//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma  (Read 96921 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #60 on: 24 February 2010, 04:49:33 PM »
IMO, seorang pembabar yang membabarkan Dhamma dengan penuh penghormatan mustahil dapat melakukannya sambil ngebor

Menurut saya juga demikian. Itu hanya contoh ekstrem saja.
Bagaimana kalau misalnya pembabaran dhammanya dilakukan orang tertentu, tapi acara itu didahului dengan pertunjukan wanita-wanita cantik ngebor, misalnya? Tentu saja dengan dalih menjaring "hidung belang" untuk mendengar dhamma.

saya pernah mengikuti kegiatan serupa di atas, dan si bhikkhu yang rencananya akan berceramah akhirnya memutuskan menolak memberikan ceramah setelah melihat tontonan yg tidak selayaknya itu, dan saya setuju dengan sikap bhikkhu tsb.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #61 on: 24 February 2010, 04:56:28 PM »
salah satu biksu favorite gw berceramah.....

di Taiwan ada dua org menikah, kakeknya 92th, ceweknya 88th... uhh sangat tuo, dan kalau umurnya dijumlahkan hampir 200th.... karna ini berita menarik maka wartawanpun berjubel mewawancarain kedua mempelai yg amat tuo... dasar wartawan juga "nakal", maka mereka bersorak supaya kakek dan nenek tsb CIUMAN.... dgn malu2 kedua mempelaipun BERCIUMAN.... ehhh tau2 suara cplok, tok, tok, kretak.....
rupanya GIGI PALSU kakek COPOT,... sambil mencuci gigi palsu dan bersiul, kakeknya bilang wuuh nenek ini rasanya mantep.

Dan ternyata sebagian besar pengunjung yg mendengarkan ceramah ini ketawa TERPINGKAL-PINGKAL...

Biksu yg menceritakan cerita diatas adalah sangat berpengetahuan tentang dhamma. Dan sekali-kali dia menghibur umatnya (umat yg baru belajar). sisanya dia berceramah yg level TENGAH, dan sebagian pada level yg AMAT TINGGI.... jadi campur2 begitu.

Nah pertanyaannya apakah cerita nenek dan kakek tsb perlu ?
Menurut gw sih Biksu tsb udah dgn sempurna menghibur dan memberikan pelajaran dhamma pada semua level umat (bahkan biksu2 lain) yg ikut mendengarkannya.

IMHO, biksu ini telah berceramah dgn baik, mendalam, disisipin cerita2 segar, bermanfaat....semua pendengarnya gak ada yg ngantuk...

Bagaimana menurut pendapat yg lain ?  :D
« Last Edit: 24 February 2010, 05:04:49 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #62 on: 24 February 2010, 04:58:07 PM »
Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?

Mungkin bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dhamma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara2 yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi.. boleh saja tidak memerlukan nyanyian.. namun bagi umat Buddha yang pengetahuan Dhammanya masih baru .. saya rasa masih butuh ajaran Dhamma dalam bentuk lain.. yakni lagu2 Buddhis.. agar lebih mudah pemahamannya.. hal ini pribadi pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak2 Buddhis.. agak sulit mencari variasi acara agar anak2 tertarik mengikuti kelas Dhamma..

kalau saya pribadi,malah dengan nyanyian2,tarian2,kesenian dan segala macam hal yang di luar Dhamma tetapi aktivitasnya didalam Vihara dan kayak sekolah minggu buddhisme tetapi yang diajarkan bukan "cerita2" tentang Ajaran buddha..malah nantinya anak2 tersebut hanya melekat pada "nyanyian2" seperti itu,"tarian2" seperti itu dan menganggap Vihara hanya lah tempat bersosialisasi,mencari kawan atau pacar,tempat bermain,sudah kayak taman kanak2 menurut saya..

