Maaf..saya lebih hafal parita seperti Ta Pei Cou, Wang Sen Cou,San kui, apakah saya aliran Mahayana..? tapi saya tidak memahami, gimana Bro..??
Hmmm... Saya coba jelaskan pengertian konsep kekosongan (sunyata) yang menjadi dasar ungkapan "
isi rupa adalah kosong" dan "kosong adalah
isi rupa" sesuai pemahaman saya dari pandangan Theravada.
Pertama-tama kita bahas dulu apa itu Pancaskhanda (Pancakkhanda) yang diterjemahkan sebagai "lima kelompok kehidupan". Pancaskhanda merupakan lima kelompok/unsur kehidupan yang membentuk apa yang disebut makhluk hidup. Mereka terdiri dari:
1. Rupaskhanda (rupakkhanda) atau kelompok fisik/jasmani
2. Vedanaskhanda (vedanakkhanda) atau kelompok perasaan: perasaan menyenangkan, tidak menyenangkan, dan netral yang timbul dari kontak indera dengan objeknya.
3. Sajnaskhanda (sannakkhanda) atau kelompok pencerapan/persepsi: faktor mental berfungsi sebagai pengenal terhadap adanya objek (mengetahui adanya objek, tetapi belum menyadarinya).
4. Samkharaskhanda (sankharakkhanda) atau kelompok bentuk-bentuk pikiran: faktor mental yang memberikan tanggapan atas interaksi atas indera dengan objeknya dan di sinilah kehendak (cetana) yang menimbulkan perbuatan (karma/kamma) melalui tubuh, ucapan, dan pikiran.
5. Vijnanaskhanda (vinnanakkhanda) atau kelompok kesadaran, yang membentuk fungsi mental/pikiran/kesadaran kita yang timbul akibat interaksi indera dengan objeknya.
Kelimanya disebut nama-rupa (batin-jasmani) dengan batin = no. 2 s/d no. 5 dan jasmani = no. 1 atau dapat digolongkan menjadi rupa (jasmani = no. 1), citta (batin/pikiran = no. 5), dan cetasika (faktor mental, yaitu no. 2, 3, 4). Dalam hal ini citta selalu muncul bersamaan dengan cetasika yang selalu menyertainya, jadi sangat sulit untuk membedakan citta dari cetasika (walaupun bukan tidak mungkin membedakannya, yaitu melalui pengamatan terhadap batin saat meditasi). Kombinasi citta dan cetasika inilah yang membentuk proses berpikir kita. Untuk lebih jelasnya tentang pancakkhanda/nama-rupa ini dapat di-search pada pembahasan di thread-thread lain.
Tidak ada makhluk/diri/aku selain dari hasil bekerjanya pancakkhanda ini. Masing2 unsur pancakkhanda tidak dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada khanda lainnya; mereka timbul dan lenyap bergantung pada sebab dan kondisi. Oleh sebab itu, pancakkhanda itu tidak kekal (anicca), tidak memuaskan (dukkha), dan bukan aku, diriku, milikku (anatta).
Selanjutnya, sunyata yang sering diterjemahkan sebagai "kekosongan". Kekosongan di sini berarti kosong dari eksistensi/keberadaan yang sejati. Menurut Buddhadharma, semua dharma/dhamma (yaitu semua fenomena baik fisik maupun mental) muncul dari jalinan sebab akibat (paticcasamuppada): "dengan timbulnya ini maka timbul itu, dengan tidak timbulnya ini maka tidak timbul itu". Semua fenomena hanyalah proses sebab akibat yang timbul, bertahan sebentar, dan lenyap (jadi tidak kekal atau anicca/anitya). Inilah yang disebut ketiadaan inti (anatta): semua fenomena adalah tanpa inti karena baik subjek, objek, maupun interaksi antara keduanya tidak dapat eksis secara independen (yaitu bergantung satu sama lainnya) Dengan demikian kekosongan itu tak lain proses sebab akibat itu sendiri (lihat jg artikel di [urlhttp://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.0.html[/url])
Di sini "rupa adalah kosong" merupakan pernyataan tentang kekosongan materi/rupa: materi bukanlah inti yang kekal/tidak memiliki eksistensi yang sejati. Menurut para guru spiritual India Kuno, semua materi (rupa) tersusun atas unit terkecil (atom) yang disebut Paramanu. Setitik partikel debu sama dengan satu Ratharenu. 1 Ratharenu = 36 Tajjari; 1 Tajjari = 36 Anu; 1 Anu = 36 Paramanu. Dengan demikian, sebuah partikel debu mengandung 46.656 Paramanu. Dengan menggunakan kekuatan batin-Nya Sang Buddha menganalisa partikel Paramanu dan menyatakan bahwa Paramanu terdiri atas unsur terkecil yang memberikan sifat pada materi yang disebut Paramattha, yaitu Pathavi (unsur tanah), Apo (unsur air), Tejo (unsur api), dan Vayo (unsur angin).
1. Pathavi merupakan unsur perluasan, yang menjadi landasan semua materi. Tanpanya materi tidak dapat menempati ruang. Sifat-sifat kekerasan dan kelembutan yang relatif adalah dua kondisi dari unsur ini.
2. Apo adalah unsur kohesi (tarik-menarik). Unsur ini menyebabkan atom-atom materi saling tarik-menarik membentuk materi. Ketika materi padat mencair, unsur ini lebih berperan dalam membentuk materi cair. Bahkan sifat tarik-menarik ini juga ditemukan ketika benda padat dihancurkan menjadi bubuk.
