//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?  (Read 35011 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #30 on: 07 October 2010, 11:57:00 PM »
Namo Buddhaya,

Quote
3. Dalam Mahayana dikenal dua Ajaran Suci, Ajaran Yogacara dari Mahatma Yang Arya Vasubandhu dan Mahatma Yang Arya Asanga dan Ajaran Madhyamaka dari Mahatma Yang Arya Nagarjuna.

1. bisa coba postkan sample nya kedua Arya tsb** ? dan bandingkan dgn master Hui Neng!
2. siapakah gurunya kedua Arya tsb ? kakek gurunya ? kakek kakek punya kakek guru ?  :o
3. apakah tulisan atman dalam bahasa mandarin ?

**
Arya Vasubandhu
Arya Nagarjuna

sementara itu dulu.... (mohon kutipan pendek aja)....


2. Apakah kalimat yg ditulis oleh Hui Neng menunjukan adanya DIRI (atta) ? mohon sharingnya.

bagaimana menurut bro triyana2009 tentang no.2 ini  ?

Bagaimana saya harus meneruskan diskusi ini kalo Yth. saudara Johan3000 tidak mengetahui Ajaran Mahdyamaka dan Ajaran Yogacara, saya merasa saudara tidak memiliki kompetensi untuk membahas topik ini.

 _/\_



elu pikir adakah sesuatu yg susah diketahui  ?
Ajaran Mahdyamaka dan Ajaran Yogacara
melalui google search ?


Maaf tapi tampaknya anda keliru.
terus terang gw merasa elu dehhh yg
tidak memiliki kompetensi untuk membahas (topik ini).

=)) =))
« Last Edit: 08 October 2010, 12:10:48 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #31 on: 08 October 2010, 12:00:42 AM »
灵魂
noun
soul
spirit
ghost
anima
pneuma
atman

 :))


Quote
kenapa ajaran ATTA dalam Mahayana yg diajarkan oleh Chandakirti berguna untuk mencapai pencerahan dalam kehidupan seseorang ?
« Last Edit: 08 October 2010, 12:06:50 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #32 on: 08 October 2010, 05:51:03 AM »


Jaringan 【】 HC industri farmasi-kesadaran diri dari tubuh, dari sudut pandang penonton sendiri. "SOUL" ini wilayah aneh kesadaran, bagaimana itu terjadi? Setelah bertahun-tahun penelitian, para ilmuwan awalnya membuka salah satu misteri pengalaman aneh dari SOUL

    Seorang pria muda dengan sejarah epilepsi samar untuk bangun. Dia berdiri, berbalik, mendapati dirinya masih terbaring di tempat tidur. Dia berteriak ke arah tubuhnya tidur, goyang, dan bahkan melompat-lompat di atas tubuh mereka. Kemudian, ia merasa dirinya untuk berbaring, ia melihat seorang berdiri di tempat tidur tubuh gemetar tidur sendiri. Panik, ia melompat dari jendela lantai tiga keluar ruangan, sehingga terluka parah.

more1: ShowHide
Anak muda itu sedang mengalami apa yang disebut SOUL. Keadaan aneh kesadaran ini mungkin disebabkan epilepsi disebabkan oleh serangan tiba-tiba. Secara umum, pengalaman OBE lebih dengan epilepsi, migrain, stroke, tumor otak, penyalahgunaan obat, atau bahkan pengalaman menjelang kematian terkait. Namun, tidak ada masalah-masalah neurologis yang signifikan yang sama SOUL mungkin. Menurut statistik, sekitar 5% dari orang sehat di beberapa titik dalam hidup mereka memiliki pengalaman OBE.

