//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!  (Read 123641 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #225 on: 17 June 2013, 11:08:14 AM »

Sy ga ngerti apa tujuan dan manfaatnya melihat kebelakang..
Apa hal semcam ini adalah keharusan bagi u mat buddhist?

1.  Rasa ingin tahu manusia.
2.  Kadang bisa menjelaskan mengapa sekarang ini dia begini, benci ini, suka itu, dll.
3.  Buddha pun kadang membabarkan hal ini, misalnya dalam Jataka dan beberapa sutta.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #226 on: 17 June 2013, 12:34:00 PM »
Sama dengan pertanyaan : Apa gunanya pelajaran sejarah atau arkeologi?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline sunna

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
  • Ya begini.. Apa adanya..
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #227 on: 18 June 2013, 05:31:53 PM »
Sama dengan pertanyaan : Apa gunanya pelajaran sejarah atau arkeologi?


apakah melihat kebelakang adalah keharusan bg umat buddhist?
apakah untuk mencapai nibanna hrs melihat kebelakang?


1.  Rasa ingin tahu manusia.2.  Kadang bisa menjelaskan mengapa sekarang ini dia begini, benci ini, suka itu, dll.3.  Buddha pun kadang membabarkan hal ini, misalnya dalam Jataka dan beberapa sutta.




apakah melihat kebelakang adalah keharusan bg umat buddhist?
apakah untuk mencapai nibanna hrs melihat kebelakang?


Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #228 on: 18 June 2013, 06:16:34 PM »

Sy ga ngerti apa tujuan dan manfaatnya melihat kebelakang..
Apa hal semcam ini adalah keharusan bagi u mat buddhist?



apakah melihat kebelakang adalah keharusan bg umat buddhist?
apakah untuk mencapai nibanna hrs melihat kebelakang?



apakah melihat kebelakang adalah keharusan bg umat buddhist?
apakah untuk mencapai nibanna hrs melihat kebelakang?



Anda bertanya hal yg sama sampai beberapa kali meskipun sudah dijawab.

Jika anda tidak setuju dengan jawaban yang ada, silahkan menyanggahnya atau menyampaikan pendapat anda sendiri. 

Monggo.....
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline sunna

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
  • Ya begini.. Apa adanya..
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #229 on: 18 June 2013, 06:25:37 PM »

Anda bertanya hal yg sama sampai beberapa kali meskipun sudah dijawab.

Jika anda tidak setuju dengan jawaban yang ada, silahkan menyanggahnya atau menyampaikan pendapat anda sendiri. 

Monggo.....




Sayangnya sy ga tau apa jawabannya, kr kalau sy tau, sy ga akan bertanya :P
Yg reply br 2 akun, sy masih menunggu pendapat yg lain..


"Apakah melihat kebelakang adalah keharusan bagi umat buddhist untuk mencapai nibbana?"

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #230 on: 18 June 2013, 08:12:52 PM »
Tidak ada keharusan demikian.. Yakni harus dpt melihat atau mengetahui kehidupan lampau.. Baru kemudian bisa mencapai nibanna, bahkan banyak Arahat dan Buddha sendiri .. Mengetahui kehidupan lampaunya..setelah mencapai Arahat.

Dan bahkan ada Arahat yg tidak meengetahui kehidupan lampaunya seperti apa (krn tidak memiliki kemampuan batin)
...

Offline sunna

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
  • Ya begini.. Apa adanya..
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #231 on: 18 June 2013, 08:52:21 PM »
Tidak ada keharusan demikian.. Yakni harus dpt melihat atau mengetahui kehidupan lampau.. Baru kemudian bisa mencapai nibanna, bahkan banyak Arahat dan Buddha sendiri .. Mengetahui kehidupan lampaunya..setelah mencapai Arahat.

Dan bahkan ada Arahat yg tidak meengetahui kehidupan lampaunya seperti apa (krn tidak memiliki kemampuan batin)


Semoga benar adanya.. Kr sy malas mengetahui masa lampau sy seperti apa..
Sy br tau ada arahat yg tdk punya kemampuan batin..
Ada referensi link/pdf ttg itu? Maklum sy br 6 bulan mempelajari Dhamma.. Ga ngerti apa2, makanya banyak tanya..


