25. Ketika para dewa melihat diriku, mereka berkata: "Samara Gotama telah mati". Dewa-dewa lain berkata: "Samara Gotama tidak mati, ia hampir mati". Para dewa yang lain berkata: "Samara Gotama itu tidak mati dan bukan dalam keadaan mau mati; ia seorang Arahat. Inilah cara para Arahat."
26. Aku berpikir: "Seandainya aku sama sekali tidak makan?" Kemudian datanglah para dewa kepadaku dan berkata: "Saudara yang baik, janganlah tidak makan sama sekali.
Apabila kamu berbuat demikian, kita akan memasukkan makanan surgawi melalui pori-porimu dan kamu akan hidup atas makanan surgawi itu". Aku berpikir: "Jika aku memaksa untuk berpuasa total dan para dewa ini memasukkan makanan surgawi melalui pori-poriku dan saya hidup atas dasar itu, maka aku akan berbohong". Maka saya menolak para dewa itu: "Tidak perlu"
27. Aku berpikir: "Seandainya aku hanya makan sedikit saja, katakanlah, setiap kali satu kepal, apakah makan itu adalah sop kacang atau sop miju-miju atau sop kacang-kacangan dan lain-lain. Ketika aku berbuat demikian, badanku menjadi kurus kering luar biasa. Disebabkan karena makan begitu sedikitnya tulang-tulangku menjadi semacam sambungan dari batang tumbuh-tumbuhan atau seperti sambungan bambu-bambu. Disebabkan karena makan begitu sedikit punggungku menjadi melengkung bagaikan pungguk onta. Disebabkan karena makan begitu sedikit sehingga penampilan dari tulang-tulang belakangku mirip dengan manik-manik yang diikat dengan tali. Disebabkan makan begitu sedikit tulang-tulang igaku menonjol keluar bagaikan kayu kaso dari sebuah gudang yang tidak mempunyai atap. Disebabkan karena makan begitu sedikit cahaya dari sinar mataku tenggelam jauh ke bawah masuk ke dalam kelopaknya seperti pancaran air yang tenggelam jauh ke dalam sumur yang amat dalam. Disebabkan karena makan begitu sedikit kulit kepalaku mengkerut dan layu bagaikan buah labu hijau yang mengkerut dan layu terkena angin dan matahari. Disebabkan makan begitu sedikitnya, apabila aku menyentuh kulit perutku, aku dapat menyentuh tulang belakangku aku juga menyentuh kulit perutku. Disebabkan makan begitu sedikitnya, apabila aku membuang air kecil atau air besar, aku jatuh terjungkal di atas mukaku di sana. Disebabkan makan begitu sedikitnya, apabila aku mencoba untuk mengusap tubuhku tercabut sampai keakar-akarnya, berjatuhan dari tubuhku ketika saya mengusap.
28. Pada waktu itu apabila orang-orang melihat diriku seperti itu, mereka berkata: "Samana Gotama adalah seorang hitam" Orang -orang lain berkata: "Samana Gotama adalah bukan orang hitam, ia adalah orang coklat." Orang lain pula berkata: "Samana Gotama adalah bukan orang hitam maupun pula bukan orang coklat, tetapi ia adalah orang kulit cerah." Begitu banyaknya warna kulitku yang biasanya terang, cerah menjadi rusak tidak karuan karena makan begitu sedikitnya.
29. Aku berpikir: "Apabila seorang petapa atau brahmana merasakan rasa sakit, bergetar, menusuk dikarenakan keinginan kerasnya, rasa itu dapat menyamai keadaanku ini tetapi tidak dapat melampauinya. Kapanpun seorang petapa atau brahmana pada waktu yang akan datang akan merasakan sakit, bergetar dan perasaan menusuk yang amat tajam disebabkan keinginan-keinginan kerasnya. Keadaan itu dapat menyamai perasaanku itu tapi bukan melebihinya. Kapanpun seorang petapa atau brahmana pada waktu sekarang merasakan sakit, bergetar atau perasaan yang menusuk disebabkan karena keinginan kerasnya, keadaan sakit itu bisa menyamai perasaanku itu namun tidak melebihinya. Tetapi dengan melaksanakan hal yang amat menyakitkan ini saya mencapai tingkat yang tidak beda dengan keadaan manusia biasa yang belum mencapai pengetahuan dan pandangan ariya. Apakah masih ada jalan lain untuk pencapaian penerangan sempurna?
30. Aku berpikir: "Ketika ayahku Sakya sedang sibuk, ketika aku sedang duduk di bawah rindangnya pohon apel-jingga (jambuddhaya), jauh dari pemuasan nafsu indera, jauh dari akusala dhamma, saya memiliki pengetahuan mencapai dan berada dalam Jhana I dengan memiliki vitakka, vicara, piti yang dihasilkan oleh ketenangan. Apakah jalan ini mencapai penerangan sempurna?" Kemudian, ingatan berikut muncul dan mengenal: "Inilah jalan pencapaian Penerangan Sempurna"
31. Aku berpikir: "Mengapa aku takut pada kesenangan? Itu adalah kesenangan yang tidak ada hubungannya dengan keinginan-keinginan indera-indera dan akusala dhamma." Aku berpikir: "Saya tidak takut terhadap kesenangan-kesenangan itu, karena kesenangan-kesenangan itu tidak ada hubungannya dengan keinginan-keinginan indera dan akusala dhamma."