    SOUL biasanya dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah yang paling ringan dari Penanya mengalami tahap gejala: bahwa Anda melihat, atau melihat keberadaan lain sendiri. Perasaan ini biasanya berkembang ke tahap kedua, yaitu diri Anda sendiri kesadaran yang nyata dan yang lain bergerak maju-mundur di antara mereka sendiri, bergoyang. Pada tahap akhir, Anda merasa Anda meninggalkan tubuh, dan dari sudut pandang penonton, dan seluruh tubuh mereka. Pemisahan kesadaran dan fisik adalah fitur yang paling jelas dari OBE ini. Dalam kehidupan nyata, beberapa orang akan mengalami pengalaman OBE penuh proses tiga langkah, sementara yang lain hanya satu langkah. Jadi, ini semacam pengalaman supranatural aneh persis bagaimana terbentuk?

more2: ShowHide
Pada tahun 2002, beberapa petunjuk penting mulai muncul. Swiss Federal Institute of Technology, sebuah tim peneliti tersandung pada metode merangsang pengalaman OBE. Pada saat itu, mereka diberi seorang wanita setengah baya dengan otak pelaksanaan operasi epilepsi parah, berharap untuk mengidentifikasi masalah dan penghapusan jaringan otak untuk mencapai tujuan mengobati penyakit. Ketika mereka dekat bagian belakang kepala asosiasi temporal-parietal daerah dirangsang, wanita itu menyatakan bahwa ia merasa bahwa ia mulai memberikan tubuh, adalah melihat ke bawah mereka sendiri.

    Otak yang bertanggung jawab untuk wilayah asosiasi temporal-parietal sinyal visual dan taktil dikirim dari keseimbangan telinga bagian dalam dan informasi spasial, serta sendi, tendon, otot lulus sinyal sensorik. Ini akan menggabungkan informasi, orang merasakan kehadiran tubuh mereka sendiri, serta antara dirinya dan posisi relatif dari lingkungan sekitarnya. Para peneliti berspekulasi bahwa disfungsi daerah asosiasi temporal-parietal dan pengalaman OBE hubungan erat antara.

    Benar saja, setelah itu ada bukti lagi bahwa disfungsi daerah asosiasi temporal-parietal adalah inti dari pengalaman OBE. Sebagai contoh, Antwerpen, Belgia pada tahun 2007 para peneliti di University Hospital untuk tinnitus berat ke orang tua. Setelah serangkaian upaya, peneliti akhirnya memutuskan untuk pasien dengan daerah asosiasi temporal-parietal dekat elektroda implan. Namun, ini tidak menyembuhkan tinnitus pasien ini, membuat OBE nya punya perasaan yang sama. Pasien ini mengatakan dia merasa pindah ke tubuh belakang kiri sekitar 50 cm. Perasaan ini berlangsung lebih lama dari 15 detik, para peneliti ada banyak waktu untuk scan otaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ketika ia mengalami OBE sebuah, area asosiasi temporal-parietal yang aktif.

    Untuk informasi lebih lanjut tentang penyebab OBE, Federal Swiss Institut Teknologi peneliti melakukan penelitian berjudul "transformasi diri" dari percobaan yang dibuat di otak yang mungkin timbul dalam menanggapi suatu OBE.

http://info.pharmacy.hc360.com/2010/03/041335125421-4.shtml


【慧聪制药工业网】自我意识脱离身体,从旁观者的角度观察自己。“灵魂出窍”这种奇特的意识状态究竟是怎么一回事呢?经过多年研究,科学家初步揭开了其中的奥秘 诡异的灵魂出窍体验

    一位有癫病史的年轻人晕晕乎乎地醒了过来。他站起来,转过身,发现自己依然躺在床上。他朝自己熟睡的身体大叫,摇晃它,甚至跳起来压在自己的身体上面。接着,他感到自己又躺下了,却看到另一个自己站在床边摇晃自己睡着的身体。惊恐中,他从三楼房间的窗户跳了出去,因此受了重伤。


copasan punya, gabar mantep tohhh... khusus utk bro triyana2009

Quote
kenapa ajaran ATTA dalam Mahayana yg diajarkan oleh Chandakirti berguna untuk mencapai pencerahan dalam kehidupan seseorang ?
« Last Edit: 08 October 2010, 05:59:21 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #33 on: 08 October 2010, 09:12:49 AM »
Chandrakirti dan Aryadeva dengan jelas dalam karyanya menyebutkan aliran-aliran Yogacara/ Citramatrin/ Vijnanavada dan membantah pandangan mereka.

