//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Asal-usul atthakatha, tika dan anutika  (Read 4927 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Asal-usul atthakatha, tika dan anutika
« on: 30 January 2010, 11:59:52 AM »
Teman-teman sekalian,

Banyak diantara kita menganggap bahwa kitab komentar tidak sahih dsbnya. Sebelum kita berprasangka pada kitab komentar lebih baik kita terlebih dahulu mengulas, asal-usul terbentuknya kitab komentar.
Kitab komentar terbentuk untuk menjelaskan suatu peristiwa yang berkenaan dengan sutta tertentu, misalnya Dhammapada atthakata, atau penjelasan terhadap kitab sutta misalnya: Buddhavamsa atthakata (maduratha vilasini).

Atthakata berasal dari jaman yang berdekatan langsung dengan Sang Buddha, dan di kompile oleh para Arahat yang umumnya (atau semuanya?) belajar langsung dibawah bimbingan Sang Buddha.
Setelah lewat beberapa waktu dirasakan bahwa walaupun Atthakata telah menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan Tipitaka tetapi masih ada hal-hal tertentu yang masih tidak mudah dimengerti oleh pembacanya, oleh karena itu dibuat uraian lebih lanjut terhadap atthakata, yaitu Tika. Selanjutnya Tika diuraikan lebih jauh lagi menjadi Anutika.

Bagaimanakah sikap kita terhadap Atthakata? Apakah kita harus menolak Atthakata karena bukan berasal dari Sang Buddha langsung? Menurut saya kita hanya menolak Atthakata hanya bila ia bertolak belakang secara langsung dengan Tipitaka. Bila tidak bertolak belakang maka Atthakata sepantasnya kita terima sebagai suatu pandangan umat Buddha.

Di beberapa Sutta, Sang Buddha membenarkan secara langsung pendapat yang diutarakan oleh para
Arahat, ini bukan disebabkan Sang Buddha lagi senang dengan Arahat tersebut, tetapi disebabkan suara para Ariya yang mencicipi Dhamma (dalam hal  ini para Arahat) adalah sejalan, Mereka semua memiliki pandangan yang benar.

Jadi sepanjang tidak bertentangan dengan Tipitaka maka kitab komentar sebaiknya dianggap petunjuk yang membantu pengertian kita terhadap Dhamma dapat berkembang lebih jauh, atthakata, tika dan anutika dianggap sebagai sumber referensi yang sangat berharga, diluar Tipitaka.

Bila teman-teman ada yang memiliki anggapan lain silahkan...

 _/\_

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Asal-usul atthakatha, tika dan anutika
« Reply #1 on: 30 January 2010, 07:46:55 PM »
Saya pribadi, sangat setuju sekali abang Fabian.
Memang sepantas seperti itu. Demikian lah yang ada
Kalau memang ada yang tidak setuju, biarlah apa adanya.
Pada jaman Sang Buddha, sewaktu Beliau membabarkan Dhamma masih juga ada yang protes jadi tidaklah heran, apalagi jaman sekarang ini yang lebih banyak lagi manusia yang bertambah tebal debu di mata mereka. :'(
« Last Edit: 30 January 2010, 07:51:45 PM by sukuhong »

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Asal-usul atthakatha, tika dan anutika
« Reply #2 on: 30 January 2010, 10:57:50 PM »
bukannya seperti tuduhan beberapa pihak, bahwa komentar diciptakan untuk hegemoni kaum pria, dibuat oleh orang-orang yang terpengaruh hinduisme, dibuat oleh orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan akan klasifikasi, sembarangan ditambahkan, dibuat asal-asalan, tidak berguna?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Asal-usul atthakatha, tika dan anutika
« Reply #3 on: 31 January 2010, 07:17:41 AM »
Abang Gachapin memang benar banyak yang tidak setuju, sah sah !

mau menuduh ape saja boleh tidak ada yang melarang ^:)^
itulah karya dan kreatif masing masing manusia sesuai kemampuan batin sejauh mana yang hanya sanggup mencerapi.

namanya juga 8 kondisi duniawi yang harus di hadapi :(
berbuat sebaik apapun hasilnya tetap ada yang tidak suka.
karya sebaik apapun tetap ada kritikan.
Buddha sudah sempurna tindak tanduk nya saja tetap ada mencemooh dan tidak senang.

