//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Brahma-vihara  (Read 1793 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

JJ Lee_

  • Guest
Brahma-vihara
« on: 11 March 2009, 10:14:08 PM »
I. Cinta (Metta)

Cinta, tanpa nafsu untuk memiliki, memahami dengan baik bahwa dalam
hakikat tertinggi, tidaklah ada kepemilikan maupun pemilik: inilah cinta yang
tertinggi.

Cinta, tanpa berbicara dan berpikir mengenai “Aku”, memahami dengan
baik bahwa apa yang dinamakan “Aku” sebenarnya hanyalah delusi.

Cinta, tanpa memilih maupun mengecualikan, memahami dengan baik
bahwa melakukan hal tersebut (diskriminasi) berarti menciptakan kualitas
sifat-sifat yang bertentangan dengan cinta itu sendiri: perasaan tidak suka,
kejengkelan maupun kebencian.

Cinta, merangkul semua makhluk: kecil maupun besar, jauh maupun
dekat, baik di darat, air, maupun udara.

Cinta, merangkul semua makhluk tanpa memihak, bukan hanya terhadap
orang-orang yang berguna, menyenangkan dan kita sukai.

Cinta, merangkul semua makhluk, baik yang memiliki batin luhur maupun
rendah, batin yang baik ataupun jahat. Mereka yang berhati mulia dan baik
dirangkul karena cinta mengalir ke mereka secara spontan. Mereka yang berhati
rendah dan jahat juga dirangkul karena mereka lah yang sangat membutuhkan
cinta. Banyak dalam diri mereka, benih-benih kebajikan mungkin telah
mati karena kurangnya kehangatan untuk dapat tumbuh dan bertunas, karena
benih itu telah musnah akibat kedinginan dalam dunia yang tanpa cinta.

Cinta, merangkul semua makhluk, memahami dengan baik bahwa kita
semua sama-sama merupakan pengembara dalam siklus eksistensi – bahwa
kita semua mengalami hukum yang sama mengenai penderitaan.

Cinta, bukan api sensasi yang membakar, menghanguskan dan menyiksa,
yang menyebabkan lebih banyak luka daripada yang dapat ia obati – yang
seketika menyala terang, dan tiba-tiba padam, menyisakan banyak perasaan
dingin dan kesepian dibandingkan sebelumnya.

Melainkan, cinta yang terulur bagaikan tangan yang lembut namun kokoh
kepada makhluk-makhluk yang sakit dan bermasalah, tidak berubah dalam
hal perasaan simpatiknya, tanpa kebimbangan, tidak menyurut ketika mendapatkan
respon apapun. Cinta yang memberikan kesejukan yang nyaman kepada
mereka yang terbakar oleh api penderitaan dan nafsu; yang merupakan
kehangatan pemberi kehidupan bagi mereka yang ditinggalkan dalam padang
pasir kesepian yang dingin, bagi mereka yang gemetaran kedinginan dalam
kebekuan dunia tanpa cinta; bagi mereka yang hatinya seolah telah menjadi
kosong dan kering akibat panggilan berulang-ulang meminta pertolongan
yang tak kunjung tiba, akibat perasaan putus asa yang paling dalam.

Cinta, yang merupakan keagungan hati dan pikiran yang luhur yang
mengerti, memahami dan siap untuk membantu.

Cinta, yang merupakan kekuatan sekaligus pemberi kekuatan: inilah cinta
tertinggi.

Cinta, yang oleh “Ia yang Telah Tercerahkan” disebut sebagai “pembebasan
dari hati”, “keindahan yang paling luhur”: inilah cinta tertinggi.

Dan apa perwujudan tertinggi dari cinta?

Menunjukkan kepada dunia jalan yang menuntun pada berakhirnya penderitaan,
jalan tersebut ditunjukkan, dijalani dan direalisasikan untuk mencapai
kesempurnaan oleh Beliau, Ia yang Paling Berbahagia, Sang Buddha.


