_/\_
SUMBER:
http://www.walubi.or.id/wacana/wacana_dw_40.shtml
-------------
....laksanakan dan patuhi secara sungguh-sungguh dan jujur SEJAK saat penahbisannya, mereka wajib menahan diri dari keuntungan-keuntungan duniawi.
-------------
SEJAK: artinya dimulai dari, dan tidak ada HINGGA... kesimpulannya: Terus menerus
-------------
"Ehi Bhikkhu, svakkhato dhammo cara brahmacariyam samma ukkhassa antakiriyaya'ti", artinya "Marilah Bhikkhu, Dhamma telah diajarkan dengan sempurna, jalanilah cara hidup suci untuk mengakhiri seluruh dukkha"
-------------
JALANILAH: lagi2x tidak ada pembatas waktu disini..
Jika bhikku tidak menjalankan vinaya, lalu apa bedanya dengan umat, Anda atau saya yang mengenakan jubah bhikku...?
_/\_
berarti vegetarian itu kadang2 juga ya, karena masa makan sayur terus =))iya, jadi harusnya makan ayam juga bisa..
bisa aja, asal KFC =))berarti vegetarian itu kadang2 juga ya, karena masa makan sayur terus =))iya, jadi harusnya makan ayam juga bisa..
masa makan tahu tempe doang..
bisa aja, asal KFC =))berarti vegetarian itu kadang2 juga ya, karena masa makan sayur terus =))iya, jadi harusnya makan ayam juga bisa..
masa makan tahu tempe doang..
kan udah aye pernah bilang, makan daging itu bukan vinaya, tapi sila bodhisattvaok. tp bukan kah dalam vinaya, makanan apa pun tidak boleh di potong oleh gigi bukan?
kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
trus
kalao mengasih daging sapi seukuran telapak tangan? boleh kah ( tidak masuk semua ke mulut. jadi harus di potong oleh sendok/garpu, tidak boleh oleh gigi bukan??)
19. Saya takkan makan dengan menggigit-gigit bongkahan nasi.kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
trus
kalao mengasih daging sapi seukuran telapak tangan? boleh kah ( tidak masuk semua ke mulut. jadi harus di potong oleh sendok/garpu, tidak boleh oleh gigi bukan??)
Bro, vinaya bagian manakah yg mengatakan tidak boleh memotong daging dengan gigi?
mas indra, saya tidak begitu tahu mas. cuma waktu itu pernah dengar dan di kasih tau,kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
trus
kalao mengasih daging sapi seukuran telapak tangan? boleh kah ( tidak masuk semua ke mulut. jadi harus di potong oleh sendok/garpu, tidak boleh oleh gigi bukan??)
Bro, vinaya bagian manakah yg mengatakan tidak boleh memotong daging dengan gigi?
mas indra, saya tidak begitu tahu mas. cuma waktu itu pernah dengar dan di kasih tau,kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
trus
kalao mengasih daging sapi seukuran telapak tangan? boleh kah ( tidak masuk semua ke mulut. jadi harus di potong oleh sendok/garpu, tidak boleh oleh gigi bukan??)
Bro, vinaya bagian manakah yg mengatakan tidak boleh memotong daging dengan gigi?
yg kurang lebih seh begitu...
"kenapa tuh daging di potong kecil2"
"kan gak boleh kalao di gigit sebagian, dan sebagiannya lagi di kembalikan taruh di piring"
Begitu pula dengan buah
mohon penjelasan nya mas indra
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?
tidak, bahkan membunuh pun tidak melanggar vinaya, itu disebut upaya kausalya.Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?
sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.
dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?
sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.
dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?
tidak, bahkan membunuh pun tidak melanggar vinaya, itu disebut upaya kausalya.Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?
sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.
dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?
sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.
dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?
Kisah Zen tersebut maksudnya bukan melegalkan penggendongan gadis oleh Bhiksu, tapi membawa pesan bahwa keterikatan pikiran jauh lebih berbahaya.
Bhiksu menggendong gadis hanyalah perbandingan contoh ekstrim perbuatan jasmani dengan pikiran atau batin seorang Bhiksu yang lain.
Apakah bhiksu Mahayana tidak memiliki peraturan untuk tidak berdekatan dengan wanita?
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?
sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.
dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?
Kisah Zen tersebut maksudnya bukan melegalkan penggendongan gadis oleh Bhiksu, tapi membawa pesan bahwa keterikatan pikiran jauh lebih berbahaya.
Bhiksu menggendong gadis hanyalah perbandingan contoh ekstrim perbuatan jasmani dengan pikiran atau batin seorang Bhiksu yang lain.
apakah maksud anda berarti bahwa tindakan Bhikku besar(yg menggendong gadis) adalah salah walaupun tujuannya ingin menolong, tidak ada nafsu yg timbul, tidak merasakan nikmatnya menggendong wanita, dan pencapaiannya adalah salah? dan yg seharusnya dilakukan adalah seperti Bhikku kecil(yg bertanya) yaitu seharusnya tidak menolong dan membiarkan gadis itu sendiri?
Seorang bhikkhu Theravāda memiliki 227 peraturan (Sīla) dalam Pāṭimokkha sementara seorang bhikkhu Mahayana pada dasarnya memiliki peraturan yang sama dengan tambahan bagian minor yang berhubungan dengan sikap hormat pada stupa, yang menjadikannya 250 peraturan secara keseluruhan.
Kesemua delapan kelompok peraturan kedisiplinan tersebut pada dasarnya sama untuk mazhab Theravāda dan Mahayana, dengan pengecualian pada bagian Pācittiya dan Sekhiya. Seorang bhikkhu Theravāda memiliki 92 Pācittiya dan 75 Sekhiya, sementara seorang bhikkhu Mahayana memiliki 90 Pācittiya dan 100 Sekhiya.
Kalo merujuk pada kisah tsb,
Ya, Bhiksu yang anda sebut Bhiksu Besar, salah. Karena melanggar Vinaya,
dan si gadis toh bisa jalan sendiri, gak perlu digendong.
Si gadis kan ceritanya cuman takut basah, bukan lumpuh, bukan keseleo ato luka.
Yaa.... biarin ajah dia jalan ndiri... gak perlu digendong2, toh akibatnya cuman basah, bukan luka dsb.
Tapi sekali lagi, hal di atas bukan esensi dari kisah tersebut.
Tetapi sebuah analogi pada sebuah kisah yang sangat efektif untuk menunjukkan pesan yang ingin disampaikan.
Kalo merujuk pada kisah tsb,
Ya, Bhiksu yang anda sebut Bhiksu Besar, salah. Karena melanggar Vinaya,
dan si gadis toh bisa jalan sendiri, gak perlu digendong.
Si gadis kan ceritanya cuman takut basah, bukan lumpuh, bukan keseleo ato luka.
Yaa.... biarin ajah dia jalan ndiri... gak perlu digendong2, toh akibatnya cuman basah, bukan luka dsb.
Tapi sekali lagi, hal di atas bukan esensi dari kisah tersebut.
Tetapi sebuah analogi pada sebuah kisah yang sangat efektif untuk menunjukkan pesan yang ingin disampaikan.
Mengutip penjelasan dari Bro wen78, peraturan yang dimiliki oleh seorang bhikkhu (Theravada) dengan seorang bhiksu (Mahayana) adalah tidak terlalu berbeda. Dengan ini, saya menyimpulkan bahwa seorang bhiksu pun seharusnya tidak menyentuh wanita / menjaga jarak dengan wanita.
Jika kasus bhiksu dalam Kisah Zen itu dinyatakan bahwa menolong wanita dengan menggendongnya, maka itu merupakan pelanggaran peraturan (Vinaya). Meskipun dilakukan untuk menolong, tanpa nafsu, atas dasar cinta-kasih; tetap saja perbuatannya itu melanggar Vinaya. Vinaya tetap berlaku tanpa ada pengecualian-pengecualian.
Bhiksu tersebut tentu saja melakukan perbuatan baik karena menolong wanita itu. Namun itu bukan menjadi alasan untuk melarikan diri dari ketetapan Vinaya. Jangan menganggap bahwa perbuatan baik itu bisa menteralisir pelanggaran Vinaya. Saya melihat bhiksu tersebut keliru jika menganggap dirinya bersih dari pelanggaran Vinaya.
Menjalankan nya di waktu tertentu lar, u tanya saja sama orangnya, Dia emangnya terus -terusan megang gitar, cuman kalo waktu segang aja kale,.tanyakan langsung alsannya ia bermain gitar, baru memberikan label/nilai apakah dia melanggar atau tidak melanggar.
Kalau memang waktunya dia harus jalan kan sila atau vinaya, setau g dijalanin kok, Dia main gitar juga liat situasi jg
apabila melanggar vinaya, apakah sangsinya?
jadi, menolong adalah baik tapi melanggar vinaya. jadi sebaiknya menolong atau tidak?
bila ada seorang Bhikku yg sedang meditasi di tepi sungai, dan terdengar seorang gadis minta tolong yg tenggelam di sungai. dan ketika Bhikku tsb membuka mata, gadis itu sudah mengapung di tepi sungai. apa yg seharunys dilakukan Bhikku tsb?
apakah memberikan pertolongan pertama yaitu memberikan CPR?
apakah tidak memberikan pertolongan pertama(CPR) karena melanggar vinaya?
lalu dimanakah nafsu nya saat itu? apakah saat itu ada nafsu yg timbul? apakah saat itu ada timbul nafsu untuk bisa mencicipi rasa bibir wanita itu?
dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?
tujuannya ingin menolong, tidak ada nafsu yg timbul, tidak merasakan nikmatnya menggendong wanitaReferensinya dari mana Bro?
vinaya dibuat agar para Bhikku dapat berjalan dijalan yg benar, salah satunya yaitu agar tidak ikut dalam nafsu yg timbul, sehingga ada peraturan untuk menghindari kedekatan dengan wanita.Sorry bro ikut menengahi.. Vinaya ditetapkan demi memuluskan langkah para bhikkhu dalam mencapai tujuan. Karena itu, Vinaya ditetapkan dengan mempertimbangkan pula pandangan masyarakat, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Kalau sampai masyarakat antipati dengan Sangha, siapa yang akan mendukung kehidupan para bhikkhu? Kadang meski satu hal benar, seperti kasus Anuruddha Thera yang diceritakan Bro Upasaka. Tetap saja itu sebuah pelanggaran Vinaya. Kalau sampai masyarakat tahu Anuruddha Thera bermalam dalam satu ruangan bersama wanita, apa kata dunia??
yg perlu digarisbawahi adalah alasan/penyebab dibalik dibuatnya sebuah vinaya, bukan hanya menjalankan vinaya tanpa mengerti alasan/penyebab dibuatnya sebuah vinaya.
Kalo merujuk pada kisah tsb,
Ya, Bhiksu yang anda sebut Bhiksu Besar, salah. Karena melanggar Vinaya,
dan si gadis toh bisa jalan sendiri, gak perlu digendong.
Si gadis kan ceritanya cuman takut basah, bukan lumpuh, bukan keseleo ato luka.
Yaa.... biarin ajah dia jalan ndiri... gak perlu digendong2, toh akibatnya cuman basah, bukan luka dsb.
Tapi sekali lagi, hal di atas bukan esensi dari kisah tersebut.
Tetapi sebuah analogi pada sebuah kisah yang sangat efektif untuk menunjukkan pesan yang ingin disampaikan.
sebenarnya hal diatas termasuk dalam essensi dari kisah tsb, yaitu yg satu memegang baku vinaya, dan yg satu sudah menjiwai dengan vinaya.
yg memegang baku vinaya adalah Bhikku kecil dalam kisah tersebut dimana memegang erat vinaya, tanpa mengetahui alasan dan makna mengapa dalam vinaya dicantumkan tidak boleh dekat dengan wanita.
yg sudah menjiwai dengan vinaya adalah Bhikku besar dalam kisah tsb dimana sudah mengetahui alasan dan makna mengapa dalam vinaya dicantumkan tidak boleh dekat dengan wanita, yaitu tidak ada nafsu yg timbul dan atau tidak mengikuti nafsu itu.
vinaya dibuat agar para Bhikku dapat berjalan dijalan yg benar, salah satunya yaitu agar tidak ikut dalam nafsu yg timbul, sehingga ada peraturan untuk menghindari kedekatan dengan wanita.
yg perlu digarisbawahi adalah alasan/penyebab dibalik dibuatnya sebuah vinaya, bukan hanya menjalankan vinaya tanpa mengerti alasan/penyebab dibuatnya sebuah vinaya.
ya, semua Bhikku bisa menggunakan alasan seperti, "saya sudah tidak memiliki nafsu lagi". namun kebenarannya hanya dia dan guru diatasnya yg mengetahui pencapaiannya apakah dia sudah benar2 tidak memiliki nafsu lagi.
menolong dengan nafsu, menolong dengan tulus.
melanggar tapi sebenarnya tidak melanggar, tidak melanggar tapi sebenarnya melanggar.
yg perlu digarisbawahi, jangan mengatakan bahwa ini dapat disamakan dengan membunuh. ada jurang yg sangat dalam sebagai pembatasnya antara menolong dan membunuh. walaupun dua2nya berakar pada nafsu dan kepuasan, namun tujuannya adalah beda.
Ada sebuah Kisah Zen yang menceritakan bahwa ada dua orang murid yang sedang berselisih pendapat. Lalu sang guru (bhiksu) datang dan menengahi keduanya. Kedua murid masih saja berselisih pendapat. Lalu sang guru membunuh seekor kucing yang ada di dekat mereka, dan mengajarkan suatu penjelasan kepada kedua muridnya. Dikatakan bahwa: Kedua muridnya pun menjadi tercerahkan, sang guru yang membunuh kucing itu adalah melakukan perbuatan upaya kausalya, dan kucing yang dibunuh pun melakukan karma baik.ajahn chan juga memanggil pembasmi serangga untuk membunuh serangga yang mengganggu muridnya =))
Jadi, apakah seorang bhiksu yang sudah "menjiwai Vinaya"; juga bisa melakukan perbuatan seperti membunuh?
Itu juga bentuk Upaya Kausalya.. :DAda sebuah Kisah Zen yang menceritakan bahwa ada dua orang murid yang sedang berselisih pendapat. Lalu sang guru (bhiksu) datang dan menengahi keduanya. Kedua murid masih saja berselisih pendapat. Lalu sang guru membunuh seekor kucing yang ada di dekat mereka, dan mengajarkan suatu penjelasan kepada kedua muridnya. Dikatakan bahwa: Kedua muridnya pun menjadi tercerahkan, sang guru yang membunuh kucing itu adalah melakukan perbuatan upaya kausalya, dan kucing yang dibunuh pun melakukan karma baik.ajahn chan juga memanggil pembasmi serangga untuk membunuh serangga yang mengganggu muridnya =))
Jadi, apakah seorang bhiksu yang sudah "menjiwai Vinaya"; juga bisa melakukan perbuatan seperti membunuh?
sebenarnya hal diatas termasuk dalam essensi dari kisah tsb, yaitu yg satu memegang baku vinaya, dan yg satu sudah menjiwai dengan vinaya.yg memegang baku vinaya adalah Bhikku kecil dalam kisah tersebut dimana memegang erat vinaya, tanpa mengetahui alasan dan makna mengapa dalam vinaya dicantumkan tidak boleh dekat dengan wanita.
yg sudah menjiwai dengan vinaya adalah Bhikku besar dalam kisah tsb dimana sudah mengetahui alasan dan makna mengapa dalam vinaya dicantumkan tidak boleh dekat dengan wanita, yaitu tidak ada nafsu yg timbul dan atau tidak mengikuti nafsu itu.
vinaya dibuat agar para Bhikku dapat berjalan dijalan yg benar, salah satunya yaitu agar tidak ikut dalam nafsu yg timbul, sehingga ada peraturan untuk menghindari kedekatan dengan wanita.
yg perlu digarisbawahi adalah alasan/penyebab dibalik dibuatnya sebuah vinaya, bukan hanya menjalankan vinaya tanpa mengerti alasan/penyebab dibuatnya sebuah vinaya.
ya, semua Bhikku bisa menggunakan alasan seperti, "saya sudah tidak memiliki nafsu lagi". namun kebenarannya hanya dia dan guru diatasnya yg mengetahui pencapaiannya apakah dia sudah benar2 tidak memiliki nafsu lagi.
menolong dengan nafsu, menolong dengan tulus.
melanggar tapi sebenarnya tidak melanggar, tidak melanggar tapi sebenarnya melanggar.
yg perlu digarisbawahi, jangan mengatakan bahwa ini dapat disamakan dengan membunuh. ada jurang yg sangat dalam sebagai pembatasnya antara menolong dan membunuh. walaupun dua2nya berakar pada nafsu dan kepuasan, namun tujuannya adalah beda.
Mengutip penjelasan dari Bro wen78, peraturan yang dimiliki oleh seorang bhikkhu (Theravada) dengan seorang bhiksu (Mahayana) adalah tidak terlalu berbeda. Dengan ini, saya menyimpulkan bahwa seorang bhiksu pun seharusnya tidak menyentuh wanita / menjaga jarak dengan wanita.
Jika kasus bhiksu dalam Kisah Zen itu dinyatakan bahwa menolong wanita dengan menggendongnya, maka itu merupakan pelanggaran peraturan (Vinaya). Meskipun dilakukan untuk menolong, tanpa nafsu, atas dasar cinta-kasih; tetap saja perbuatannya itu melanggar Vinaya. Vinaya tetap berlaku tanpa ada pengecualian-pengecualian.