Malah sekarang yang parahnya lagi,yang banyak nyanyi2 itu banyak tidak tahu arti nyanyian itu sendiri,kayak pratek puja bakti versi Mahayana,kayak Ta Pei Cho,entah apalagi..dan anehnya setelah mereka "melekat" dengan tata cara nyanyian2 tersebut,mereka akan terbawa ketika membaca paritta suci atau sutta suci versi Theravada sewaktu melaksanakan puja bhakti..

dan jujur saja,saya sangat terganggu dengan hal tersebut,saya lebih bagus mendengar kaset puja bhakti dirumah daripada ke vihara ikut puja bhakti,karena ke vihara yang baca nya "benar" itu hanya 1 orang yang baca di depan itu,yang umatnya ikutin semua kayak lagi "konser lagu"..[dan membuat saya tidak bisa latihan membaca dengan benar,karena saya sendiri tidak pandai membaca!!]

pertanyaannya adalah apakah pantas Khotbah2 Suci Buddha di jadikan LAGU kayak BEGITU dengan DALIH pembenaran untuk LEBIH MUDAH DIPAHAMI,dan segala macem DALIH lagi?atau UNTUK MENARIK pangsa PASAR??

Khotbah suci Buddha jelas bagi saya,bahkan dihormati oleh para makhluk yang tak nampak,dan mereka jelas bernamakara dan beranjali dihadapan pembacaan teks2 suci tersebut..Jadi atas dasar apa membawa Dhamma dengan cara nyanyian2 yang memuaskan "inderawi" kita itu dikatakan cara yang tepat dan dijadikan pembenaran atas hal tersebut?

Bukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #63 on: 24 February 2010, 05:01:32 PM »
lol kok jd gitu. maksud saya org org di daerah setempat mungkin karena kebiasaan ngomong kasar tp kita tdk semestinya ikt mereka ngomong kasar........... kita bisa bicara dengan lembut dan nga pake kasar gt... dan juga norma tdk melarang kan untuk ngomong secara halus...
Ya, setuju. Berarti pembabar tidak perlu ikut-ikutan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Buddha, betul?



Quote
Quote
5 hal itu norma setempat, tidak melanggar sila, sesuai isi dhamma, tidak menjelekkan pihak lain, dengan cinta kasih.
Ngebor tidak melanggar norma dan sila. Dhamma tidak membahas ngebor-ngeboran, jadi tidak ada sutta yang mendukung atau menentang. Ngebor tidak menjelekkan pihak lain. Ngebor tidak relevan dengan cinta kasih, jadi bisa sesuai, bisa tidak, tergantung yang lagi ngebor.
Jadi bagaimana?

btw jika Dhamma tdk membahas soal Ngebor, ngapain jg kita ngebor gt... kan hal ini jg tdk relaven dgn Dhamma yg hendak disampaikan.. kyknya point yg saya tulis juga ada menyangkut dengan relevansi dgn Dhamma yg disampaikan
Seperti saya bilang, gunanya untuk menarik umat agar datang ke pembabaran tersebut.


Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #64 on: 24 February 2010, 05:02:19 PM »
Tergantung tujuan dari pembabarnya.Apakah tujuannya adu banyak mencari umat.Sama seperti parpol mencari massa pendukung.Dengan artis-artis segala.Makin seksi..makin hot..makin banyak yang datang.Rata-rata orang ingin memuaskan inderawinya.

Tapi jika tujuannya membabarkan dhamma untuk orang itu mengerti.Untuk memahami.Saya rasa cara itu tidak cocok.Kenapa??Ajaran sang Buddha mengajarkan kepada kita untuk tidak melekat.Sepertinya bertolak belakang sekali dengan cara pembabaran seperti itu.

Sang Buddha mengatakan ada orang yang sedikit debu dimatanya.Dan ada orang yang banyak debu dimatanya.Orang yang banyak debu dimatanya,walau dhamma itu didepan matanya tetap saja tidak kelihatan.Orang yang berjodoh dengan dhamma akan mencari dhamma.Tapi yang tidak berjodoh dengan dhamma,sudah punya pun akan meninggalkannya.