Jalan tengah yang diajarkan Buddha tidak sempit hanya pada ekstrim duniawi dan penyiksaan diri, tetapi juga pada hal lainnya. Pada waktu Nagarjuna, kebetulan beliau memberi arti baru, yaitu jalan tengah dari ekstrim nihilitas dan eksistensialitas, Maka aliran ini disebut Madhyamika

Bagaimana manfaatnya?
Kalau kita salah memahami doktrin anatta, kita akan terjebak dalam konsep nihilitas, menganggap dunia ini tidak ada. Ekstrim ini bisa membuat praktisi melakukan hal-hal aneh seperti bunuh diri, depresi, dll. Tidak mungkin mencapai pencerahan dengan pandangan salah nihilitas

Begitu juga jika memandang segala sesuatu adalah real/nyata, tidak akan memahami ketergantungan antar fenomena

Pandangan Madhyamika menjelaskan bagaimana Buddha melihat dunia ini, ada tetapi tidak berdiri sendiri.
Pujian terhadap Buddha salah satunya "Ia yang meihat fenomena sebagaimana adanya"
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #34 on: 08 October 2010, 09:28:10 AM »
Chandrakirti dan Aryadeva dengan jelas dalam karyanya menyebutkan aliran-aliran Yogacara/ Citramatrin/ Vijnanavada dan membantah pandangan mereka.

Jalan tengah yang diajarkan Buddha tidak sempit hanya pada ekstrim duniawi dan penyiksaan diri, tetapi juga pada hal lainnya. Pada waktu Nagarjuna, kebetulan beliau memberi arti baru, yaitu jalan tengah dari ekstrim nihilitas dan eksistensialitas, Maka aliran ini disebut Madhyamika

Bagaimana manfaatnya?
Kalau kita salah memahami doktrin anatta, kita akan terjebak dalam konsep nihilitas, menganggap dunia ini tidak ada. Ekstrim ini bisa membuat praktisi melakukan hal-hal aneh seperti bunuh diri, depresi, dll. Tidak mungkin mencapai pencerahan dengan pandangan salah nihilitas

Begitu juga jika memandang segala sesuatu adalah real/nyata, tidak akan memahami ketergantungan antar fenomena

Pandangan Madhyamika menjelaskan bagaimana Buddha melihat dunia ini, ada tetapi tidak berdiri sendiri.
Pujian terhadap Buddha salah satunya "Ia yang meihat fenomena sebagaimana adanya"

Maka-nya saya lebih afdol dengan terjemahan an-atta = NOT SELF... bukan NO SELF...
NOT SELF secara thesaurus harfiah-nya adalah TIDAK BERDIRI SENDIRI.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #35 on: 08 October 2010, 02:40:52 PM »
Chandrakirti dan Aryadeva dengan jelas dalam karyanya menyebutkan aliran-aliran Yogacara/ Citramatrin/ Vijnanavada dan membantah pandangan mereka.

Jalan tengah yang diajarkan Buddha tidak sempit hanya pada ekstrim duniawi dan penyiksaan diri, tetapi juga pada hal lainnya. Pada waktu Nagarjuna, kebetulan beliau memberi arti baru, yaitu jalan tengah dari ekstrim nihilitas dan eksistensialitas, Maka aliran ini disebut Madhyamika

Bagaimana manfaatnya?
Kalau kita salah memahami doktrin anatta, kita akan terjebak dalam konsep nihilitas, menganggap dunia ini tidak ada. Ekstrim ini bisa membuat praktisi melakukan hal-hal aneh seperti bunuh diri, depresi, dll. Tidak mungkin mencapai pencerahan dengan pandangan salah nihilitas

Begitu juga jika memandang segala sesuatu adalah real/nyata, tidak akan memahami ketergantungan antar fenomena

Pandangan Madhyamika menjelaskan bagaimana Buddha melihat dunia ini, ada tetapi tidak berdiri sendiri.
Pujian terhadap Buddha salah satunya "Ia yang meihat fenomena sebagaimana adanya"

siiip bro xenocross, terima kasih bro tidak seperti triyana2009, udah buat topik tapi tidak bertanggung jawab....... =)) =))

Chandrakirti (Madhyamika) bagaimana dapat menjelaskan lebih baik dari pada ajaran Buddha Gautama tentang Anatta ? Dapatkah ditunjukkan dalam sutta2 pendek serta penjelasan detailnya ? Apakah umat atau orang awam yg salah dalam mengertikan ANATTA ?

kalau dilihat dari tulisan master Hui Neng, itu lebih condong ke atta atau anatta ?