32. Aku berpikir: "Adalah tidak mungkin mencapai kesenangan semacam itu dengan badan yang sangat kurus. Seandainya aku makan sedikit makanan padat - sedikit nasi dan roti? Saya makan sedikit makanan padat - sedikit nasi dan roti, tetapi pada waktu itu ada lima bhikkhu yang sedang menemani saya, sambil berpikir: "Apabila Samana Gotama mencapai suatu kemajuan ia akan memberitahukan kepada kita" Segera setelah aku makan nasi dan roti, kelima bhikkhu menjadi muak dan meninggalkan aku (sambil berpikir): "Samana Gotama telah berbalik menjadi memuaskan diri sendiri, ia telah meninggalkan usaha dan hidup mewah"
33. Ketika saya telah makan makanan padat dan menemukan kembali kekuatanku, karena jauh dari pemuasan nafsu indera dan akusala dhamma saya mencapai dan berada dalam Jhana I yang disertai oleh vitakka, vicara dan piti yang muncul karena ketenangan. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul adalah tidak masuk ke dalam pikiranku dan tinggal di sana.
34. Dengan vitakka dan vicara lenyap, saya mencapai dan berada dalam Jhana II ....
35. Dengan piti lenyap ... Jhana III .... Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk ke dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.
36. Dengan melenyapkan kebahagiaan (sukha) dan ketidak senangan (dhukkha), saya mencapai dan berada dalam Jhana IV. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk ke dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.
37. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi menjadi murni, jernih, tanpa cacat, ketidaksempurnaan lenyap, menjadi tak tertundukkan, kuat, mantap, mencapai keadaan yang tidak dapat diganggu, saya mengarahkan pikiranku kepada pengetahuan mengingat kehidupan pada masa yang lampau (pubbenivasanussatinana) .... (seperti dalam M.4.27) .... jadi dengan rinci dan khusus saya mengingat banyaknya kehidupanku pada masa yang lampau itu.
38. Ini adalah pengetahuan benar pertama bagiku yang saya capai pada masa pertama di malam hari. Kebodohan telah dimusnahkan dan pengetahuan sejati timbul; kegelapan telah dilenyapkan dan cahaya terang timbul; seperti (yang terjadi) pada orang yang menyenangkan yang muncul itu tidak masuk dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.
39. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi menjadi mumi, jernih ... saya mengarahkan pikiranku kepada meninggal dan terlahir kembali makhluk-makhluk .... (seperti di dalam M.4.29) .... jadi dengan mata dewa (dibba cakkhu), yang telah dimurnikan dan melampaui kemampuan mata manusia biasa. Saya melihat .... bagaimana makhluk-makhluk itu mati sesuai dengan kamma-kamma mereka.
40. Ini adalah pengetahuan benar kedua yang telah saya capai pada masa kedua di malam hari. Kebodohan telah dilenyapkan dan timbullah pengetahuan sejati; kegelapan telah dilenyapkan dan terang telah timbul; seperti yang terjadi pada diri orang yang rajin, tekun dan menguasai diri sendiri. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk dalam pikiranku dan tidak tinggal di sana.
41. - 42. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi menjadi murni, jernih ...... saya mengarahkan pikiranku kepada pengetahuan pemusnahan kekotoran batin noda-noda (asavakkayanana). Saya mempunyai abhinna (pengetahuan batin) 'apa adanya' tentang: "Inilah dukkha seperti dalam M.4.31-32 Tidak ada lagi kehidupan berikut yang akan muncul"
43. Ini adalah pengetahuan benar ketiga yang telah saya capai pada masa ketiga di malam hari. Kebodohan telah dilenyapkan dan kebenaran sejati timbul; kegelapan telah dilenyapkan cahaya terang timbul; seperti terjadi pada diri orang yang rajin, tekun dan menguasai diri sendiri. Tetapi perasaan menyenangkan yang muncul itu tidak masuk dalam pikiran dan tidak tinggal di sana.
44. Saya mempunyai pengetahuan langsung untuk mengajarkan Dhamma kepada sekumpulan orang yang terdiri dari beberapa ratus orang. Barangkali seseorang atau orang lain telah membayangkan: "Samana Gotama sedang mengajarkan Dhamma kepadaku" Tetapi hal itu harap jangan menganggap bahwa Tathagata mengajarkan Dhamma kepada orang-orang hanya untuk memberikan pengetahuan kepada mereka. Ketika pembicaraan telah selesai, maka selanjutnya saya memusatkan pikiranku ke dalam diriku sendiri, menenangkannya, memusatkannya pada obyek yang sama seperti pada pemusatan pikiran yang lalu, yang selalu saya hayati. Itu dapat dipercaya (sebagai suatu pernyataan) dari Samana Gotama karena ia adalah Arahat Samma Sambuddha. Tetapi barangkali Samana Gotama mempunyai abhinna tentang tidur di siang hari?
