//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: pertanyaan mengenai kemampuan seorang buddha.  (Read 28743 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: pertanyaan mengenai kemampuan seorang buddha.
« Reply #90 on: 16 February 2009, 12:47:33 PM »
Menurut kitab komentar, makanan yang sudah dipersembahkan kepada Buddha telah diberikan sari makanan para deva.
Para deva hanya dapat memakan makanan halus dan manusia hanya dapat makan makanan kasar. Percampuran keduanya hanya bisa dimakan oleh seorang Tathagata.

Demikian pula persembahan (empat kebutuhan bhikkhu) yang telah ditekadkan untuk ditujukan untuk Buddha, tidak dapat diganggu bahkan oleh mara, dan tidak dapat diterima oleh orang lain.
saya sendiri pernah makan jeruk dari hasil sembahyang.....dan awalnya jeruk itu manis...selesai sembahyang tawar nya luar biasa,,mirip air putih......terbukti loh.

ada yang saya ingin tanyakan sekalian..
saya ada kenal seorang bikkhu yang memelihara semacam tuyul.....lalu saya tanyakan masalah makanan gimana?

bhante tersebut mengatakan " saya sudah menyuruhnya untuk melakukan saja apa yang saya lakukan "
misalkan ketika bhante ikut makan, tuyul ini ikut makan...bhante meditasi, tuyul jg meditasi...........

masalah nya katanya porsi makanan nya jadi tambah....seperti makan porsi untuk 2 orang....lalu kemana ampas makanannya? bisa bantu jelasin saya ^^

Konon, memang ada jenis mahluk halus yang bisa memakan sari halus dari makanan manusia. Tapi saya belum ketemu tentang hal tersebut di sutta. Mengenai kasus bhante, MUNGKIN tuyul itu hanya makan nutrisinya saja, jadi tetap tidak makan "sisa"-nya, itu sebabnya porsinya harus ditambah supaya mencukupi nutrisi bhikkhu ini.


Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: pertanyaan mengenai kemampuan seorang buddha.
« Reply #91 on: 16 February 2009, 05:56:56 PM »
Teman-teman ikut sharing pendapat ya?

author=marcedes link=topic=8946.msg149928#msg149928 date=1234513372]
Quote
dulu katanya ketika Sang Buddha Gotama mengajarkan Abhidhamma dialam dewa....beliau menggunakan tubuh aslinya untuk mandi,makan,dsb-nya di alam manusia...sedangkan tubuh manifestasi atau kloningan masih ada dialam dewa tetap mengajarkan dhamma.

Yang ada di alam dewa ketika Sang Buddha turun berpindapatta adalah ciptaan batin dan dikendalikan oleh batin, bukan kloningan, mirip seperti Y.A. Culapanthaka, cuma ciptaan batin ini jauh lebih sempurna, tehnik untuk menciptakan kembaran ini ada dijabarkan di Visuddhi Magga.


jika seseorang memiliki kemampuan bathin mampu mengunjungi alam dewa, apakah yang mengunjungi alam dewa tersebut ? jasmaninya (RUPA) atau bathin-nya (NAMA) ?

Jika RUPA bisa mengunjungi alam dewa (seperti hal-nya kunjungkan BUDDHA GOTAMA di surga tavatimsa membabarkan dhamma), apakah di alam dewa tidak ada makanan buat RUPA (jasmani) manusia, sehingga BUDDHA harus tiap hari turun ke bumi berpindapata untuk mempertahankan jasmani-nya?

Jika RUPA tidak bisa mengunjungi alam dewa, maka seharusnya NAMA yang mengunjungi alam dewa dan RUPA ditinggalkan di dunia ini (mungkin dalam kondisi meditatif), sehingga BUDDHA harus tiap hari SADAR KEMBALI dari kondisi meditatif dan berpindapata untuk mempertahankan metabolisme RUPA (jasmaninya) ?


Saudara Dilbert yang baik,

Sang Buddha mengunjungi alam-alam lainnya dengan tubuh, karena nama-rupa adalah tak terpisahkan (bedakan dengan roh dan jasmani yang dipercayai oleh umat agama lain yang dapat dipisahkan) hubungan nama-rupa menurut Buddhis adalah hubungan sebab akibat bukan seperti hubungan antara satu entitas yang menghuni badan tertentu.

Tradisi para Buddha dari masa yang lampau adalah berpindapatta di dunia memberi berkah, sehingga banyak orang memiliki kesempatan berdana kepada Beliau, Sang Buddha sebagai seorang Arahat tidak memiliki lobha terhadap makanan walaupun makanan di alam dewa lebih enak daripada makanan di alam manusia. Para dewa telah memiliki jasa besar sehingga terlahir di alam dewa, Sang Buddha akan menolong lebih banyak orang dengan berpindapatta di alam manusia.