II. Welas Asih (Karuna)

Dunia menderita. Namun kebanyakan manusia menutup mata dan telinganya.
Mereka tidak melihat aliran air mata yang terus mengalir dalam kehidupan;
mereka tidak mendengar jeritan dan ratap tangis kesedihan yang secara terus
menerus menyelubungi dunia ini. Kesedihan dan kesenangan kecil mereka
sendiri telah menghalangi pandangan mereka, menulikan telinga mereka.
Terikat oleh sikap mementingkan diri sendiri, hati mereka berubah menjadi
kaku dan sempit. Dengan hati yang kaku dan sempit, bagaimana mereka
dapat berjuang untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, untuk menyadari
bahwa dengan terlepas dari kemelekatan egois barulah dapat mencapai keterbebasan
dari penderitaan?

Welas asihlah yang menyingkirkan penghalang berat tersebut, membuka
pintu menuju pembebasan, membuat hati yang sempit menjadi seluas dunia.
Welas asih menyingkirkan beban berat yang ada di hati, beban yang melumpuhkan;
welas asih memberi sayap bagi mereka yang berada dalam keadaan
diri yang rendah.

Melalui welas asih, fakta adanya penderitaan akan dengan jelas selalu
hadir dalam batin kita, bahkan pada masa-masa ketika kita secara pribadi
sedang terbebas dari penderitaan. Welas asih akan memberi kita pengalaman
yang kaya mengenai penderitaan, sehingga menguatkan kita untuk menghadapinya,
ketika penderitaan tersebut menimpa diri kita.

Welas asih membuat kita bersyukur dan menghargai nasib kita dengan
menunjukkan pada kita bagaimana kehidupan pihak lain, yang seringkali jauh
lebih sukar dan menyedihkan dibanding hidup kita.

Lihatlah perjalanan tanpa akhir makhluk-makhluk, manusia dan hewan,
terbebani oleh kesedihan dan rasa sakit! Beban yang ada pada setiap dari
mereka, juga telah kita bawa melalui rentetan kelahiran berulang yang tak terukur
dalamnya dari suatu masa yang sangat lampau. Lihatlah ini, dan bukalah hatimu
terhadap welas asih!

Dan kesengsaraan ini mungkin saja menjadi nasib kita lagi! Ia yang tanpa
welas asih sekarang, suatu saat akan menangis menyesalinya. Jika perasaan
simpatik terhadap pihak lain sangat sedikit, perasaan simpatik ini juga akan
kita capai melalui pengalaman diri sendiri yang panjang dan menyakitkan.
Inilah hukum yang luar biasa dari kehidupan. Pahamilah ini, jagalah dirimu!

Makhluk-makhluk tenggelam dalam ketidakpedulian (ignorance), tersesat
dalam delusi, tergesa-gesa dari satu penderitaan ke yang lain, tidak mengetahui
penyebab sesungguhnya, tidak tahu bagaimana melarikan diri darinya. Penembusan
pemahaman terhadap hukum universal mengenai penderitaan ini merupakan
landasan nyata dari welas asih yang kita miliki, bukanlah karena adanya
fakta penderitaan tertentu saja.

Dengan demikian, welas asih kita juga akan mencakup mereka yang saat
ini mungkin sedang bahagia, namun bertindak dengan batin yang jahat dan
terdelusi. Dalam perbuatan yang mereka lakukan saat ini, kita akan dapat
melihat masa depan mereka yang penuh kesedihan, dan karenanya welas asih
akan muncul.

Welas asih dari seseorang yang bijaksana tidak akan menyebabkannya
menjadi korban dari penderitaan. Pikiran, kata-kata dan perbuatannya penuh
belas kasih. Akan tetapi, hatinya tidaklah bimbang; sebagaimana adanya,
jernih dan tenang. Dengan bagaimana lagi ia dapat membantu?

Semoga welas asih demikian dapat tumbuh dalam hati kita! Welas asih
yang merupakan keagungan hati dan pikiran yang luhur yang mengerti, memahami,
dan siap untuk membantu.

Welas asih yang merupakan kekuatan sekaligus pemberi kekuatan: inilah
welas asih tertinggi.

Dan apa perwujudan tertinggi dari welas asih?