Bhiksu tersebut tentu saja melakukan perbuatan baik karena menolong wanita itu. Namun itu bukan menjadi alasan untuk melarikan diri dari ketetapan Vinaya. Jangan menganggap bahwa perbuatan baik itu bisa menteralisir pelanggaran Vinaya. Saya melihat bhiksu tersebut keliru jika menganggap dirinya bersih dari pelanggaran Vinaya.
jadi, menolong adalah baik tapi melanggar vinaya. jadi sebaiknya menolong atau tidak?
bila ada seorang Bhikku yg sedang meditasi di tepi sungai, dan terdengar seorang gadis minta tolong yg tenggelam di sungai. dan ketika Bhikku tsb membuka mata, gadis itu sudah mengapung di tepi sungai. apa yg seharunys dilakukan Bhikku tsb?
apakah memberikan pertolongan pertama yaitu memberikan CPR?
apakah tidak memberikan pertolongan pertama(CPR) karena melanggar vinaya?
lalu dimanakah nafsu nya saat itu? apakah saat itu ada nafsu yg timbul? apakah saat itu ada timbul nafsu untuk bisa mencicipi rasa bibir wanita itu?
kembali ke topik,
saya mengungkit hal ini, karena ada hubungannya yaitu makna dibaliknya sebuah tindakan terlepas apakah dilihat secara baku terhadap vinaya apakah dikatakan melanggar atau tidak melanggar. dan ada hubungannya dengan pencapaian seorang Bhikku.
sama halnya dengan pemahaman kita terhadap pancasila. hanya menjalankannya atau memahami makna dibelakangnya.
ini bukan mengenai melabelkan apakah itu boleh, ini tidak boleh, melanggar atau tidak melanggar, tetapi menjiwai/memahami apa yg ada dibaliknya.
seperti yg dikatakan bro purnama,QuoteMenjalankan nya di waktu tertentu lar, u tanya saja sama orangnya, Dia emangnya terus -terusan megang gitar, cuman kalo waktu segang aja kale,.tanyakan langsung alsannya ia bermain gitar, baru memberikan label/nilai apakah dia melanggar atau tidak melanggar.
Kalau memang waktunya dia harus jalan kan sila atau vinaya, setau g dijalanin kok, Dia main gitar juga liat situasi jg
tidak dipungkiri, akan selalu ada Bhikku yg "benar" dan Bhikku yg "tidak benar" _/\_apabila melanggar vinaya, apakah sangsinya?
yg ini saya kurang tau, mungkin yg lain bisa menjawabnya.
Saya mau tahu apakah menurut pendapat Anda, Bhikkhu Anuruddha tidak bersalah dalam hal ini?
Sorry baru ol dan diskusi sudah berjalan jauh dan OOT.. Saya jawab tentang pandangan saya mengenai cerita Tanzan menggendong gadis. Dan setelahnya saya harap diskusi kembali pada alur semula.
Yaitu: Apakah dalam Mahayana, vinaya tidak bersifat mengikat secara total, melainkan boleh diambil dan tidak diambil?
Quotetujuannya ingin menolong, tidak ada nafsu yg timbul, tidak merasakan nikmatnya menggendong wanitaReferensinya dari mana Bro?
Silakan baca sebuah kutipan perspektif yang menjelaskan mengenai cerita Tanzan menggendong gadis.
Kalo merujuk pada kisah tsb,
Ya, Bhiksu yang anda sebut Bhiksu Besar, salah. Karena melanggar Vinaya,
dan si gadis toh bisa jalan sendiri, gak perlu digendong.
Si gadis kan ceritanya cuman takut basah, bukan lumpuh, bukan keseleo ato luka.
Yaa.... biarin ajah dia jalan ndiri... gak perlu digendong2, toh akibatnya cuman basah, bukan luka dsb.
Tapi sekali lagi, hal di atas bukan esensi dari kisah tersebut.
Tetapi sebuah analogi pada sebuah kisah yang sangat efektif untuk menunjukkan pesan yang ingin disampaikan.
Ada sebuah Kisah Zen yang menceritakan bahwa ada dua orang murid yang sedang berselisih pendapat. Lalu sang guru (bhiksu) datang dan menengahi keduanya. Kedua murid masih saja berselisih pendapat. Lalu sang guru membunuh seekor kucing yang ada di dekat mereka, dan mengajarkan suatu penjelasan kepada kedua muridnya. Dikatakan bahwa: Kedua muridnya pun menjadi tercerahkan, sang guru yang membunuh kucing itu adalah melakukan perbuatan upaya kausalya, dan kucing yang dibunuh pun melakukan karma baik.
Jadi, apakah seorang bhiksu yang sudah "menjiwai Vinaya"; juga bisa melakukan perbuatan seperti membunuh?
ajahn chan juga memanggil pembasmi serangga untuk membunuh serangga yang mengganggu muridnya =))Itu juga bentuk Upaya Kausalya.. :D
sebenarnya saya no comment, karena saya belum mencapai apa2 dibandingkan Bhikkhu Anuruddha Thera sehingga tidak etis bila saya memberikan label apakah bersalah atau tidak bersalah.
pendapat saya adalah bersalah tapi tidak bersalah, tidak bersalah tapi bersalah.
bro upasaka, koan yg anda maksudkan adalah koan "kelas berat". tidak bisa hanya menggunakan nalar dan hati untuk mengertinya. dan rasanya bukan sebuah tindakan bijaksana bila membahas koan ini dengan semudah ini. banyak para Zen master yg memberikan penjelasan akan koan ini.
kl tidak salah koan ini salah satu penyebab terpecahnya Zen menjadi dua aliran yaitu Rinzai dan Soto.
namun bila bro upasaka mengerti, saya banyak pertanyaan mengenai koan ini, karena saya memang tidak mengerti terhadap koan ini _/\_
Saya akan menggunakan analogi untuk menjelaskan analogi.betul, sama halnya dengan cerita robinhood, semulia apapun yang namanya mencuri adalah perbuatan dosa, itulah gunanya peraturan, ketika seseorang membunuh dengan alasan membela diri, tetap yang namanya membunuh ada konsekuensinya, bukannya malah cari pembenaran seperti upaya kausalya.
Bro Wen78 tentunya familiar dengan kisah telunjuk dan rembulan.
Sepemahaman saya, Bhiksu yang menggendong gadis adalah telunjuk yang mengarah pada kemelekatan pikiran Bhiksu yang lain pada gadis tersebut. Jangan terikat pada telunjuk, tapi lihatlah apa yang ditunjukkan oleh telunjuk tersebut. Esensi dari cerita tersebut bukan pada pelanggaran dari Bhiksu yang menggendong, tetapi pada pikiran yang terus "menggendong" si gadis, keterikatan.
Semulia apapun alasan dibalik pelanggaran vinaya, apabila melanggar, tetap saja disebut dengan melanggar.
Apabila ada pengecualian di dalam vinaya, maka pengecualian tersebut akan menjadi batu sandungan di dalam prakteknya.
Bisa disalahgunakan dan dijadikan pembenaran oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Wah.. Bro bilang bertanya bukan untuk menggunakan vinaya sebagai palu pengetuk apakah terjadi pelanggaran atau tidak, tetapi Bro bertanya soal itu. Bertanya demikian ya dapet jawaban demikian. Pertanyaannya harus diganti jika memang bukan itu maksud Bro. :)Sorry baru ol dan diskusi sudah berjalan jauh dan OOT.. Saya jawab tentang pandangan saya mengenai cerita Tanzan menggendong gadis. Dan setelahnya saya harap diskusi kembali pada alur semula.
Yaitu: Apakah dalam Mahayana, vinaya tidak bersifat mengikat secara total, melainkan boleh diambil dan tidak diambil?
sebenarnya saya menjelaskan dari sisi dibalik vinaya tsb, yaitu makna serta tujuan dari vinaya. bukan menerapkan vinaya tsb lalu digunakan untuk mengetuk palu apakah Bhikku tsb melanggar(bersalah) atau tidak melanggar(tidak bersalah).
dan saya menjelaskan dari sisi pelaku, yaitu menempatkan diri kita sebagai Bhikku itu sendiri. karena kita juga meditasi dan menyadari apa yg timbul dan lenyap, walaupun tingkat metidasi kita belum setinggi para Bhikku, setidak2 masih bisa mendapatkan gambaran kira2 apa jadinya bila kita ada di sisi Bhikku itu sendiri.
seperti bila Bhikku tsb diminta tolong oleh umat agar bermain gitar dan bernyanyi karena suaranya bagus, sama seperti Bhikku menolong menyeberangkan gadis dengan menggendong.
sejujurnya saya tidak mengerti mengapa hal yg seperti ini diributkan, maka saya hendak menjelaskannya dari sisi lain yaitu salah satu kisah Zen dimana jelas dari 2 sisi.
btw, saya jawab dulu.... AFAIK, vinaya Theravada & Mahayana adalah sama bersifat mengikat selamanya.OK, kini saya clear soal ini.. Thanks atas jawabannya Bro. Grp sent :)
Thanks for suggestion, bro.. Saya memahami pesan ceritanya Tanzan, tetapi tetap saja bagi saya sebuah pelanggaran haruslah diakui sebagai pelanggaran. Tidak perlu membuat pembenaran apalagi yang melecehkan pihak lain. Itu pun jika kejadiannya benar terjadi. Bagaimana pun, sekali lagi saya tekankan, cerita Tanzan diragukan kebenarannya.Quotetujuannya ingin menolong, tidak ada nafsu yg timbul, tidak merasakan nikmatnya menggendong wanitaReferensinya dari mana Bro?
Silakan baca sebuah kutipan perspektif yang menjelaskan mengenai cerita Tanzan menggendong gadis.
mungkin bro Jerry harus mencari lagi makna dibalik koan ini _/\_
bro Jerry, hendrako, dan upasaka, saya gabungkan menjadi 1 saja dan saya sederhanakan,
A. seorang bhikku sedang sedih lalu mengambil gitar dan bermain bernyanyi untuk menghibur dirinya
B. seorang bhikku diminta oleh umat untuk bermain gitar bernyanyi bersama2.
A. seorang bhikku melihat ada wanita cantik lalu menawarkan bantuan agar bisa berdekatan dengan wanita itu.
B. seorang bhikku meihat ada wanita yg sedang membutuhkan bantuan dan dengan spontan menawarkan bantuan.
bro Jerry, hendrako, dan upasaka, saya gabungkan menjadi 1 saja dan saya sederhanakan,
A. seorang bhikku sedang sedih lalu mengambil gitar dan bermain bernyanyi untuk menghibur dirinya
B. seorang bhikku diminta oleh umat untuk bermain gitar bernyanyi bersama2.
A. seorang bhikku melihat ada wanita cantik lalu menawarkan bantuan agar bisa berdekatan dengan wanita itu.
B. seorang bhikku meihat ada wanita yg sedang membutuhkan bantuan dan dengan spontan menawarkan bantuan.
bagi saya, A adalah pelanggaran vinaya dan B bukan sebuah pelanggaran.
karena A dilandasi keinginan untuk memuaskan diri, dan B dilandasi sesuatu yg tulus.
dan bila dilihat makna dan tujuan dari vinaya, bagi saya adalah membatasi A, bukan membatasi B.
sehingga sebenarnya tidak salah dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama.
salah tapi tak salah, tak salah tapi salah. menjalankan tapi tidak menjalankannya, tidak menjalankannya tapi menjalankannya. sehingga sebenarnya tidak bisa dikatakan vinaya mengikat total atau tidak total secara gamblang, tapi harus dilihat latar belakang dan tujuan vinaya itu dibuat.
namun, bila anda menganggap A dan B adalah sama, dan dua2nya adalah melanggar vinaya, maka kita memiliki persepsi yg berbeda. mungkin karena saya melihat dari makna dan tujuan dari vinaya tsb dibuat, dan anda melihat dari apa isi vinaya itu. secara kasarnya, saya melihat dari apa yg tersirat, dan anda melihat dari apa yg tersurat.
karena perbedaan ini saya rasa tidak ada gunanya lagi diskusi ini.
saya setuju dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama, hanya saja saya sudah janji pada diri saya untuk tidak post komentar di thread Theravada, kecuali post pertanyaan. jadi maaf saya menggunakan cara ini ;D
C. seorang bhikkhu diminta oleh umat untuk mabuk bersama2.
Jika anda menjawab PELANGGARAN, mengapa untuk kasus bermain gitar tidak dianggap pelanggaran sementara dua2nya adalah larangan dalam Vinaya?
C. seorang bhikkhu melihat seorang wanita cantik tidak bersuami tapi kepengen punya anak dan spontan menawarkan bantuan
bro Jerry, hendrako, dan upasaka, saya gabungkan menjadi 1 saja dan saya sederhanakan,
A. seorang bhikku sedang sedih lalu mengambil gitar dan bermain bernyanyi untuk menghibur dirinya
B. seorang bhikku diminta oleh umat untuk bermain gitar bernyanyi bersama2.
A. seorang bhikku melihat ada wanita cantik lalu menawarkan bantuan agar bisa berdekatan dengan wanita itu.
B. seorang bhikku meihat ada wanita yg sedang membutuhkan bantuan dan dengan spontan menawarkan bantuan.
bagi saya, A adalah pelanggaran vinaya dan B bukan sebuah pelanggaran.
karena A dilandasi keinginan untuk memuaskan diri, dan B dilandasi sesuatu yg tulus.
dan bila dilihat makna dan tujuan dari vinaya, bagi saya adalah membatasi A, bukan membatasi B.
sehingga sebenarnya tidak salah dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama.
salah tapi tak salah, tak salah tapi salah. menjalankan tapi tidak menjalankannya, tidak menjalankannya tapi menjalankannya. sehingga sebenarnya tidak bisa dikatakan vinaya mengikat total atau tidak total secara gamblang, tapi harus dilihat latar belakang dan tujuan vinaya itu dibuat.
namun, bila anda menganggap A dan B adalah sama, dan dua2nya adalah melanggar vinaya, maka kita memiliki persepsi yg berbeda. mungkin karena saya melihat dari makna dan tujuan dari vinaya tsb dibuat, dan anda melihat dari apa isi vinaya itu. secara kasarnya, saya melihat dari apa yg tersirat, dan anda melihat dari apa yg tersurat.
karena perbedaan ini saya rasa tidak ada gunanya lagi diskusi ini.
saya setuju dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama, hanya saja saya sudah janji pada diri saya untuk tidak post komentar di thread Theravada, kecuali post pertanyaan. jadi maaf saya menggunakan cara ini ;D
Jadi apakah menurut Anda, nasihat Sang Buddha adalah...
- Inilah Sila untuk kalian: "aku bertekad untuk menghindari menikmati musik, tarian, dan hiburan lainnya; kecuali kalau ada umat yang meminta saya melakukannya, maka tidak apa-apa."
- "Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah sekalipun kau melihat wanita. Kalau kondisi mengharuskan, maka janganlah berbicara dengan wanita. Tapi kalau kondisi mengharuskan berbicara dengan wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu. Kecuali kalau ada wanita yang butuh pertolongan, maka kau boleh menggendongnya. Inilah nasihat-Ku."
Apa benar ini pemahaman Anda? :)
C. seorang bhikkhu diminta oleh umat untuk mabuk bersama2.
Jika anda menjawab PELANGGARAN, mengapa untuk kasus bermain gitar tidak dianggap pelanggaran sementara dua2nya adalah larangan dalam Vinaya?
karena berbeda. bermain gitar masih dalam kondisi sadar terhadap apa yg timbul dan lenyap. mabuk sudah tidak sadarkan diri.
C. seorang bhikkhu melihat seorang wanita cantik tidak bersuami tapi kepengen punya anak dan spontan menawarkan bantuan
seorang bhikku tidak boleh melakukan hubungan sexual. jika bhikku itu bijak, maka bhikku itu menyarankan agar wanita itu mencari pria untuk menikah agar mempunyai keturunan
itu pemahaman anda :)
Thread yang panas,...sorri kalo sedikit OOT, sekedar refresh aja...Iya, memang kasihan. Apalagi wanita tukang pijat yang berniat memijat si bhiksu tanpa ada maksud apa-apa, jadi korban deh.
Kasihan yah umat wanita, padahal mereka yang dekat dengan bhiksu belum tentu punya niat buruk....
;D ;D ....okeh....silahkan dilanjut....
bro Jerry, hendrako, dan upasaka, saya gabungkan menjadi 1 saja dan saya sederhanakan,saya ingin komen, suatu peraturan atau vinaya itu adalah untuk dituruti, seorang bhikkhu ketika diminta bermain gitar "misalnya umat awam tidak mengetahui vinaya" sang Bhikkhu itu bisa memberitahukan pada umat tersebut peraturan tidak boleh bermain musik.
A. seorang bhikku sedang sedih lalu mengambil gitar dan bermain bernyanyi untuk menghibur dirinya
B. seorang bhikku diminta oleh umat untuk bermain gitar bernyanyi bersama2.
A. seorang bhikku melihat ada wanita cantik lalu menawarkan bantuan agar bisa berdekatan dengan wanita itu.
B. seorang bhikku meihat ada wanita yg sedang membutuhkan bantuan dan dengan spontan menawarkan bantuan.
bagi saya, A adalah pelanggaran vinaya dan B bukan sebuah pelanggaran.
karena A dilandasi keinginan untuk memuaskan diri, dan B dilandasi sesuatu yg tulus.
dan bila dilihat makna dan tujuan dari vinaya, bagi saya adalah membatasi A, bukan membatasi B.
saya ingin komen, suatu peraturan atau vinaya itu adalah untuk dituruti, seorang bhikkhu ketika diminta bermain gitar "misalnya umat awam tidak mengetahui vinaya" sang Bhikkhu itu bisa memberitahukan pada umat tersebut peraturan tidak boleh bermain musik.
dan sebaliknya seorang bhikkhu ketika bermain gitar "misalnya tidak mengetahui vinaya (saya rasa tidak mungkin tidak tau)" tugas umat awam yang mengetahui untuk memberikan pengetahuan tersebut pada bhikkhu itu.
bukannya sudah tau salah malah melegalkan hal itu.
ini masalah yang sederhana.
kalau misalkan seorang bhikkhu sedih apakah "hanya dengan bermain gitar" satu2nya cara untuk menghilangkan kesedihan? apakah itu ajaran dari Buddha? ASTAGA!
seorang bhikkhu boleh2 saja melanggar vinaya, tapi dia harus siap menerima resikonya yaitu seperti contoh sekarang, dibuat thread khusus, itulah hukum sebab akibat, sungguh ajaran buddha terbukti sangat hebat =))
C. seorang bhikkhu diminta oleh umat untuk mabuk bersama2.
Jika anda menjawab PELANGGARAN, mengapa untuk kasus bermain gitar tidak dianggap pelanggaran sementara dua2nya adalah larangan dalam Vinaya?
karena berbeda. bermain gitar masih dalam kondisi sadar terhadap apa yg timbul dan lenyap. mabuk sudah tidak sadarkan diri.
jadi menurut anda, Sang Buddha menetapkan vinaya dengan berdasarkan parameter sadar terhadap apa yg timbul dan lenyap?