Quote
Hui Neng
Originally Bodhi has no tree, The bright mirror has no stand, Originally there is not a single thing, Where can dust alight.

thx sebelumnya
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #36 on: 08 October 2010, 03:16:42 PM »
Hui Neng menurut pandangan saya jelas mengajarkan anatta.

Chandrakirti bukan lebih baik daripada Buddha, tetapi menambah argumen untuk konsep anatta, yang didasarkan pada karya Nagarjuna.

Pada waktu itu, muncul beberapa pandangan dalam Buddhisme tentang "aku". Walaupun Buddha sudah berkata, atta tidak dapat ditemukan di pancaskandha, tetap saja ada yang mencari-cari dimana atta tersebut.
Ketika Asanga meletakkan dasar untuk aliran Yogacara/ Vijnanavada/ Cittramatrin, ia meletakkan dasar konsep yang disebut "mind only" dimana dunia dipandang sebagai manifestasi dari pikiran. Pikiran terhalus, yang kemudian bertransformasi pada saat pencerahan, disebut alaya-vijnana (store conscioussness)
Alaya vijnana inilah yang kemudian disalahartikan sebagai "atta". Dianggap "svabhava" (muncul dengan sendirinya), dan lain lain (banyak argumen yang diberikan untuk menunjukkan bahwa alaya ini kekal, tidak berubah, independen, berbeda dari pancaskandha, tidak ternoda oleh  kilesa, dan pantas disebut atta).

Nagarjuna, Aryadeva, dan Chandrakirti membantah pandangan ini, dengan karya-karya mereka yang memakai logika. Pada akhirnya, Mahayana memadukan 2 aliran Yogacara dan Madhyamika. Yogacara dipelajari sebagai conventional truth, yang dipakai sebagai alat untuk mencapai kemajuan spiritual dan meditasi. Sedangkan Madhyamika dipelajari sebagai ultimate truth, the true nature of things yang harus selalu diingat dan pada akhirnya direalisasi untuk mencapai pencerahan.


[Such statements as] "there is an alaya; the person (pudgala) exists; only the aggregates (skandha) exist"--these teachings are for those who do not know the deeper meaning.... Hearing the Dharma taught as "there is no I; there is no origination," they become frightened right at the beginning; conceiving of the teaching of emptiness as an abyss they will turn their backs on it and will get no advantage [from it]. By being taught at the very beginning the alayavijnaana and other [doctrines], they draw great advantage from them through the dispelling of the systems of the non-Buddhists. And later rightly knowing the meaning of the scripture, by themselves they will reject those [provisional doctrines], and thus only advantage comes of them and no harm. As Aryadeva says, "One should ascertain at first whatever is pleasing to each; shattered, one is in no way a fit vessel for the true Dharma."
Chandrakirti - Introduction to Middle Way
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #37 on: 08 October 2010, 05:52:21 PM »
two tumbs up utk bro xenocross, penjelasan yg mengena.

apakah secara umum Buddhist yg diluar Mahayana kebanyakan menyalah artikan Atman (atta) ?
karena mereka tidak memiliki mendengarkan penjelasan Chandrakirti  ?

gimana menurut triyana2009 koq gw gak dengar suara elu lagi ? tambahkan lagi biar lebih siip gitu lho!

menurut bro triyana2009, apakah yg dpt ditambahkan pada tulisan master Hui Neng supaya orang2 tidak salah paham terhadap anatta. (sebab bro triyana kan lebih tau Chandrakirti   dari pada gw !

silahkan ya, jangan malu2 dehhh yg singkat dan padat ya
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #38 on: 08 October 2010, 06:26:26 PM »
Theravada masuk ke Srilanka sebelum agama Buddha di India pecah menjadi 18 aliran dengan pandangan dan vinaya masing-masing, sehingga sepertinya tidak terpengaruh debat pada masa itu. Dan mungkin juga karena terlalu kolot mempertahankan kemurnian, filosofinya tidak berkembang tetapi tidak ada yang salah paham tentang atman.