Menunjukkan kepada dunia jalan yang menuntun pada berakhirnya
penderitaan, jalan tersebut ditunjukkan, dijalani dan direalisasikan untuk
mencapai kesempurnaan oleh Beliau, Ia yang Paling Berbahagia, Sang Buddha.
« Last Edit: 11 March 2009, 10:39:27 PM by JJ Lee_ »

JJ Lee_

  • Guest
Re: Brahma-vihara
« Reply #1 on: 11 March 2009, 10:29:32 PM »
III. Turut berbahagia (Mudita)

Tidak hanya terhadap welas asih, namun juga terhadap turut berbahagia,
bukalah hatimu!

Kecil memang, porsi kebahagiaan dan kegembiraan yang terbagi ke makhlukmakhluk!
Ketika secercah kecil kebahagiaan datang kepada mereka, maka kamu
dapat ikut berbahagia bahwasanya satu berkas kegembiraan telah membelah
kegelapan dalam hidup mereka, dan mengusir kabut kelabu dan muram yang
membungkus hati mereka.

Hidupmu akan meraih kegembiraan dengan berbagi kebahagiaan orang
lain seakan-akan sebagai kebahagiaanmu sendiri. Tidak pernahkah kamu
mengamati bagaimana dalam momen-momen kebahagiaan, karakteristik seseorang
dapat berubah dan menjadi cerah dengan kegembiraan? Tidak pernahkah
kamu memperhatikan bagaimana kegembiraan membangkitkan manusia
ke dalam aspirasi dan perbuatan yang mulia, melampaui kapasitas normal
mereka? Bukankah pengalaman demikian akan mengisi hatimu sendiri dengan
berkah kegembiraan? Ada pada dirimu sendiri kemampuan untuk meningkatkan
pengalaman kebahagiaan simpatik sedemikian, dengan menghasilkan
kebahagiaan dalam diri orang lain, dengan membawakan mereka kegembiraan
dan kenyamanan.

Mari kita mengajarkan suka cita yang sesungguhnya kepada manusia! Banyak
yang telah melupakannya. Kehidupan, meski penuh dengan lara nestapa, juga
membawakan sumber-sumber kebahagiaan dan suka cita, tidak disadari oleh
banyak orang. Mari kita mengajarkan orang-orang untuk mencari dan menemukan
suka cita sesungguhnya dalam diri mereka dan untuk turut berbahagia
atas suka cita orang lain! Mari kita ajarkan mereka untuk menyingkapkan suka
cita mereka pada derajat yang semakin mulia.

Suka cita yang luhur dan mulia tidaklah asing dalam ajaran Ia yang Telah
Tercerahkan. Secara keliru ajaran Buddha kadangkala dikira sebagai ajaran
yang penuh kemurungan. Jauh dari itu, sebenarnya Dhamma (ajaran Buddha/
Kebenaran) menuntun kita selangkah demi selangkah menuju kebahagiaan
yang bahkan semakin murni dan agung.

Suka cita yang luhur dan mulia adalah penolong dalam jalan menuju lenyapnya
penderitaan. Bukanlah ia yang depresi dan tertekan dalam kesedihan,
melainkan ia yang memiliki kebahagiaan, yang dapat menemukan keheningan
yang jernih yang menuntun pada keadaan batin yang kontemplatif. Dan hanya
batin yang hening damai dan terpusat yang dapat mencapai kebijaksanaan
yang membebaskan.

Semakin luhur dan mulia suka cita orang lain, semakin kukuh kebahagiaan
simpatik dalam diri kita sendiri. Penyebab turut berbahagianya diri kita terhadap
suka cita pihak lain adalah karena kehidupan mereka yang mulia akan
menjaga mereka dalam kebahagiaan saat ini maupun di kehidupan sesudahnya.
Penyebab yang lebih mulia turut berbahagianya diri kita terhadap sukacita
pihak lain adalah keyakinan mereka dalam Dhamma, pemahaman mereka
mengenai Dhamma, kehidupan mereka yang mengikuti Dhamma. Marilah
kita memberikan bantuan Dhamma kepada mereka! Marilah kita berjuang
untuk menjadikan diri kita semakin mampu menawarkan bantuan tersebut!

Turut berbahagia berarti keagungan hati dan pikiran yang luhur yang
mengerti, memahami, dan siap untuk membantu.

Turut berbahagia yang merupakan kekuatan sekaligus pemberi kekuatan:
adalah kebahagiaan tertinggi.

