Namo Buddhaya
karena ini topic Q&A
ane jg mau tanya dikit2 ya gan.. hehe
tp pertama2 ni maap dulu kalo pertanyaan terkesan konyol/lucu.. maklum pngetahuan ane masi blom ad apa2ntya jadi tolong minta bantuan guru2 dsini ya
1. bagaimanakah pandangan umat Buddha mengenai kematian ? Apakah seseorang yang telah meninggal harus didoakan terus menerus ATAU dibiarkan dengan anggapan itu adalah efek dari kamma mereka?
2. saya belum ikut trisarana (tiap taun tertunda mulu gara2 ada halangan, mulai dari ujian ampe ada retret sekola), apakah itu suatu kewajiban untuk ikut trisarana & apakah ada batas umurnya ?
3. kalo vegetarian itu wajib ga ya ? apakah sabda Sang Buddha mengenai hal ini ? ane ga ngerti soalnya tripitaka itu saking banyaknya dan ane ga perna sekolah agama Buddha ni.. Ampe skrng SMP - SMA sekolah di sekolah agama tetangga yg super fanatik..
pertama2 ini dolo ya.. mohon maaf kalo ada kesalahan pengucapan.. ane cmn pngen bertanya & i mean no offence tq !!
Silakan bertanya...
1) Dalam pandangan Buddhisme, manusia adalah perpaduan dari batin (
nama) dan fisik jasmani (
rupa). Batin dan fisik jasmani bekerja bersama-sama sehingga membentuk satu fenomena sebagai manusia yang hidup. Batin dan fisik jasmani ini berpadu karena ada penyebabnya. Ketika penyebabnya ini lenyap, maka batin dan fisik jasmani tidak lagi berpadu. Ketika tidak lagi berpadu, inilah yang dimaksud dengan kematian.
Dalam pandangan Buddhisme, sikap terbaik kita untuk menghormati orang yang telah meninggal adalah dengan cara menjadi orang yang baik; dan mendedikasikan kebaikan kita untuk orang yang sudah meninggal itu. Bukan dengan cara bersedih dan menangis, atau terus mendoakan orang yang sudah meninggal itu. Mendoakan orang yang sudah meninggal tidak bertentangan dengan pandangan Buddhisme. Asalkan bukan hanya itu saja yang dijadikan prioritas.
2) Tidak ada keharusan untuk mengambil Tisarana. Mengambil Tisarana hanya sebagai bentuk komitmen yang kuat untuk teguh dalam pandangan Buddhisme. Komitmen berkaitan dengan tekad dan pikiran; komitmen bukan diukur berdasarkan ritual atau formalitas.
3) Di dalam Tipitaka Pali, tidak ada kewajiban untuk menjadi seorang vegetarian. Sang Buddha hanya menganjurkan agar para perumah tangga sebaiknya tidak membunuh makhluk hidup, bukan melarang memakan daging. Sedangkan untuk bhikkhu dan bhikkhuni, Sang Buddha hanya mengizinkan daging yang telah memenuhi 3 syarat yang boleh dikonsumsi. Selain itu, Sang Buddha juga menetapkan 10 jenis daging yang sebaiknya tidak dikonsumsi.
Di dalam Tripitaka Sanskrit, juga tidak ada kewajiban untuk menjadi seorang vegetarian. Namun Sang Buddha menganjurkan kepada Para Bodhisattva untuk mengambil jalan vegetarian. Selain itu, dalam berbagai Sutra, Sang Buddha juga menyatakan bahwa sebenarnya Beliau menganjurkan agar para Bodhisattva, bhiksu dan bhiksuni untuk menghindari daging meski telah memenuhi 3 syarat; dan menjadi vegetarian.