QuoteC. seorang bhikkhu melihat seorang wanita cantik tidak bersuami tapi kepengen punya anak dan spontan menawarkan bantuan
seorang bhikku tidak boleh melakukan hubungan sexual. jika bhikku itu bijak, maka bhikku itu menyarankan agar wanita itu mencari pria untuk menikah agar mempunyai keturunan
bukankah jawaban ini juga bisa diaplikasikan pada kasus "diminta main gitar"?
itu pemahaman anda :)
Pemahaman saya tidak seperti di atas. Kalau pemahaman Anda bukan seperti di atas, maka tolong jelaskan apa intepretasi Anda atas dua pernyataan Sang Buddha berikut ini...
- Inilah Sila untuk kalian: "aku bertekad untuk tidak menikmati musik, tarian, dan hiburan-hiburan lainnya."
- "Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat wanita. Jika kondisi mengharuskan melihat wanita, maka janganlah berbicara dengan wanita. Jika kondisi mengharuskan berbicara dengan wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."
Melihat tulisan Bro wen78, saya membayangkan luar biasanya penegak vinaya di Mahayana. Mereka pasti bisa mengetahui isi pikiran dan bathin orang lain, sehingga bisa mengetahui orang ini melanggar vinaya, orang ini tidak, TANPA mempertimbangkan perilakunya.
baik, saya ralat pertanyaan saya, "apakah dalam melakukan hubungan seksual, seseorang dalam keadaan sadar atau tidak sadar?C. seorang bhikkhu diminta oleh umat untuk mabuk bersama2.
Jika anda menjawab PELANGGARAN, mengapa untuk kasus bermain gitar tidak dianggap pelanggaran sementara dua2nya adalah larangan dalam Vinaya?
karena berbeda. bermain gitar masih dalam kondisi sadar terhadap apa yg timbul dan lenyap. mabuk sudah tidak sadarkan diri.
jadi menurut anda, Sang Buddha menetapkan vinaya dengan berdasarkan parameter sadar terhadap apa yg timbul dan lenyap?
no comment, sebab dikatakan kita tidak boleh menalar sang Buddha
QuoteC. seorang bhikkhu melihat seorang wanita cantik tidak bersuami tapi kepengen punya anak dan spontan menawarkan bantuan
seorang bhikku tidak boleh melakukan hubungan sexual. jika bhikku itu bijak, maka bhikku itu menyarankan agar wanita itu mencari pria untuk menikah agar mempunyai keturunan
bukankah jawaban ini juga bisa diaplikasikan pada kasus "diminta main gitar"?
bisa, tapi semua kembali lagi ke bhikku tsb. bhikku juga ada pertimbangan sendiri, apakah mengabulkannya atau tidak mengabulkannya.
saya jadi teringat perdebatan kecil kita dimana kita memiliki perbedaan penafsiran terhadap pancasila.
maaf kali ini, saya tidak akan mengintepretasi pada dua pernyataan Sang Buddha tsb, karena saya tidak ingin dikatakan menggunakan penafsiran untuk mencari kemenangan.
bukan anda, tapi ada yg berkata begitu secara tidak langsung.
jadi kali ini, saya hanya memberikan bold intinya.
dan sebuah pertimbangan lain,
bila menolong wanita tapi dikatakan melanggar vinaya, karena dikatakan tidak boleh dekat dengan wanita. apakah tidak terasa aneh? apakah tidak merasa ada yg salah?
yg membuat vinaya yg salah, apa pembacanya yg salah dalam mencerna vinaya tsb?Melihat tulisan Bro wen78, saya membayangkan luar biasanya penegak vinaya di Mahayana. Mereka pasti bisa mengetahui isi pikiran dan bathin orang lain, sehingga bisa mengetahui orang ini melanggar vinaya, orang ini tidak, TANPA mempertimbangkan perilakunya.
saya ingin meluruskan, sebenarnya saya tidak berbicara atas nama Mahayana dan atau atas nama vinaya Mahayana.
saya hanya "melawan" pandangan2 umum atas sebuah kesempurnaan sosok bhikku yg harus begini, tidak boleh begitu, dll.
segala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.
sekian dan terima kasih.
saya jadi teringat perdebatan kecil kita dimana kita memiliki perbedaan penafsiran terhadap pancasila.
maaf kali ini, saya tidak akan mengintepretasi pada dua pernyataan Sang Buddha tsb, karena saya tidak ingin dikatakan menggunakan penafsiran untuk mencari kemenangan.
bukan anda, tapi ada yg berkata begitu secara tidak langsung.
jadi kali ini, saya hanya memberikan bold intinya.
dan sebuah pertimbangan lain,
bila menolong wanita tapi dikatakan melanggar vinaya, karena dikatakan tidak boleh dekat dengan wanita. apakah tidak terasa aneh? apakah tidak merasa ada yg salah?
yg membuat vinaya yg salah, apa pembacanya yg salah dalam mencerna vinaya tsb?
*mengenai, dilarang menalar sang buddha..
, oh itu, kata saya kurang tepat mas, dimana kita wajib dan harus mempertanyakan dan merasakan kembali apa yg sang buddha ucapkan/ajarkan, ttg ke absahannya.
bro Wen,
suatu pelanggaran terhadap Vinaya tetaplah pelanggaran terlepas dari apa motivasinya, apa motif di balik pelanggaran itu akan ditanya oleh Sangha dalam mengambil keputusan atas pelanggaran itu. setelah mendengarkan alasan dan pembelaannya maka selanjutnya Sangha memutuskan jenis pelanggaran itu serta sanksi yg harus ia jalani. di sini kita tidak berhak melakukan judgement atas suatu pelanggaran, jadi sejauh ini kita hanya mencoba membahas apakah terjadi pelanggaran atau tidak, hanya sejauh itu.
*dan sebuah pertimbangan lain,&
bila menolong wanita tapi dikatakan melanggar vinaya, karena dikatakan tidak boleh dekat dengan wanita. apakah tidak terasa aneh? apakah tidak merasa ada yg salah?
yg membuat vinaya yg salah, apa pembacanya yg salah dalam mencerna vinaya tsb?
bagi saya pribadi, hal tersebut tidak ada yg aneh, dan tidak ada yg salah. dimana letak kesalahan dan keanehannya? jika anda merasakannya
Dalam kasus Tanzan (bhiksu yang menolong wanita dengan menggendongnya), letak kesalahan bhiksu tersebut bukan pada "memberi pertolongannya". Letak kesalahannya berada di "menggendong wanitanya". Harap dipisahkan jelas mengenai perbuatan baik dan pelanggaran Vinaya-nya. Ini sangat mudah dipahami. Kalau Anda kurang paham, saya bisa memberi contoh yang lain...
2. Seorang Bhiksu yang dengan birahi menyentuh bagian apapun dari tubuh
seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa
dan vonisnya adalah ? dalam persidangan tentu akan dihasilkan vonis. berbeda dengan anda saya melihat bahwa thread sebelah itu masih dalam koridor pro kontra terhadap adanya pelanggaran atau tidak, para pengikut "bhikkhu" tersebut mengatakan tidak ada pelanggaran, sebaliknya para penganut vinaya mengatakan ada pelanggaran.bro Wen,
suatu pelanggaran terhadap Vinaya tetaplah pelanggaran terlepas dari apa motivasinya, apa motif di balik pelanggaran itu akan ditanya oleh Sangha dalam mengambil keputusan atas pelanggaran itu. setelah mendengarkan alasan dan pembelaannya maka selanjutnya Sangha memutuskan jenis pelanggaran itu serta sanksi yg harus ia jalani. di sini kita tidak berhak melakukan judgement atas suatu pelanggaran, jadi sejauh ini kita hanya mencoba membahas apakah terjadi pelanggaran atau tidak, hanya sejauh itu.
bagi saya, sudah terjadi sebuah persidangan di thread sebelah.
soal bermain gitar, tinggal bagaimana menafsirkankan kalimat "aku bertekad untuk tidak menikmati musik, tarian, dan hiburan-hiburan lainnya."
dan vonisnya adalah ? dalam persidangan tentu akan dihasilkan vonis. berbeda dengan anda saya melihat bahwa thread sebelah itu masih dalam koridor pro kontra terhadap adanya pelanggaran atau tidak, para pengikut "bhikkhu" tersebut mengatakan tidak ada pelanggaran, sebaliknya para penganut vinaya mengatakan ada pelanggaran.bro Wen,
suatu pelanggaran terhadap Vinaya tetaplah pelanggaran terlepas dari apa motivasinya, apa motif di balik pelanggaran itu akan ditanya oleh Sangha dalam mengambil keputusan atas pelanggaran itu. setelah mendengarkan alasan dan pembelaannya maka selanjutnya Sangha memutuskan jenis pelanggaran itu serta sanksi yg harus ia jalani. di sini kita tidak berhak melakukan judgement atas suatu pelanggaran, jadi sejauh ini kita hanya mencoba membahas apakah terjadi pelanggaran atau tidak, hanya sejauh itu.
bagi saya, sudah terjadi sebuah persidangan di thread sebelah.
dan vonisnya adalah ? dalam persidangan tentu akan dihasilkan vonis. berbeda dengan anda saya melihat bahwa thread sebelah itu masih dalam koridor pro kontra terhadap adanya pelanggaran atau tidak, para pengikut "bhikkhu" tersebut mengatakan tidak ada pelanggaran, sebaliknya para penganut vinaya mengatakan ada pelanggaran.bro Wen,
suatu pelanggaran terhadap Vinaya tetaplah pelanggaran terlepas dari apa motivasinya, apa motif di balik pelanggaran itu akan ditanya oleh Sangha dalam mengambil keputusan atas pelanggaran itu. setelah mendengarkan alasan dan pembelaannya maka selanjutnya Sangha memutuskan jenis pelanggaran itu serta sanksi yg harus ia jalani. di sini kita tidak berhak melakukan judgement atas suatu pelanggaran, jadi sejauh ini kita hanya mencoba membahas apakah terjadi pelanggaran atau tidak, hanya sejauh itu.
bagi saya, sudah terjadi sebuah persidangan di thread sebelah.
memang belum ada vonisnya, tapi bila bro Indra adalah seorang bhikku dan foto anda ada disana dan dipertanyakan oleh umat apakah melanggar atau tidak melanggar walaupun dikatakan hanya sebatas membahas, apakah anda merasa sedang dalam persidangan?
OK Bro Wen.. Bagi saya sudah cukup deh.. Toh yang awalnya saya tanyakan juga apakah kontrak permanen atau lepas. Dan Bro Wen udah jawab Kontrak Permanen. Hanya saja kemudian Bro Wen menganggap meski bersifat Kontrak Permanen, tetapi ada kalanya boleh dilanggar dan itu bukan sesuatu yang salah.
itu hanyalah sample, kalau anda merasa keberatan nanti saya sensor deh mukanya jadi kotak2, boleh?dan vonisnya adalah ? dalam persidangan tentu akan dihasilkan vonis. berbeda dengan anda saya melihat bahwa thread sebelah itu masih dalam koridor pro kontra terhadap adanya pelanggaran atau tidak, para pengikut "bhikkhu" tersebut mengatakan tidak ada pelanggaran, sebaliknya para penganut vinaya mengatakan ada pelanggaran.bro Wen,
suatu pelanggaran terhadap Vinaya tetaplah pelanggaran terlepas dari apa motivasinya, apa motif di balik pelanggaran itu akan ditanya oleh Sangha dalam mengambil keputusan atas pelanggaran itu. setelah mendengarkan alasan dan pembelaannya maka selanjutnya Sangha memutuskan jenis pelanggaran itu serta sanksi yg harus ia jalani. di sini kita tidak berhak melakukan judgement atas suatu pelanggaran, jadi sejauh ini kita hanya mencoba membahas apakah terjadi pelanggaran atau tidak, hanya sejauh itu.
bagi saya, sudah terjadi sebuah persidangan di thread sebelah.
memang belum ada vonisnya, tapi bila bro Indra adalah seorang bhikku dan foto anda ada disana dan dipertanyakan oleh umat apakah melanggar atau tidak melanggar walaupun dikatakan hanya sebatas membahas, apakah anda merasa sedang dalam persidangan?
di buat mosaik? :))iye, tapi tar dikira gak sopan, kayak penjahat =))
Kalo yang penjahat biasanya matanya diblok tebel item, kalo mosaik bukannya ehem..? =))di buat mosaik? :))iye, tapi tar dikira gak sopan, kayak penjahat =))
owhh kalo di tipi tuh, yg kotak2. rata2Kalo yang penjahat biasanya matanya diblok tebel item, kalo mosaik bukannya ehem..? =))di buat mosaik? :))iye, tapi tar dikira gak sopan, kayak penjahat =))
Dalam kasus Tanzan (bhiksu yang menolong wanita dengan menggendongnya), letak kesalahan bhiksu tersebut bukan pada "memberi pertolongannya". Letak kesalahannya berada di "menggendong wanitanya". Harap dipisahkan jelas mengenai perbuatan baik dan pelanggaran Vinaya-nya. Ini sangat mudah dipahami. Kalau Anda kurang paham, saya bisa memberi contoh yang lain...
ternyata bro ryu sudah men-post di sebelah,Quote2. Seorang Bhiksu yang dengan birahi menyentuh bagian apapun dari tubuh
seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa
soal bermain gitar, tinggal bagaimana menafsirkankan kalimat "aku bertekad untuk tidak menikmati musik, tarian, dan hiburan-hiburan lainnya."
ya, tp kata saya , itu ya cuma buat mereka2 yg masih mau berkubang dlm lumpur sjaDalam kasus Tanzan (bhiksu yang menolong wanita dengan menggendongnya), letak kesalahan bhiksu tersebut bukan pada "memberi pertolongannya". Letak kesalahannya berada di "menggendong wanitanya". Harap dipisahkan jelas mengenai perbuatan baik dan pelanggaran Vinaya-nya. Ini sangat mudah dipahami. Kalau Anda kurang paham, saya bisa memberi contoh yang lain...
ternyata bro ryu sudah men-post di sebelah,Quote2. Seorang Bhiksu yang dengan birahi menyentuh bagian apapun dari tubuh
seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa
soal bermain gitar, tinggal bagaimana menafsirkankan kalimat "aku bertekad untuk tidak menikmati musik, tarian, dan hiburan-hiburan lainnya."
Oh, ada sedikit koreksi... Bagi umat awam, sila untuk menghindari menikmati musik, tarian dan hiburan lainnya memang dilakukan dengan tekad untuk berlatih (sikkhapadam). Namun bagi seorang bhikkhu, Vinaya untuk menghindari menikmati musik, tarian dan hiburan lainnya bukan dilakukan dengan tekad untuk berlatih. Namun sebagai keharusan sejak menerima penahbisan (upasampada).
saya ingin meluruskan, sebenarnya saya tidak berbicara atas nama Mahayana dan atau atas nama vinaya Mahayana.Ya, saya mengerti itu. Sebetulnya kita semua bicara di sini hanya mewakili pribadi, bukan suatu organisasi. Kecuali memang orang itu adalah representasinya. Jika saya mengkritik Mahayana yang dijelaskan Bro wen78, itu berarti saya kritik "Mahayana menurut wen78."
saya hanya "melawan" pandangan2 umum atas sebuah kesempurnaan sosok bhikku yg harus begini, tidak boleh begitu, dll.
segala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
well...rasanya kurang tepat ya kalau kita menggeneralisir kesimpulan berdasarkan statement satu orang saja, lantas mendeskreditkan sekte lain yang bukan sekte kita. Belum tentu pendapat orang itu memang benar demikian apa adanya mewakili kan?Betul, makanya perlu dibedakan ketika diskusi dengan pribadi satu dengan pribadi lain.
kalau gitu bakal ada pertanyaan lagi
apakah Vinaya bagi Mahaya berbeda bagi tiap2 Mahayanis :hammer:
kalau gitu bakal ada pertanyaan lagiKalau kita bilang Buddhisme, kembali lagi semua dari Ajaran Buddha. Ajaran Buddha dipersepsi dan dinterpretasi, ditafsirkan secara berbeda bagi setiap orang. Karena Buddha-nya sendiri sudah tidak ada, maka tidak mungkin lagi kita konfirmasi yang mana tafsiran yang tepat dan mana yang keliru.
apakah Vinaya bagi Mahaya berbeda bagi tiap2 Mahayanis :hammer:
perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
bisa perilaku, bisa pikiran, bisa dua2nya.perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
mungkin terlewat oleh Bro Kainyn, jadi saya lanjutkan dulu
apakah main gitar adalah perilaku atau pikiran?
apakah alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku atau pikiran?alasan bermain gitar adalah pikiran
bisa perilaku, bisa pikiran, bisa dua2nya.perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
mungkin terlewat oleh Bro Kainyn, jadi saya lanjutkan dulu
apakah main gitar adalah perilaku atau pikiran?apakah alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku atau pikiran?alasan bermain gitar adalah pikiran
motivasi bermain gitar adalah keinginan
alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku
perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
[...]
tanyakan langsung alsannya ia bermain gitar, baru memberikan label/nilai apakah dia melanggar atau tidak melanggar.
bisa perilaku, bisa pikiran, bisa dua2nya.perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
mungkin terlewat oleh Bro Kainyn, jadi saya lanjutkan dulu
apakah main gitar adalah perilaku atau pikiran?apakah alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku atau pikiran?alasan bermain gitar adalah pikiran
motivasi bermain gitar adalah keinginan
alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku
kalau begitu dapat disimpulkan kalau bermain gitar adalah perilaku dengan alasan yg berasal dari pikiran. apakah ini termasuk dalam cakupan vinaya? sebelumnya anda sudah setuju bahwa vinaya mengatur perilaku.
perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
Bro wen78 katakan vinaya mengatur perilaku. Namun itu tidak selaras dengan perkataan sebelumnya di mana alasan dari perilaku yang menentukan seseorang melanggar vinaya atau tidak.[...]
tanyakan langsung alsannya ia bermain gitar, baru memberikan label/nilai apakah dia melanggar atau tidak melanggar.
bisa perilaku, bisa pikiran, bisa dua2nya.perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
mungkin terlewat oleh Bro Kainyn, jadi saya lanjutkan dulu
apakah main gitar adalah perilaku atau pikiran?apakah alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku atau pikiran?alasan bermain gitar adalah pikiran
motivasi bermain gitar adalah keinginan
alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku
kalau begitu dapat disimpulkan kalau bermain gitar adalah perilaku dengan alasan yg berasal dari pikiran. apakah ini termasuk dalam cakupan vinaya? sebelumnya anda sudah setuju bahwa vinaya mengatur perilaku.
itu kesimpulan bro Indra, bukan saya. lalu... ???
bukankah anda sendiri menyetujui bahwa "Vinaya mengatur Perilaku"? kok sekarang dibatalkan?perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
Bro wen78 katakan vinaya mengatur perilaku. Namun itu tidak selaras dengan perkataan sebelumnya di mana alasan dari perilaku yang menentukan seseorang melanggar vinaya atau tidak.[...]
tanyakan langsung alsannya ia bermain gitar, baru memberikan label/nilai apakah dia melanggar atau tidak melanggar.
bro Kainyn_Kutho, dimana letak ketidak-selarasannya?
vinaya mengatur perilaku para bhikku, dan setiap perilaku/tindakan bhikku ada penyebab, maksud, dan tujuan dibaliknya, yg disebut alasan.
alasan ini yg akan dipertanyakan ketika dianggap telah melakukan sebuah pelanggaran.
bila vinaya mengatur perilaku diartikan bahwa perilaku bhikku tunduk pada vinaya apapun alasannya, ini bukanlah pemahaman saya.