Makasih loh buat jawabannya..  _/\_


« Last Edit: 18 June 2013, 09:22:21 PM by sunna »

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #232 on: 19 June 2013, 05:06:10 AM »
SN 12 - 70

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang
berdiam di Rājagaha, di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai.
(i)
Pada kesempatan itu, Sang Bhagavā dihormati, dihargai, dimuliakan,
disembah, dan dipuja, dan Beliau memperoleh jubah, makanan,
tempat tinggal, dan obat-obatan. Bhikkhu Saṅgha juga dihormati,
dihargai, dimuliakan, disembah, dan dipuja, dan para bhikkhu juga
memperoleh jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Tetapi
para pengembara dari sekte lain tidak dihormati, dihargai, dimuliakan,
disembah, dan dipuja, dan mereka tidak memperoleh jubah, makanan,
tempat tinggal, dan obat-obatan.
Pada saat itu pengembara Susīma sedang menetap di Rājagaha
bersama dengan banyak pengembara. [120] Kemudian temantemannya
berkata kepada Susīma: “Marilah, Sahabat Susīma, jalankan
kehidupan suci di bawah Petapa Gotama. Kuasailah DhammaNya
dan ajarkan kepada kami. Kita akan menguasai DhammaNya dan
membabarkannya kepada umat-umat awam. Dengan demikian kita
juga akan dihormati, dihargai, dimuliakan, disembah, dan dipuja, dan
kita juga akan memperoleh jubah, makanan, tempat tinggal, dan obatobatan.”
“Baiklah, teman-teman,” Pengembara Susīma menjawab. Kemudian
ia mendekati Yang Mulia Ānanda dan saling bertukar sapa dengannya.
Ketika mereka mengakhiri ucapan ramah-tamah, ia duduk di satu
sisi dan berkata kepadanya: “Sahabat Ānanda, aku ingin menjalani
kehidupan suci dalam Dhamma dan Disiplin ini.”
Kemudian Yang Mulia Ānanda membawa Pengembara Susīma
menghadap Sang Bhagavā. Ia memberi hormat kepada Sang Bhagavā,
dan kemudian duduk di satu sisi dan berkata kepada Beliau: “Yang
Mulia, Pengembara Susīma ini berkata bahwa ia ingin menjalani
kehidupan suci dalam Dhamma dan Disiplin ini.”
“Baiklah, Ānanda, berikanlah ia pelepasan keduniawian.” Kemudian
Pengembara Susīma menerima pelepasan keduniawian dan penahbisan
yang lebih tinggi di bawah Sang Bhagavā.”206
(ii)
Pada saat itu sejumlah bhikkhu menyatakan pencapaian pengetahuan
tertinggi di hadapan Sang Bhagavā, dengan mengatakan: “Kami
memahami: Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah
dijalani, apa yang telah dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi bagi
kondisi makhluk ini.” Yang Mulia Susīma mendengar mengenai hal
ini, [121] maka ia mendekati para bhikkhu itu, saling bertukar sapa
dengan mereka, dan kemudian duduk di satu sisi dan berkata kepada
mereka: “Benarkah bahwa kalian telah menyatakan pencapaian
pengetahuan tertinggi di hadapan Sang Bhagavā, dengan mengatakan:
‘Kami memahami: Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah
dijalani, apa yang telah dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi bagi
kondisi makhluk ini.’?”207
“Benar, Sahabat.”
“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, apakah
kalian Para Mulia memiliki kekuatan batin, seperti: dari satu menjadi
banyak; dari banyak menjadi satu; kalian muncul dan menghilang;
kalian berjalan menembus tembok, menembus benteng, menembus
gunung seolah-olah menembus ruang terbuka; kalian masuk dan
keluar dari dalam tanah seolah-olah di air; kalian berjalan di atas air
tanpa tenggelam seolah-olah di atas tanah; dengan duduk bersila,
kalian melayang di angkasa seperti burung; dengan tangan kalian
menyentuh bulan dan matahari begitu kuat dan berkuasa; kalian
mengerahkan kekuatan tubuh hingga sejauh alam brahmā?”
“Tidak, Sahabat.”
“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, apakah
kalian Para Mulia, dengan unsur telinga dewa, yang murni dan
melampaui manusia, mendengar kedua jenis suara, surgawi dan
manusia, suara yang jauh maupun dekat?”
“Tidak, Sahabat.”
“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, apakah
kalian Para Mulia, mengetahui pikiran orang-orang dan makhlukmakhluk
lain, setelah melingkupinya dengan pikiran kalian sendiri?
Apakah kalian mengetahui pikiran dengan nafsu sebagai pikiran dengan
nafsu; pikiran tanpa nafsu sebagai pikiran tanpa nafsu; pikiran dengan
kebencian sebagai pikiran dengan kebencian; pikiran tanpa kebencian
sebagai pikiran tanpa kebencian; pikiran dengan kebodohan [122]
sebagai pikiran dengan kebodohan; pikiran tanpa kebodohan sebagai
pikiran tanpa kebodohan; pikiran yang mengerut sebagai pikiran yang
mengerut; pikiran yang kacau sebagai pikiran yang kacau; pikiran yang
luhur sebagai pikiran yang luhur; pikiran yang tidak luhur sebagai
pikiran yang tidak luhur; pikiran yang terlampaui sebagai pikiran yang
terlampaui dan pikiran yang tidak terlampaui sebagai pikiran yang
tidak terlampaui; pikiran yang terkonsentrasi sebagai pikiran yang
terkonsentrasi dan pikiran yang tidak terkonsentrasi sebagai pikiran
yang tidak terkonsentrasi; pikiran yang terbebaskan sebagai pikiran
yang terbebaskan dan pikiran yang tidak terbebaskan sebagai pikiran
yang tidak terbebaskan?”
“Tidak, Sahabat.”
Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, apakah
kalian Para Mulia mengingat banyak kelahiran lampau kalian, yaitu
satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima
kelahiran, sepuluh kelahiran, dua puluh kelahiran, tiga puluh kelahiran,
empat puluh kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu
kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa penyusutan semesta,
banyak kappa pengembangan semesta, banyak kappa penyusutan
dan pengembangan semesta sebagai berikut: ‘Di sana aku bernama
ini, berasal dari suku ini, berpenampilan seperti ini, makananku
seperti ini, aku mengalami kesenangan dan kesakitan seperti ini,
umur kehidupanku adalah selama ini; meninggal dunia dari sana, aku
terlahir kembali di tempat lain, dan di sana aku bernama ini, berasal
dari suku ini, berpenampilan seperti ini, makananku seperti ini, aku
mengalami kesenangan dan kesakitan seperti ini, umur kehidupanku
adalah selama ini; meninggal dunia dari sana, aku terlahir kembali di
di sini’? Apakah kalian mengingat banyak kelahiran lampau kalian
dengan berbagai cara dan rinciannya?”
“Tidak, Sahabat.