Arahat yang juga tidak mau menerima makanan dari dewa karena ingin menolong manusia adalah Y.A. Maha Kassapa, beliau pernah menegur dewa Sakka karena mencuri kesempatan berdana (berdana dengan menyaru sebagai manusia).

Yang mengunjungi alam dewa dan mengajar adalah Sang Buddha yang utuh.
Ajaran Sang Buddha tak mengatakan bahwa nama dan rupa bisa dipisahkan karena kesadaran muncul berlandaskan rupa, umpamanya kesadaran penglihatan muncul karena adanya indera mata, demikian juga dengan indera pendengaran muncul karena ada landasan indera telinga dsbnya.

Sehingga bila mata lenyap maka kesadaran penglihatan akan lenyap juga seperti yang dialami oleh Y.A. Cakkhupala, bila indera telinga rusak maka kesadaran pendengaran otomatis juga akan lenyap dstnya.

Semoga keterangan ini dapat membantu.

sukhi hotu

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: pertanyaan mengenai kemampuan seorang buddha.
« Reply #92 on: 16 February 2009, 06:53:34 PM »
Menurut kitab komentar, makanan yang sudah dipersembahkan kepada Buddha telah diberikan sari makanan para deva.
Para deva hanya dapat memakan makanan halus dan manusia hanya dapat makan makanan kasar. Percampuran keduanya hanya bisa dimakan oleh seorang Tathagata.

Demikian pula persembahan (empat kebutuhan bhikkhu) yang telah ditekadkan untuk ditujukan untuk Buddha, tidak dapat diganggu bahkan oleh mara, dan tidak dapat diterima oleh orang lain.
saya sendiri pernah makan jeruk dari hasil sembahyang.....dan awalnya jeruk itu manis...selesai sembahyang tawar nya luar biasa,,mirip air putih......terbukti loh.

ada yang saya ingin tanyakan sekalian..
saya ada kenal seorang bikkhu yang memelihara semacam tuyul.....lalu saya tanyakan masalah makanan gimana?

bhante tersebut mengatakan " saya sudah menyuruhnya untuk melakukan saja apa yang saya lakukan "
misalkan ketika bhante ikut makan, tuyul ini ikut makan...bhante meditasi, tuyul jg meditasi...........

masalah nya katanya porsi makanan nya jadi tambah....seperti makan porsi untuk 2 orang....lalu kemana ampas makanannya? bisa bantu jelasin saya ^^

Konon, memang ada jenis mahluk halus yang bisa memakan sari halus dari makanan manusia. Tapi saya belum ketemu tentang hal tersebut di sutta. Mengenai kasus bhante, MUNGKIN tuyul itu hanya makan nutrisinya saja, jadi tetap tidak makan "sisa"-nya, itu sebabnya porsinya harus ditambah supaya mencukupi nutrisi bhikkhu ini.
itu kitab Pettavathu-athakatta dan jenis nya "paradattupajivika - peta"
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: pertanyaan mengenai kemampuan seorang buddha.
« Reply #93 on: 17 February 2009, 08:31:44 AM »
itu kitab Pettavathu-athakatta dan jenis nya "paradattupajivika - peta"

Dalam Pettavatthu, paradattupajivika peta disebutkan bahwa mereka makan dari persembahan apapun yang diberikan, tetapi saya belum baca tentang mereka memakan sari makanannya itu (karena saya belum baca semuanya juga). Kalau ada referensinya, boleh di-share di sini. Thanx. 


Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: pertanyaan mengenai kemampuan seorang buddha.
« Reply #94 on: 17 February 2009, 08:44:18 AM »
itu kitab Pettavathu-athakatta dan jenis nya "paradattupajivika - peta"

Dalam Pettavatthu, paradattupajivika peta disebutkan bahwa mereka makan dari persembahan apapun yang diberikan, tetapi saya belum baca tentang mereka memakan sari makanannya itu (karena saya belum baca semuanya juga). Kalau ada referensinya, boleh di-share di sini. Thanx. 