IMO, akan menurunkan kualitas bhikku itu sendiri, dimana bhikku menjadi tidak sadar atas apa yg seharusnya dilakukannya dan apa yg tidak seharusnya dilakukannya, melainkan semuanya mengikuti pada vinaya.
main gitar adalah bisa perilaku, bisa pikiran, bisa dua2nya.bisa perilaku, bisa pikiran, bisa dua2nya.perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
mungkin terlewat oleh Bro Kainyn, jadi saya lanjutkan dulu
apakah main gitar adalah perilaku atau pikiran?apakah alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku atau pikiran?alasan bermain gitar adalah pikiran
motivasi bermain gitar adalah keinginan
alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku
kalau begitu dapat disimpulkan kalau bermain gitar adalah perilaku dengan alasan yg berasal dari pikiran. apakah ini termasuk dalam cakupan vinaya? sebelumnya anda sudah setuju bahwa vinaya mengatur perilaku.
itu kesimpulan bro Indra, bukan saya. lalu... ???
saya menyimpulkan berdasarkan pernyataan anda, kalau saya salah menyimpulkan, bagaimanakah kesimpulan anda?
dimana saya membatalkannya?Quotebukankah anda sendiri menyetujui bahwa "Vinaya mengatur Perilaku"? kok sekarang dibatalkan?perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
Bro wen78 katakan vinaya mengatur perilaku. Namun itu tidak selaras dengan perkataan sebelumnya di mana alasan dari perilaku yang menentukan seseorang melanggar vinaya atau tidak.[...]
tanyakan langsung alsannya ia bermain gitar, baru memberikan label/nilai apakah dia melanggar atau tidak melanggar.
bro Kainyn_Kutho, dimana letak ketidak-selarasannya?
vinaya mengatur perilaku para bhikku, dan setiap perilaku/tindakan bhikku ada penyebab, maksud, dan tujuan dibaliknya, yg disebut alasan.
alasan ini yg akan dipertanyakan ketika dianggap telah melakukan sebuah pelanggaran.
bila vinaya mengatur perilaku diartikan bahwa perilaku bhikku tunduk pada vinaya apapun alasannya, ini bukanlah pemahaman saya.
IMO, akan menurunkan kualitas bhikku itu sendiri, dimana bhikku menjadi tidak sadar atas apa yg seharusnya dilakukannya dan apa yg tidak seharusnya dilakukannya, melainkan semuanya mengikuti pada vinaya.
di atas anda mengatakan bahwa alasan bermain gitar adalah pikiran, jadi ini diluar cakupan vinaya karena kita sepakat bahwa Vinaya mengatur perilakumain gitar adalah bisa perilaku, bisa pikiran, bisa dua2nya.bisa perilaku, bisa pikiran, bisa dua2nya.perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
mungkin terlewat oleh Bro Kainyn, jadi saya lanjutkan dulu
apakah main gitar adalah perilaku atau pikiran?apakah alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku atau pikiran?alasan bermain gitar adalah pikiran
motivasi bermain gitar adalah keinginan
alasan dan motivasi bermain gitar adalah perilaku
kalau begitu dapat disimpulkan kalau bermain gitar adalah perilaku dengan alasan yg berasal dari pikiran. apakah ini termasuk dalam cakupan vinaya? sebelumnya anda sudah setuju bahwa vinaya mengatur perilaku.
itu kesimpulan bro Indra, bukan saya. lalu... ???
saya menyimpulkan berdasarkan pernyataan anda, kalau saya salah menyimpulkan, bagaimanakah kesimpulan anda?
semua tergantung alasannya. maka alasannya main gitar apa?
dimana saya membatalkannya?Quotebukankah anda sendiri menyetujui bahwa "Vinaya mengatur Perilaku"? kok sekarang dibatalkan?perilakuQuotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
Bro wen78 katakan vinaya mengatur perilaku. Namun itu tidak selaras dengan perkataan sebelumnya di mana alasan dari perilaku yang menentukan seseorang melanggar vinaya atau tidak.[...]
tanyakan langsung alsannya ia bermain gitar, baru memberikan label/nilai apakah dia melanggar atau tidak melanggar.
bro Kainyn_Kutho, dimana letak ketidak-selarasannya?
vinaya mengatur perilaku para bhikku, dan setiap perilaku/tindakan bhikku ada penyebab, maksud, dan tujuan dibaliknya, yg disebut alasan.
alasan ini yg akan dipertanyakan ketika dianggap telah melakukan sebuah pelanggaran.
bila vinaya mengatur perilaku diartikan bahwa perilaku bhikku tunduk pada vinaya apapun alasannya, ini bukanlah pemahaman saya.
IMO, akan menurunkan kualitas bhikku itu sendiri, dimana bhikku menjadi tidak sadar atas apa yg seharusnya dilakukannya dan apa yg tidak seharusnya dilakukannya, melainkan semuanya mengikuti pada vinaya.
bila vinaya mengatur perilaku diartikan bahwa perilaku bhikku tunduk pada vinaya apapun alasannya, ini bukanlah pemahaman saya.mau komen yang ini, jadi menurut anda bhikkhu itu akan jadi robot gara2 Vinaya? kualitas seorang bhikkhu akan turun gara2 tidak bermain gitar? akan turun kalau tidak bermain sex? akan turun kalau tidak membunuh? akan turun kalau tidak berbohong? bukan sebaliknya?
IMO, akan menurunkan kualitas bhikku itu sendiri, dimana bhikku menjadi tidak sadar atas apa yg seharusnya dilakukannya dan apa yg tidak seharusnya dilakukannya, melainkan semuanya mengikuti pada vinaya.
bro indra, perilaku/tindakan akan selalu diikuti pikiran, dan pikiran bisa tidak diikuti oleh perilaku/tindakan(alias NATO: No Action Think only).
bila anda mo memecahkan menjadi dua bagian yg terpisahakan. maaf, saya tidak bisa mengikuti diskusi anda ini.
sekian dan terima kasih
seseorang boleh saja berpikir untuk melakukan pembunuhan terhadap orang lain, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya selama belum diwujudkan dalam perbuatan. vinaya baru bertugas setelah adanya perbuatan. seorang bhikkhu juga boleh saja berpikir untuk bermain gitar, piano, atau apapun, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya, hanya setelah pikiran itu diwujudkan dalan perbuatan, saat itulah pelanggaran terjadi.
pelanggaran mungkin masih bisa ditoleransi seandainya dalam kasus menolong nyawa seseorang, tapi hanya demi bersenang2 dengan sekelompok anak muda, saya kira sama sekali tidak ada alasan untuk itu, mungkin Bro Wen jika mengenal ybs membantu menanyakan alasannya agar kita bisa menyelesaikan pelomik ini dalam tingkat forum DC.
saya juga mau menambahkan, seseorang ketika bertekad menjadi bhikkhu pastinya sadar konsekuensinya, dia harus taat pada hinaya, ketika dia tau dalam hinaya ada sesuatu yang tidak boleh dan dia malah melanggarnya maka tekadnya itu sungguh diragukan.seseorang boleh saja berpikir untuk melakukan pembunuhan terhadap orang lain, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya selama belum diwujudkan dalam perbuatan. vinaya baru bertugas setelah adanya perbuatan. seorang bhikkhu juga boleh saja berpikir untuk bermain gitar, piano, atau apapun, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya, hanya setelah pikiran itu diwujudkan dalan perbuatan, saat itulah pelanggaran terjadi.
pelanggaran mungkin masih bisa ditoleransi seandainya dalam kasus menolong nyawa seseorang, tapi hanya demi bersenang2 dengan sekelompok anak muda, saya kira sama sekali tidak ada alasan untuk itu, mungkin Bro Wen jika mengenal ybs membantu menanyakan alasannya agar kita bisa menyelesaikan pelomik ini dalam tingkat forum DC.
saya hanya menambahkan,
sang Buddha mengajarkan agar selalu sadar atas apa yg timbul dan lenyap pada pikiran, baik pikiran baik maupun pikiran buruk, yg dipengaruhi oleh faktor seperti keinginan, ego, dll. ketika sadar apa yg ada dipikiran adalah pikiran buruk, maka pikiran kembali akan memberikan nilai/label bahwa ini adalah pikiran tidak baik yg tidak boleh dipikirkan/diikuti terus dan harus dilepaskan.
jadi pada tahap pikiran, sebenarnya sudah diajarkan apa yg seharusnya dan yg tidak seharusnya ada dalam pikiran.
saya tidak mengenal ybs, dan bila kenalpun, saya tidak berani menanyakan alasannya.
bagi saya, sebenarnya tidak terjadi polemik, hanya terjadi perbedaan pendapat dan sedikit perdebatan.
bro Kainyn_Kutho, dimana letak ketidak-selarasannya?Jadi vinaya mengatur perilaku atau alasan, atau keduanya?
vinaya mengatur perilaku para bhikku, dan setiap perilaku/tindakan bhikku ada penyebab, maksud, dan tujuan dibaliknya, yg disebut alasan.
alasan ini yg akan dipertanyakan ketika dianggap telah melakukan sebuah pelanggaran.
bila vinaya mengatur perilaku diartikan bahwa perilaku bhikku tunduk pada vinaya apapun alasannya, ini bukanlah pemahaman saya. IMO, akan menurunkan kualitas bhikku itu sendiri, dimana bhikku menjadi tidak sadar atas apa yg seharusnya dilakukannya dan apa yg tidak seharusnya dilakukannya, melainkan semuanya mengikuti pada vinaya.Kalau hanya bersandar pada diri sendiri tentang apa yang harus dilakukan dan tidak, lalu apa bedanya bhiksu dengan orang awam?
seseorang boleh saja berpikir untuk melakukan pembunuhan terhadap orang lain, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya selama belum diwujudkan dalam perbuatan. vinaya baru bertugas setelah adanya perbuatan. seorang bhikkhu juga boleh saja berpikir untuk bermain gitar, piano, atau apapun, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya, hanya setelah pikiran itu diwujudkan dalan perbuatan, saat itulah pelanggaran terjadi.
pelanggaran mungkin masih bisa ditoleransi seandainya dalam kasus menolong nyawa seseorang, tapi hanya demi bersenang2 dengan sekelompok anak muda, saya kira sama sekali tidak ada alasan untuk itu, mungkin Bro Wen jika mengenal ybs membantu menanyakan alasannya agar kita bisa menyelesaikan pelomik ini dalam tingkat forum DC.
saya hanya menambahkan,
sang Buddha mengajarkan agar selalu sadar atas apa yg timbul dan lenyap pada pikiran, baik pikiran baik maupun pikiran buruk, yg dipengaruhi oleh faktor seperti keinginan, ego, dll. ketika sadar apa yg ada dipikiran adalah pikiran buruk, maka pikiran kembali akan memberikan nilai/label bahwa ini adalah pikiran tidak baik yg tidak boleh dipikirkan/diikuti terus dan harus dilepaskan.
jadi pada tahap pikiran, sebenarnya sudah diajarkan apa yg seharusnya dan yg tidak seharusnya ada dalam pikiran.
saya tidak mengenal ybs, dan bila kenalpun, saya tidak berani menanyakan alasannya.
bagi saya, sebenarnya tidak terjadi polemik, hanya terjadi perbedaan pendapat dan sedikit perdebatan.
kita sedang membicarakan VINAYA Bro, Ajaran Sang Buddha dalam dirangkum menjadi SILA, SAMADHI, dan PANNA. apa yang anda uraikan di atas saya setujui sepenuhnya, dan memang demikianlah yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam konteks SAMADHI (Pikiran yang lebih tinggi), tapi di sini kita sedang membicarakan mengenai aspek SILA(moralitas) dalam hal ini VINAYA. bisakah anda membedakan?Suatu ketika, senior mendapat laporan bahwa di suatu pesta, terlihat seorang bhiksu menggendong wanita mabuk.
Terlebih lagi, apa yg ada dalam pikiran seseorang mustahil dapat kita perdebatkan di sini, bahkan seandainya ada di antara kita yg memiliki kesaktian membaca pikiran. Karena isi pikiran tidak bisa difoto dan ditampillkan di FB. tapi dari perilaku yg terdapat dalam foto, kita dapat menilai kurang lebih seperti apa pikiran ybs.
Suatu ketika, senior mendapat laporan bahwa di suatu pesta, terlihat seorang bhiksu menggendong wanita mabuk.
Senior: "Ngapain kamu ada di pesta?"
Junior: "Diundang umat boss, bukan kemauan saya."
Senior: "Lalu ngapain gendong cewek mabok?"
Junior: "Sekadar menolong, daripada cewek itu terkapar di lantai."
Senior: "Bukan karena nafsu?"
Junior: "Bukan."
Senior: "OK, kamu bebas sepenuhnya dari kesalahan."
3 bulan kemudian, terlihat 500 bhiksu di pesta sedang menggendong masing-masing cewek mabok. Ketika ditanya seniornya, semua menjawab alasan yang PERSIS sama. Dengan begitu, tidak ada vinaya yang dilanggar.
Disclaimer: ini adalah fiksi satir belaka, tidak ada hubungannya dengan kenyataan.
Kok terkesan seperti cerita-cerita bhikhu shaolin junior yang sedang diinterogasi bhiksu senior yang berjanggut panjang yah...Memang ini cerita junior diinterogasi senior. Kalau masalah janggut panjang, itu terserah kreativitas pembaca. :D
Memang ini cerita junior diinterogasi senior. Kalau masalah janggut panjang, itu terserah kreativitas pembaca. :D
yg biru,seseorang boleh saja berpikir untuk melakukan pembunuhan terhadap orang lain, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya selama belum diwujudkan dalam perbuatan. vinaya baru bertugas setelah adanya perbuatan. seorang bhikkhu juga boleh saja berpikir untuk bermain gitar, piano, atau apapun, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya, hanya setelah pikiran itu diwujudkan dalan perbuatan, saat itulah pelanggaran terjadi.
pelanggaran mungkin masih bisa ditoleransi seandainya dalam kasus menolong nyawa seseorang, tapi hanya demi bersenang2 dengan sekelompok anak muda, saya kira sama sekali tidak ada alasan untuk itu, mungkin Bro Wen jika mengenal ybs membantu menanyakan alasannya agar kita bisa menyelesaikan pelomik ini dalam tingkat forum DC.
saya hanya menambahkan,
sang Buddha mengajarkan agar selalu sadar atas apa yg timbul dan lenyap pada pikiran, baik pikiran baik maupun pikiran buruk, yg dipengaruhi oleh faktor seperti keinginan, ego, dll. ketika sadar apa yg ada dipikiran adalah pikiran buruk, maka pikiran kembali akan memberikan nilai/label bahwa ini adalah pikiran tidak baik yg tidak boleh dipikirkan/diikuti terus dan harus dilepaskan.
jadi pada tahap pikiran, sebenarnya sudah diajarkan apa yg seharusnya dan yg tidak seharusnya ada dalam pikiran.
saya tidak mengenal ybs, dan bila kenalpun, saya tidak berani menanyakan alasannya.
bagi saya, sebenarnya tidak terjadi polemik, hanya terjadi perbedaan pendapat dan sedikit perdebatan.
kita sedang membicarakan VINAYA Bro, Ajaran Sang Buddha dalam dirangkum menjadi SILA, SAMADHI, dan PANNA. apa yang anda uraikan di atas saya setujui sepenuhnya, dan memang demikianlah yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam konteks SAMADHI (Pikiran yang lebih tinggi), tapi di sini kita sedang membicarakan mengenai aspek SILA(moralitas) dalam hal ini VINAYA. bisakah anda membedakan?
Terlebih lagi, apa yg ada dalam pikiran seseorang mustahil dapat kita perdebatkan di sini, bahkan seandainya ada di antara kita yg memiliki kesaktian membaca pikiran. Karena isi pikiran tidak bisa difoto dan ditampillkan di FB. tapi dari perilaku yg terdapat dalam foto, kita dapat menilai kurang lebih seperti apa pikiran ybs.
kita sedang membicarakan VINAYA Bro, Ajaran Sang Buddha dalam dirangkum menjadi SILA, SAMADHI, dan PANNA. apa yang anda uraikan di atas saya setujui sepenuhnya, dan memang demikianlah yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam konteks SAMADHI (Pikiran yang lebih tinggi), tapi di sini kita sedang membicarakan mengenai aspek SILA(moralitas) dalam hal ini VINAYA. bisakah anda membedakan?Suatu ketika, senior mendapat laporan bahwa di suatu pesta, terlihat seorang bhiksu menggendong wanita mabuk.