Ya begitulah manusia yang memang 'debu mata' yang cukup masih tebal lebih banyak teori dan alasan dari pada memahami batin nya sendiri.

pedoman saya tetap Tipitaka, benar atau tidak silahkan penilaian masing-masing.

maka nya dari awal saya sependapat dengan abang Fabain :)

boleh tahu kalau abang Gachap gimana ? atau Abang Gachap sependapat dengan kritikan2 tersebut ! ^:)^
« Last Edit: 31 January 2010, 07:21:46 AM by sukuhong »

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: Asal-usul atthakatha, tika dan anutika
« Reply #4 on: 31 January 2010, 02:06:09 PM »
nice info.. thanks..
sependapat dengan bro fabian.. ;D

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Asal-usul atthakatha, tika dan anutika
« Reply #5 on: 01 February 2010, 12:07:18 AM »
Yap, saya setuju dengan saudara fabian bahwa kita hendaknya menerima poin2 dalam Atthakathā yang tidak bertentangan dengan Tipitaka / ajaran fundamental Sang Buddha. Bahkan saya pribadi melihat bahwa ada beberapa poin yang tidak begitu jelas di dalam Tipitaka, ternyata diperjelas dalam Atthakathā dan yang terpenting bisa dialami kebenarannya saat ini.

Namun demikian, masih ada satu ganjalan dengan satu pernyataan di atas bahwa Atthakathā disusun oleh para arahat yang umumnya (atau semuanya) belajar langsung dari Sang Buddha. Jika kita menyelidiki Atthakathā saat ini, isi kitab ini terus mengalami tambahan2 mungkin sejak Konsili Agung Pertama (pathamasaṅgiti) sampai setidaknya pada abad 3 Setelah Masehi. Setelah Atthakathā dibawa Bhikkhu Mahinda dari India ke Sri Lanka pada abad 3 Sebelum Masehi, di Sri Lanka, isi Atthakathā ini mengalami berbgai  penambahan. Ini terlihat dengan banyak sekali kejadian2 yang terjadi di Sri Lanka atau nama2 bhikkhu terkenal di Sri Lanka dimasukkan ke dalam Atthakathā. Mungkin awalnya Atthakathā disusun oleh para arahat, namun apakah tambahan2 yang muncul belakangan juga disisipkan oleh para arahat? Hmm.... masih jadi pertanyaan.. Anyway, siapapun yang menyusun Atthakathā entah arahat atau bukan tidak begitu bermasalah. Yang penting jika isi Atthakathā itu membantu seseorang dalam mengembangkan pikiran2 positif dan melenyapkan pikiran2 negatif, hendaknya kita menerimanya.

« Last Edit: 01 February 2010, 11:46:59 AM by Indra »

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Asal-usul atthakatha, tika dan anutika
« Reply #6 on: 01 February 2010, 02:19:01 PM »
Yap, saya setuju dengan saudara fabian bahwa kita hendaknya menerima poin2 dalam Atthakathā yang tidak bertentangan dengan Tipitaka / ajaran fundamental Sang Buddha. Bahkan saya pribadi melihat bahwa ada beberapa poin yang tidak begitu jelas di dalam Tipitaka, ternyata diperjelas dalam Atthakathā dan yang terpenting bisa dialami kebenarannya saat ini.

Namun demikian, masih ada satu ganjalan dengan satu pernyataan di atas bahwa Atthakathā disusun oleh para arahat yang umumnya (atau semuanya) belajar langsung dari Sang Buddha. Jika kita menyelidiki Atthakathā saat ini, isi kitab ini terus mengalami tambahan2 mungkin sejak Konsili Agung Pertama (pathamasaṅgiti) sampai setidaknya pada abad 3 Setelah Masehi. Setelah Atthakathā dibawa Bhikkhu Mahinda dari India ke Sri Lanka pada abad 3 Sebelum Masehi, di Sri Lanka, isi Atthakathā ini mengalami berbgai  penambahan. Ini terlihat dengan banyak sekali kejadian2 yang terjadi di Sri Lanka atau nama2 bhikkhu terkenal di Sri Lanka dimasukkan ke dalam Atthakathā. Mungkin awalnya Atthakathā disusun oleh para arahat, namun apakah tambahan2 yang muncul belakangan juga disisipkan oleh para arahat? Hmm.... masih jadi pertanyaan.. Anyway, siapapun yang menyusun Atthakathā entah arahat atau bukan tidak begitu bermasalah. Yang penting jika isi Atthakathā itu membantu seseorang dalam mengembangkan pikiran2 positif dan melenyapkan pikiran2 negatif, hendaknya kita menerimanya.


