[at] dery
Semua makhluk (dalam hal ini, konteksnya adalah manusia) adalah tanpa substansi inti. Tidak ada unsur mutlak di dalamnya. Manusia hanyalah paduan nama dan rupa, yang bila dibedah pun hanyalah berupa paduan elemen-elemen dasar. Selama seseorang masih melekat pada nafsu keinginan kama-tanha (kenikmatan hawa nafsu), bhava-tanha (kelangsungan hidup berikutnya) dan vibhava-tanha (pemusnahan diri), maka orang itu tidak akan bisa merealisasi Nibbana.
Perlu diketahui agar lebih jelas, teori asal-mula manusia adalah sesuatu yang absurd. Telah kita ketahui dan renungkan, bahwa segala sesuatu di dunia ini merupakan perpaduan unsur-unsur; yang semuanya adalah saling terkondisikan satu sama lain (Hukum Paticcasamupada). Oleh karena itu, muasal keberadaan manusia adalah tidak relevan untuk kita ketahui. Menjustisifikasi bahwa Nibbana adalah kelenyapan selamanya, berarti mengasumsikan bahwa manusia itu pernah 'ada' dari suatu muasal. Menjustisifikasi bahwa Nibbana adalah keberadaan selamanya, berarti mengasumsikan bahwa manusia itu bisa 'tidak ada' karena suatu sebab. Oleh karena itu, Nibbana bukanlah ada atau tiada.
Nibbana adalah keadaan tanpa syarat. Para Arahanta akan memasuki Parinibbana, mereka pun terlepas dari siklus di Samsara; tidak lagi mengalami dukkha, mencapai Pembebasan Sempurna, dan tidak akan terlahir lagi di alam manapun.