Terlebih lagi, apa yg ada dalam pikiran seseorang mustahil dapat kita perdebatkan di sini, bahkan seandainya ada di antara kita yg memiliki kesaktian membaca pikiran. Karena isi pikiran tidak bisa difoto dan ditampillkan di FB. tapi dari perilaku yg terdapat dalam foto, kita dapat menilai kurang lebih seperti apa pikiran ybs.
Senior: "Ngapain kamu ada di pesta?"
Junior: "Diundang umat boss, bukan kemauan saya."
Senior: "Lalu ngapain gendong cewek mabok?"
Junior: "Sekadar menolong, daripada cewek itu terkapar di lantai."
Senior: "Bukan karena nafsu?"
Junior: "Bukan."
Senior: "OK, kamu bebas sepenuhnya dari kesalahan."
3 bulan kemudian, terlihat 500 bhiksu di pesta sedang menggendong masing-masing cewek mabok. Ketika ditanya seniornya, semua menjawab alasan yang PERSIS sama. Dengan begitu, tidak ada vinaya yang dilanggar.
Disclaimer: ini adalah fiksi satir belaka, tidak ada hubungannya dengan kenyataan.
"Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat wanita. Jika kondisi mengharuskan melihat wanita, maka janganlah berbicara dengan wanita. Jika kondisi mengharuskan berbicara dengan wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."
yg biru,seseorang boleh saja berpikir untuk melakukan pembunuhan terhadap orang lain, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya selama belum diwujudkan dalam perbuatan. vinaya baru bertugas setelah adanya perbuatan. seorang bhikkhu juga boleh saja berpikir untuk bermain gitar, piano, atau apapun, dan itu bukanlah pelanggaran vinaya, hanya setelah pikiran itu diwujudkan dalan perbuatan, saat itulah pelanggaran terjadi.
pelanggaran mungkin masih bisa ditoleransi seandainya dalam kasus menolong nyawa seseorang, tapi hanya demi bersenang2 dengan sekelompok anak muda, saya kira sama sekali tidak ada alasan untuk itu, mungkin Bro Wen jika mengenal ybs membantu menanyakan alasannya agar kita bisa menyelesaikan pelomik ini dalam tingkat forum DC.
saya hanya menambahkan,
sang Buddha mengajarkan agar selalu sadar atas apa yg timbul dan lenyap pada pikiran, baik pikiran baik maupun pikiran buruk, yg dipengaruhi oleh faktor seperti keinginan, ego, dll. ketika sadar apa yg ada dipikiran adalah pikiran buruk, maka pikiran kembali akan memberikan nilai/label bahwa ini adalah pikiran tidak baik yg tidak boleh dipikirkan/diikuti terus dan harus dilepaskan.
jadi pada tahap pikiran, sebenarnya sudah diajarkan apa yg seharusnya dan yg tidak seharusnya ada dalam pikiran.
saya tidak mengenal ybs, dan bila kenalpun, saya tidak berani menanyakan alasannya.
bagi saya, sebenarnya tidak terjadi polemik, hanya terjadi perbedaan pendapat dan sedikit perdebatan.
kita sedang membicarakan VINAYA Bro, Ajaran Sang Buddha dalam dirangkum menjadi SILA, SAMADHI, dan PANNA. apa yang anda uraikan di atas saya setujui sepenuhnya, dan memang demikianlah yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam konteks SAMADHI (Pikiran yang lebih tinggi), tapi di sini kita sedang membicarakan mengenai aspek SILA(moralitas) dalam hal ini VINAYA. bisakah anda membedakan?
Terlebih lagi, apa yg ada dalam pikiran seseorang mustahil dapat kita perdebatkan di sini, bahkan seandainya ada di antara kita yg memiliki kesaktian membaca pikiran. Karena isi pikiran tidak bisa difoto dan ditampillkan di FB. tapi dari perilaku yg terdapat dalam foto, kita dapat menilai kurang lebih seperti apa pikiran ybs.
ini berarti kembali lagi kesebelumnya bahwa menilai sebuah perilaku, tanpa menilai alasannya, yg berarti memisahkan perilaku dan alasan.
yg hijau,
benar, isi pikiran tidak bisa difoto, sehingga tidak ada yg tau isi pikiran ybs. jadi untuk apa dibahas dan diperdebatkan?
ini sama halnya seperti menilai sebuah buku tanpa melihat isinya. menilai kelakuan seorang bhikku tanpa melihat alasannya.
seperti yg sebelumnya yg saya katakan, bagi saya ini sudah terjadi persidangan. namun bila suara mayoritas mengatakan tidak, ya gpp juga.. saya hanya mengikuti suara mayoritas.kita sedang membicarakan VINAYA Bro, Ajaran Sang Buddha dalam dirangkum menjadi SILA, SAMADHI, dan PANNA. apa yang anda uraikan di atas saya setujui sepenuhnya, dan memang demikianlah yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam konteks SAMADHI (Pikiran yang lebih tinggi), tapi di sini kita sedang membicarakan mengenai aspek SILA(moralitas) dalam hal ini VINAYA. bisakah anda membedakan?Suatu ketika, senior mendapat laporan bahwa di suatu pesta, terlihat seorang bhiksu menggendong wanita mabuk.
Terlebih lagi, apa yg ada dalam pikiran seseorang mustahil dapat kita perdebatkan di sini, bahkan seandainya ada di antara kita yg memiliki kesaktian membaca pikiran. Karena isi pikiran tidak bisa difoto dan ditampillkan di FB. tapi dari perilaku yg terdapat dalam foto, kita dapat menilai kurang lebih seperti apa pikiran ybs.
Senior: "Ngapain kamu ada di pesta?"
Junior: "Diundang umat boss, bukan kemauan saya."
Senior: "Lalu ngapain gendong cewek mabok?"
Junior: "Sekadar menolong, daripada cewek itu terkapar di lantai."
Senior: "Bukan karena nafsu?"
Junior: "Bukan."
Senior: "OK, kamu bebas sepenuhnya dari kesalahan."
3 bulan kemudian, terlihat 500 bhiksu di pesta sedang menggendong masing-masing cewek mabok. Ketika ditanya seniornya, semua menjawab alasan yang PERSIS sama. Dengan begitu, tidak ada vinaya yang dilanggar.
Disclaimer: ini adalah fiksi satir belaka, tidak ada hubungannya dengan kenyataan.
baik, hanya ingin melihat dari vinaya secara baku? silahkan ke
http://dhammacitta.org/perpustakaan/peraturan-kedisiplinan-bhikkhu-panduan-untuk-umat-awam/
ke halaman 4, bagian Sanghādisesa, peraturan ke-2.
"Larangan melakukan kontak fisik dengan seorang wanita dengan niat penuh gairah. Karena peraturan inilah maka seorang bhikkhu menghindari kontak fisik dengan seorang wanita, terutama ketika makanan, minuman atau apapun diberikan secara langsung kepada seorang bhikkhu. "
IMO, cerita fiksi diatas adalah cerita yg terlalu dipaksakan dan IMO, sebuah contoh dimana senior tidak memiliki kecerdasan dan tidak memiliki otak untuk berpikir, dan adalah seorang senior yg hanya menelan bulat semua jawaban senior tanpa dicerna terlebih dahulu.
all:
sang Buddha mengatakan:
"Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat wanita. Jika kondisi mengharuskan melihat wanita, maka janganlah berbicara dengan wanita. Jika kondisi mengharuskan berbicara dengan wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."
dan dalam vinaya dikatakan/diartikan/ditafsirkan menjadi:
"Larangan melakukan kontak fisik dengan seorang wanita dengan niat penuh gairah. Karena peraturan inilah maka seorang bhikkhu menghindari kontak fisik dengan seorang wanita, terutama ketika makanan, minuman atau apapun diberikan secara langsung kepada seorang bhikkhu. "
sehingga, mohon gunakan kebijaksanaan dalam menelaah kalimat sang Buddha yang mengatakan:
"aku bertekad untuk tidak menikmati musik, tarian, dan hiburan-hiburan lainnya."
sekian dan terima kasih
baik, hanya ingin melihat dari vinaya secara baku? silahkan keKalau tidak menyentuhkan fisik dengan wanita, walaupun pikiran penuh gairah, tidak melanggar vinaya. Bukankah berarti vinaya mengatur perilaku bukannya pikiran?
http://dhammacitta.org/perpustakaan/peraturan-kedisiplinan-bhikkhu-panduan-untuk-umat-awam/
ke halaman 4, bagian Sanghādisesa, peraturan ke-2.
"Larangan melakukan kontak fisik dengan seorang wanita dengan niat penuh gairah. Karena peraturan inilah maka seorang bhikkhu menghindari kontak fisik dengan seorang wanita, terutama ketika makanan, minuman atau apapun diberikan secara langsung kepada seorang bhikkhu. "
IMO, cerita fiksi diatas adalah cerita yg terlalu dipaksakan dan IMO, sebuah contoh dimana senior tidak memiliki kecerdasan dan tidak memiliki otak untuk berpikir, dan adalah seorang senior yg hanya menelan bulat semua jawaban senior tanpa dicerna terlebih dahulu.Bukan hanya dipaksakan, tetapi sangat dilebih-lebihkan. Biasanya cerita seperti itu saya buat untuk orang yang kurang peka. Dan benar anda kurang peka. Yang saya maksudkan adalah "pikiran orang tidak bisa diketahui (kecuali dengan kesaktian tertentu), maka vinaya dibutuhkan untuk menjaga kepantasan perilaku seorang petapa." Ternyata anda melihat cerita itu hanya dari sisi "ketololan si senior" yang memang sudah jelas.
Nanti transformasi lagi: "Ananda, selama kau menjaga kewaspadaanmu, tidak apa bicara dengan wanita (main gitar), apalagi sekadar melihat."Quote"Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat wanita. Jika kondisi mengharuskan melihat wanita, maka janganlah berbicara dengan wanita. Jika kondisi mengharuskan berbicara dengan wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."
kalau di ganti :
"Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat gitar. Jika kondisi mengharuskan melihat gitar, maka janganlah bemain dengan gitar. Jika kondisi mengharuskan bemain dengan gitar, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."
i see i see i see
kalau di ganti :
"Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat wanita. Jika kondisi mengharuskan melihat wanita, maka janganlah koleksi foto wanita. Jika kondisi mengharuskan koleksi foto wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."
i see isee isee
[at] ryukhan katanya tripitaka dengan tipitaka hampir sama semua isinya, gak mungkin sutta ini terlewat ;D
Salah rujukan, ini board Tradisi Mahayana.
sepertinya ini malah bukannya melihat wanita lagi, malah hunting cari wanita buat dijadiin model, dah gitu diedit2 lagi di photoshop, keknya memang harus waspada ketika jadi fotographer, kalo gak hasilnya pasti blur, tar pas edit photoshopnya juga harus waspada kalau gak nanti hasil fotonya jelek =))Nanti transformasi lagi: "Ananda, selama kau menjaga kewaspadaanmu, tidak apa bicara dengan wanita (main gitar), apalagi sekadar melihat."Quote"Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat wanita. Jika kondisi mengharuskan melihat wanita, maka janganlah berbicara dengan wanita. Jika kondisi mengharuskan berbicara dengan wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."
kalau di ganti :
"Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat gitar. Jika kondisi mengharuskan melihat gitar, maka janganlah bemain dengan gitar. Jika kondisi mengharuskan bemain dengan gitar, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."
i see i see i see
kalau di ganti :
"Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat wanita. Jika kondisi mengharuskan melihat wanita, maka janganlah koleksi foto wanita. Jika kondisi mengharuskan koleksi foto wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."
i see isee isee
Ini akan jadi permulaan hancurnya vinaya.
"Inilah yang harus dilaksanakan oleh mereka yang tekun dalam kebaikan. Dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong. Merasa puas, mudah dirawat Tiada sibuk, sederhana hidupnya Tenang indrianya, selalu waspada Tahu malu, tidak melekat pada keluarga Tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh para Bijaksana."
" Hendaklah ia selalu berpikir: Semoga semua makhluk sejahtera dan damai, semoga semua makhluk berbahagia Makhluk apapun juga Baik yang lemah atau yang kuat tanpa kecuali Yang panjang atau yang besar yang sedang, pendek, kurus atau gemuk Yang terlihat atau tidak terlihat Yang jauh maupun yang dekat Yang telah terlahir atau yang akan dilahirkan Semoga semuanya berbahagia"
" Jangan menipu orang lain Atau menghina siapa saja, Janganlah karena marah dan benci Mengharapkan orang lain mendapat celaka Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya Untuk melindungi anaknya yang tunggal Demikianlah terhadap semua makhluk Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas Hendaknya pikiran kasih sayang Dipancarkannya ke seluruh penjuru alam, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling Tanpa rintangan, tanpa benci, atau permusuhan Sewaktu berdiri, berjalan, atau duduk Atau berbaring sesaat sebelum tidur Ia tekun mengembangkan kesadaran ini Yang dinamakan "Kediaman Brahma" Tidak berpegang pada pandangan yang salah Tekun dalam sila dan memiliki kebijaksanaan, Hingga bathinnya bersih dari segala nafsu indria Maka ia tak akan lahir lagi dalam rahim manapun juga"
This is what should be done By one who is skilled in goodness, And who knows the path of peace: Let them be able and upright, Straightforward and gentle in speech, Humble and not conceited, Contented and easily satisfied, Unburdened with duties and frugal in their ways. Peaceful and calm and wise and skillful, Not proud or demanding in nature. Let them not do the slightest thing That the wise would later reprove. Wishing: In gladness and in safety, May all beings be at ease. Whatever living beings there may be; Whether they are weak or strong, omitting none, The great or the mighty, medium, short or small, The seen and the unseen, Those living near and far away, Those born and to-be-born — May all beings be at ease! Let none deceive another, Or despise any being in any state. Let none through anger or ill-will Wish harm upon another. Even as a mother protects with her life Her child, her only child, So with a boundless heart Should one cherish all living beings; Radiating kindness over the entire world: Spreading upwards to the skies, And downwards to the depths; Outwards and unbounded, Freed from hatred and ill-will. Whether standing or walking, seated or lying down Free from drowsiness, One should sustain this recollection. This is said to be the sublime abiding. By not holding to fixed views, The pure-hearted one, having clarity of vision, Being freed from all sense desires, Is not born again into this world.
sebelum terlalu jauh mari kita merenungkan sebentar tentang iniQuote"Inilah yang harus dilaksanakan oleh mereka yang tekun dalam kebaikan. Dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong. Merasa puas, mudah dirawat Tiada sibuk, sederhana hidupnya Tenang indrianya, selalu waspada Tahu malu, tidak melekat pada keluarga Tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh para Bijaksana."
" Hendaklah ia selalu berpikir: Semoga semua makhluk sejahtera dan damai, semoga semua makhluk berbahagia Makhluk apapun juga Baik yang lemah atau yang kuat tanpa kecuali Yang panjang atau yang besar yang sedang, pendek, kurus atau gemuk Yang terlihat atau tidak terlihat Yang jauh maupun yang dekat Yang telah terlahir atau yang akan dilahirkan Semoga semuanya berbahagia"
" Jangan menipu orang lain Atau menghina siapa saja, Janganlah karena marah dan benci Mengharapkan orang lain mendapat celaka Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya Untuk melindungi anaknya yang tunggal Demikianlah terhadap semua makhluk Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas Hendaknya pikiran kasih sayang Dipancarkannya ke seluruh penjuru alam, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling Tanpa rintangan, tanpa benci, atau permusuhan Sewaktu berdiri, berjalan, atau duduk Atau berbaring sesaat sebelum tidur Ia tekun mengembangkan kesadaran ini Yang dinamakan "Kediaman Brahma" Tidak berpegang pada pandangan yang salah Tekun dalam sila dan memiliki kebijaksanaan, Hingga bathinnya bersih dari segala nafsu indria Maka ia tak akan lahir lagi dalam rahim manapun juga"QuoteThis is what should be done By one who is skilled in goodness, And who knows the path of peace: Let them be able and upright, Straightforward and gentle in speech, Humble and not conceited, Contented and easily satisfied, Unburdened with duties and frugal in their ways. Peaceful and calm and wise and skillful, Not proud or demanding in nature. Let them not do the slightest thing That the wise would later reprove. Wishing: In gladness and in safety, May all beings be at ease. Whatever living beings there may be; Whether they are weak or strong, omitting none, The great or the mighty, medium, short or small, The seen and the unseen, Those living near and far away, Those born and to-be-born — May all beings be at ease! Let none deceive another, Or despise any being in any state. Let none through anger or ill-will Wish harm upon another. Even as a mother protects with her life Her child, her only child, So with a boundless heart Should one cherish all living beings; Radiating kindness over the entire world: Spreading upwards to the skies, And downwards to the depths; Outwards and unbounded, Freed from hatred and ill-will. Whether standing or walking, seated or lying down Free from drowsiness, One should sustain this recollection. This is said to be the sublime abiding. By not holding to fixed views, The pure-hearted one, having clarity of vision, Being freed from all sense desires, Is not born again into this world.
hmm, terjemahan lama ada kata "luwes", kenapa terjemahan baru tidak ada yahh? jadi aku seharus nya menggunakan terjemahan lama yang ada kata "luwes" tapi yang ada dahulu dahh.
maksud nya mari kita melihat dengan dasar metta karena ajaran buddha kadang berhubungan dengan hal lain tidak hanya vinaya saja tapi ada dasar lain seperti metta.
yup seperti bhikku yang menyeberang atau menolong seorang gadis menyeberang.
jadi pelanggaran apakah anda berhak menghakimi atau dewan sangha yang berhak melakukan teguran?
saya tidak paham apa poin yg ingin anda sampaikan, di sini dan di thread sebelah kami sedang berusaha mengungkapkan pelanggaran sebagai pelanggaran dan bukan pelanggaran sebagai bukan pelanggaran, ada masalah dengan hal ini?
sebelum terlalu jauh mari kita merenungkan sebentar tentang inihmm, menarik sekali, karena memang sudah jauh saya mau menanggapi :Quote"Inilah yang harus dilaksanakan oleh mereka yang tekun dalam kebaikan. Dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong. Merasa puas, mudah dirawat Tiada sibuk, sederhana hidupnya Tenang indrianya, selalu waspada Tahu malu, tidak melekat pada keluarga Tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh para Bijaksana."