Samanera yang saya hormati,
Saya rasa memang benar Atthakata ada tambahan-tambahan belakangan tapi saya rasa hanya beberapa yang merupakan tambahan, ada beberapa hal yang menjadi bahan pemikiran saya mengenai hal ini,

- Saya rasa memang tidak semua Atthakata yang ditulis berasal langsung dari jaman konsili pertama.
- Bahkan walau Sutta sekalipun tidak semuanya merupakan kata-kata Sang Buddha contohnya: Payasi Sutta; Digha Nikaya. Dan beberapa sutta yang lain bukan kata-kata Sang Buddha dan ditambahkan oleh para Arahat pada konsili pertama, tetapi isinya sejalan dengan ajaran Sang Buddha.
- Jadi menurut pendapat saya Tipitaka adalah kumpulan ajaran Buddha. (Sammasambuddha maupun Savakabudha)
-Yes or no diterima sebagai bagian Tipitaka adalah berdasarkan kesepakatan diantara Bhikkhu-Bhikkhu yang kompeten dan kredibel di masanya.
- Ada juga mereka yang belajar Dhamma, menghakimi Atthakata bahkan Abhidhamma, tidak jarang mereka yang menghakimi ini memiliki gelar cukup menyeramkan Phd, ini adalah realitas nyata yang kita alami (bahkan isu ini berhembus sangat kencang di Srilangka di Universitas tertentu).

Mungkin banyak diantara kita yang diliputi illusi bahwa bhikkhu di masa lampau karena tak ada pendidikan formal dianggap mereka memiliki intelektual yang lebih rendah daripada kita, orang-orang yang hidup di jaman modern. Padahal bila melihat banyak fakta tidaklah demikian.
Sebagai contoh Visuddhi Magga yang disusun oleh Achariya Buddhagosa bukan merupakan suatu karya yang bisa dianggap sepele bahkan bila dipandang dari kacamata modern, elaborasinya yang luar biasa bisa dianggap merupakan karya agung yang belum bisa tertandingi bahkan oleh manusia jaman sekarang.

Oleh karena itu sepantasnya bila kita menilai hal-hal yang berkaitan dengan dhamma jangan melihat Who's, who, where, when... tetapi melihat what...

Sehingga saya berkesimpulan sejalan dengan Samanera:
Quote
Anyway, siapapun yang menyusun Atthakathā entah arahat atau bukan, masa lampau atau masa sekarang, ditulis di India Srilangka Thai maupun Indonesia, tidak begitu bermasalah. Yang penting jika isi Atthakathā itu membantu seseorang dalam mengembangkan pikiran2 positif dan melenyapkan pikiran2 negatif, hendaknya kita menerimanya.

maaf ijinkan saya menambahkan sedikit yang warna biru Samanera.
 
 _/\_

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Asal-usul atthakatha, tika dan anutika
« Reply #7 on: 01 February 2010, 07:12:37 PM »
- Saya rasa memang tidak semua Atthakata yang ditulis berasal langsung dari jaman konsili pertama.
- Bahkan walau Sutta sekalipun tidak semuanya merupakan kata-kata Sang Buddha contohnya: Payasi Sutta; Digha Nikaya. Dan beberapa sutta yang lain bukan kata-kata Sang Buddha dan ditambahkan oleh para Arahat pada konsili pertama, tetapi isinya sejalan dengan ajaran Sang Buddha.
- Jadi menurut pendapat saya Tipitaka adalah kumpulan ajaran Buddha. (Sammasambuddha maupun Savakabudha)