Dan apa perwujudan tertinggi dari turut berbahagia?

Menunjukkan kepada dunia jalan yang menuntun pada berakhirnya penderitaan,
jalan tersebut ditunjukkan, dijalani dan direalisasikan untuk mencapai
kesempurnaan oleh Beliau, Ia yang Paling Berbahagia, Sang Buddha.
« Last Edit: 11 March 2009, 10:44:21 PM by JJ Lee_ »

JJ Lee_

  • Guest
Re: Brahma-vihara
« Reply #2 on: 11 March 2009, 10:36:30 PM »
IV. Keseimbangan Batin (Upekkha)

Keseimbangan batin adalah kondisi seimbangnya batin yang sempurna
dan tak tergoyahkan, yang berakar dalam penembusan pemahaman.

Melihat dunia di sekitar kita, dan melihat ke dalam hati kita sendiri,
mengerti dengan jelas betapa sulitnya untuk mencapai dan mempertahankan
keseimbangan batin.

Melihat ke dalam kehidupan, kita perhatikan bagaimana ia bergerak antara
hal-hal yang kontras: keuntungan dan kehilangan, terkenal dan tidak terkenal,
dipuji dan dihina, kebahagiaan dan penderitaan. Kita merasakan bagaimana
hati kita merespon terhadap semua ini dengan perasaan bahagia dan kesedihan,
semangat dan keputus-asaan, kekecewaan dan kepuasan, harapan dan
rasa takut. Gelombang-gelombang emosi ini melambungkan kita ke atas dan
juga mencampakkan kita ke bawah; dan belum lama kita dapat istirahat sebentar,
kita sudah diseret oleh gelombang baru berikutnya. Bagaimana kita dapat
mengharapkan untuk terus menapaki puncak kejayaan? Bagaimana bisa kita
mendirikan bangunan kehidupan kita di tengah-tengah samudera keberadaan
yang tak pernah diam ini, jika bukan di atas pulau keseimbangan batin?

Sebuah dunia dimana seporsi kecil kebahagiaan dapat terbagi ke makhlukmakhluk
yang dicapai setelah melalui banyak kekecewaan, kegagalan dan
kekalahan;

Sebuah dunia dimana hanya keberanian untuk memulai sesuatu yang
baru, lagi dan lagi, yang menjanjikan kesuksesan;

Sebuah dunia dimana sejumlah kecil kebahagiaan tumbuh di antara kesakitan,
perpisahan dan kematian;

Sebuah dunia dimana makhluk-makhluk yang baru saja mendapatkan kebahagiaan
simpatik dari kita, pada saat berikutnya membutuhkan welas asih
dari kita – dunia yang seperti ini membutuhkan keseimbangan batin.

Akan tetapi, jenis keseimbangan batin yang diperlukan mestilah yang berlandaskan
pada keberadaan batin yang waspada, bukan pada kemalasan yang
tidak peduli dan sikap masa bodoh. Keseimbangan batin ini mestilah hasil dari
latihan keras dan tekun, bukan efek kebetulan dari suasana hati yang sedang
dialami. Namun keseimbangan batin tidaklah pantas dinamakan “keseimbangan
batin” seandainya ia mesti dihasilkan melalui pengerahan upaya lagi dan lagi.
Dalam kasus demikian, keseimbangan batin akan semakin dilemahkan dan
akhirnya dikalahkan oleh perubahan-perubahan dalam hidup. Keseimbangan
batin yang sejati, bagaimanapun juga, haruslah mampu menjawab semua
ujian-ujian yang keras ini dan mampu menghidupkan kembali kekuatannya
dari sumber-sumber dalam diri. Keseimbangan batin akan memiliki kekuatan
ketahanan dan pemahaman diri hanya jika ia berakar pada penembusan
pemahaman (insight).