“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, apakah
kalian Para Mulia, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui
manusia, melihat kematian dan kelahiran makhluk-makhluk, hina
dan mulia, cantik dan buruk rupa, beruntung dan tidak beruntung,
dan mengetahui bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai
dengan kamma mereka, sebagai berikut: ‘Makhluk-makhluk ini yang
melakukan perbuatan jahat melalui jasmani, [123] ucapan, dan pikiran,
yang mencela para mulia, menganut pandangan salah dan melakukan
tindakan berdasarkan pandangan salah, dengan hancurnya jasmani,
setelah kematian, telah terlahir kembali di alam sengsara, alam yang
buruk, alam rendah, di neraka; tetapi makhluk-makhluk ini yang
melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, yang
tidak mencela para mulia, menganut pandangan benar dan melakukan
tindakan berdasarkan pandangan benar, dengan hancurnya jasmani,
setelah kematian, telah terlahir kembali di alam yang baik, alam
surga’? Demikianlah dengan mata dewa, yang murni dan melampaui
manusia, melihat kematian dan kelahiran makhluk-makhluk, hina dan
mulia, cantik dan buruk rupa, beruntung dan tidak beruntung, dan
mengetahui bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai dengan
kamma mereka?”
“Tidak, Sahabat.”
“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, apakah
kalian Para Mulia berdiam dalam kebebasan damai yang melampaui
pencapaian-pencapaian berbentuk dan tanpa bentuk, setelah
menyentuhnya dengan jasmani?”208
“Tidak, Sahabat.”
“Sekarang, Yang Mulia; jawaban ini dan tanpa mencapai kondisikondisi
tersebut, bagaimana hal ini mungkin, Sahabat?”209
“Kami terbebaskan melalui kebijaksanaan, Sahabat Susīma.”210
“Aku tidak memahami secara terperinci, makna dari apa yang
dinyatakan secara singkat oleh Yang Mulia. Baik sekali jika Para Mulia
sudi menjelaskan kepadaku dengan cara yang dapat kupahami secara
terperinci atas apa yang telah dinyatakan secara singkat.” [124]
“Apakah engkau memahami atau tidak, Sahabat Susīma, kami
terbebaskan melalui kebijaksanaan.”
(iii)
Kemudian Yang Mulia Susīma bangkit dari duduknya dan mendekati
Sang Bhagavā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Sang
Bhagavā, duduk di satu sisi, dan melaporkan keseluruhan pembicaraan
yang telah ia lakukan bersama para bhikkhu itu. [Sang Bhagavā
berkata:]
“Pertama, Susīma, muncul pengetahuan kestabilan Dhamma,
setelah itu pengetahuan Nibbāna.”211
“Aku tidak memahami secara terperinci, makna dari apa yang
dinyatakan secara singkat oleh Bhagavā. Baik sekali jika Bhagavā
sudi menjelaskan kepadaku dengan cara yang dapat kupahami secara
terperinci atas apa yang telah dinyatakan secara singkat.”
“Apakah engkau memahami atau tidak, Susīma, pertama,
muncul pengetahuan kestabilan Dhamma, setelah itu pengetahuan
Nibbāna.”212
“Bagaimana menurutmu, Susīma, apakah bentuk adalah kekal atau
tidak kekal?” – “Tidak kekal, Yang Mulia.”213 – “Apakah yang tidak
kekal adalah penderitaan atau kebahagiaan?” – “Penderitaan, Yang
Mulia.” – “Apakah yang tidak kekal, penderitaan, dan mengalami
perubahan layak dianggap sebagai: ‘Ini milikku, ini aku, ini diriku’?”
–“ Tidak, Yang Mulia.”
“Apakah perasaan adalah kekal atau tidak kekal? … Apakah persepsi
adalah kekal atau tidak kekal? … Apakah bentukan-bentukan kehendak