Yap, memang demikian. Ada beberapa Sutta yang dibabarkan oleh murid2 terkenal Sang BUddha yng kemudian dimasukkan ke dalam Tipitaka. Sang BUddha sendiri di banyak kesempatan memuji pembabaran Dhammma dari murid beliau dan bahkan sering memberikan kepercayaan kepada beberapa siswa2 beliau yang kompeten untuk melanjutkan pembabaran Dhamma disaat beliau kelelahan. Di akhir khotbah, biasanya Sang Buddha akan memuji pembabaran Dhamma tersebut. Di smping itu, di Theragatha Bhikkhu Ānanda mengakui bahwa beliau mendapatkn 82.000 dhammakkhandha dari Sang Buddha, dan 2000 Dhammakkhandha dari Siswa2 Sang BUddha sehingga memberikan ketotalan 84.000 Dhammakkhandha. Yang menjadi penting di sini adalah jika Sang Buddha sendiri terbuka dengan Well-Dhamma yang dibabarkan  oleh murid beliau, maka sudah sepantasnya bagi kita saat ini untuk menerima The well-Dhamma explanation yang ada baik dalam Abhidhamma, Atthakathā, Ṭikā maupun Anuṭikā yang dipercaya di susun oleh para bhikkhu masa lampau.

Di Nikāya sendiri ada beberapa bagian yang memang tampak disusun setelah Sang Buddha parinibbāna. Dua di antaranya adalah Mahāniddesa dan Cūlaniddesa. Dua buku ini yang merupakan dua buku dari Khuddakanikāya merupakan buku komentar dari Suttanipāta khususnya Aṭṭhakavagga dan Parayānavagga. Meskipun merupakn buku komentar, isinya tidak boleh diabaikan karena telah memberikan penjelasan yang excellent ttng poin2 penting dalam Suttanipāta.

Quote
- Ada juga mereka yang belajar Dhamma, menghakimi Atthakata bahkan Abhidhamma, tidak jarang mereka yang menghakimi ini memiliki gelar cukup menyeramkan Phd, ini adalah realitas nyata yang kita alami (bahkan isu ini berhembus sangat kencang di Srilangka di Universitas tertentu).

Saya pikir itu merupakan realitas nyata sejak jaman kuno bahwa ada beberapa orang bahkan bhikkhu yang tidak setuju dengan Abhidhamma. :) Jika saudara Fabian pernah membaca Nidanakatha dari Atthasalini (Komentar dari Dhammasangini), di sana ada cerita mengenai seorang bhikkhu yang ragu tentang Abhidhamma sebagai BUddhavacana. Anyway, ini hanya segelintir orang yang tidak setuju. Banyak para bhikkhu terkenal pada jaman kuno yang beberapa di antaranya dipercaya sebagai arahat (e.g. Bhikkhu Mogaliputtatissa Thera) telah memberikan value kepada Abhidhamma sebagai ajaran yang penting dan dalam. Jika Arahat saja percaya, pasti di sana ada sesuatu yang luar biasa yang perlu kita gali dan lihat kebenarannya. Jadi kepada mereka yang menolak Abhidhamma sebaiknya  mempelajari dulu sedalam-dalamnya kitab tersebut dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari sebelum menolaknya mentah2.. :) Jangan asal tolak tanpa melihat kebenaranya secara langsung.

Quote
Mungkin banyak diantara kita yang diliputi illusi bahwa bhikkhu di masa lampau karena tak ada pendidikan formal dianggap mereka memiliki intelektual yang lebih rendah daripada kita, orang-orang yang hidup di jaman modern. Padahal bila melihat banyak fakta tidaklah demikian.
Sebagai contoh Visuddhi Magga yang disusun oleh Achariya Buddhagosa bukan merupakan suatu karya yang bisa dianggap sepele bahkan bila dipandang dari kacamata modern, elaborasinya yang luar biasa bisa dianggap merupakan karya agung yang belum bisa tertandingi bahkan oleh manusia jaman sekarang.

Kalau dipikir-pikir, para sarjana Buddhist sekarang belum ada apa2nya jika dibandingkan dengan para bhhikkhu jaman kuno. Lihat aja beberapa bhikkhu seperti Mogaliputtatissa Thera, BUddhaghosa, Dhammapala, Dignaga, Nagarjuna, Asaṅgha, Vasubandhu, Dharmakirti, Santidewa, dll. Mereka adalah para bhikkhu / bhiksu yang telah memberikan kontribusi yang besar in the field of Buddhist philosophy dan pengetahuan mereka tidak bisa dibandingkan dengan para sarjana Buddhist masa sekarang.

Hmmm....!



 

anything