untuk berdiam. Apabila seseorang tidak menjawab ketika ditanya tentang Dhamma hingga sampai ketiga kalinya oleh Sang Tathagata, kepalanya akan terbelah tujuh bagian pada waktu itu juga."

# Pada saat itu dewa Vajirapani (dewa halilintar) dengan membawa vajra (vajira) di kepalanya, yang terbakar, menyala, bersinar-sinar muncul di angkasa di atas Saccaka Niganthaputta (sambil berpikir): "Apabila Saccaka Niganthaputta ini tidak menjawab ketika ditanya menurut Dhamma hingga ketiga kalinya, aku akan membelah kepalanya menjadi tujuh bagian sekarang juga." Sang Bhagava melihat dewa Vajirapani dengan perilakunya itu, juga Saccaka Niganthaputta. Ketika itu Saccaka Niganthaputta menjadi takut, menjadi panik dan rambutnya berdiri, sambil mencari Sang Tathagata sebagai tempat berteduh, tempat suaka serta tempat berlindung, ia berkata: "Tanyakanlah aku, Guru Gotama, aku akan menjawab."
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

 

anything