Kalau kita ingin musik..ada tempatnya.Kalau ingin enjoy ada juga tempatnya.Kenapa dhamma harus dicampur adukkan  dengan semua itu??

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #65 on: 24 February 2010, 05:04:49 PM »
kalau secara pribadi, pengajaran Dhamma dengan pemuasan nafsu inderawi, tidak setuju.

tapi apa perlu dibedakan antara pengajaran Dhamma dan penyebaran Agama? Yg satu membuat orang memahami/mengerti esensi yg satu lagi membuat orang mengenal dan "eksis" yah seperti marketing

pemuasan nafsu inderawi,maksudnya?
misalnya menggunakan film atau lagu dimana indera2x dimanja dimana malahan mengalihkan perhatian dari esensi Dhamma yang diajarkan.
There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #66 on: 24 February 2010, 05:05:14 PM »
Mungkin bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dhamma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara2 yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi.. boleh saja tidak memerlukan nyanyian.. namun bagi umat Buddha yang pengetahuan Dhammanya masih baru .. saya rasa masih butuh ajaran Dhamma dalam bentuk lain.. yakni lagu2 Buddhis.. agar lebih mudah pemahamannya.. hal ini pribadi pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak2 Buddhis.. agak sulit mencari variasi acara agar anak2 tertarik mengikuti kelas Dhamma..
Jika ada orang yang bukan Buddhis, terbiasa dalam keheningan, cenderung pada pelepasan nafsu, baik dalam moralitas, melihat suatu pembabaran Buddha-dhamma disertai dengan hal-hal yang memanjakan indera, kira-kira orang itu menjadi tertarik tidak dengan Ajaran Buddha?

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #67 on: 24 February 2010, 05:05:18 PM »
salah satu biksu favorite gw berceramah.....

di Taiwan ada dua org menikah, kakeknya 92th, ceweknya 88th... uhh sangat tuo, dan kalau umurnya dijumlahkan hampir 200th.... karna ini berita menarik maka wartawanpun berjubel mewawancarain kedua mempelai yg amat tuo... dasar wartawan juga "nakal", maka mereka bersorak supaya kakek dan nenek tsb CIUMAN.... dgn malu2 kedua mempelaipun BERCIUMAN.... ehhh tau2 suara cplok, tok, tok, kretak.....
rupanya GIGI PALSU kakek COPOT,... sambil mencuci gigi palsu dan bersiul, kakeknya bilang wuuh nenek ini rasanya mantep.

Dan ternyata sebagian besar pengunjung yg mendengarkan ceramah ini ketawa TERPINGKAL-PINGKAL...

Biksu yg menceritakan cerita diatas adalah sangat berpengetahuan tentang dhamma. Dan sekali-kali dia menghibur umatnya (umat yg baru belajar). sisanya dia berceramah yg level TENGAH, dan sebagian pada level yg AMAT TINGGI.... jadi campur2 begitu.

Nah pertanyaannya apakah cerita nenek dan kakek tsb perlu ?
Menurut gw sih Biksu tsb udah dgn sempurna menghibur dan memberikan pelajaran dhamma pada semua level umat (bahkan biksu2 lain) yg ikut mendengarkannya.

IMHO, biksu ini telah berceramah dgn baik, mendalam, disisipin cerita2 segar, bermanfaat....

Bagaimana menurut pendapat yg lain ?

dari kata berikut yang saya boldkan :

Biksu yg menceritakan cerita diatas adalah sangat berpengetahuan tentang dhamma.

= um..btw darimana anda tahu bahwa biksu yang anda ceritakan diatas adalah sangat berpengetahuan tentang dhamma..emangnya apa sih tolak ukurnya sehingga anda katakan "sangat"..jadi penasaran saya... :)

Dan sekali-kali dia menghibur umatnya (umat yg baru belajar).
=sekali-kali...atau berkali-kali atau sering kali?

sisanya dia berceramah yg level TENGAH, dan sebagian pada level yg AMAT TINGGI.... jadi campur2 begitu.
= darimana tahu antara "level tengah" ama "level amat tinggi"?campur2 ?jual es campur?