Yang saya tahu, kalo dari mahluk apaya (selain tiracchana), yang bisa memakan makanan sembahyangan memang hanya paradattupajivika-peta (utamanya makanan spt daging,arak,dll)

namun jika makanan tersebut berupa buah maka bisa juga mengundang para dewa untuk ikut mencicipi (biasanya dewa catumaharajika)

kalo referensi, saya beberapa kali baca di abhidhammattasangaha mengenai paradattupajivika peta ini

semoga bermanfaat

metta

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: pertanyaan mengenai kemampuan seorang buddha.
« Reply #95 on: 17 February 2009, 08:53:19 AM »
Yang saya tahu, kalo dari mahluk apaya (selain tiracchana), yang bisa memakan makanan sembahyangan memang hanya paradattupajivika-peta (utamanya makanan spt daging,arak,dll)

namun jika makanan tersebut berupa buah maka bisa juga mengundang para dewa untuk ikut mencicipi (biasanya dewa catumaharajika)

kalo referensi, saya beberapa kali baca di abhidhammattasangaha mengenai paradattupajivika peta ini

semoga bermanfaat

metta

OK, thanx.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: pertanyaan mengenai kemampuan seorang buddha.
« Reply #96 on: 17 February 2009, 12:32:37 PM »
Teman-teman ikut sharing pendapat ya?

author=marcedes link=topic=8946.msg149928#msg149928 date=1234513372]
Quote
dulu katanya ketika Sang Buddha Gotama mengajarkan Abhidhamma dialam dewa....beliau menggunakan tubuh aslinya untuk mandi,makan,dsb-nya di alam manusia...sedangkan tubuh manifestasi atau kloningan masih ada dialam dewa tetap mengajarkan dhamma.

Yang ada di alam dewa ketika Sang Buddha turun berpindapatta adalah ciptaan batin dan dikendalikan oleh batin, bukan kloningan, mirip seperti Y.A. Culapanthaka, cuma ciptaan batin ini jauh lebih sempurna, tehnik untuk menciptakan kembaran ini ada dijabarkan di Visuddhi Magga.


jika seseorang memiliki kemampuan bathin mampu mengunjungi alam dewa, apakah yang mengunjungi alam dewa tersebut ? jasmaninya (RUPA) atau bathin-nya (NAMA) ?

Jika RUPA bisa mengunjungi alam dewa (seperti hal-nya kunjungkan BUDDHA GOTAMA di surga tavatimsa membabarkan dhamma), apakah di alam dewa tidak ada makanan buat RUPA (jasmani) manusia, sehingga BUDDHA harus tiap hari turun ke bumi berpindapata untuk mempertahankan jasmani-nya?

Jika RUPA tidak bisa mengunjungi alam dewa, maka seharusnya NAMA yang mengunjungi alam dewa dan RUPA ditinggalkan di dunia ini (mungkin dalam kondisi meditatif), sehingga BUDDHA harus tiap hari SADAR KEMBALI dari kondisi meditatif dan berpindapata untuk mempertahankan metabolisme RUPA (jasmaninya) ?


Saudara Dilbert yang baik,

Sang Buddha mengunjungi alam-alam lainnya dengan tubuh, karena nama-rupa adalah tak terpisahkan (bedakan dengan roh dan jasmani yang dipercayai oleh umat agama lain yang dapat dipisahkan) hubungan nama-rupa menurut Buddhis adalah hubungan sebab akibat bukan seperti hubungan antara satu entitas yang menghuni badan tertentu.

Tradisi para Buddha dari masa yang lampau adalah berpindapatta di dunia memberi berkah, sehingga banyak orang memiliki kesempatan berdana kepada Beliau, Sang Buddha sebagai seorang Arahat tidak memiliki lobha terhadap makanan walaupun makanan di alam dewa lebih enak daripada makanan di alam manusia. Para dewa telah memiliki jasa besar sehingga terlahir di alam dewa, Sang Buddha akan menolong lebih banyak orang dengan berpindapatta di alam manusia.

Arahat yang juga tidak mau menerima makanan dari dewa karena ingin menolong manusia adalah Y.A. Maha Kassapa, beliau pernah menegur dewa Sakka karena mencuri kesempatan berdana (berdana dengan menyaru sebagai manusia).

Yang mengunjungi alam dewa dan mengajar adalah Sang Buddha yang utuh.
Ajaran Sang Buddha tak mengatakan bahwa nama dan rupa bisa dipisahkan karena kesadaran muncul berlandaskan rupa, umpamanya kesadaran penglihatan muncul karena adanya indera mata, demikian juga dengan indera pendengaran muncul karena ada landasan indera telinga dsbnya.

Sehingga bila mata lenyap maka kesadaran penglihatan akan lenyap juga seperti yang dialami oleh Y.A. Cakkhupala, bila indera telinga rusak maka kesadaran pendengaran otomatis juga akan lenyap dstnya.

Semoga keterangan ini dapat membantu.

sukhi hotu

 _/\_

ma kasih atas pandangannya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

 

anything