Sedangkan 18 aliran itu, masing-masing berdebat dan berfilosofi, dan karena terlalu kreatif memunculkan banyak pandangan salah. Banyak juga pandangan yang bagus, tetapi banyak juga pandangan salah.

Nagarjuna disebut Buddha kedua karena beliau mampu menjelaskan apa yang dimaksud Buddha dalam kitab suci, ketika orang lain tidak bisa (terlalu sibuk berfilosofi? )
Dari tulisan Nagarjuna, Aryadeva, dan Chandrakirti, ajaran Buddha kembali ke jalur yang benar (di India).
Dan aliran Madhyamika dipelajari sebagai konsep dasar Sunyata yang menjadi pilar Mahayana

Selanjutnya Mahayana berkembang, dengan memadukan konsep-konsep dari aliran Buddhisme yang ada waktu itu. Lalu menyebar ke China, Jepang, Tibet, Afghanistan, dll

Sehingga ketika Mahayana dan Theravada bertemu kembali pada abad ke-20, tidak heran ketika mereka bisa sepakat bahwa ajaran Buddha dasarnya adalah Anatta. Theravada melihat Sunyata sebagai konsep Anatta yang dikembangkan lebih jauh.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #39 on: 08 October 2010, 08:37:33 PM »
Namo Buddhaya,

Hui Neng menurut pandangan saya jelas mengajarkan anatta.

Chandrakirti bukan lebih baik daripada Buddha, tetapi menambah argumen untuk konsep anatta, yang didasarkan pada karya Nagarjuna.

Pada waktu itu, muncul beberapa pandangan dalam Buddhisme tentang "aku". Walaupun Buddha sudah berkata, atta tidak dapat ditemukan di pancaskandha, tetap saja ada yang mencari-cari dimana atta tersebut.
Ketika Asanga meletakkan dasar untuk aliran Yogacara/ Vijnanavada/ Cittramatrin, ia meletakkan dasar konsep yang disebut "mind only" dimana dunia dipandang sebagai manifestasi dari pikiran. Pikiran terhalus, yang kemudian bertransformasi pada saat pencerahan, disebut alaya-vijnana (store conscioussness)
Alaya vijnana inilah yang kemudian disalahartikan sebagai "atta". Dianggap "svabhava" (muncul dengan sendirinya), dan lain lain (banyak argumen yang diberikan untuk menunjukkan bahwa alaya ini kekal, tidak berubah, independen, berbeda dari pancaskandha, tidak ternoda oleh  kilesa, dan pantas disebut atta).

Nagarjuna, Aryadeva, dan Chandrakirti membantah pandangan ini, dengan karya-karya mereka yang memakai logika. Pada akhirnya, Mahayana memadukan 2 aliran Yogacara dan Madhyamika. Yogacara dipelajari sebagai conventional truth, yang dipakai sebagai alat untuk mencapai kemajuan spiritual dan meditasi. Sedangkan Madhyamika dipelajari sebagai ultimate truth, the true nature of things yang harus selalu diingat dan pada akhirnya direalisasi untuk mencapai pencerahan.


[Such statements as] "there is an alaya; the person (pudgala) exists; only the aggregates (skandha) exist"--these teachings are for those who do not know the deeper meaning.... Hearing the Dharma taught as "there is no I; there is no origination," they become frightened right at the beginning; conceiving of the teaching of emptiness as an abyss they will turn their backs on it and will get no advantage [from it]. By being taught at the very beginning the alayavijnaana and other [doctrines], they draw great advantage from them through the dispelling of the systems of the non-Buddhists. And later rightly knowing the meaning of the scripture, by themselves they will reject those [provisional doctrines], and thus only advantage comes of them and no harm. As Aryadeva says, "One should ascertain at first whatever is pleasing to each; shattered, one is in no way a fit vessel for the true Dharma."
Chandrakirti - Introduction to Middle Way