Lantas, bagaimana sifat dari penembusan pemahaman tersebut? Yaitu
pemahaman yang jernih bagaimana semua perubahan hidup ini berasal, dan
sifat sejati diri kita sendiri. Kita harus mengerti bahwa pengalaman beraneka
ragam yang kita alami berasal dari kamma kita – tindakan kita baik melalui
pikiran, kata-kata dan perbuatan – yang dilakukan pada kehidupan ini maupun
kehidupan-kehidupan sebelumnya. Kamma merupakan rahim darimana
kita berasal (kamma-yoni), dan suka tidak suka, kita adalah pemilik tak terhindarkan
dari perbuatan kita (kamma-ssaka). Akan tetapi, segera sesudah
kita melakukan tindakan, kendali kita terhadapnya hilang: ia selamanya bersama
kita dan tak terhindarkan akan kembali ke kita sebagai warisan yang sesuai
(kamma-dayada). Tidak ada hal yang terjadi pada kita berasal dari dunia luar
asing yang bermusuhan dengan diri kita; segalanya adalah hasil dari batin dan
perbuatan kita sendiri. Karena pengetahuan ini membebaskan kita dari rasa
takut, ia adalah landasan pertama dari keseimbangan batin. Pada ketika dalam
segala hal yang menimpa kita disebabkan diri kita sendiri mengapa kita mesti
merasa takut?

Akan tetapi, jika rasa takut ataupun kekhawatiran tetap muncul, kita
mengetahui naungan yang dapat meredakan perasaan-perasaan ini: perbuatan
baik kita (kamma-patisarana). Dengan mengambil naungan ini, keyakinan diri
dan keberanian akan tumbuh dalam diri kita – keyakinan diri terhadap kekuatan
perlindungan dari perbuatan baik kita di masa lampau; keberanian untuk
melakukan lebih banyak lagi perbuatan baik sekarang; walaupun kita sedang
menghadapi kehidupan yang penuh kesukaran saat ini. Sebab kita mengetahui
bahwa perbuatan yang mulia dan tidak mementingkan diri sendiri menyediakan
pertahanan terbaik terhadap hantaman takdir yang keras; bahwasanya tidak
pernah terlambat dan selalu saja tiap saat adalah waktu yang sesuai untuk
melakukan perbuatan baik.

Jika perlindungan ini, melakukan kebajikan dan menghindari kejahatan,
telah kukuh tertanam dalam diri kita, suatu hari kita akan merasa yakin: “Semakin
banyak dan semakin banyak yang menghentikan kesengsaraan dan kejahatan
yang berakar pada masa lalu. Dan pada kehidupan saat ini – saya
mencoba untuk membuatnya tanpa noda dan murni. Apalagi yang dapat
masa depan berikan selain meningkatnya kebaikan?” Dari keyakinan inilah,
batin kita menjadi tenang, dan kita akan memperoleh kekuatan kesabaran
dan keseimbangan batin untuk menahan segala beban kesulitan diri kita pada
saat ini. Lantas perbuatan-perbuatan kita akan menjadi sahabat kita (kammabandhu).

Demikian juga, semua peristiwa beragam dalam hidup kita, sebagai akibat
dari perbuatan kita, juga akan menjadi sahabat-sahabat kita, bahkan sekalipun
hal-hal tersebut membawakan kita kesedihan dan rasa sakit. Perbuatan-perbuatan
kita kembali pada diri kita dalam samaran yang seringkali sulit dikenali.
Terkadang tindakan-tindakan kita kembali pada diri kita melalui bagaimana
sikap orang lain memperlakukan kita, kadangkala melalui perubahan mendadak
keseluruhan dalam hidup kita; sering pula hasil-hasil perbuatan kita
bertentangan dengan pengharapan ataupun keinginan kita. Pengalaman-pengalaman
demikian menunjukkan pada kita konsekuensi-konsekuensi perbuatan yang
tidak kita perkirakan sebelumnya; mereka menunjukkan motif-motif setengah
sadar dari tindakan lampau kita yang bahkan ingin kita sembunyikan dari diri
kita sendiri, yang ingin kita tutupi dengan berbagai dalih dan alasan palsu.
Jika kita belajar untuk melihat hal-hal dari sudut ini dan membaca pesan yang
dibawakan oleh pengalaman kita sendiri, maka penderitaan sekalipun akan
menjadi sahabat kita. Ia akan menjadi sahabat yang tegas, namun juga sahabat
yang penuh kebenaran dan berniat baik yang mengajarkan kita pelajaran yang
paling sulit, pengetahuan mengenai diri kita sendiri, serta memperingatkan
kita terhadap jurang yang sedang kita tuju secara membuta. Dengan melihat
penderitaan sebagai guru dan sahabat kita, kita akan lebih berhasil menghadapinya
dalam keseimbangan batin. Sebagai akibatnya, ajaran tentang kamma
akan memberikan kita kekuatan/gerak hati yang kuat untuk membebaskan
diri kita dari kamma, dari perbuatan-perbuatan yang lagi dan lagi melemparkan
kita ke dalam penderitaan kelahiran berulang. Perasaan jijik akan timbul
terhadap nafsu kemelekatan diri kita sendiri, terhadap delusi, terhadap kecenderungan
alamiah diri kita sendiri untuk menciptakan situasi yang mencoba
kekuatan kita, ketahanan kita dan keseimbangan batin kita.

