Permisi.. mo nebenk pertanyaan donk.. >.<
Dari sudut pandang Buddhis, bagaimana kita mengatasi kepahitan saat orang yang kita sayangi meninggal? dan bila kita berharap suatu hari ia dilahirkan kembali sebagai manusia lagi, bagaimana cara kita membantunya?
Sebelumnya makasih untuk jawabannya
[at] Lita
Perpisahan dengan orang yang kita sayangi adalah hal menyakitkan, selama kita masih melekat pada dunia ini. Bila Anda belum bisa mencapai Pencerahan, maka mulailah dengan meminimalisasi kesedihan dalam pikiran Anda. Caranya adalah dengan menyadari bahwa setiap ada pertemuan, maka selalu akan ada perpisahan. Cepat atau lambat pasti akan terjadi. Karena itu, pola pikir seperti ini harus sudah ditanam dalam-dalam ketika kita bertemu dengan orang yang kita sayangi.
Ketika kita bertemu dengan orang yang disayangi, sadarilah bahwa "kini aku senang bertemu dengannya, tapi aku harus siap menerima kenyataan bahwa kelak aku akan berpisah dengannya".
Banyak orang yang menangis ketika ditinggalkan orang disayanginya. Seharusnya kita menangis dari awal sejak kita bertemu dengannya. Karena kelak kita pasti akan berpisah dengannya.
Tanamkan kesadaran ini. Dan biarkan kedewasaan dan kebijaksanaan tumbuh dalam batin Anda.
Semoga Anda bisa menyadari bahwa segala fenomena adalah timbul-tenggelam, muncul-lenyap, hadir-musnah, dan semuanya ini hanyalah sebuah proses.
Apakah orang yg kita cintain (bisa isteri, pacar, saudara, ataupun anak) kalau udah meninggal, kita sering menangisin, mengingatin secara sedih, ataupun menyalakan DUPA setiap hari? Apakah perbuatan tsb benar menurut Buddhism?
doktrin budhism yang menganggap menangis merupakan perbuatan tercela merupakan doktrin yang salah dan bukan ajaran sidharta. kau tidak akan menemukan di dalam sutta-sutta mana saja dalam mazhab theravada, dimana yang budha menyatakan bahwa menangis adalah perbuatan tercela.
Memberi penghormatan kepada mendiang (orang yang sudah meninggal) adalah hal baik. Arahkan pikiran ke hal yang positif seperti mengenang jasa kebaikan sang mendiang saat memberi penghormatan itu. Dan itu adalah selaras dengan Ajaran Sang Buddha.
Menangis bukanlah perbuatan tercela. Tapi menangis adalah perbuatan tak bermanfaat. Menangis saat ditinggalkan orang yang disayangi adalah ekspresi kesedihan dan penolakan terhadap kenyataan. Menangis adalah ekspresi ketakutan dan kesedihan akibat dari saru peristiwa perpisahan. Menangis adalah bentuk kemelekatan, dan menangis bukan wujud dari Brahmavihara (metta, karuna, mudita dan upekkha).
Karena itu, bila kita masih bisa menangis, itu bukanlah perbuatan tercela. Tapi sadarilah kalau kita masih melekat pada dunia. Dan akhirilah tangisan itu. Karena selama kita mengarungi samsara ini, jumlah air mata yang telah kita cucurkan sudah lebih banyak dari air di empat penjuru samudra.