Pada waktu itu, muncul beberapa pandangan dalam Buddhisme tentang "aku". Walaupun Buddha sudah berkata, atta tidak dapat ditemukan di pancaskandha, tetap saja ada yang mencari-cari dimana atta tersebut.
Ketika Asanga meletakkan dasar untuk aliran Yogacara/ Vijnanavada/ Cittramatrin, ia meletakkan dasar konsep yang disebut "mind only" dimana dunia dipandang sebagai manifestasi dari pikiran. Pikiran terhalus, yang kemudian bertransformasi pada saat pencerahan, disebut alaya-vijnana (store conscioussness)
Alaya vijnana inilah yang kemudian disalahartikan sebagai "atta". Dianggap "svabhava" (muncul dengan sendirinya), dan lain lain (banyak argumen yang diberikan untuk menunjukkan bahwa alaya ini kekal, tidak berubah, independen, berbeda dari pancaskandha, tidak ternoda oleh  kilesa, dan pantas disebut atta)
= Jelas pandangan anda ini sungguh keliru dan dapat menyesatkan para pembaca disini, akan saya sanggah pandangan keliru ini.

1. Pada waktu itu, muncul beberapa pandangan dalam Buddhisme tentang "aku" = Pandangan apakah yang anda maksudkan karena selama saya belajar tidak pernah saya menemukan hal ini, mohon jangan asal tulis saja tapi buktikan dengan penjelasan yang lengkap dan akurat !

2. Ketika Asanga meletakkan dasar untuk aliran Yogacara/ Vijnanavada/ Cittramatrin, ia meletakkan dasar konsep yang disebut "mind only" dimana dunia dipandang sebagai manifestasi dari pikiran. Pikiran terhalus, yang kemudian bertransformasi pada saat pencerahan, disebut alaya-vijnana (store conscioussness) = Anda keliru lagi disini, Alaya Vijnana bukanlah Kesadaran Kebuddhaan, Sugatagarbha berada diatas Alaya Vijnana.

3. Alaya vijnana inilah yang kemudian disalahartikan sebagai "atta". Dianggap "svabhava" (muncul dengan sendirinya), dan lain lain (banyak argumen yang diberikan untuk menunjukkan bahwa alaya ini kekal, tidak berubah, independen, berbeda dari pancaskandha, tidak ternoda oleh  kilesa, dan pantas disebut atta) = Selama saya belajar Ajaran Yogacara tidak pernah sekalipun ada pernyataan seperti ini darimana anda mendapat ide semacam ini, hendaknya saudara Xenocross berhati-hati dalam berkomentar agar jangan menimbulkan fitnah dan menyesatkan !   

Nagarjuna, Aryadeva, dan Chandrakirti membantah pandangan ini, dengan karya-karya mereka yang memakai logika. Pada akhirnya, Mahayana memadukan 2 aliran Yogacara dan Madhyamika. Yogacara dipelajari sebagai conventional truth, yang dipakai sebagai alat untuk mencapai kemajuan spiritual dan meditasi. Sedangkan Madhyamika dipelajari sebagai ultimate truth, the true nature of things yang harus selalu diingat dan pada akhirnya direalisasi untuk mencapai pencerahan.
= Pandangan anda ini sungguh lucu dan keterlaluan, Ajaran Madhyamaka muncul terlebih dahulu daripada Ajaran Yogacara jadi sudah jelas kalau Yang Arya Nagarjuna tidak pernah membantah Ajaran Yogacara.

Yogacara dipelajari sebagai conventional truth, yang dipakai sebagai alat untuk mencapai kemajuan spiritual dan meditasi. Sedangkan Madhyamika dipelajari sebagai ultimate truth, the true nature of things yang harus selalu diingat dan pada akhirnya direalisasi untuk mencapai pencerahan. =  Hal ini jelas-jelas keliru karena kedua Ajaran Suci tersebut menempati kedudukan yang setara, anda sekali lagi saya ingatkan untuk lebih berhati-hati ! 

Melihat begitu banyak kekeliruan yang dapat menyesatkan pembaca disini, hendaknya anda lebih berhati-hati lain waktu bila ingin berkomentar.