3. Tejo adalah unsur panas atau energi. Sifat dingin juga merupakan bentuk dari unsur ini. Dengan kata lain unsur ini memberikan energi pada materi. Pembentukan dan kehancuran materi disebabkan oleh unsur ini. Oleh sebab itu ia disebut juga Utu dan memiliki kemampuan untuk membentuk kembali dirinya sendiri (ingat hukum kekekalan energi: energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan; energi hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk lain).
4. Vayo adalah unsur gerak. Semua pergerakan disebabkan oleh unsur ini. Unsur ini juga dianggap sebagai penghasil energi/unsur panas.
Selain keempat unsur utama (Mahabhuta) di atas, materi juga tersusun dari empat unsur tambahan/turunan lainnya, yaitu warna (vanna), bau (gandha), rasa (rasa) dan sari makanan (oja). Keempat unsur dan turunannya tidak terpisahkan dan berhubungan satu sama lainnya, tetapi salah satu unsur dapat melebihi kekuatan unsur lain, misalnya unsur perluasan jauh lebih berperan dalam materi padat; unsur kohesi dalam materi cair; unsur panas dalam bentuk api; unsur gerak dalam bentuk udara. Selain itu menurut Abhidhamma, materi hanya bertahan selama 17 saat pikiran
*. Inilah teori atom Buddhis (yang tentu saja agak berbeda dengan teori atom modern).
__________
* Para komentator Tipitaka mengatakan bahwa satu saat pikiran bahkan lebih singkat daripada sepermilyaran bagian dari waktu yang diperlukan untuk terjadinya sekilat halilintar.
Dalam teori atom modern, semua materi tersusun atas atom-atom yang terdiri atas unsur yang memiliki sifat yang tidak terbagi lagi. Misalnya air adalah kumpulan molekul H2O yang saling tarik-menarik melalui gaya Van Der Waals. Masing-masing molekul air terdiri atas sebuah atom Hidrogen (H) dan 2 buah atom Oksigen (O) yang saling berikatan melalui ikatan kovalen (bagi yang pernah belajar kimia pasti ngerti ). Lebih lanjut lagi sebuah atom tersusun atas elektron yang berikatan dengan inti atom (proton dan neutron). Atom H terdiri atas 1 elektron dan 1 proton sebagai inti atom; atom O terdiri atas 6 elektron dengan 6 proton dan 6 neutron sebagai intinya. Walaupun pada mulanya dianggap bahwa elektron, proton, dan neutron merupakan partikel materi terkecil yang tidak dapat dibagi lagi (disebut partikel elementer dalam fisika), ternyata penemuan terbaru menunjukkan bahwa elektron, proton dan neutron dapat dibagi lagi menjadi partikel yang lebih kecil lagi (kalau tidak salah disebut quark, cmiiw).
Dengan demikian, baik secara Buddhis maupun secara sains, materi fisik yang ada di sekeliling kita maupun dalam tubuh kita merupakan perpaduan unsur-unsur. Mereka tidak kekal (timbul, bertahan sebentar, dan lenyap) sesuai dengan hukum fisika yang mengaturnya. Tidak ada unsur utama dalam materi yang merupakan inti/eksistensi sejati materi itu sendiri. Melalui analisa seperti ini seseorang dapat memahami kekosongan materi secara intelektual; untuk lebih mendalaminya lagi seseorang harus menerapkannya dalam meditasi perenungan terhadap tubuh fisik ini.
Demikian juga dengan pikiran/batin (nama), yang terdiri atas 52 keadaan mental yang terdiri atas perasaan (vedana) dan persepsi/pencerapan (sanna) serta 50 lainnya merupakan bentuk-bentuk pikiran (sankhara), yang diantaranya adalah cetana (kehendak) yang menentukan terjadinya kamma/karma. Semua keadaan mental ini menyertai/muncul dalam proses kesadaran (vinnana). Tidak ada momen di mana kita tidak mengalami kesadaran tertentu yang bergantung pada objeknya fisik atau mental. Sebuah proses kesadaran berlangsung dalam satu saat pikiran; satu saat pikiran selalu diikuti oleh saat pikiran yang lain. Begitu cepatnya satu saat pikiran ini sehingga dikatakan bahwa dalam satu waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya kilat/halilintar, bermilyar-milyar saat pikiran telah terjadi.
Setiap proses kesadaran terdiri atas tiga tahap singkat (khana), yaitu muncul (uppada), bertahan sebentar (thiti) dan lenyap (bhanga). Setelah lenyapnya suatu proses kesadaran akan segera diikuti oleh proses kesadaran berikutnya yang juga muncul, bertahan sebentar, kemudian lenyap. Karena cepatnya pergantian dari satu proses kesadaran ke proses kesadaran lainnya, orang-orang yang tidak memahami jalannya proses kesadaran yang demikian menganggap bahwa kesadaran selalu tetap/kekal atau tidak berubah dan menganggapnya sebagai jiwa/roh/aku. Tetapi dalam meditasi vipassana bhavana seorang meditator dapat menganalisa proses kesadarannya sendiri dan mengetahui bahwa tidak ada inti/eksistensi yang sejati dalam proses berpikir. Dengan kata lain "
proses berpikir itu sendirilah sang pemikir".