" Hendaklah ia selalu berpikir: Semoga semua makhluk sejahtera dan damai, semoga semua makhluk berbahagia Makhluk apapun juga Baik yang lemah atau yang kuat tanpa kecuali Yang panjang atau yang besar yang sedang, pendek, kurus atau gemuk Yang terlihat atau tidak terlihat Yang jauh maupun yang dekat Yang telah terlahir atau yang akan dilahirkan Semoga semuanya berbahagia"
" Jangan menipu orang lain Atau menghina siapa saja, Janganlah karena marah dan benci Mengharapkan orang lain mendapat celaka Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya Untuk melindungi anaknya yang tunggal Demikianlah terhadap semua makhluk Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas Hendaknya pikiran kasih sayang Dipancarkannya ke seluruh penjuru alam, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling Tanpa rintangan, tanpa benci, atau permusuhan Sewaktu berdiri, berjalan, atau duduk Atau berbaring sesaat sebelum tidur Ia tekun mengembangkan kesadaran ini Yang dinamakan "Kediaman Brahma" Tidak berpegang pada pandangan yang salah Tekun dalam sila dan memiliki kebijaksanaan, Hingga bathinnya bersih dari segala nafsu indria Maka ia tak akan lahir lagi dalam rahim manapun juga"QuoteThis is what should be done By one who is skilled in goodness, And who knows the path of peace: Let them be able and upright, Straightforward and gentle in speech, Humble and not conceited, Contented and easily satisfied, Unburdened with duties and frugal in their ways. Peaceful and calm and wise and skillful, Not proud or demanding in nature. Let them not do the slightest thing That the wise would later reprove. Wishing: In gladness and in safety, May all beings be at ease. Whatever living beings there may be; Whether they are weak or strong, omitting none, The great or the mighty, medium, short or small, The seen and the unseen, Those living near and far away, Those born and to-be-born — May all beings be at ease! Let none deceive another, Or despise any being in any state. Let none through anger or ill-will Wish harm upon another. Even as a mother protects with her life Her child, her only child, So with a boundless heart Should one cherish all living beings; Radiating kindness over the entire world: Spreading upwards to the skies, And downwards to the depths; Outwards and unbounded, Freed from hatred and ill-will. Whether standing or walking, seated or lying down Free from drowsiness, One should sustain this recollection. This is said to be the sublime abiding. By not holding to fixed views, The pure-hearted one, having clarity of vision, Being freed from all sense desires, Is not born again into this world.
hmm, terjemahan lama ada kata "luwes", kenapa terjemahan baru tidak ada yahh? jadi aku seharus nya menggunakan terjemahan lama yang ada kata "luwes" tapi yang ada dahulu dahh. ( nanti di cek lagi kenapa ada beda yahh?)
Inilah yang harus dilaksanakan oleh mereka yang tekun dalam kebaikan. Dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong. Merasa puas, mudah dirawat Tiada sibuk, sederhana hidupnya Tenang indrianya, selalu waspada Tahu malu, tidak melekat pada keluarga Tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh para Bijaksana."walau memang saya tidak pandai saya berusaha jujur, sangat jujur membabarkan ada hal yang membuat hati saya miris. dengan rendah hati, lemah lembut, tiada sombong saya membuat thread itu, merasa puas mudah dirawat Tiada sibuk, sederhana hidupku Tenang indriaku, selalu berusaha waspada Tahu malu, tidak melekat pada keluarga berusaha Tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh para Bijaksana."
" Hendaklah ia selalu berpikir: Semoga semua makhluk sejahtera dan damai, semoga semua makhluk berbahagia Makhluk apapun juga Baik yang lemah atau yang kuat tanpa kecuali Yang panjang atau yang besar yang sedang, pendek, kurus atau gemuk Yang terlihat atau tidak terlihat Yang jauh maupun yang dekat Yang telah terlahir atau yang akan dilahirkan Semoga semuanya berbahagia"amin
" Jangan menipu orang lain Atau menghina siapa saja, Janganlah karena marah dan benci Mengharapkan orang lain mendapat celaka Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya Untuk melindungi anaknya yang tunggal Demikianlah terhadap semua makhluk Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas Hendaknya pikiran kasih sayang Dipancarkannya ke seluruh penjuru alam, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling Tanpa rintangan, tanpa benci, atau permusuhan Sewaktu berdiri, berjalan, atau duduk Atau berbaring sesaat sebelum tidur Ia tekun mengembangkan kesadaran ini Yang dinamakan "Kediaman Brahma" Tidak berpegang pada pandangan yang salah Tekun dalam sila dan memiliki kebijaksanaan, Hingga bathinnya bersih dari segala nafsu indria Maka ia tak akan lahir lagi dalam rahim manapun juga"saya tidak menipu, karennya saya memberikan bukti, saya tidak menghina, tidak marah, tidak benci, tidak mengharapkan prang celaka Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya Untuk melindungi anaknya yang tunggal Demikianlah terhadap semua makhluk Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas Hendaknya pikiran kasih sayang Dipancarkannya ke seluruh penjuru alam, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling Tanpa rintangan, tanpa benci, atau permusuhan Sewaktu berdiri, berjalan, atau duduk Atau berbaring sesaat sebelum tidur Ia tekun mengembangkan kesadaran ini Yang dinamakan "Kediaman Brahma" Tidak berpegang pada pandangan yang salah seperti bermain gitar Tekun dalam sila dan memiliki kebijaksanaan, Hingga bathinnya bersih dari segala nafsu indria Maka ia tak akan lahir lagi dalam rahim manapun juga"
Bhikkhu bergitar maupun bersentuhan dengan wanita, selama dalam keadaan sadar, tetap dikatakan melanggar vinaya meskipun dilakukan dengan niat baik. Sebaliknya kalau dalam keadaan hilang kesadaran, tidak dikatakan melanggar vinaya.
baik, hanya ingin melihat dari vinaya secara baku? silahkan keKalau tidak menyentuhkan fisik dengan wanita, walaupun pikiran penuh gairah, tidak melanggar vinaya. Bukankah berarti vinaya mengatur perilaku bukannya pikiran?
http://dhammacitta.org/perpustakaan/peraturan-kedisiplinan-bhikkhu-panduan-untuk-umat-awam/
ke halaman 4, bagian Sanghādisesa, peraturan ke-2.
"Larangan melakukan kontak fisik dengan seorang wanita dengan niat penuh gairah. Karena peraturan inilah maka seorang bhikkhu menghindari kontak fisik dengan seorang wanita, terutama ketika makanan, minuman atau apapun diberikan secara langsung kepada seorang bhikkhu. "
Kemudian apakah seorang yang menempuh kehidupan petapa akan mencari-cari alasan untuk pegang-pegang wanita? Kembali lagi, untuk apa jadi petapa kalau masih mo pegang-pegang wanita?
Anda ragu vinaya dibuat untuk dipatuhi 100%, sementara saya sendiri ragu petapa yang cari-cari alasan melanggar vinaya memiliki tekad yang baik.QuoteIMO, cerita fiksi diatas adalah cerita yg terlalu dipaksakan dan IMO, sebuah contoh dimana senior tidak memiliki kecerdasan dan tidak memiliki otak untuk berpikir, dan adalah seorang senior yg hanya menelan bulat semua jawaban senior tanpa dicerna terlebih dahulu.Bukan hanya dipaksakan, tetapi sangat dilebih-lebihkan. Biasanya cerita seperti itu saya buat untuk orang yang kurang peka. Dan benar anda kurang peka. Yang saya maksudkan adalah "pikiran orang tidak bisa diketahui (kecuali dengan kesaktian tertentu), maka vinaya dibutuhkan untuk menjaga kepantasan perilaku seorang petapa." Ternyata anda melihat cerita itu hanya dari sisi "ketololan si senior" yang memang sudah jelas.
maksud nya mari kita melihat dengan dasar metta karena ajaran buddha kadang berhubungan dengan hal lain tidak hanya vinaya saja tapi ada dasar lain seperti metta.
saya tidak melihat adanya pertentangan antara vinaya dan metta.
apakah maksud anda seseorang mungkin melakukan pelanggaran vinaya demi metta?
saya tidak melihat ada alasan apapun yg dapat membenarkan suatu pelanggaran.
misalnya demi untuk menyelamatkan nyawa orang lain, seorang bhikkhu terpaksa melakukan pelanggaran, maka itu bisa dikatakan demi metta, "demi metta aku melakukan pelanggaran." tapi bukan berarti tidak ada pelanggaran di situ, melainkan dia siap menerima resiko dari pelanggaran itu.
jadi pelanggaran apakah anda berhak menghakimi atau dewan sangha yang berhak melakukan teguran?
[at] adi lim
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
Mungkin sadar yang dimaksud Bro yasavaddhano adalah "sengaja"? Kalau bhiksu berjalan dan tiba-tiba tersandung, hilang keseimbangan, terhempas dan memeluk wanita dengan tidak sengaja, tentu saja bukan pelanggaran vinaya. Atau bisa juga tidak "sadar/tahu" minuman bening transparan di gelas adalah campuran gin dan meminumnya, maka tidak melanggar. :DBhikkhu bergitar maupun bersentuhan dengan wanita, selama dalam keadaan sadar, tetap dikatakan melanggar vinaya meskipun dilakukan dengan niat baik. Sebaliknya kalau dalam keadaan hilang kesadaran, tidak dikatakan melanggar vinaya.
Kalau orang mabuk membunuh, apakah termasuk hilang kesadaran atau tidak ?
Kenapa diajak duduk di pinggir sungai?[at] adi lim
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
liat situasi sungainya dulu, mendingan diajak duduk berdua di pinggir sungai aja, lebih aman
[at] adi limliat wanitanya, cantik gak =))
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
Kenapa diajak duduk di pinggir sungai?[at] adi lim
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
liat situasi sungainya dulu, mendingan diajak duduk berdua di pinggir sungai aja, lebih aman
[at] adi limliat wanitanya, cantik gak =))
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
lebih kondusif, emangnya gue mermaid...?Merman kali...
lebih kondusif, emangnya gue mermaid...?Merman kali...
Tapi setelah sungainya sudah surut, tidak berarus kuat, gimana? Digendong ke seberangkah?
[TBS] GENDONG DONG [/TBS][at] adi limliat wanitanya, cantik gak =))
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
Cantik dan bahenol luar biasa.
berarti cewek itu lumpuh, gendonglah, tapi kalo gak lumpuh, "jalan aja sendiri"Kondisinya kira-kira sungai itu bisa dilewati pria (yang umumnya lebih kuat dari wanita), tapi tidak oleh wanita.
Orang mabuk atau memakai narkoba tidak hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Bhikkhu bergitar maupun bersentuhan dengan wanita, selama dalam keadaan sadar, tetap dikatakan melanggar vinaya meskipun dilakukan dengan niat baik. Sebaliknya kalau dalam keadaan hilang kesadaran, tidak dikatakan melanggar vinaya.
Kalau orang mabuk membunuh, apakah termasuk hilang kesadaran atau tidak ?
Mungkin sadar yang dimaksud Bro yasavaddhano adalah "sengaja"? Kalau bhiksu berjalan dan tiba-tiba tersandung, hilang keseimbangan, terhempas dan memeluk wanita dengan tidak sengaja, tentu saja bukan pelanggaran vinaya. Atau bisa juga tidak "sadar/tahu" minuman bening transparan di gelas adalah campuran gin dan meminumnya, maka tidak melanggar. :D
[TBS] GENDONG DONG [/TBS]Jangan pakai mode TBS donk. Dengan mahaguru yang serumah dengan istri dan hidup dalam kemewahan, saya khawatir tanpa diminta pun bisa langsung gendong paksa.
Berarti benar kata Bro dilbert, kalau orang mabuk dan membunuh, tidak apa-apa?Orang mabuk atau memakai narkoba tidak hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Bhikkhu bergitar maupun bersentuhan dengan wanita, selama dalam keadaan sadar, tetap dikatakan melanggar vinaya meskipun dilakukan dengan niat baik. Sebaliknya kalau dalam keadaan hilang kesadaran, tidak dikatakan melanggar vinaya.
Kalau orang mabuk membunuh, apakah termasuk hilang kesadaran atau tidak ?Mungkin sadar yang dimaksud Bro yasavaddhano adalah "sengaja"? Kalau bhiksu berjalan dan tiba-tiba tersandung, hilang keseimbangan, terhempas dan memeluk wanita dengan tidak sengaja, tentu saja bukan pelanggaran vinaya. Atau bisa juga tidak "sadar/tahu" minuman bening transparan di gelas adalah campuran gin dan meminumnya, maka tidak melanggar. :D
Yang dimaksud sadar adalah mengetahui dan menyadari dirinya melakukan suatu perbuatan. Jadi meskipun terjatuh sehingga dirinya memeluk wanita dengan tidak sengaja, tetap saja dirinya mengetahui kalau ada bagian tubuh wanita yang sedang bersentuhan dengan dirinya.
Juga kalau dirinya minum minuman yang tidak seharusnya diminum, meskipun sebelumnya dirinya tidak tahu minuman itu tidak pantas, tetap saja dirinya mengetahui dan menyadari kalau ada cairan yang sedang masuk ke dalam tubuhnya.
Orang mabuk bukan hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Berarti benar kata Bro dilbert, kalau orang mabuk dan membunuh, tidak apa-apa?Orang mabuk atau memakai narkoba tidak hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Bhikkhu bergitar maupun bersentuhan dengan wanita, selama dalam keadaan sadar, tetap dikatakan melanggar vinaya meskipun dilakukan dengan niat baik. Sebaliknya kalau dalam keadaan hilang kesadaran, tidak dikatakan melanggar vinaya.
Kalau orang mabuk membunuh, apakah termasuk hilang kesadaran atau tidak ?Mungkin sadar yang dimaksud Bro yasavaddhano adalah "sengaja"? Kalau bhiksu berjalan dan tiba-tiba tersandung, hilang keseimbangan, terhempas dan memeluk wanita dengan tidak sengaja, tentu saja bukan pelanggaran vinaya. Atau bisa juga tidak "sadar/tahu" minuman bening transparan di gelas adalah campuran gin dan meminumnya, maka tidak melanggar. :D
Yang dimaksud sadar adalah mengetahui dan menyadari dirinya melakukan suatu perbuatan. Jadi meskipun terjatuh sehingga dirinya memeluk wanita dengan tidak sengaja, tetap saja dirinya mengetahui kalau ada bagian tubuh wanita yang sedang bersentuhan dengan dirinya.
Juga kalau dirinya minum minuman yang tidak seharusnya diminum, meskipun sebelumnya dirinya tidak tahu minuman itu tidak pantas, tetap saja dirinya mengetahui dan menyadari kalau ada cairan yang sedang masuk ke dalam tubuhnya.
berarti cewek itu lumpuh, gendonglah, tapi kalo gak lumpuh, "jalan aja sendiri"Kondisinya kira-kira sungai itu bisa dilewati pria (yang umumnya lebih kuat dari wanita), tapi tidak oleh wanita.
Orang mabuk bukan hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Contoh hilang kesadaran itu bagaimana?
[at] adi limliat wanitanya, cantik gak =))
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
Cantik dan bahenol luar biasa.
Ya pertama-tama akan gw nego dehhh:D Mau dibawa pulang untuk apa? Ingat lho ini kondisinya "sudah beristri".
untuk digandong pulang aja .... dari pada gendong lewat sungai...bisa berbahaya....sakit dan masuk angin nanti...
kalau gak mau... gw bilang ada water boom lho di kota gw... lebih asyik lagi... ngapain nyeberangin sungai...nanti malah kesedot lintah darat lho...
Contohnya seperti pingsan. Saat terjatuh dirinya tidak mengetahui dan merasakan apapun.Orang mabuk bukan hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Contoh hilang kesadaran itu bagaimana?
Contohnya seperti pingsan. Saat terjatuh dirinya tidak mengetahui dan merasakan apapun.Dalam Tradisi Theravada, vinaya tentang larangan konsumsi minuman keras itu bermula dari kisah Bhikkhu Sagata yang dalam keadaan mabuk dibawa ke Buddha dengan kepala menghadap ke Buddha, tapi karena mabuk, mengubah posisinya menghadapkan kakinya ke Buddha.
Orang mabuk ketika mau membunuh, tentu terlebih dahulu melihat dan mengetahui musuhnya. Reaksi ketika ia mengetahui yang mana musuhnya dan timbulnya rasa benci dalam dirinya menunjukkan dirinya dalam keadaan sadar.
Yang dimaksud sadar adalah mengetahui dan menyadari dirinya melakukan suatu perbuatan. Jadi meskipun terjatuh sehingga dirinya memeluk wanita dengan tidak sengaja, tetap saja dirinya mengetahui kalau ada bagian tubuh wanita yang sedang bersentuhan dengan dirinya.(2) Apakah ini maksudnya telah terjadi pelanggaran vinaya di sini?
Juga kalau dirinya minum minuman yang tidak seharusnya diminum, meskipun sebelumnya dirinya tidak tahu minuman itu tidak pantas, tetap saja dirinya mengetahui dan menyadari kalau ada cairan yang sedang masuk ke dalam tubuhnya.
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
Biasanya ada rakit, tapi karena terlambat pulang, jadi tukang rakitnya sudah tidak beroperasi.Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
Kalo saya jadi suami orang...
Saya tidak langsung menggendongnya lah... Liat dulu, masa gak ada perahu? Atau orang lain yang saja, selain saya? Lalu biasanya wanita lain nyebrang pake apa? ;D
Contohnya seperti pingsan. Saat terjatuh dirinya tidak mengetahui dan merasakan apapun.Orang mabuk bukan hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Contoh hilang kesadaran itu bagaimana?
Orang mabuk ketika mau membunuh, tentu terlebih dahulu melihat dan mengetahui musuhnya. Reaksi ketika ia mengetahui yang mana musuhnya dan timbulnya rasa benci dalam dirinya menunjukkan dirinya dalam keadaan sadar.