 _/\_

« Last Edit: 08 October 2010, 08:51:21 PM by Triyana2009 »

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #40 on: 08 October 2010, 08:49:37 PM »
Namo Buddhaya,

Theravada masuk ke Srilanka sebelum agama Buddha di India pecah menjadi 18 aliran dengan pandangan dan vinaya masing-masing, sehingga sepertinya tidak terpengaruh debat pada masa itu. Dan mungkin juga karena terlalu kolot mempertahankan kemurnian, filosofinya tidak berkembang tetapi tidak ada yang salah paham tentang atman.

Sedangkan 18 aliran itu, masing-masing berdebat dan berfilosofi, dan karena terlalu kreatif memunculkan banyak pandangan salah. Banyak juga pandangan yang bagus, tetapi banyak juga pandangan salah.

Nagarjuna disebut Buddha kedua karena beliau mampu menjelaskan apa yang dimaksud Buddha dalam kitab suci, ketika orang lain tidak bisa (terlalu sibuk berfilosofi? )
Dari tulisan Nagarjuna, Aryadeva, dan Chandrakirti, ajaran Buddha kembali ke jalur yang benar (di India).
Dan aliran Madhyamika dipelajari sebagai konsep dasar Sunyata yang menjadi pilar Mahayana

Selanjutnya Mahayana berkembang, dengan memadukan konsep-konsep dari aliran Buddhisme yang ada waktu itu. Lalu menyebar ke China, Jepang, Tibet, Afghanistan, dll

Sehingga ketika Mahayana dan Theravada bertemu kembali pada abad ke-20, tidak heran ketika mereka bisa sepakat bahwa ajaran Buddha dasarnya adalah Anatta. Theravada melihat Sunyata sebagai konsep Anatta yang dikembangkan lebih jauh.

Sedangkan 18 aliran itu, masing-masing berdebat dan berfilosofi, dan karena terlalu kreatif memunculkan banyak pandangan salah. Banyak juga pandangan yang bagus, tetapi banyak juga pandangan salah = Silahkan sebutkan apa sajakah 18 Aliran itu dan mana yang "berpandangan bagus" dan mana yang "berpandangan salah", tidak pernah saya mendengar hal semacam ini.

Saya kira anda perlu belajar lagi, janganlah asal berkomentar saja karena anda dapat menyebarkan pandangan yang menyesatkan !

 _/\_

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #41 on: 08 October 2010, 08:56:15 PM »
Namo Buddhaya,

Peryataan oleh saudara Xenocross

Semua aliran Buddhisme waktu itu dikritik dan disanggah pandangannya tentang sesuatu yang eksis oleh Nagarjuna dan murid-muridnya kemudian = Aliran manakah yang mengkritik tersebut, mohon penjelasan dari saudara Xenocross?

Mohon jawaban anda bung Xenocross.

 _/\_
« Last Edit: 08 October 2010, 08:58:16 PM by Triyana2009 »

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #42 on: 08 October 2010, 09:38:40 PM »
http://ccbs.ntu.edu.tw/FULLTEXT/JR-PHIL/fenner1.htm

Candrakiirti's refutation of Buddhist idealism
By Peter G. Fenner

In    the     seventh-century     Buddhist     tract  Madhymakaavataara(1)  (Introduction  to  the  Middle Way; hereafter cited as MA) Candrakiirti establishes  the Maadhyamika  system of thought  by refuting  the  tenets   of  various   Buddhist   and   non-Buddhist  philosophies.  In the course of these refutations he   criticizes the Vij~naanavaada  or Idealist school of     Buddhism.(2)

The  central  issue  in  the  critique   is  the Vij~naanavaada  thesis  that dependent  (paratantra)
phenomena   (really)  exist.(3)  The  Vij~naanavaada   support that thesis with the doctrines of the (real)  existence  of consciousness, the  nonexternality  of   sense  objects, the heuristic  device  of potentials
(`sakti) as  the  cause  of  sense  experience;  and  apperception.    It   is   these   doctrines    that
Candrakiirti criticizes.

http://ccbs.ntu.edu.tw/FULLTEXT/JR-PHIL/ew26114.htm
Candrakiirti's critique of Vijnaanavaada
Olson, Robert F. 