adalah kekal atau tidak kekal? … Apakah kesadaran adalah kekal atau
tidak kekal?” [125] - “Tidak kekal, Yang Mulia.” – “Apakah yang tidak
kekal adalah penderitaan atau kebahagiaan?” – “Penderitaan, Yang
Mulia.” – “Apakah yang tidak kekal, penderitaan, dan mengalami
perubahan layak dianggap sebagai: ‘Ini milikku, ini aku, ini diriku’?”
– “Tidak, Yang Mulia.”
“Oleh karena itu, Susīma, segala jenis bentuk apa pun, apakah
di masa lalu, di masa depan, atau di masa sekarang, internal atau
eksternal, kasar atau halus, hina atau mulia, jauh atau dekat, segala
bentuk harus dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar
sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’”
“Segala jenis perasaan apa pun…. Segala jenis persepsi apa pun….
Segala jenis bentukan kehendak apa pun…. Segala jenis kesadaran
apa pun, apakah di masa lalu, di masa depan, atau di masa sekarang,
internal atau eksternal, kasar atau halus, hina atau mulia, jauh atau
dekat, segala bentuk harus dilihat sebagaimana adanya dengan
kebijaksanaan benar sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan
aku, ini bukan diriku.’”
“Melihat demikian, Susīma, siswa mulia yang terlatih mengalami
kejijikan terhadap bentuk, kejijikan terhadap perasaan, kejijikan
terhadap persepsi, kejijikan terhadap bentukan-bentukan kehendak,
kejijikan terhadap kesadaran. Mengalami kejijikan, ia menjadi bosan.
Melalui kebosanan [batinnya] terbebaskan. Ketika terbebaskan
muncullah pengetahuan: ‘Bebas.’ Ia memahami: ‘Kelahiran telah
dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan
telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini’”
“Apakah engkau melihat, Susīma: ‘Dengan kelahiran sebagai
kondisi, maka penuaan-dan-kematian [muncul]’?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Apakah engkau melihat, Susīma: ‘Dengan penjelmaan sebagai
kondisi, maka kelahiran’? … ‘Dengan kemelekatan sebagai kondisi,
maka penjelmaan’? … [126] … ‘Dengan keinginan sebagai kondisi, maka
kemelekatan’? … ‘Dengan perasaan sebagai kondisi, maka keinginan’?
… ‘Dengan kontak sebagai kondisi, maka perasaan’? … ‘Dengan enam
landasan indria sebagai kondisi, maka kontak’? … ‘Dengan nama-danbentuk
sebagai kondisi, enam landasan indria’? … ‘Dengan kesadaran
sebagai kondisi, maka nama-dan-bentuk’? … ‘Dengan bentukanbentukan
kehendak sebagai kondisi, maka kesadaran’? … ‘Dengan
kebodohan sebagai kondisi, maka bentukan-bentukan kehendak
[muncul]’?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Apakah engkau melihat, Susīma: ‘Dengan lenyapnya kelahiran
maka lenyap pula penuaan-dan-kematian’?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Apakah engkau melihat, Susīma: ‘Dengan lenyapnya penjelmaan
maka lenyap pula kelahiran’? … ‘Dengan lenyapnya kemelekatan maka
lenyap pula penjelmaan’? … ‘Dengan lenyapnya kebodohan maka
lenyap pula bentukan-bentukan kehendak’?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Dengan mengetahui dan melihat demikian, Susīma, apakah engkau
memiliki kekuatan batin, seperti: dari satu menjadi banyak … dan
mengerahkan kekuatan tubuh hingga sejauh alam brahmā?”214
“Tidak, Yang Mulia.”
“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, Susīma,
apakah engkau, dengan unsur telinga dewa, yang murni dan melampaui