Penembusan pemahaman kedua sebagai landasan keseimbangan batin
adalah ajaran Buddha tentang tanpa-aku (anatta). Ajaran ini menunjukkan
bahwa dalam hakikat yang tertinggi, perbuatan tidaklah dilakukan oleh diri
manapun, juga akibat perbuatan tersebut tidak berakibat pada diri manapun.
Lebih jauh, hal ini menunjukkan bahwa jika tidak ada diri, kita tidak dapat
mengatakan “milikku”. Adalah delusi terhadap suatu “aku” yang menciptakan
penderitaan dan mengusik atau mengganggu keseimbangan batin. Jika sifat
tertentu dari diri kita disalahkan, kita akan berpikir: “Aku disalahkan” dan
keseimbangan batin menjadi goyah. Jika suatu kerja tidak berhasil, kita berpikir:
“Pekerjaanku telah gagal” dan keseimbangan batin menjadi goyah. Jika
kehilangan kekayaan atau orang-orang yang dicintai, kita berpikir: “Apa yang
menjadi milikku telah pergi” dan keseimbangan batin menjadi goyah.

Untuk mewujudkan keseimbangan batin sebagai keadaan batin yang tak
tergoyahkan, seseorang harus melepaskan semua pikiran-pikiran posesif mengenai
“milikku”, dimulai dari hal-hal kecil yang mudah dilepas, dan secara bertahap
hingga kepemilikan dan tujuan yang sangat didambakan segenap hati.
Seseorang juga harus menghentikan penyokong pikiran-pikiran yang demikian,
semua pikiran egois tentang “aku”, dimulai dari sebuah bagian kecil
kepribadian, yang tidak terlalu penting, dari kelemahan kecil yang ia lihat
dengan jelas, dan secara bertahap hingga kepada bentuk-bentuk emosi dan
ketidaksukaan terhadap sesuatu yang ia anggap sebagai pusat dirinya. Pelepasan
seperti ini mesti dilatih.

Hingga suatu tahapan kita meninggalkan pikiran tentang “milikku” atau
“aku”, keseimbangan batin akan memasuki hati kita. Sebab bagaimana mungkin
sesuatu yang kita sadari adalah asing dan tanpa suatu diri dapat mengusik
kita melalui nafsu, kebencian atau kesedihan? Dengan demikian, ajaran mengenai
tiada-aku akan menjadi penuntun kita dalam jalan pembebasan, menuju
keseimbangan batin yang sempurna.

Keseimbangan batin adalah mahkota dan puncak dari empat keadaan
batin yang luhur. Namun hal ini bukan dipahami bahwasanya keseimbangan
batin adalah penolakan terhadap cinta, welas asih dan kebahagiaan simpatik,
ataupun bahwasanya keseimbangan batin lebih unggul dibanding yang lainnya.
Jauh dari itu, keseimbangan batin mencakup dan menyebar menyeluruh
di dalam tiga keadaan luhur tersebut, sama halnya tiga keadaan luhur menyebar
menyeluruh di dalam keseimbangan batin yang sempurna.

Perenungan terhadap Empat Keadaan Luhur
Brahmavihara-Nyanaponika Thera

Offline Lien hua Rue Liang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 122
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: Brahma-vihara
« Reply #3 on: 11 March 2009, 11:04:21 PM »
nice post..
batin jd damai..

 _/\_

 

anything