Menurut gw sih Biksu tsb udah dgn sempurna menghibur dan memberikan pelajaran dhamma pada semua level umat (bahkan biksu2 lain) yg ikut mendengarkannya.
="dengan sempurna menghibur" dan "memberikan pelajaran dhamma pada semua level umat"
dua pernyataan yang bertolak belakang..yang 1 sempurna dalam menghibur ,yang 1 lagi memberikan pelajaran dhamma pada semua level..pertanyaanya bhiksu favorit anda sedangn ngelawak atau sedang membabarkan dhamma?atau membabarkan dhamma sambil ngelawak?
"memberikan pelajaran dhamma pada semua level umat" = wow..hebat banget ya Bhiksu favorit anda,mungkin saja dia setara dengan Buddha Gotama,karena dia bisa memberikan pelajaran dhamma pada semua level umat di saat Dhamma Talk,padahal umat yang datang ribuan[pastinya ribuan dong,dari cerita diatas yang saya tangkap,paling tidak kalau di Dhamma Talk,ribuan orang datang deh?] banyak sekali macam2 jenis manusia yang tidak sama 1 sama lainnya,bahkan kalau mereka semua kembar identik.. :)

IMHO, biksu ini telah berceramah dgn baik, mendalam, disisipin cerita2 segar, bermanfaat....
=kategorinya apa ya?koq anda beropini seperti itu?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #68 on: 24 February 2010, 05:08:10 PM »
emangnya ada yang pembabaran Dhamma yang pertunjukan awalnya kayak begitu?? :-)

Jika tidak ada batasannya, yang penting banyak umat, bukankah itu mungkin terjadi, entah akan atau sudah terjadi sekarang? :)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #69 on: 24 February 2010, 05:09:27 PM »
 [at]  Riky dan Johan,

karena TS ingin pembahasan dilakukan hanya dari sudut pandang Theravada sesuai board ini, maka pembahasan bhiksu tidak relevan di sini

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #70 on: 24 February 2010, 05:10:03 PM »
Quote
Bukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?

betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan.. :)
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]


Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #71 on: 24 February 2010, 05:10:35 PM »
salah satu biksu favorite gw berceramah.....

di Taiwan ada dua org menikah, kakeknya 92th, ceweknya 88th... uhh sangat tuo, dan kalau umurnya dijumlahkan hampir 200th.... karna ini berita menarik maka wartawanpun berjubel mewawancarain kedua mempelai yg amat tuo... dasar wartawan juga "nakal", maka mereka bersorak supaya kakek dan nenek tsb CIUMAN.... dgn malu2 kedua mempelaipun BERCIUMAN.... ehhh tau2 suara cplok, tok, tok, kretak.....
rupanya GIGI PALSU kakek COPOT,... sambil mencuci gigi palsu dan bersiul, kakeknya bilang wuuh nenek ini rasanya mantep.

Dan ternyata sebagian besar pengunjung yg mendengarkan ceramah ini ketawa TERPINGKAL-PINGKAL...

Biksu yg menceritakan cerita diatas adalah sangat berpengetahuan tentang dhamma. Dan sekali-kali dia menghibur umatnya (umat yg baru belajar). sisanya dia berceramah yg level TENGAH, dan sebagian pada level yg AMAT TINGGI.... jadi campur2 begitu.

Nah pertanyaannya apakah cerita nenek dan kakek tsb perlu ?
Menurut gw sih Biksu tsb udah dgn sempurna menghibur dan memberikan pelajaran dhamma pada semua level umat (bahkan biksu2 lain) yg ikut mendengarkannya.

IMHO, biksu ini telah berceramah dgn baik, mendalam, disisipin cerita2 segar, bermanfaat....semua pendengarnya gak ada yg ngantuk...