45. Aggivessana, di akhir bulan pada musim panas setelah kembali dari pindapata dan setelah makan, saya mempunyai pengetahuan melipat jubah (sanghati) saya empat kali, membaringkan tubuh pada sisi kanan, tertidur dengan penuh perhatian dan sadar"
"Beberapa petapa dan brahmana menamakan itu sebagai cara orang bodoh, Guru Gotama"
46. "Itu adalah bukan bagaimana seseorang bodoh atau tidak bodoh, ditipu. Dengarkan dengan penuh perhatian apa yang akan saya katakan tentang bagaimana seseorang itu bodoh atau tidak bodoh." "Baiklah" jawab Saccaka Niganthaputta. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:
47. "Ia saya sebut bodoh karena dirinya dikotori noda-noda batin, menghasilkan kelahiran baru, menyebabkan kesusahan, matang dalam penderitaan, mengarah pada kelahiran di waktu yang akan datang, menjadi tua dan kematian adalah tidak dapat dihindari; dikarenakan tidak adanya penghindaran dari noda-noda, itulah yang dinamakan orang bodoh. Ia saya namakan tidak bodoh, karena dirinya tidak dikotori oleh noda-noda batin yang menyebabkan kelahiran baru, menyebabkan kesusahan, matang dalam penderitaan, mengarah pada kelahiran di waktu yang akan datang, menjadi tua dan mati, telah ditinggalkan; dikarenakan dengan meninggalkan noda-noda batin, maka seseorang itu adalah tidak bodoh. Dalam diri Tathagata, noda-noda semacam itu yang menyebabkan kelahiran baru, seperti memberikan kesusahan, seperti menjadi matang di dalam penderitaan, mengarah pada kelahiran kembali di waktu yang akan datang, menjadi tua dan kematian, telah ditinggalkan, dipotong pada akarnya, dibuat seperti batang pohon palem, dibuat sedemikian rupa sehingga naluri untuk tumbuh kembali di waktu yang akan datang sudah tidak ada lagi. Sama seperti pohon palem yang ujungnya dipotong sehingga tidak bisa lagi tumbuh: demikian juga dalam diri Tathagata noda-noda yang mengotori. Yang menyebabkan kelahiran baru, memberikan kesusahan, matang dalam penderitaan dan mengarah pada kelahiran yang akan datang, menjadi tua dan kematian, telah ditinggalkan, dipotong hingga akarnya, dibuat seperti batang pohon palem, dibuat sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk tumbuh lagi adalah suatu tidak mungkin"
48. Ketika hal ini telah dikatakan, Saccaka Nigantaputta berkata:
"Mengagumkan, Guru Gotama, bagus sekali, bagaimana, ketika Guru Gotama memiliki kata-kata pribadi yang ditujukan berkali-kali kepada dirinya sendiri, warna kulitnya menjadi cemerlang, dan warna kulit muka menjadi jelas, seperti (yang diharapkan) di dalam diri seorang Arahat Samma Sambuddha. Aku telah memiliki pengalaman berdebat dengan Purana Kassapa, ia memutarbalikkan pembicaraan, membiarkan pembicaraan menyimpang, menunjukkan amarah, benci dan kebengisan. Namun ketika Guru Gotama menyatakan kata-kata yang bersifat pribadi yang ditujukan berkali-kali kepada dirinya sendiri, warna kulit beliau menjadi cerah dan warna muka-Nya menjadi terang, seperti (yang diharapkan) di dalam diri seorang Arahat dan mencapai Penerangan Sempurna. Aku mempunyai pengalaman berdebat dengan Makkhali Gossala .... Ajita Kesakambali Kakuddha Kaccayana .... Sanjaya Belatthiputta .... Nigantha Nataputta, ia memutarbalikkan pembicaraan, membiarkan pembicaraan beralih, dan menunjukkan amarah, kebencian dan kebengisan. Tetapi ketika Guru Gotama menyatakan kata-kata pribadi yang ditujukan berkali-kali ditujukan kepada diri-Nya sendiri, warna kulit beliau menjadi cerah dan warna kulit muka menjadi terang, seperti (yang diharapkan) di dalam diri seorang Arahat dan mencapai Penerangan Sempurna. Guru Gotama, sekarang kita berpisah; kami sangat sibuk dan banyak pekerjaan."
"Sekarang adalah waktunya untuk kamu melakukan pekerjaan yang cocok bagimu, Aggivessana"
Saccaka Niganthaputta menjadi puas, dan sangat senang atas kata-kata Sang Bhagava, ia bangkit dari duduknya dan pergi.
Di sutta ini, tidak ada pemain kecapi