Klo menurut aku tingkat kesadaran pada orang gila masih ada walaupun sudah sangat lemah. Orang gila masih bisa menggerakkan tangannya untuk mengambil suatu benda yang diinginkannya walaupun benda itu tidak dikenalinya lagi. Karena itu ada orang gila yang masih bisa dikembalikan menjadi orang normal.Contohnya seperti pingsan. Saat terjatuh dirinya tidak mengetahui dan merasakan apapun.Orang mabuk bukan hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Contoh hilang kesadaran itu bagaimana?
Orang mabuk ketika mau membunuh, tentu terlebih dahulu melihat dan mengetahui musuhnya. Reaksi ketika ia mengetahui yang mana musuhnya dan timbulnya rasa benci dalam dirinya menunjukkan dirinya dalam keadaan sadar.
Bagaimana dengan orang gila?
Klo menurut aku tingkat kesadaran pada orang gila masih ada walaupun sudah sangat lemah. Orang gila masih bisa menggerakkan tangannya untuk mengambil suatu benda yang diinginkannya walaupun benda itu tidak dikenalinya lagi. Karena itu ada orang gila yang masih bisa dikembalikan menjadi orang normal.Contohnya seperti pingsan. Saat terjatuh dirinya tidak mengetahui dan merasakan apapun.Orang mabuk bukan hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Contoh hilang kesadaran itu bagaimana?
Orang mabuk ketika mau membunuh, tentu terlebih dahulu melihat dan mengetahui musuhnya. Reaksi ketika ia mengetahui yang mana musuhnya dan timbulnya rasa benci dalam dirinya menunjukkan dirinya dalam keadaan sadar.
Bagaimana dengan orang gila?
Klo gak salah dalam riwayat Buddha juga ada seorang perempuan gila . Setelah mendengar khotbah Buddha, perempuan gila itu kembali menjadi orang normal. Sebelum khotbah dilanjutkan, orang itu diberi pakaiannyaterlebih dahulu. (Klo ada yang tahu, kasih tahu donk ceritanya).
Klo menurut aku tingkat kesadaran pada orang gila masih ada walaupun sudah sangat lemah. Orang gila masih bisa menggerakkan tangannya untuk mengambil suatu benda yang diinginkannya walaupun benda itu tidak dikenalinya lagi. Karena itu ada orang gila yang masih bisa dikembalikan menjadi orang normal.Itu kisah Patacara yang kehilangan suami dan kedua anak pada saat perjalanan ke rumah orang tua. Setelah sampai di kota, seluruh keluarganya juga mati karena kebakaran, maka ia kehilangan kewarasan.
Klo gak salah dalam riwayat Buddha juga ada seorang perempuan gila . Setelah mendengar khotbah Buddha, perempuan gila itu kembali menjadi orang normal. Sebelum khotbah dilanjutkan, orang itu diberi pakaiannyaterlebih dahulu. (Klo ada yang tahu, kasih tahu donk ceritanya).
Klo menurut aku tingkat kesadaran pada orang gila masih ada walaupun sudah sangat lemah. Orang gila masih bisa menggerakkan tangannya untuk mengambil suatu benda yang diinginkannya walaupun benda itu tidak dikenalinya lagi. Karena itu ada orang gila yang masih bisa dikembalikan menjadi orang normal.Contohnya seperti pingsan. Saat terjatuh dirinya tidak mengetahui dan merasakan apapun.Orang mabuk bukan hilang kesadaran, tetapi lemahnya kesadaran.Contoh hilang kesadaran itu bagaimana?
Orang mabuk ketika mau membunuh, tentu terlebih dahulu melihat dan mengetahui musuhnya. Reaksi ketika ia mengetahui yang mana musuhnya dan timbulnya rasa benci dalam dirinya menunjukkan dirinya dalam keadaan sadar.
Bagaimana dengan orang gila?
Klo gak salah dalam riwayat Buddha juga ada seorang perempuan gila . Setelah mendengar khotbah Buddha, perempuan gila itu kembali menjadi orang normal. Sebelum khotbah dilanjutkan, orang itu diberi pakaiannyaterlebih dahulu. (Klo ada yang tahu, kasih tahu donk ceritanya).
Klo menurut aku tingkat kesadaran pada orang gila masih ada walaupun sudah sangat lemah. Orang gila masih bisa menggerakkan tangannya untuk mengambil suatu benda yang diinginkannya walaupun benda itu tidak dikenalinya lagi. Karena itu ada orang gila yang masih bisa dikembalikan menjadi orang normal.Itu kisah Patacara yang kehilangan suami dan kedua anak pada saat perjalanan ke rumah orang tua. Setelah sampai di kota, seluruh keluarganya juga mati karena kebakaran, maka ia kehilangan kewarasan.
Klo gak salah dalam riwayat Buddha juga ada seorang perempuan gila . Setelah mendengar khotbah Buddha, perempuan gila itu kembali menjadi orang normal. Sebelum khotbah dilanjutkan, orang itu diberi pakaiannyaterlebih dahulu. (Klo ada yang tahu, kasih tahu donk ceritanya).
Di dalam hukum positif, malah orang yang dikatakan hilang kewarasan-annya tidak bisa dihukum, beda dengan orang yang mabuk melakukan perbuatan kriminal, hukuman tetap berat.Seperti juga dikatakan dalam Milinda Panha, kalau seorang gila memukul Raja Milinda, paling-paling hanya dicambuk lalu dilepas. Kalau orang waras, hukumannya bisa sampai potong anggota badan.
Apakah orang gila kesadarannya lebih lemah dari orang mabuk ?
[at] adi lim
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
[at] adi lim
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
saya tidak akan mengendongnya, berat tahu !
apalagi wanitanya berbadan besar/gemuk ! weleh weleh ........ ogah ah. =)) =))
_/\_
[at] adi limliat wanitanya, cantik gak =))
Betul, saya pikir menilai benar dan salah berbeda dengan menghakimi orangnya. Kita juga sering membahas apakah pembunuhan, pencurian, dsb, adalah salah atau benar, tapi kita tidak pernah menetapkan hukuman apa pun.
----
Saya ada pertanyaan, siapa saja boleh jawab:
Jika anda seorang umat awam, sudah beristri, sedang bepergian ke luar kota sendirian. Lalu di tengah jalan ada wanita yang minta digendong menyeberang sungai, apakah anda lantas menggendongnya?
Cantik dan bahenol luar biasa.
Seperti juga dikatakan dalam Milinda Panha, kalau seorang gila memukul Raja Milinda, paling-paling hanya dicambuk lalu dilepas. Kalau orang waras, hukumannya bisa sampai potong anggota badan.
Dari segi hukum juga kalau orang dinyatakan tidak waras, maka bisa bebas dari tuntutan hukum tertentu.
Menurut saya, kalau vinaya itu mengatur perbuatan badan. Perbuatan sengaja (apa pun motifnya), dilakukan dengan niat (apakah mabuk atau tidak), tetap salah. Perbuatan tidak sengaja seperti halnya bhiksu tersandung, menyentuh wanita secara tidak sengaja, maka tidak melanggar vinaya.
Kalau dari segi karma, sepertinya perbuatan (apakah pikiran, ucapan, atau badan) yang dilakukan dengan kesadaran lemah, memiliki karma yang lebih lemah pula.
Saya punya cerita singkat yang berhubungan dengan kalimat yang di-bold...Sepertinya tidak melanggar vinaya. Mungkin berusaha menyadari agar tidak terulang kembali, bukan melupakan begitu saja.
Dulu teman wanita di kantor saya pernah secara tidak sengaja menyenggol tubuh Bhikkhu Pannavaro di vihara, sebab saat itu kondisinya sedang berdesak-desakan. Teman saya sempat mendengar Bhikkhu Pannavaro berkata seperti ini: "Eh, tadi yang sempat menyenggol saya, laki-laki atau perempuan?" (*dengan intonasi yang sedikit curiga). Meskipun teman saya sempat mendengar beliau berkata seperti itu, namun teman saya yang tidak enak hati langsung pergi begitu saja. Ada kemungkinan bahwa Bhikkhu Pannavaro memiliki rasa bersalah pada Vinaya karena sepertinya telah "disenggol" wanita. Meskipun beliau sendiri bukan yang menyenggol, meskipun beliau sendiri tidak ada niat untuk menyenggol, dan meskipun sepertinya itu bukan pelanggaran Vinaya; namun Bhikkhu Pannavaro tampaknya memang cukup disiplin dalam menjalankan Vinaya.
Saya punya cerita singkat yang berhubungan dengan kalimat yang di-bold...Sepertinya tidak melanggar vinaya. Mungkin berusaha menyadari agar tidak terulang kembali, bukan melupakan begitu saja.
Dulu teman wanita di kantor saya pernah secara tidak sengaja menyenggol tubuh Bhikkhu Pannavaro di vihara, sebab saat itu kondisinya sedang berdesak-desakan. Teman saya sempat mendengar Bhikkhu Pannavaro berkata seperti ini: "Eh, tadi yang sempat menyenggol saya, laki-laki atau perempuan?" (*dengan intonasi yang sedikit curiga). Meskipun teman saya sempat mendengar beliau berkata seperti itu, namun teman saya yang tidak enak hati langsung pergi begitu saja. Ada kemungkinan bahwa Bhikkhu Pannavaro memiliki rasa bersalah pada Vinaya karena sepertinya telah "disenggol" wanita. Meskipun beliau sendiri bukan yang menyenggol, meskipun beliau sendiri tidak ada niat untuk menyenggol, dan meskipun sepertinya itu bukan pelanggaran Vinaya; namun Bhikkhu Pannavaro tampaknya memang cukup disiplin dalam menjalankan Vinaya.
bagaimana kalau anaknya, bahkan cucunya ?Saya punya cerita singkat yang berhubungan dengan kalimat yang di-bold...Sepertinya tidak melanggar vinaya. Mungkin berusaha menyadari agar tidak terulang kembali, bukan melupakan begitu saja.
Dulu teman wanita di kantor saya pernah secara tidak sengaja menyenggol tubuh Bhikkhu Pannavaro di vihara, sebab saat itu kondisinya sedang berdesak-desakan. Teman saya sempat mendengar Bhikkhu Pannavaro berkata seperti ini: "Eh, tadi yang sempat menyenggol saya, laki-laki atau perempuan?" (*dengan intonasi yang sedikit curiga). Meskipun teman saya sempat mendengar beliau berkata seperti itu, namun teman saya yang tidak enak hati langsung pergi begitu saja. Ada kemungkinan bahwa Bhikkhu Pannavaro memiliki rasa bersalah pada Vinaya karena sepertinya telah "disenggol" wanita. Meskipun beliau sendiri bukan yang menyenggol, meskipun beliau sendiri tidak ada niat untuk menyenggol, dan meskipun sepertinya itu bukan pelanggaran Vinaya; namun Bhikkhu Pannavaro tampaknya memang cukup disiplin dalam menjalankan Vinaya.
Beda banget dengan yang ini ya?
(http://i988.photobucket.com/albums/af6/monkmajenun/Monkgirlfriend.jpg)
Jika yg berjubah itu seorang samanera apakah boleh bergandengan tangan?
No comment. :)Sepertinya tidak melanggar vinaya. Mungkin berusaha menyadari agar tidak terulang kembali, bukan melupakan begitu saja.
Beda banget dengan yang ini ya?
(http://i988.photobucket.com/albums/af6/monkmajenun/Monkgirlfriend.jpg)
Jika yg berjubah itu seorang samanera apakah boleh bergandengan tangan?
No comment. :)Sepertinya tidak melanggar vinaya. Mungkin berusaha menyadari agar tidak terulang kembali, bukan melupakan begitu saja.
Beda banget dengan yang ini ya?
(http://i988.photobucket.com/albums/af6/monkmajenun/Monkgirlfriend.jpg)
Jika yg berjubah itu seorang samanera apakah boleh bergandengan tangan?
Setiap sekolah punya aturan sendiri. Mungkin dianggap sudah padam semua nafsunya, jadi tidak apa-apa.
[at] 3K
Dalam Tradisi Theravada, dengan ibu atau saudara wanita sendiri juga vinaya tetap berlaku. Entahlah dengan yang lain.
mungkin karena:Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
cewek: saya mau nyeberang, tapi takut ketabrak mobil, tulung dong...
bhante: sini saya gandeng ...
mungkin karena:Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
cewek: saya mau nyeberang, tapi takut ketabrak mobil, tulung dong...
bhante: sini saya gandeng ...
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
Anda serius mengatakannya? Lagi-lagi anda tidak tahu saya menyindir anda secara pribadi?mungkin karena:Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
cewek: saya mau nyeberang, tapi takut ketabrak mobil, tulung dong...
bhante: sini saya gandeng ...
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
bro Kainyn_Kutho, terima kasih atas jawabannya
=)) jadi teringat kejadian debat Hudoyo dengan Fabian =))Anda serius mengatakannya? Lagi-lagi anda tidak tahu saya menyindir anda secara pribadi?mungkin karena:Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
cewek: saya mau nyeberang, tapi takut ketabrak mobil, tulung dong...
bhante: sini saya gandeng ...
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
bro Kainyn_Kutho, terima kasih atas jawabannya
=)) jadi teringat kejadian debat Hudoyo dengan Fabian =))
Sepertinya bukan. Maksudnya tidak berasa lagi disindir.=)) jadi teringat kejadian debat Hudoyo dengan Fabian =))
Pakai jurus sindiran pribadi?
Sepertinya bukan. Maksudnya tidak berasa lagi disindir.
Anda serius mengatakannya? Lagi-lagi anda tidak tahu saya menyindir anda secara pribadi?mungkin karena:Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
cewek: saya mau nyeberang, tapi takut ketabrak mobil, tulung dong...
bhante: sini saya gandeng ...
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
bro Kainyn_Kutho, terima kasih atas jawabannya
waktu Fabian memposting telah tercerahkan, dan pak Hudoyo merasa postingan itu benar adanya, bahkan sampai disebar ke milis2 Fabian telah takluk =)) =))=)) jadi teringat kejadian debat Hudoyo dengan Fabian =))
Pakai jurus sindiran pribadi?
waktu Fabian memposting telah tercerahkan, dan pak Hudoyo merasa postingan itu benar adanya, bahkan sampai disebar ke milis2 Fabian telah takluk =)) =))
oh, bro Kainyn_Kutho sedang menyindir saya? bisa dijelaskan kalimat mana yg bro Kainyn_Kutho maksudkan?
Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
oh, bro Kainyn_Kutho sedang menyindir saya? bisa dijelaskan kalimat mana yg bro Kainyn_Kutho maksudkan?Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
OK, saya coba jelaskan. Entah anda tahu atau tidak, Bro Indra juga mengeluarkan statement sarkastis di mana wanita itu mungkin ketakutan dan minta di-"tulung" dan disambut oleh si bhante. Saya pun menimpali lagi dengan sarkasme bahwa "Banyak kemungkinannya (=alasan bhiksu gandeng tangan). Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya." Yang dengan kata lain "gandeng-gandengan juga tidak melanggar asalkan alasannya tepat" yang adalah pernyataan anda sebelumnya bahwa vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku.
saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya"."Melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya. Adalah tidak melanggar jika alasannya tepat dan melanggar bila alasannya tidak tepat."
kalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.Apakah sekarang anda mau menggeser prinsip lagi menjadi "vinaya berhubungan dengan alasan sebenarnya bukan alasan di balik alasan sebenarnya"?
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
saya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.OK, mungkin saya salah tangkap. Untuk itu saya minta jawaban yang tidak ambigu.
Jadi vinaya mengatur perilaku atau alasan, atau keduanya?
andan mengatakan :oh, bro Kainyn_Kutho sedang menyindir saya? bisa dijelaskan kalimat mana yg bro Kainyn_Kutho maksudkan?Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
OK, saya coba jelaskan. Entah anda tahu atau tidak, Bro Indra juga mengeluarkan statement sarkastis di mana wanita itu mungkin ketakutan dan minta di-"tulung" dan disambut oleh si bhante. Saya pun menimpali lagi dengan sarkasme bahwa "Banyak kemungkinannya (=alasan bhiksu gandeng tangan). Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya." Yang dengan kata lain "gandeng-gandengan juga tidak melanggar asalkan alasannya tepat" yang adalah pernyataan anda sebelumnya bahwa vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku.
saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
kalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
saya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
andan mengatakan :oh, bro Kainyn_Kutho sedang menyindir saya? bisa dijelaskan kalimat mana yg bro Kainyn_Kutho maksudkan?Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
OK, saya coba jelaskan. Entah anda tahu atau tidak, Bro Indra juga mengeluarkan statement sarkastis di mana wanita itu mungkin ketakutan dan minta di-"tulung" dan disambut oleh si bhante. Saya pun menimpali lagi dengan sarkasme bahwa "Banyak kemungkinannya (=alasan bhiksu gandeng tangan). Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya." Yang dengan kata lain "gandeng-gandengan juga tidak melanggar asalkan alasannya tepat" yang adalah pernyataan anda sebelumnya bahwa vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku.
saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
kalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
saya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
"melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
maksudnya apa? apakah sebuah pelanggaran dibutuhkan alasan? apakah alasan bisa dipakai pembenaran sebuah pelanggaran?
Kelihatannya seperti alasan di balik alasan di balik alasan di balik alasan sebenarnya.andan mengatakan :oh, bro Kainyn_Kutho sedang menyindir saya? bisa dijelaskan kalimat mana yg bro Kainyn_Kutho maksudkan?Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
OK, saya coba jelaskan. Entah anda tahu atau tidak, Bro Indra juga mengeluarkan statement sarkastis di mana wanita itu mungkin ketakutan dan minta di-"tulung" dan disambut oleh si bhante. Saya pun menimpali lagi dengan sarkasme bahwa "Banyak kemungkinannya (=alasan bhiksu gandeng tangan). Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya." Yang dengan kata lain "gandeng-gandengan juga tidak melanggar asalkan alasannya tepat" yang adalah pernyataan anda sebelumnya bahwa vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku.
saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
kalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
saya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
"melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
maksudnya apa? apakah sebuah pelanggaran dibutuhkan alasan? apakah alasan bisa dipakai pembenaran sebuah pelanggaran?