Bagaimana menurut pendapat yg lain ?  :D


Bhikkhu ini dikatakan sebagai pengikut hahayana.
http://www.aimwell.org/Forums/forums.html
Quote
7. The Hahayāna

Some think that the Dhamma can be taught best by telling jokes and humurous anecdotes. This is also not the right path. The Buddha likened laughter to childishness in the discipline of the Noble Ones. In the same discourse he likened singing to lamentation, and dancing to madness. Enjoy a joke by all means, but remember that it is not the right path taught by the Buddha. The truth of suffering must be understood. The cause of suffering must be abandoned. The cessation of suffering must be realised, and the Path to the cessation of suffering must be cultivated.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #72 on: 24 February 2010, 05:13:15 PM »
emangnya ada yang pembabaran Dhamma yang pertunjukan awalnya kayak begitu?? :-)

Jika tidak ada batasannya, yang penting banyak umat, bukankah itu mungkin terjadi, entah akan atau sudah terjadi sekarang? :)

um..memang benar ya kalau umat Buddhisme dewasa ini para Dhammadutanya berceramah tanpa batas nya?

masalah utamanya tersandung didalam Mazhabnya yang banyak,itu saja sudah cukup membingungkan,karena banyak umat awam tidak tahu atau tidak bisa mengenali mana yang aliran A mana yang B C dan seterusnya,dan lebih parahnya mereka sering suka MEMUKUL RATA semuanya SEBAGAI SAMA...

karena merasa MIRIP maka DiANGGAP SAMA..sungguh IRONIS...
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #73 on: 24 February 2010, 05:30:47 PM »
Bhante Utamo juga sering kasi ceramah yg lucu dan mengundang tawa hadirin, demikian juga Ajahn Brahm. Kekna sah2 saja dalam batas2 tertentu.  Sebenarnya tergantung audiencenya juga. Buddha membabarkan dhamma dengan bhikkhu membabarkan umum pada ceramah umum jaman sekarangajuga  situasinya sudah beda. Audience Buddha dan audience bhikkhu saat ini pada saat tertentu sudah beda juga.

Kalau goyang ngebor IMO sih ngak setujulah...secara kepantasan , ngak pantas juga apabila dihadiri seorang bhikkhu.   Kalau joke2 sih boleh2 aja.  Kalau hadirin tertawa kan itu persepsi hadirin. Divihara aja sering bhikkhu ceramah , sambil berjoking  pada batas2 tertentu. Yg perlu diperhatikan saat pembabaran dhamma saat isinya joking adalah ekspresinya jangan seperti badut...nah kalau kek badut ya hancurlah  wibawa bhikkhu dan Dhamma itu sendiri. Jaim gitu lho
« Last Edit: 24 February 2010, 05:40:55 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #74 on: 24 February 2010, 05:49:00 PM »
Bhante Utamo juga sering kasi ceramah yg lucu dan mengundang tawa hadirin, demikian juga Ajahn Brahm. Kekna sah2 saja dalam batas2 tertentu.  Sebenarnya tergantung audiencenya juga. Buddha membabarkan dhamma dengan bhikkhu membabarkan umum pada ceramah umum jaman sekarangajuga  situasinya sudah beda. Audience Buddha dan audience bhikkhu saat ini pada saat tertentu sudah beda juga.

Kalau goyang ngebor IMO sih ngak setujulah...secara kepantasan , ngak pantas juga apabila dihadiri seorang bhikkhu.   Kalau joke2 sih boleh2 aja.  Kalau hadirin tertawa kan itu persepsi hadirin. Divihara aja sering bhikkhu ceramah , sambil berjoking  pada batas2 tertentu. Yg perlu diperhatikan saat pembabaran dhamma saat isinya joking adalah ekspresinya jangan seperti badut...nah kalau kek badut ya hancurlah  wibawa bhikkhu dan Dhamma itu sendiri.
Nah, batas-batas kepantasannya itu secara general apa?  JIKA ceramahnya dibawakan bukan oleh seorang bhikkhu, apakah boleh ngebor-ngeboran?

Bergurau juga sebatas apa bolehnya? Bagaimana kalau memakai ekspresi seperti Tukul atau Mr.Bean gitu?