jadi Vihara2 itu gak ada perbedaan tertulis ya?
misall di plangnya tertulis "Vihara aliran Theravada"... gitu.....
[at] hatRed
Biasa dari namanya juga kita bisa melihat apakah vihara tersebut berfondasikan aliran apa...
anumodana pak.
Efek samping dari diskusi batinku adalah tidak konsenstrasi.
Manfaat dari diskusi batinku adalah sy dapat melihat bagaimana ego sy bekerja,
tapi ego ini kadang mengatakan "jangan terlalu baik,nanti di tindas melulu"
sehingga sy jadi bimbang dlm bersikap.
Alhasil ketika tengah menghadapi kondisi tidak menyenangkan,sy tetap menjalankan sila.tapi dengan TERPAKSA
apakah baik menjalankan sila dengan terpaksa??
[at] Mr.Jhonz
Sang Buddha mengajarkan kita untuk menjadi orang bijaksana yang baik hati.
Saat ini ada pandangan yang menganggap bahwa orang jahat / licik adalah orang pintar, sedangkan orang baik / jujur adalah orang bodoh. Orang jahat diceritakan mudah meraih kesuksesan duniawi, sedangkan orang baik hidup dalam tekanan dunia. Dan ini semua benar bisa terjadi, apabila kita salah langkah.
1) Menjadi orang jahat / licik, adalah memanfaatkan kecerdasan untuk merugikan orang lain; dan mengambil keuntungan secara instan.
-> Siapa berbuat keburukan, kelak dia akan memetik akibat buruknya.
2) Menjadi orang baik / jujur, adalah mengembangkan nilai-nilai kebaikan untuk mensejahterakan diri sendiri, orang lain dan alam sekitar.
-> Siapa berbuat kebaikan, kelak dia akan memetik akibat baiknya.
Yang sering menjadi kesalahan langkah kita adalah menjadi orang baik hati yang bodoh. Menjadi orang baik bukanlah menjadi orang polos seperti Si Bawang Putih atau tokoh-tokoh utama dalam sinetron di TV. Orang baik seperti itu hanya akan menjadi korban dari orang jahat. Itu karena karakter mereka adalah sebagai orang baik yang tidak bijaksana. Karena itulah penting bagi kita untuk mengembangkan kebijaksanaan. Oang yang bijaksana dapat berbuat kebaikan, dan tidak mungkin ia merasa tertindas ketika melakukannya.
Sang Buddha mengajarkan bahwa kita harus menjadi pulau pelindung bagi diri sendiri. Artinya Sang Buddha mengajarkan bahwa kita harus menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Pertanyaannya, apakah Anda sudah mengembangkan
leadership Anda...? Untuk menjadi orang baik, Anda harus memiliki sikap kepemimpinan yang kuat.
Sang Buddha mengajarkan bahwa kita adalah perancang nasib kita sendiri. Kita mewarisi kamma kita, berhubungan dengan kamma kita, terlindung oleh kamma kita, dsb. Artinya Sang Buddha menanamkan pengertian benar, bahwa kita sendiri yang menjadi arsitek nasib kita. Jadi kita seharusnya menjalani hidup ini dengan percaya diri. Kepercayaan diri adalah salah satu modal berharga dalam menghadapi dunia. Pertanyaannya, apakah Anda sudah memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi...? Untuk menjadi orang baik, Anda harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Selama perjalanan hidup Sang Buddha, Beliau terus melakukan inovasi dan perbuatan yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Sang Buddha adalah teladan utama bagi kita semua. Maksudnya adalah kita harus menjadi orang yang inovatif dan tak terduga. Kita harus membuat hidup kita tidak terlihat monoton. Pertanyaannya, apakah Anda sudah membuat hidup Anda dinamis dan tak dapat ditebak oleh orang lain...? Untuk menjadi orang baik, Anda harus memiliki kemampuan memberikan pengaruh secara tak terduga /
surprised.
Menjadi orang baik adalah satu keberhasilan. Menjadi orang bijaksana adalah satu keberhasilan. Menjadi orang bijak yang baik hati adalah keberhasilan terbesar. Oleh karena itu, bijaksanalah sebelum berbuat kebaikan.
mo nanya mo nanyaa....
klo baca Paritta, Apakah tangan kita wajib/diharuskan bersikap anjali ?
Anjali artinya memberi hormat, jadi klo kita baca Paritta gak bersikap Anjali, jadi persoalan atau tidak, opaa? kadang baca paritta gak bersikap anjali...^^""""
dah ngantukk nih....-_-"""
Metta Cittena,
Citta
[at] Citta Devi
Tidak ada keharusan untuk beranjali saat membaca paritta. Sikap anjali ini dapat dilakukan, dengan maksud sebagai sikap hormat pada Tiratana (Buddha, Dhamma dan Sangha), serta untuk meningkatkan
saddha (keyakinan) dan kesungguhan kita saat membacakan paritta.