Candrakiirti's Madhyamakaauataara[1] provides, in part, an extensive critique of various schools of thought, Buddhist and non-Buddhist alike, contemporaneous with the author (seventh century), the great exponent of the Praasa^ngika Maadhyamika school and author of the Prassannapadaa, the most well-known commentary on the Madhyamakakaarikaas of Naagaarjuna. Candrakiirti devotes a large section of his work to a critique of certain Vij~naanavaada doctrines, a critique which may have played a significant role in the establishing of the Maadhyamika as the "official" doctrinal position of Tibetan Buddhism.

"in a sense they are not [followers] of this Dharma, because they, like the non-Buddhists, do not correctly understand the meaning of the teaching."

Candrakiirti's chastening words are largely brought on by what he regards as an erroneous conception of the nature and function of pragmatic (uyauahaara) truth in relation to ultimate truth: the Vij~naanavaada goes astray by giving absolute validity to conceptions which have their place, if any, only on the level of expedient pragmatic truth. The basic Maadhyamika doctrine of pragmatic truth is well known.[l2] Conventional truth is necessary, both to worldly life and to Buddhist teaching, but its status as truth is solely a function of the relative coherence and pragmatic utility of its various component notions; from the standpoint of ultimate truth all conventional truth, including Buddhist doctrine, becomes fictive: "What hearing and what teaching [can there be] of the syllableless Dharma? Nevertheless the syllableless (artak.sara) is heard and taught by means of superimposition (samaaropa)"[13]--a superimposition of conventional truth upon what ultimately cannot be expressed. Candrakiirti says of himself, "For the sake of the results I conform to the world and say [of things that] do not exist, they do . . . . Imitating (rjes su brjod pa) [the world] is the means of converting it."[14] Conforming to the usage of the world means not entering into dispute with it, as the Buddha had said, "The world disputes with me, I do not dispute with the world. What in the world is claimed exists, I also say it exists; what in the world is claimed does not exist, I also say does not exist."[15] Of course, what is meant by the term "the world" is ambiguous: the world is the range of conventional truth, and that includes truths of the Dharma as well as what is normally meant by "worldly truth." From a Maadhyamika standpoint, the fact that the Buddha does not dispute with the world means ultimately that he does not dispute with those articulations of the Dharma which provide the only means of attaining ultimate truth; for once disputation begins, all conventional truth breaks down, as the Madhyamakakaarikaas had long before demonstrated. The point of view of the ordinary world "need not   be overly criticized because the transactions (uyauahaara) of the world are due to having false ends."[l6] It is because of the simultaneous indispensability and fragility of conventional truth that the Maadhyamika refuses to dispute with it for the sake of higher, "meta-conventional'' truths. All truth which is capable of verbal articulation is conventional truth, and the conventional truth available in the suutras is adequate and sufficient to provide a means to ultimate truth, the Dharma which is not articulated.


Conventional truth is the method;
And the ultimate is its outcome.
Not knowing how the two truths differ,
Your thoughts will go astray.


Introduction to the Middle Way, VI, 80
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #43 on: 08 October 2010, 10:17:18 PM »
(c) Refutation of the Cittamatrin viewpoint that upholds genesis from
other (642)
According to the commentary, it says that when Chandrakirti says these things, the Cittamatrins
could not bear it, because for them, these sutras have direct or certain meaning. The next three
slokas set out the thesis of the Cittamatra school.
(hal 155)

sisanya baca sendiri....males kepanjangan...

Introduction to the Middle Way
Chandrakirti’s Madhyamakavatara
With commentary by Dzongsar Jamyang Khyentse Rinpoche
Given at the Centre d’Etudes de Chanteloube
Dordogne, France
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apakah ajaran Buddhist Mahayana mengenal kata ATMAN ?
« Reply #44 on: 08 October 2010, 10:27:21 PM »
two tumbs up juga deh utk bro triyana2009
dari gak perlu dijawab, tidak harus menjawab...

sekarang menjadi wahhhh, apakah usename nya dipinjamkan yg lebih berotak ?

thx atas partisipasinya..... gw masih banyak pertanyaan....tapi silahkan yg lain dulu dehhh!
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

 

anything