Alasan UPAYA KAUSALYA kan bisa...
andan mengatakan :oh, bro Kainyn_Kutho sedang menyindir saya? bisa dijelaskan kalimat mana yg bro Kainyn_Kutho maksudkan?Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
OK, saya coba jelaskan. Entah anda tahu atau tidak, Bro Indra juga mengeluarkan statement sarkastis di mana wanita itu mungkin ketakutan dan minta di-"tulung" dan disambut oleh si bhante. Saya pun menimpali lagi dengan sarkasme bahwa "Banyak kemungkinannya (=alasan bhiksu gandeng tangan). Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya." Yang dengan kata lain "gandeng-gandengan juga tidak melanggar asalkan alasannya tepat" yang adalah pernyataan anda sebelumnya bahwa vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku.
saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
kalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
saya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
"melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
maksudnya apa? apakah sebuah pelanggaran dibutuhkan alasan? apakah alasan bisa dipakai pembenaran sebuah pelanggaran?
Alasan UPAYA KAUSALYA kan bisa...
Kelihatannya seperti alasan di balik alasan di balik alasan di balik alasan sebenarnya.andan mengatakan :oh, bro Kainyn_Kutho sedang menyindir saya? bisa dijelaskan kalimat mana yg bro Kainyn_Kutho maksudkan?Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
OK, saya coba jelaskan. Entah anda tahu atau tidak, Bro Indra juga mengeluarkan statement sarkastis di mana wanita itu mungkin ketakutan dan minta di-"tulung" dan disambut oleh si bhante. Saya pun menimpali lagi dengan sarkasme bahwa "Banyak kemungkinannya (=alasan bhiksu gandeng tangan). Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya." Yang dengan kata lain "gandeng-gandengan juga tidak melanggar asalkan alasannya tepat" yang adalah pernyataan anda sebelumnya bahwa vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku.
saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
kalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
saya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
"melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
maksudnya apa? apakah sebuah pelanggaran dibutuhkan alasan? apakah alasan bisa dipakai pembenaran sebuah pelanggaran?
Alasan UPAYA KAUSALYA kan bisa...
andan mengatakan :oh, bro Kainyn_Kutho sedang menyindir saya? bisa dijelaskan kalimat mana yg bro Kainyn_Kutho maksudkan?Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
OK, saya coba jelaskan. Entah anda tahu atau tidak, Bro Indra juga mengeluarkan statement sarkastis di mana wanita itu mungkin ketakutan dan minta di-"tulung" dan disambut oleh si bhante. Saya pun menimpali lagi dengan sarkasme bahwa "Banyak kemungkinannya (=alasan bhiksu gandeng tangan). Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya." Yang dengan kata lain "gandeng-gandengan juga tidak melanggar asalkan alasannya tepat" yang adalah pernyataan anda sebelumnya bahwa vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku.
saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
kalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
saya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
"melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
maksudnya apa? apakah sebuah pelanggaran dibutuhkan alasan? apakah alasan bisa dipakai pembenaran sebuah pelanggaran?
Alasan UPAYA KAUSALYA kan bisa...
terlalu cepat jika mengeluarkan jurus ini. jurus ini khusus dipakai jika sudah sampai pada titik DEADLOCK
andan mengatakan :oh, bro Kainyn_Kutho sedang menyindir saya? bisa dijelaskan kalimat mana yg bro Kainyn_Kutho maksudkan?Banyak kemungkinannya. Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya.
(Kembali lagi kalau satu dibenarkan dengan satu alasan, besok-besok ada 500 bergandengan tangan seperti itu dengan alasan sama, berarti tidak pernah ada pelanggaran terjadi.)
OK, saya coba jelaskan. Entah anda tahu atau tidak, Bro Indra juga mengeluarkan statement sarkastis di mana wanita itu mungkin ketakutan dan minta di-"tulung" dan disambut oleh si bhante. Saya pun menimpali lagi dengan sarkasme bahwa "Banyak kemungkinannya (=alasan bhiksu gandeng tangan). Oleh karena itu, sebelum mengatakan melanggar vinaya atau tidak, hendaknya dipastikan dulu alasannya." Yang dengan kata lain "gandeng-gandengan juga tidak melanggar asalkan alasannya tepat" yang adalah pernyataan anda sebelumnya bahwa vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku.
saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
kalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
saya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
"melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya".
maksudnya apa? apakah sebuah pelanggaran dibutuhkan alasan? apakah alasan bisa dipakai pembenaran sebuah pelanggaran?
Alasan UPAYA KAUSALYA kan bisa...
terlalu cepat jika mengeluarkan jurus ini. jurus ini khusus dipakai jika sudah sampai pada titik DEADLOCK
Kita juga bole pakai jurus ini... Karena sebenarnya kita bukan menghina, menjelek2an ajaran lain, tetapi kita lagi UPAYA KAUSALYA supaya mereka2 itu tambah SADDHA (keyakinan) kepada ajaran yang "nyeleneh" tersebut.
mungkin maksud anda UPAYA KOSALLA
mungkin maksud anda UPAYA KOSALLA
Cerahkan saya bro... apa tuh UPAYA KOSALLA ?
mungkin maksud anda UPAYA KOSALLA
Cerahkan saya bro... apa tuh UPAYA KOSALLA ?
Pali vs Sanskrit
saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya"."Melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya. Adalah tidak melanggar jika alasannya tepat dan melanggar bila alasannya tidak tepat."
Ada yang salah?Quotekalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.Apakah sekarang anda mau menggeser prinsip lagi menjadi "vinaya berhubungan dengan alasan sebenarnya bukan alasan di balik alasan sebenarnya"?
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
Quotesaya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.OK, mungkin saya salah tangkap. Untuk itu saya minta jawaban yang tidak ambigu.Jadi vinaya mengatur perilaku atau alasan, atau keduanya?
Terlalu melebar ke mana-mana, Bro wen. Sebetulnya saya cukup takjub anda mood dalam menjawab jawaban begitu panjang tapi tidak mood menjawab yang demikian sederhana. Tapi tidak apa. Kalau anda sudah mood, silahkan dijawab saja apakah vinaya mengatur perilaku atau alasan, atau keduanya.saya tidak mengatakan "tidak melanggar asalkan alasannya tepat", tapi saya mengatakan "melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya"."Melanggar atau tidak melanggar tergantung alasannya. Adalah tidak melanggar jika alasannya tepat dan melanggar bila alasannya tidak tepat."
Ada yang salah?Quotekalimat "alasannya tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya.Apakah sekarang anda mau menggeser prinsip lagi menjadi "vinaya berhubungan dengan alasan sebenarnya bukan alasan di balik alasan sebenarnya"?
mohon di quote bila saya mengatakan demikian.
perbedaannya adalah saya tidak memberikan nilai/label tepat atau tidak tepat terhadap sebuah alasan.
contoh:
seorang bhikku tidak melanggar vinaya karena menolong wanita dengan cara menggendongnya.
menolong adalah alasannya.
saya tidak mengatakan bahwa menolong adalah sebuah alasan yg tepat.
apakah menolong-nya adalah alasan yg tepat/tidak tepat(menolong dengan nafsu atau menolong dengan tulus), saya tidak memberikan nilai/label.
saya mengatakan "alasan yg tepat" mengandung makna di balik alasan yg sebenarnya, karena bisa disimpulkan bahwa "alasan yg tepat" tsb pasti tidak melanggar vinaya(Hasty Generalization), karena alasannya dikatakan tepat/benar dan bisa digunakan sebagai sebuah pembenaran/agar tidak disalahkan. contoh:
seorang bhikku nyupang leher wanita tidak melanggar karena wanita itu meminta tolong untuk di cupang-in.
seorang bhhikku membunuh tidak melanggar karena seseorang meminta tolong bhikku tsb untuk membunuh.
seorang bhikku dibebaskan dari semua kesalahan ketika menjawab "karena menolong".
saya ingin kembali menggaris-bawahi, saya tidak menilai alasan tsb apakah alasan yg tepat/tidak tepat. saya hanya melihatnya/menilainya secara garis besar dimana menolong ada hal baik.
dan motivasi dibaliknya, bukan hak saya untuk menilainya.Quotesaya tidak mengatakan "vinaya mengatur alasan dari suatu perilaku"? mohon di quote bila saya mengatakan demikian.OK, mungkin saya salah tangkap. Untuk itu saya minta jawaban yang tidak ambigu.Jadi vinaya mengatur perilaku atau alasan, atau keduanya?
maaf, saya sedang tidak mood, mungkin lain waktu saja kita sambung lagi diskusi ini.
saya hanya ingin bertanya mengenai perihal menyindir. OK, saya anggap ini sebagai jawabannya.
thx
mungkin maksud anda UPAYA KOSALLA
Cerahkan saya bro... apa tuh UPAYA KOSALLA ?
Pali vs Sanskrit
sebenarnya siapa yang bisa mengatakan bhikku itu melakukan pelanggaran ? apakah umat awam bisa melakukan nya? bila bisa apa anda tahu bagaimana kreteria pelanggran dan bagaimana pelaporan nya ?menurut MN, Kosambiya sutta :
jangan tertipu oleh mara, hal ini tentu ada mekanisme nya dalam sangha seperti apa terus terang aku tidak tahu yang mempunyai pengetahuan tentang ini silahkan bila berkenan membagi pengetahuan nya.
sebenarnya siapa yang bisa mengatakan bhikku itu melakukan pelanggaran ? apakah umat awam bisa melakukan nya? bila bisa apa anda tahu bagaimana kreteria pelanggran dan bagaimana pelaporan nya ?
jangan tertipu oleh mara, hal ini tentu ada mekanisme nya dalam sangha seperti apa terus terang aku tidak tahu yang mempunyai pengetahuan tentang ini silahkan bila berkenan membagi pengetahuan nya.
pernahkah anda membaca Vinaya Pitaka, Bro. dalam Pitaka itu dijelaskan bagaimana pelanggaran dilakukan, dan sanksi apa yg harus dijalankan oleh si pelanggar. semua orang yg bisa membaca dan mampu memahami Vinaya Pitaka bisa membedakan mana pelanggaran dan mana bukan pelanggaran.
pernahkah anda membaca Vinaya Pitaka, Bro. dalam Pitaka itu dijelaskan bagaimana pelanggaran dilakukan, dan sanksi apa yg harus dijalankan oleh si pelanggar. semua orang yg bisa membaca dan mampu memahami Vinaya Pitaka bisa membedakan mana pelanggaran dan mana bukan pelanggaran.
Tiga hal ini, o para bhikkhu, dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.
Tiga hal ini, o para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata--------- Anguttara Nikaya------------------------
Dhamma dan Vinaya yang diajarkan Sang Buddha tidak bersifat rahasia. Dhamma dan Vinaya bersifat terbuka; umat awam maupun Non-Buddhis sekali pun boleh mempelajarinya (bukan eksklusif milik bhikkhu). Jadi seumpamanya ada bhikkhu yang berperilaku tidak sesuai dengan Dhamma dan Vinaya, semua orang yang sudah mempelajari Dhamma dan Vinaya seharusnya bisa mengetahui hal ini.
Perjelas dulu, Dhamma dan Vinaya yang mana ? Soalnya banyak "Dhamma dan Vinaya" yang eksklusif, yang tidak boleh diketahui oleh orang lain, ataupun tidak boleh di pertanyakan...
Perjelas dulu, Dhamma dan Vinaya yang mana ? Soalnya banyak "Dhamma dan Vinaya" yang eksklusif, yang tidak boleh diketahui oleh orang lain, ataupun tidak boleh di pertanyakan...
Tentu saja Dhamma dan Vinaya yang tertera di Tipitaka, bukan Dharma dan Vinaya di Tripitaka / Lamrim...
Apakah ada hal yang buruk yang perlu dirahasiakan dalam Lamrim?
Apakah ada hal yang buruk yang perlu dirahasiakan dalam Lamrim?
Menurut Tantrayana, ada beberapa sadhana yang tidak boleh sembarangan diketahui umum. Justru katanya ini demi kebaikan orang banyak.
Bukan-kah katanya LAMRIN adalah risalah ajaran Tantra yang paling baik ?
Bukan-kah katanya LAMRIN adalah risalah ajaran Tantra yang paling baik ?
Tantrayanis tidak menyatakan bahwa ajaran Tantra adalah yang paling baik. Mereka hanya menyatakan bahwa ajaran Tantrayana adalah ajaran (Dharma) yang paling tinggi dan merupakan kendaraan yang paling cepat untuk mencapai ke-Buddha-an.
Kalau mencapai keBudhaan adalah hal yang baik. mengapa caranya harus dirahasiakan?
Mohon pencerahan dari yang mengerti
Kalau mencapai keBudhaan adalah hal yang baik. mengapa caranya harus dirahasiakan?
Mohon pencerahan dari yang mengerti
Menurut Tantrayanis: "Ajaran Tantrayana memiliki metode yang paling cepat untuk mencapai ke-Buddha-an. Beberapa metodenya mengandung intisari Dharma yang sangat dalam, sehingga tidak semua orang bisa memahaminya. Hanya siswa yang sudah qualified yang bisa memahaminya. Untuk mencegah adanya kesalah-pahaman mengenai Dharma, dan menghindari adanya kesalahan praktik dari orang yang belum qualified, makanya beberapa ajaran Tantrayana dirahasiakan dari konsumsi publik."
Tapi apakah itu cuma merupakan suatu alasan saja bro Upasaka....
Apakah pengajaran yg dirahasiakan itu (takut salah pakai) dapat dituangkan dalam multimedia teaching system... sehingga berupa tahap2 yg amat detail dan rinci sehingga orang tsb tidak tersesat atau salah mengertinya....
atau bayar Discovery Channel utk mengpublikasikan ajaran tsb ?
Tapi apakah itu cuma merupakan suatu alasan saja bro Upasaka....
Apakah pengajaran yg dirahasiakan itu (takut salah pakai) dapat dituangkan dalam multimedia teaching system... sehingga berupa tahap2 yg amat detail dan rinci sehingga orang tsb tidak tersesat atau salah mengertinya....
atau bayar Discovery Channel utk mengpublikasikan ajaran tsb ?
Memang ada indikasi bahwa itu hanyalah sebuah alasan dari pihak Tantrayanis. Seperti yang sudah diteliti oleh para arkeolog Inggris sejak tahun 1860, Sang Buddha dahulu membabarkan ajaran yang demokratis dan bisa diterima banyak orang karena mudah dimengerti. Sang Buddha sendiri juga tidak menyetujui prinsip para Brahmin yang merahasiakan beberapa ajarannya dari publik.
Sedangkan ajaran Tantrayana baru berkembang setelah 12 abad sejak Sang Buddha meninggal dunia. Alibi ini semakin mengarahkan ke kesimpulan bahwa sadhana-sadhana yang ada di Tantrayana bukanlah metode yang diajarkan oleh Buddha Gotama. Namun jika merujuk pada klaim Tantrayana, ajaran rahasia ini justru diajarkan juga oleh Buddha Gotama sendiri.
Tapi apakah itu cuma merupakan suatu alasan saja bro Upasaka....
Apakah pengajaran yg dirahasiakan itu (takut salah pakai) dapat dituangkan dalam multimedia teaching system... sehingga berupa tahap2 yg amat detail dan rinci sehingga orang tsb tidak tersesat atau salah mengertinya....
atau bayar Discovery Channel utk mengpublikasikan ajaran tsb ?
Memang ada indikasi bahwa itu hanyalah sebuah alasan dari pihak Tantrayanis. Seperti yang sudah diteliti oleh para arkeolog Inggris sejak tahun 1860, Sang Buddha dahulu membabarkan ajaran yang demokratis dan bisa diterima banyak orang karena mudah dimengerti. Sang Buddha sendiri juga tidak menyetujui prinsip para Brahmin yang merahasiakan beberapa ajarannya dari publik.
Sedangkan ajaran Tantrayana baru berkembang setelah 12 abad sejak Sang Buddha meninggal dunia. Alibi ini semakin mengarahkan ke kesimpulan bahwa sadhana-sadhana yang ada di Tantrayana bukanlah metode yang diajarkan oleh Buddha Gotama. Namun jika merujuk pada klaim Tantrayana, ajaran rahasia ini justru diajarkan juga oleh Buddha Gotama sendiri.
kadang kala mendengar kata "ajaran yg dirahasiakan"..........
terasa...ahhh apakah gw ini golongan IDIOT .... maslaah gak bisa kasih DVD, eBOOK, audioBOOK utk gw pelajarin sendiri..............dasar....
gw tersinggung deh dgn kata "DIRAHASIAKAN"........... bagaimana dgn member2 yg lain...
Di ambil dari thread sebelah agar tidak berantakan.. Di sini harap pembahasannya hanya seputar masalah yang dibahas dan jawabannya, tanpa mengarah ke subjek pribadi tertentu.
Latar belakang peristiwa:
Adanya member Mahayanis yang menyatakan atau mengimplikasikan bahwa sila dan vinaya seorang anggota Sangha boleh dipilih kapan dan apa saja yang dijalankan berdasarkan kepentingan. Jadi sila & vinaya bukannya bersifat mengekang Sangha sepanjang waktu sejak penabhisan, melainkan pada waktu tertentu ada sila dan vinaya yang boleh tidak dijalankan demi menghindari pelanggaran.
Kemudian, member-member lain yang membaca bertanya pada yang bersangkutan dalam berbagai cara:
Tetapi karena yang ditanya bukan menjawab, malah dialihkan seperti di bawah ini:
Dan dalam jawaban lain, kembali dialihkan sbb:
Akhirnya kembali disinggung:
Demi kerapian thread, maka saya membuka topik pertanyaan di sini. Yang secara kebetulan pertanyaan yang sama pernah terlintas beberapa waktu lalu ketika dalam sebuah perjalanan bersama seorang yang baru saja saya kenal.
* Upasaka mode on: "Ceritanya begini.." *
Saat mendengar saya berpikir mungkin sekali kenalan saya itu hanya salah paham dalam menafsirkan penjelasan dan tidak saya tanggapi lebih jauh. Tetapi karena sekarang saya mendapati lagi adanya pernyataan demikian, maka saya berkeinginan mempelajari Mahayana lebih jauh dengan melemparkan pertanyaan ini di board Mahayana.
Mohonlah kiranya member-member Mahayana berkenan untuk memberi penjelasan:
"Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?
Anumodana atas penjelasannya..
Be happy,
_/\_