manusia, mendengar kedua jenis suara, surgawi dan manusia, suara
yang jauh maupun dekat?” [127]
“Tidak, Yang Mulia.”
“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, Susīma,
apakah engkau, mengetahui pikiran orang-orang dan makhlukmakhluk
lain, setelah melingkupinya dengan pikiranmu sendiri?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, Susīma,
apakah engkau mengingat banyak kelahiran lampaumu dengan
berbagai cara dan rinciannya?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, Susīma,
apakah engkau, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui
manusia, melihat kematian dan kelahiran makhluk-makhluk dan
mengetahui bagaimana makhluk-makhluk mengembara sesuai dengan
kamma mereka?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Kalau begitu dengan mengetahui dan melihat demikian, Susīma,
apakah engkau berdiam dalam kebebasan damai yang melampaui
pencapaian-pencapaian berbentuk dan tanpa bentuk, setelah
menyentuhnya dengan jasmani?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Sekarang, Susīma; jawaban ini dan tanpa mencapai kondisi-kondisi
tersebut, bagaimana hal ini mungkin, Susīma?”
(iv)
Kemudian Yang Mulia Susīma bersujud dengan kepala di kaki Sang
Bhagavā dan berkata: “Yang Mulia, aku telah melakukan pelanggaran
dalam hal aku begitu bodoh, begitu bingung, begitu tidak selayaknya
bahwa aku meninggalkan keduniawian sebagai seorang pencuri
Dhamma dalam Dhamma dan Disiplin yang telah dibabarkan begitu
sempurna seperti ini. Yang Mulia, mohon Bhagavā memaafkan aku atas
pelanggaranku dan dilihat sebagai pelanggaran demi pengendalian di
masa depan.”
“Tentu, Susīma, engkau telah melakukan pelanggaran dalam hal
engkau begitu bodoh, begitu bingung, begitu tidak selayaknya bahwa
engkau meninggalkan keduniawian sebagai seorang pencuri Dhamma
dalam Dhamma dan Disiplin yang telah dibabarkan begitu sempurna
seperti ini.215 [128] Misalnya, Susīma, mereka menangkap seorang
penjahat, seorang kriminal, dan membawanya ke hadapan raja, dengan
mengatakan: ‘Baginda, orang ini adalah penjahat, seorang kriminal.
Jatuhkanlah padanya hukuman apa pun yang engkau inginkan.’
Raja berkata kepada mereka: ‘Pengawal, ikat kedua tangan orang
ini erat-erat di belakang punggungnya dengan tali yang kuat, cukur
rambutnya, dan bawa dia keliling dari jalan ke jalan dan dari lapangan
ke lapangan, dengan memukul tambur. Kemudian bawa dia keluar
melalui gerbang selatan dan di selatan kota ini penggal kepalanya.’
Bagaimana menurutmu, Susīma, apakah orang itu mengalami kesakitan
dan ketidaksenangan sehubungan dengan hal itu?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Walaupun orang itu mengalami kesakitan dan ketidaksenangan
sehubungan dengan hal itu, meninggalkan keduniawian sebagai
seorang pencuri Dhamma dalam Dhamma dan Disiplin yang telah
dibabarkan dengan sempurna ini memiliki akibat yang jauh lebih
menyakitkan, lebih pahit, dan lebih jauh lagi, menuntun ke alam
rendah. Tetapi berhubung engkau menyadari pelanggaranmu sebagai
pelanggaran dan melakukan perbaikan sesuai Dhamma, maka kami
memaafkanmu sehubungan dengan hal ini. Karena telah berkembang
dalam Disiplin Para Mulia ini ketika seseorang melihat pelanggarannya
sebagai pelanggaran, melakukan perbaikan sesuai dengan Dhamma,
dan menjalani pengendalian di masa depan.”
...

Offline sunna

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
  • Ya begini.. Apa adanya..
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #233 on: 19 June 2013, 09:43:21 AM »
 :-? makasih ronald.. kayaknya sy mesti byk2 cek tipitaka nih.. :)

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #234 on: 20 June 2013, 05:58:16 AM »
:-? makasih ronald.. kayaknya sy mesti byk2 cek tipitaka nih.. :)

maksudnya cara nge cek tipitaka gimana ya ? di selidiki aslinya dari bahasa Pali atau dipelajari asal usulnya atau .........  ???
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline sunna

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
  • Ya begini.. Apa adanya..
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #235 on: 20 June 2013, 02:13:03 PM »
maksudnya cara nge cek tipitaka gimana ya ? di selidiki aslinya dari bahasa Pali atau dipelajari asal usulnya atau .........  ???


apa yg ada saja dibaca.. yg simpel2 aja..
« Last Edit: 20 June 2013, 02:28:14 PM by sunna »

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #236 on: 20 June 2013, 10:47:11 PM »
Maksud thread ini untuk sharing aja siapa yang pernah mengalami, agar dapat memberikan info kepada yang lain, bila ada pro dan kontra itu hal yang wajar sekali di dunia. Tentu akan menarik sekali kalo ternyata kita dulu semua bersaudara maka ketemu lagi sekarang di forum ini, karena kita tidak akan berkumpul lagi dan bermusuhan selama nya bila kita memang dari dulu udah musuh bebuyutan. Saya rasa menarik juga kalo ada yang pernah bisa melihat masa lampau nya, kita semua belum ARAHAT jadi wajar aja bila ini juga merupakan info yang menarik.
I'm an ordinary human only

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #237 on: 21 June 2013, 05:41:03 AM »
karena kita tidak akan berkumpul lagi dan bermusuhan selama nya bila kita memang dari dulu udah musuh bebuyutan.

lah Devadatta dan Buddha ..sering ketemu di kehidupan2 lampau..dan mereka bermusuhan...
ada juga kisah permusahan istri tua dan istri muda..yang krn dendam..selalu bertemu di kehidupan2 berikutnya...saling menyusahkan...
dan banyak kisah lainnya
...

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #238 on: 21 June 2013, 08:46:15 PM »
lah Devadatta dan Buddha ..sering ketemu di kehidupan2 lampau..dan mereka bermusuhan...
ada juga kisah permusahan istri tua dan istri muda..yang krn dendam..selalu bertemu di kehidupan2 berikutnya...saling menyusahkan...
dan banyak kisah lainnya

BENAR bro Ronald, iya saya salah anda benar, maksud saya kita sekarang ini bisa bertemu di forum ini marilah memupuk persaudaraan.
I'm an ordinary human only

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: pengalaman melihat kehidupan lampau!!!
« Reply #239 on: 28 November 2013, 12:35:10 PM »
gimana membedakan ilusi dengan mengingat kehidupan lampau ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan