//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MAHA SATIPATTHANA SUTTA  (Read 14189 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« on: 18 July 2009, 07:22:03 AM »
MAHA SATIPATTHANA SUTTA
(KHOTBAH TENTANG LANDASAN PERHATIAN MURNI YANG AGUNG)

Demikianlah telah saya dengar:
1. Pada suatu waktu Sang Bhagava berada bersama suku Kuru, di Kammasadhamma,
sebuah kota niaga suku Kuru. Di sana Sang Bhagava bersabda
kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu !"
"Ya, bhante", jawab para bhikkhu. Sang Bhagava bersabda: "Inilah
satu jalan, para bhikkhu, untuk menuju kesucian makhluk-makhluk,
untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri
derita dan duka cita, untuk mencapai jalan benar (ñaya), untuk
merealisasi Nibbana, yaitu empat landasan perhatian murni.
Apakah empat landasan perhatian murni itu ?
Di sini (dalam ajaran ini), para bhikkhu, seorang bhikkhu melakukan
(I) perenungan jasmani sebagai jasmani (kayanupassana),
berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih dan penuh perhatian
murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (II) perenungan perasaan sebagai perasaan
(vedananupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan
jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan
di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (III) perenungan pikiran sebagai pikiran
(cittanupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih
dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di
dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (IV) perenungan obyek pikiran sebagai
obyek pikiran (dhammanupassana), berusaha dengan rajin, dengan
pengamatan jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan
dan kemurungan di dunia.

I. PERENUNGAN JASMANI (KAYANUPASSANA)
Perhatian murni terhadap nafas (anapanasati)
2. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan tekun melaku
kan perenungan jasmani sebagai jasmani ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu setelah pergi ke
hutan, atau pergi ke bawah sebuah pohon, atau ke satu tempat yang
sunyi; kemudian ia duduk bersila dengan badan yang tegak dan menetapkan
perhatian murni di hadapannya (artinya ia memperhatikan
dengan waspada obyek meditasinya, yaitu pernapasan). Ia memperhatikan
saat menarik nafas dan mengeluarkan nafas.
Saat menarik nafas yang panjang, ia menyadari: "menarik nafas panjang".
Saat mengeluarkan nafas panjang, ia menyadari: "mengeluarkan nafas
panjang".
Saat menarik nafas pendek, ia menyadari: "menarik nafas pendek".
Saat mengeluarkan nafas pendek, ia menyadari: "mengeluarkan nafas
pendek".
Setelah mengetahui seluruh tubuh, "saya akan menarik nafas", demikian
ia melatih diri.
Setelah mengetahui seluruh tubuh, "saya akan mengeluarkan nafas",
demikian ia melatih diri.
"Saya akan menarik nafas menenangkan unsur-unsur jasmani", demikian
ia melatih diri.
"Saya akan mengeluarkan nafas menenangkan unsur-unsur jasmani",
demikian ia melatih diri.
Bagaikan seorang pembuat kendi yang ahli atau muridnya, sewaktu
membuat putaran panjang, ia menyadari: "membuat putaran panjang",
membuat putaran pendek, ia menyadari: "membuat putaran pendek".
Demikian pula, para bhikkhu, seorang bhikkhu menarik nafas panjang,
ia menyadari: "menarik nafas panjang".
Mengeluarkan nafas panjang, ia menyadari: "mengeluarkan nafas panjang".
Menarik nafas pendek, ia menyadari: "menarik nafas pendek".
Mengeluarkan nafas pendek, ia menyadari: "mengeluarkan nafas pendek".
"Menyadari seluruh tubuh, saya akan menarik nafas", demikian ia melatih
diri.
"Menyadari seluruh tubuh, saya akan mengeluarkan nafas", demikian
ia melatih diri.
"Menenangkan unsur-unsur jasmani, saya akan menarik nafas", demikian
ia menarik nafas. "
"Menenangkan unsur-unsur jasmani, saya akan mengeluarkan nafas",
demikian ia melatih diri.
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenung
an jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia melakukan
perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala sesuatu
di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu jauh
hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Empat posisi tubuh (iriyapatha)
3. Selanjutnya, para bhikkhu, saat seorang bhikkhu (1)berjalan, ia menyadari
"berjalan".
Saat (2) berdiri, ia menyadari: "berdiri".
Saat (3) duduk, ia menyadari: "duduk".
Saat (4) berbaring, ia menyadari: "berbaring".
Bagaimanapun posisi tubuhnya, ia menyadarinya.
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani,
ia melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam
jasmani. Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.

Perhatian murni dengan kewaspadaan (sati sampajan~n~a)
4. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu sewaktu berangkat atau
kembali, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu ia melihat ke depan atau berpaling ke belakang, ia menerapkan
kewaspadaan.
Sewaktu ia membungkukkan badan atau meluruskan badan, ia menerapkan
kewaspadaan.
Sewaktu mengenakan jubah atau membawa mangkuk, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu makan, minum, mengunyah dan mengenyam, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu buang air besar atau buang air kecil, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu berjalan, berdiri, duduk, berbaring, terjaga, berbicara dan
berdiam diri, ia menerapkan kewaspadaan.
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani,
ia melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam
jasmani. Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Perenungan terhadap jasmani yang penuh kekotoran (kayagatasati)
5. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini,
dari telapak kaki ke atas sampai ke ujung kepala yang terselubung
kulit dan penuh kekotoran, ia merenungkan demikian:
" Di dalam jasmani ini terdapat rambut, bulu, kuku, gigi, kulit,
daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput otot,
limpa, paru-paru, perut, isi perut, usus halus, tinja, empedu,
getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak
kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan air kemih".
Laksana sebuah karung yang memiliki dua buah mulut dan penuh berisi
biji-bijian, yaitu: gabah, padi, bekatul, dedak, kulit padi; dan
seorang yang matanya telah terlatih, setelah membuka karung dan memeriksanya
demikian: "Ini gabah, ini padi, ini bekatul, ini
dedak, ini kulit padi. "Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu
merenungkan jasmani ini, dari telapak kaki ke atas sampai ke ujung
kepala yang terselubung kulit dan penuh kekotoran, ia merenungkan
demikian:
" Di dalam jasmani ini terdapat rambut, bulu, kuku, gigi, kulit,
daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput otot,
limpa, paru-paru, perut, isi perut, usus halus, tinja, empedu,
getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak
kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan air kemih".
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya,ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia
melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.

Perenungan unsur (dhatu)
6. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini,
yang diletakkan dan diuraikan, sehubungan dengan unsur-unsurnya,
demikian: "Terdapat empat unsur dalam jasmani ini:
unsur tanah, unsur cair, unsur panas dan unsur udara."
Seperti seorang penjagal sapi atau pembantunya setelah menyembelih
seekor sapi, dan kemudian duduk di perempatan jalan, lalu meletakkan
potongan-potongan daging di setiap jalan. Demikian pula, seorang
bhikkhu merenungkan jasmani ini, yang diletakkan dan diuraikan,
sehubungan dengan unsur-unsurnya, demikian: "Terdapat empat
unsur dalam jasmani ini:
unsur tanah, unsur cair, unsur panas dan unsur udara."
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani,
ia melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam
jasmani. Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Perenungan pada sembilan jenis mayat (sivathika)

7. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (1) sudah menjadi mayat satu
hari, dua hari atau tiga hari, membengkak, membiru dan membusuk;
maka ia merenungkan mayat tersebut terhadap tubuhnya sendiri, demikian:
"Jasmaniku ini juga mempunyai sifat alami yang sama, tidak akan
luput dari keadaan demikian."
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya,ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia
melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (2) sudah dikoyak-koyak oleh
burung gagak, alap-alap atau burung nasar, oleh anjing atau anjing
hutan, atau oleh berbagai macam binatang-binatang kecil; maka ia
merenungkan .......................................................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (3) sudah merupakan kerangka
tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya masih ada
dan berlumuran darah; maka ia merenungkan .........................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (4) sudah merupakan kerangka
tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya sudah
tidak ada, masih berlumuran darah; maka ia merenungkan ............
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (5) sudah merupakan belulang
terangkai oleh otot-otot, tidak berdaging dan tidak dilumuri darah
lagi; maka ia merenungkan .........................................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (6) sudah merupakan tulang
belulang, yang tidak bersambungan, bercerai berai dan berserakan ke
semua arah; di sini tulang tangan, di sana tulang kaki, di sini
tulang kering, di sana tulang paha, di sini tulang panggul, di sana
tulang punggung, di sini tulang tengkorak; maka ia merenungkan ....
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (7) sudah merupakan tulang
belulang yang sudah memutih menyerupai kulit kerang, maka ia merenungkan
...........................................................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (8) sudah merupakan tumpukan
tulang yang sudah bertumpuk selama beberapa tahun; maka ia merenungkan
...........................................................
Selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu melihat sesosok tubuh
yang dilemparkan ke pembuangan mayat, (9) sudah merupakan tulang
belulang yang oleh karena hujan dan panas telah berubah menjadi
tumpukan tulang lapuk dan menjadi debu; maka ia merenungkan mayat
tersebut pada dirinya sendiri; ia merenungkan:
"Jasmaniku ini mempunyai sifat alamiah yang sama; tidak akan luput
dari keadaan demikian."
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenung
an jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia melakukan
perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala sesuatu
di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu jauh
hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.

Bersambung....

:lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #1 on: 18 July 2009, 07:30:56 AM »
II.PERENUNGAN TERHADAP PERASAAN
(VEDANANUPASSANA)

11. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa terus
menerus melakukan perenungan perasaan sebagai perasaan ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengalami perasaan
yang menyenangkan, ia menyadari "mengalami perasaan yang menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, ia menyadari:
"mengalami perasaan yang tidak menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan yang bukan menyenangkan dan juga bukan
tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami perasaan bukan menyenangkan
dan juga bukan tidak menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan".
Atau jika ia mengalami perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan
dan juga bukan tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami
perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan dan juga bukan tidak
menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang tidak menyenangkan,
ia menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang
tidak menyenangkan".
Atau jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang bukan
menyenangkan dan juga bukan tidak menyenangkan, ia menyadari:
"mengalami perasaan bukan keduniawian yang bukan menyenangkan dan
juga bukan tidak menyenangkan".
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap perasaan
di dalam dirinya, ia melakukan perenungan terhadap perasaan di
luar dirinya, ia melakukan perenungan perasaan di dalam dan di
luar dirinya. Ia melakukan perenungan proses timbulnya perasaan,
ia melakukan perenungan proses padamnya perasaan, ia melakukan
perenungan proses timbul dan padamnya perasaan, atau bila ia sadar
"ada perasaan", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan
perhatian murni. Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun
di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan perasaan sebagai perasaan.


III.PERENUNGAN TERHADAP PIKIRAN
(CITTANUPASSANA)

12. "Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan
tekun melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran ?"
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu bila pikirannya
disertai hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran disertai hawa nafsu".
Jika pikirannya bebas dari hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran
bebas dari hawa nafsu".
Atau pikirannya disertai kebencian, ia menyadari: "pikiran disertai
kebencian".
Jika pikirannya bebas dari kebencian, ia menyadari: "pikiran bebas
dari kebencian".
Jika pikirannya disertai kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran
disertai kegelapan batin".
Jika pikirannya bebas dari kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran
bebas dari kegelapan batin".
Atau jika pikirannya teguh, ia menyadari: "pikiran teguh".
Atau jika pikiran disertai keragu-raguan, ia menyadari: "pikiran
disertai keragu-raguan".
Jika pikirannya berkembang, ia menyadari: "pikiran berkembang";
Atau pikirannya tidak berkembang, ia menyadari: "pikiran tidak
berkembang".
Atau jika pikirannya luhur, ia menyadari: "pikiran luhur".
Atau pikirannya rendah, ia menyadari: "pikiran rendah".
Atau jika pikirannya terpusat, ia menyadari: "pikiran terpusat".
Atau jika pikirannya bebas, ia menyadari: "pikiran bebas".
Atau jika pikirannya tidak bebas, ia menyadari: "pikiran tidak
bebas".
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap pikiran di
dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap pikiran di luar
dirinya, ia melakukan perenungan pikiran di dalam dan di luar
dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya pikiran, ia
melakukan perenungan proses padamnya pikiran, ia melakukan perenungan
proses timbulnya dan padamnya pikiran, atau bila ia sadar
"ada pikiran", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan
perhatian murni.Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun
di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran.

IV.PERENUNGAN TERHADAP OBYEK PIKIRAN
(DHAMMANUPASSANA)


13. "Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan
tekun melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran ?"
Lima Rintangan Kemajuan Batin (Pan~ca-nivarana)
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa terus
menerus melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran
dalam aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu jika dalam dirinya
terdapat (1) keinginan pada kesenangan indera (kama-chanda), ia
menyadari, ia merenungkan: "ada keinginan pada kesenangan indera";
atau jika dalam dirinya tidak ada keinginan pada kesenangan
indera, ia menyadari, ia merenungkan: "tidak terdapat keinginan
pada kesenangan indera"; dan ia mengetahui bagaimana timbulnya
keinginan pada kesenangan indera yang tidak ada sebelumnya; ia
mengetahui juga bagaimana padamnya keinginan pada kesenangan
indera yang telah timbul, ia juga mengetahui untuk waktu yang akan
datang tidak munculnya keinginan pada kesenangan indera yang telah
padam.
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (2) itikad jahat (vyapada) ..............................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (3) kemalasan dan kelambanan batin (thina middha) .......
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (4) kegelisahan dan kekuatiran (uddhacca-kukkucca) ......
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (5) keragu-raguan (vicikiccha), ia menyadarinya, merenungkan:
"ada keragu-raguan"; atau dalam dirinya tidak ada
keragu-raguan, ia menyadari, merenungkan: "tidak ada keragu-raguan";
dan ia mengetahui bagaimana timbulnya keragu-raguan yang
tidak ada sebelumnya; ia mengetahui juga bagaimana padamnya keragu-
raguan yang telah timbul; ia mengetahui juga untuk waktu yang
akan datang tidak munculnya keragu-raguan yang telah padam.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin.
Lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan
(pancupadanakkhandha)

14. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima Kelompok Perpaduan Yang Menjadi Obyek Kemelekatan.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, ia melakukan perenungan terhadap
lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan: dekianlah
jasmani (rupa), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya;
demikianlah perasaan (vedana), demikianlah timbulnya,
demikianlah padamnya; demikianlah pencerapan (san~n~a), demikianlah
timbulnya, demikianlah padamnya; demikianlah faktor pikiran (sankhara),
demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya; demikianlah
kesadaran (vin~n~ana), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan.
Enam landasan indera dalam dan luar (Ayatana)
15. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai pikiran dalam aspek Enam Landasan
Indria dalam dan luar.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan terhadap Enam Landasan Indria dalam dan luar ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (1) landasan
indria penglihatan, ia menyadari obyek penglihatan, dan juga
menyadari setiap belenggu yang timbul dari kedua hal tersebut; dan
juga ia menyadari timbulnya belenggu yang belum ada sebelumnya;
dan juga ia menyadari padamnya belenggu yang telah timbul; dan ia
menyadari pada waktu yang akan datang tidak akan timbul lagi belenggu
yang telah padam.
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (2) landasan
indria pendengaran, ia menyadari suara .....................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (3) landasan
indria pembauan, ia menyadari bau-bauan .......................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari(4) landasan
indria pengecapan, ia menyadari kecapan ..........................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (5) landasan
indria sentuhan, ia menyadari sesuatu sentuhan badan ..........
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (6) landasan
indria pikiran, ia menyadari obyek pikiran, dan menyadari
setiap belenggu yang timbul dari kedua hal tersebut; dan juga ia
menyadari timbulnya belenggu yang belum ada sebelumnya; dan juga
ia menyadari padamnya belenggu yang telah timbul; dan ia menyadari
pada waktu yang akan datang tidak akan timbul lagi belenggu yang
telah padam.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek
pikiran di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di
dalam dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran",
sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Enam Landasan Indria dalam dan luar.
Tujuh Faktor Penerangan Sempurna (Satta Bojjhanga)
16. Dan selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek
Tujuh Faktor Penerangan Sempurna ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(1) Perhatian Murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
(sati-sambojjhanga), ia menyadari: "ada perhatian murni (yang
merupakan) faktor penerangan sempurna"; bila tidak ada perhatian
murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna dalam dirinya,
ia menyadari: "tidak ada perhatian murni (yang merupakan) faktor
penerangan sempurna". Ia menyadari bagaimana timbulnya perhatian
murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna yang belum ada
sebelumnya; ia menyadari bagaimana mengembangnya dengan penuh
ketika perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
itu telah timbul.
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(2) Penyelidikan terhadap Dhamma (yang merupakan) faktor penerangan
sempurna (dhammavicaya-sambojjhanga) ..........................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(3) Semangat (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (viriyasambojjhanga)
....................................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(4) Kegiuran (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (pitisambojjhanga)
....................................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(5) Ketenangan (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (passaddhi-
sambojjhanga) .............................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(6) Konsentrasi (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
(samadhi-sambojjhanga) ...........................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(7) Keseimbangan Batin (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
(upekkha-sambojjhanga), ia menyadari: "ada keseimbangan batin
(yang merupakan) faktor penerangan sempurna"; bila tidak ada
keseimbangan batin (yang merupakan) faktor penerangan sempurna dalam
dirinya, ia menyadari: "tidak ada keseimbangan batin (yang
merupakan) faktor penerangan sempurna". Ia menyadari bagaimana
timbulnya keseimbangan batin (yang merupakan) faktor penerangan
sempurna yang belum ada sebelumnya; ia menyadari bagaimana mengembangnya
dengan penuh ketika keseimbangan batin (yang merupakan)
faktor penerangan sempurna itu telah timbul.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia
hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna.

Bersambung...

:lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #2 on: 18 July 2009, 07:32:03 AM »
Empat Kesunyataan Mulia (Catu Ariya Sacca)

17. Selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan
obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Empat Kesunyataan
Mulia (Catu Ariya Sacca).
Dan bagaimanakah, para bhikhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek
Empat Kesunyataan Mulia ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari: (1) "ini
Dukkha"; ia menyadari: (2) "inilah sebab dari Dukkha"; ia menyadari:
(3) "inilah padamnya Dukkha"; ia menyadari: (4) "inilah
jalan yang menuju padamnya Dukkha."

18. Dan apakah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia Tentang Dukkha (Dukkha
Ariya-sacca) ?
Kelahiran adalah Dukkha, menjadi tua adalah Dukkha, kematian adalah
Dukkha, kesedihan adalah Dukkha, keluh-kesah adalah Dukkha,
penderitaan, perasaan tak menyenangkan, putus asa adalah Dukkha,
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan adalah Dukkha, singkatnya:
Lima Kelompok Perpaduan yang menjadi obyek Kemelekatan adalah
Dukkha.

Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Kelahiran (jati) ?
Kelahiran adalah terbentuknya, timbul dalam wujud baru, timbulnya
kelompok-kelompok kemelekatan, terdapatnya indria-indria pada waktu
ini atau itu, atau kelompok makhluk ini atau itu. Inilah yang
disebut Kelahiran.

Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Menjadi Tua (jara) ?
Menjadi tua adalah lapuk, jompo, berderai, beruban, berkeriput,
berkurangnya jangka waktu hidup, lumpuhnya kemampuan indria dari
makhluk ini atau itu, atau kelompok makhluk ini atau itu. Inilah
yang disebut Menjadi Tua.

Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Kematian (marana) ?
Kematian adalah terhentinya proses kehidupan (yang terjadi pada
setiap alam kelahiran), meninggalkan (suatu alam kelahiran), hancur,
hilangnya, mati, meninggal, habisnya jangka waktu hidup, leburnya
kelompok-kelompok kemelekatan, terbaringnya jasmani makhluk
ini atau itu. Inilah yang disebut Kematian.

Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut kesedihan (soka) ?
Kesedihan adalah keadaan sengsara, sakit hati dan yang menyakitkan,
dukacita, keadaan yang menyedihkan yang terpendam pada seseorang
yang dirundung kemalangan atau yang semacamnya, dukacita
seseorang yang terpukul oleh berbagai kemalangan. Inilah yang disebut
Kesedihan.

Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Keluh-kesah (parideva) ?
Keluh-kesah adalah perbuatan mengeluh, dalam keadaan mengeluh,
ratapan, penyesalan seseorang yang dihinggapi oleh berbagai kemalangan.
Inilah yang dikatakan Keluh-kesah.

Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Penderitaan (dukkha) ?
Penderitaan adalah rasa sakit yang dialami jasmani, sakit jasmaniah,
sakit yang disebabkan oleh tersentuhnya jasmani, jasmani
yang diliputi hal yang menyakitkan. Inilah yang disebut Penderitaan.

Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Perasaan tak menyenangkan
(domanassa) ?
Sakit yang dirasakan oleh batin, sakit batiniah, sakit batiniah
yang disebabkan oleh hati yang tersinggung, batin yang diliputi
oleh yang menyakitkan. Inilah yang disebut Perasaan tak menyenangkan.

Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Putus asa (upayasa) ?
Putus asa adalah peristiwa patah hati dan dalam keadaan patah hati,
sedang dalam patah semangat pada orang yang sedang dihinggapi
oleh berbagai kemalangan. Inilah yang dikatakan Putus asa.

Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan dukkha karena tidak memperoleh
apa yang diinginkan (iccham na labhati tam pi dukkham ) ?
Makhluk yang seharusnya terlahir kembali, berkeinginan demikian:
"Ah, jika kita tidak terlahir, jika kita dapat menghindari kelahiran
!" Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan
dukkha karena tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya menjadi tua, berkeinginan demikian: "Ah,
jika kita tidak menjadi tua, jika kita dapat menghindari ketuaan!"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya mengalami kematian, berkeinginan demikian:
"Ah, jika kita tidak mati, jika kita dapat menghindari kematian !"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya mengalami kesedihan, keluh kesah, penderitaan,
kesengsaraan, putus asa, berkeinginan demikian: "Ah,
jika kita tidak mengalami kesedihan, keluh kesah, penderitaan,
kesengsaraan, putus asa, jika kita dapat menghindari mereka !"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Lima Kelompok yang timbul
karena Kemelekatan (pancupadanakkhandha) adalah Dukkha ?
Mereka adalah kelompok jasmani yang timbul karena kemelekatan
(rupupadanakkhandha), kelompok perasaan yang timbul karena kemelekatan
(vedanupadanakkhandha), kelompok pencerapan yang timbul
karena kemelekatan (san~n~upadanakkhandha), kelompok bentuk-bentuk
pikiran yang timbul karena kemelekatan (sankharupadanakkhandha),
dan kelompok kesadaran yang timbul karena kemelekatan (vin~n~anupadanakkhandha).
Singkatnya, inilah yang dikatakan Lima Kelompok
yang timbul karena Kemelekatan adalah Dukkha.
Demikianlah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia tentang Dukkha.

19. Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Kesunyataan Mulia tentang
Sebab Dukkha (Dukkha-samudaya Ariya-sacca) ?
Keinginan/nafsu rendah (tanha) yang mempunyai kekuatan menyebabkan
tumimbal lahir, disertai keinginan pada kesenangan indria yang
mencari kepuasan kesana kemari, yaitu: keinginan pada kesenangan
indria (kama-tanha), keinginan untuk terlahir kembali (bhavatanha),
keinginan untuk lenyap (vibhava-tanha).
Para bhikkhu, dari manakah tanha timbul, dimanakah ia bertempattinggal
? Pada obyek yang disenangi, yang menyenangkan; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Obyek manakah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini ?
Indria penglihatan (cakkhu) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha
itu bertempat-tinggal.
Indria pendengaran (sota) ........................................
Indria pembauan (ghana) ..........................................
Indria pengecapan (jivha) ........................................
Indria sentuhan (kaya) ...........................................
Indria pikiran (mana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.

Bentuk-bentuk (rupa) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.
Suara-suara (sadda) ..............................................
Bebauan (gandha) .................................................
Kecapan (rasa) ...................................................
Sentuhan (photthabba) ............................................
Obyek pikiran (dhamma) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.
Kesadaran yang timbul melalui indria penglihatan (cakkhu-vin~n~ana)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Kesadaran yang timbul melalui indria pendengaran (sota-vin~n~ana) ..
Kesadaran yang timbul melalui indria pembauan (ghana-vin~n~ana) ....
Kesadaran yang timbul melalui indria pengecapan (jivha vin~n~ana)...
Kesadaran yang timbul melalui indria sentuhan (kaya-vin~n~ana)......
Kesadaran yang timbul melalui indria pikiran (mano-vin~n~ana) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Kontak yang timbul melalui indria penglihatan (cakkhu-samphassa)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Kontak yang timbul melalui indria pendengaran (sota-samphassa) ...
Kontak yang timbul melalui indria pembauan (ghana-samphassa) .....
Kontak yang timbul melalui indria pengecapan (jivha-samphassa) ...
Kontak yang timbul melalui indria sentuhan (kaya-samphassa) ......
Kontak yang timbul melalui indria pikiran (mano-samphassa) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Perasaan yang timbul karena kontak indria penglihatan (cakkhusamphassaja
vedana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.
Perasaan yang timbul karena kontak indria pendengaran (sotasamphassaja
vedana) ..............................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pembauan (ghana-samphassaja
vedana) .....................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pengecapan (jivhasamphassaja
vedana)...............................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria sentuhan (kaya-samphassaja
vedana) .....................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pikiran (mano-samphassaja
vedana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini;
dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempattinggal.
Pencerapan bentuk (rupa-san~n~a) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah
tanha itu bertempat-tinggal.
Pencerapan suara (sadda-san~n~a) ...................................
Pencerapan bebauan (gandha-san~n~a) ................................
Pencerapan kecapan (rasa-san~n~a) ..................................
Pencerapan sentuhan (photthabba-san~n~a) ...........................
Pencerapan obyek pikiran (dhamma-san~n~a) adalah yang disenangi,yang
menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, disanalah
tanha itu bertempat-tinggal.
Kehendak yang timbul karena bentuk (rupa-sancetana) adalah yang
disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Kehendak yang timbul karena suara (sadda-sancetana) ..............
Kehendak yang timbul karena bebauan (gandha-sancetana) ..........
Kehendak yang timbul karena kecapan (rasa-sancetana) ............
Kehendak yang timbul karena sentuhan (photthabba-sancetana) ......
Kehendak yang timbul karena obyek pikiran (dhamma-sancetana) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu timbul, dari sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Tanha yang timbul karena bentuk (rupa-tanha) adalah yang disenangi
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di
sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Tanha yang timbul karena suara (sadda-tanha) .....................
Tanha yang timbul karena bebauan (gandha-tanha) ..................
Tanha yang timbul karena kecapan (rasa-tanha) ....................
Tanha yang timbul karena sentuhan (photthabba-tanha) .............
Tanha yang timbul karena obyek pikiran (dhamma-tanha) adalah yang
disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
timbul, dari sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Pikiran yang tertuju kepada bentuk (rupa-vitakka) adalah yang disenangi,
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Pikiran yang tertuju kepada suara (sadda-vitakka) ................
Pikiran yang tertuju kepada bebauan (gandha-vitakka) .............
Pikiran yang tertuju kepada kecapan (rasa-vitakka) ...............
Pikiran yang tertuju kepada sentuhan (photthabba-vitakka) ........
Pikiran yang tertuju kepada obyek pikiran (dhamma-vitakka) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu timbul, dari sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Pikiran yang tertambat kepada bentuk (rupa-vicara) adalah yang disenangi,
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Pikiran yang tertambat kepada suara (sadda-vicara) ...............
Pikiran yang tertambat kepada bebauan (gandha-vicara) ............
Pikiran yang tertambat kepada kecapan (rasa-vicara) ..............
Pikiran yang tertambat kepada sentuhan (photthabba-vicara) .......
Pikiran yang tertambat kepada obyek pikiran (dhamma-vicara) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu timbul, dari sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Demikianlah, para bhikkhu, yang dikatakan Kesunyataan Mulia tentang
Sebab Dukkha.

20. Dan apakah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia tentang Padamnya Dukkha
(Dukkha-nirodha Ariya-sacca) ?
Padamnya sama sekali dan tidak adanya nafsu (tanha) itu, melepaskannya,
meninggalkannya, terbebaskan dari dan tak melekat pada
tanha itu. Tetapi sekarang, para bhikkhu, dimanakah ia padam, di
manakah ia lenyap ? Di dalam obyek yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; di sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu
lenyap.

Apakah di dunia ini yang disenangi, yang menyenangkan ?
Indria penglihatan (cakkhu) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; di sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu
lenyap.
Indria pendengaran (sota) ........................................
Indria pembauan (ghana) ..........................................
Indria kecapan (rasa) ............................................
Indria sentuhan (photthabba)......................................
Indria pikiran (mana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; di sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap
Bentuk-bentuk (rupa) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Suara-suara (sadda) ..............................................
Bebauan (gandha) .................................................
Kecapan (rasa) ...................................................
Sentuhan (photthabba) ............................................
Obyek pikiran (dhamma) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu
lenyap.
Kesadaran yang timbul melalui indria penglihatan (cakkhu-vin~n~ana)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kesadaran yang timbul melalui indria pendengaran(sota-vin~n~ana)....
Kesadaran yang timbul melalui indria pembauan (ghana-vin~n~ana) ....
Kesadaran yang timbul melalui indria pengecapan(jivha-vin~n~ana)....
Kesadaran yang timbul melalui indria sentuhan (kaya-vin~n~ana)......
Kesadaran yang timbul melalui indria pikiran (mano-vin~n~ana) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kontak yang timbul melalui indria penglihatan (cakkhu-samphassa)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kontak yang timbul melalui indria pendengaran (sota-samphassa)....
Kontak yang timbul melalui indria pembauan (ghana-samphassa) .....
Kontak yang timbul melalui indria pengecapan (jivha-samphassa) ...
Kontak yang timbul melalui indria sentuhan (kaya-samphassa) ......
Kontak yang timbul melalui indria pikiran (mano-samphassa) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Perasaan yang timbul karena kontak indria penglihatan (cakkhusamphassaja-
vedana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Perasaan yang timbul karena kontak indria pendengaran (sotasamphassaja-
vedana) ..............................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pembauan (ghana-samphassaja-
vedana) .....................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pengecapan (jivha-samphassaja-
vedana) .................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria sentuhan (kaya-samphas
saja-vedana) .....................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pikiran (mano-samphassaja-
vedana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini;
dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Pencerapan bentuk (rupa-san~n~a) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah
tanha itu lenyap.
Pencerapan suara (sadda-san~n~a) ...................................
Pencerapan bebauan (gandha-san~n~a) ................................
Pencerapan kecapan (rasa-san~n~a) ..................................
Pencerapan sentuhan (photthabba-san~n~a) ...........................
Pencerapan obyek pikiran (dhamma-san~n~a) adalah yang disenangi,yang
menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kehendak yang timbul karena bentuk (rupa-sancetana) adalah yang
disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kehendak yang timbul karena suara (sadda-sancetana) ..............
Kehendak yang timbul karena bebauan (gandha-sancetana) ..........
Kehendak yang timbul karena kecapan (rasa-sancetana) ............
Kehendak yang timbul karena sentuhan (photthabba-sancetana) .....
Kehendak yang timbul karena obyek pikiran (dhamma-sancetana)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu padam, dari sanalah tanha itu lenyap.
Tanha yang timbul karena bentuk (rupa-tanha) adalah yang disenangi
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di
sanalah tanha itu lenyap.
Tanha yang timbul karena suara (sadda-tanha) .....................
Tanha yang timbul karena bebauan (gandha-tanha) .................
Tanha yang timbul karena kecapan (rasa-tanha) ...................
Tanha yang timbul karena sentuhan (photthabba-tanha) ............
Tanha yang timbul karena obyek pikiran (dhamma-tanha) adalah yang
disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
padam, dari sanalah tanha itu lenyap.
Pikiran yang tertuju kepada bentuk (rupa-vitakka) adalah yang disenangi,
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Pikiran yang tertuju kepada suara (sadda-vitakka) ................
Pikiran yang tertuju kepada bebauan (gandha-vitakka) .............
Pikiran yang tertuju kepada kecapan (rasa-vitakka) ...............
Pikiran yang tertuju kepada sentuhan (photthabba-vitakka) ........
Pikiran yang tertuju kepada obyek pikiran (dhamma-vitakka) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu padam, dari sanalah tanha itu lenyap.
Pikiran yang tertambat kepada bentuk (rupa-vicara) adalah yang disenangi,
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Pikiran yang tertambat kepada suara (sadda-vicara) ...............
Pikiran yang tertambat kepada bebauan (gandha-vicara) ............
Pikiran yang tertambat kepada kecapan (rasa-vicara) ..............
Pikiran yang tertambat kepada sentuhan (photthabba-vicara) .......
Pikiran yang tertambat kepada obyek pikiran (dhamma-vicara) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu padam, dari sanalah tanha itu lenyap.
Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan Kesunyataan Mulia tentang
Padamnya Dukkha.

Bersambung....

:lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #3 on: 18 July 2009, 07:32:17 AM »
21. Dan apakah, para bhikhu, Jalan Mulia Yang Menuju Padamnya Dukkha
(Dukkha-nirodha-gamini-patipada Ariya-sacca) ?
Itu adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu: Pandangan Benar,
Pikiran Benar, Perkataan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan
Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar.

Dan apakah, para bhikkhu, Pandangan Benar (Samma Ditthi) ?
Para bhikkhu, pengetahuan tentang Dukkha, pengetahuan tentang
Sebab Dukkha, pengetahuan tentang Padamnya Dukkha, pengetahuan
tentang Jalan yang menuju ke Padamnya Dukkha. Inilah yang dikatakan
Pandangan Benar.

Dan apakah, para bhikkhu, Pikiran Benar (Samma Sankappa) ?
Pikiran melepas, tidak beritikad jahat, tidak menyakiti. Inilah
yang dikatakan Pikiran Benar.

Dan apakah, para bhikkhu, Ucapan Benar (Samma Vaca) ?
Tidak berbohong, tidak memfitnah, tidak berbicara kasar, tidak
berkata yang tak berguna. Inilah yang dikatakan Ucapan Benar.

Dan apakah, para bhikkhu, Perbuatan Benar (Samma Kammanta) ?
Tidak melakukan pembunuhan, tidak mengambil apa yang tidak diberikan,
tidak melakukan perbuatan seksual secara salah. Inilah yangdikatakan
Perbuatan Benar.

Dan apakah, para bhikkhu, Penghidupan Benar (Samma Ajiva) ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, siswa yang mulia setelah meninggalkan
penghidupan yang salah, mencukupi kebutuhannya dengan Penghidupan
Benar.

Dan apakah, para bhikkhu, Usaha Benar (Samma Vayama) ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berusaha mencegah
timbulnya kejahatan dan keadaan yang tidak baik yang belum ada dalam
dirinya; untuk maksud itu ia mengerahkan tenaganya, ia kuatkan
batinnya. Ia berusaha melenyapkan kejahatan dan keadaan yang
tidak baik yang telah ada dalam dirinya; untuk maksud itu ia mengerahkan
tenaganya, ia kuatkan batinnya. Ia berusaha menimbulkan
kebaikan dan segala sesuatu yang baik yang belum ada pada dirinya;
untuk maksud itu ia mengerahkan tenaganya, ia kuatkan batinnya.
Segala kebaikan yang telah ada pada dirinya dipertahankannya,
tidak menguranginya, melipat-gandakannya, memperbanyaknya, mengembangkannya
sampai sempurna; untuk maksud itu ia mengerahkan tenaganya,
ia kuatkan batinnya. Inilah yang dikatakan Usaha Benar.

Dan apakah, para bhikkhu, Perhatian Benar (Samma Sati) ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani, berusaha, sadar,
dan mengendalikan dirinya, telah mengatasi keserakahan dan kesedihan
dalam dirinya; seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan perasaan sebagai perasaan, berusaha, sadar,
dan mengendalikan dirinya, telah mengatasi keserakahan dan kesedihan
dalam dirinya; seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun melakukan
perenungan pikiran sebagai pikiran, berusaha, sadar, dan
mengendalikan dirinya, telah mengatasi keserakahan dan kesedihan
dalam dirinya; seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran, berusaha, sadar,
dan mengendalikan dirinya,telah mengatasi keserakahan dan kesedihan
dalam dirinya. Inilah yang dikatakan Perhatian Benar.

Dan apakah, para bhikkhu, Konsentrasi Benar (Samma Samadhi) ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu jauh dari hawa nafsu,
jauh dari hal-hal tidak baik, dengan pikiran mengarah pada obyek
(vitakka) dan pikiran menambat pada obyek (vicara) mencapai dan
berada dalam Jhana Pertama yang penuh dengan kegiuran (piti) dan
kegembiraan (sukha) sebagai hasil dari kesunyian.
Setelah menyingkirkan pikiran terarah (vitakka) dan pikiran tertambat
(vicara), dengan mencapai ketenangan batin, dengan pikiran
terpusat, ia mencapai dan berada dalam Jhana Kedua yang penuh
dengan kegiuran (piti) dan kegembiraan (sukha), terbebas dari
pikiran terarah (vitakka) dan pikiran tertambat (vicara).
Setelah mengatasi kegiuran (piti), ia berada dalam keseimbangan
batin, sadar dan penuh perhatian, tubuhnya merasakan kebahagiaan
seperti yang dikatakan oleh para muliawan (ariya): "Ia berada
dalam keseimbangan batin, sadar dan bahagia", ia mencapai dan
berada dalam Jhana Ketiga.

Dengan menyingkirkan kebahagiaan dan penderitaan, dengan menghilangnya
kesenangan dan kesedihan (mental) yang ia rasakan sebelumnya,
dan dengan kemurnian kesadaran dan keseimbangan batin, ia
mencapai dan berada dalam Jhana Keempat, bebas dari kebahagiaan
dan penderitaan. Inilah yang dikatakan Konsentrasi Benar.
Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan Jalan Mulia Yang Menuju
Padamnya Dukkha.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia
hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Empat Kesunyataan Mulia.
22. Para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan Empat Landasan Perhatian
Murni selama tujuh tahun, maka salah satu dari dua hasil
dapat diharapkan dalam penghidupan sekarang, yaitu Pengetahuan
Tertinggi (Arahat) sekarang dan saat ini, atau jika masih terdapat
sedikit kekotoran batin, direalisasi tingkat kesucian Anagami.
Atau, bila bukan tujuh tahun, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama enam tahun,.....
Atau, bila bukan enam tahun, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama lima tahun,.....
Atau, bila bukan lima tahun, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama empat tahun,....
Atau, bila bukan empat tahun, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama tiga tahun,.....
Atau, bila bukan tiga tahun, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama dua tahun,......
Atau, bila bukan dua tahun, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama satu tahun, maka
salah satu dari dua hasil dapat diharapkan dalam penghidupan
sekarang, yaitu Pengetahuan Tertinggi (Arahat) sekarang dan saat
ini, atau jika masih terdapat sedikit kekotoran batin, direalisasi
tingkat kesucian Anagami.
Atau, bila bukan satu tahun, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama tujuh bulan,maka
salah satu dari dua hasil dapat diharapkan dalam penghidupan
sekarang, yaitu Pengetahuan Tertinggi (Arahat) sekarang dan saat
ini, atau jika masih terdapat sedikit kekotoran batin, direalisasi
tingkat kesucian Anagami.
Atau, bila bukan tujuh bulan, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama enam bulan,.....
Atau, bila bukan enam bulan, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama lima bulan,.....
Atau, bila bukan lima bulan, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama empat bulan,....
Atau, bila bukan empat bulan, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama tiga bulan,.....
Atau, bila bukan tiga bulan, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama dua bulan,......
Atau, bila bukan dua bulan, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama satu bulan,.....

Atau, bila bukan satu bulan, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama setengah bulan,
maka salah satu dari dua hasil dapat diharapkan dalam penghidupan
sekarang, yaitu Pengetahuan Tertinggi (Arahat) sekarang dan saat
ini, atau jika masih terdapat sedikit kekotoran batin, direalisasi
tingkat kesucian Anagami.
Atau, bila bukan setengah bulan, para bhikkhu, siapa saja yang mengembangkan
Empat Landasan Perhatian Murni selama tujuh hari, maka
salah satu dari dua hasil dapat diharapkan dalam penghidupan
sekarang, yaitu Pengetahuan Tertinggi (Arahat) sekarang dan saat
ini, atau jika masih terdapat sedikit kekotoran batin, direalisasi
tingkat kesucian Anagami.
Atas dasar inilah maka dikatakan (pada waktu permulaan):
"Inilah satu jalan, para bhikkhu, untuk menuju kesucian makhlukmakhluk,
untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri
derita dan duka cita, untuk mencapai jalan benar (n~aya),
untuk merealisasi Nibbana, yaitu empat landasan perhatian murni."
Demikianlah sabda Sang Bhagava. Para bhikkhu merasa senang dan
bergembira atas kata-kata Sang Bhagava.
Selesailah Khotbah tentang Landasan Perhatian Murni yang Agung
ooo
Sumber: 1. Digha Nikaya Pali, jilid dua - Pali Text Society, London
2. Dialogues of the Buddha, jilid dua - PTS, London
3. Satipatthana Sutta - Buddhist Missionary Society, Malaysia
4. The Heart of Buddhist Meditation - Buddhist Publication
Society, Srilanka
Diterjemahkan oleh: Selamet Rodjali
Diedit oleh: Bhikkhu Sukhemo
Diterbitkan oleh: PATRIA

Semoga bermanfaat....
_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #4 on: 18 July 2009, 08:18:18 AM »
kita punya lohh... Digha Nikaya

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #5 on: 18 July 2009, 12:09:04 PM »
ada mod yg tidak cinta produk sendiri. dendanya apa nih?

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #6 on: 18 July 2009, 12:23:09 PM »
Bagi2 kue bolu  :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #7 on: 18 July 2009, 12:48:01 PM »
apa mungkin perlu di pecah2 per sutta lalu dibuatkan pdfnya??

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #8 on: 18 July 2009, 01:09:42 PM »
htp://dhammacitta.org/tipitaka yg perlu dilengkapi

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #9 on: 18 July 2009, 04:08:07 PM »
ada mod yg tidak cinta produk sendiri. dendanya apa nih?
=)) =)) =)) ada korban baru neh =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #10 on: 18 July 2009, 04:33:18 PM »
suruh ke bandung lage... kirimin kue bolu
Samma Vayama

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #11 on: 18 July 2009, 05:34:50 PM »
suruh ke bandung lage... kirimin kue bolu

gak kebagian yak :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #12 on: 18 July 2009, 06:48:13 PM »
kita punya lohh... Digha Nikaya

Punya? kenapa ga di posting? ;D

Saya ketemu sutta itu di file saya... saya baca...menurutku itu bagus... :jempol:

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #13 on: 18 July 2009, 06:48:57 PM »
ada mod yg tidak cinta produk sendiri. dendanya apa nih?

hmmmm...aku mikir2 dulu yaah.... :))

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #14 on: 18 July 2009, 06:49:59 PM »
Bagi2 kue bolu  :))

Nanti biayanya tagih ke kasir DC yaah? (lirik suhu) :))

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #15 on: 18 July 2009, 06:50:51 PM »
apa mungkin perlu di pecah2 per sutta lalu dibuatkan pdfnya??

Setuju.... ;D

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #16 on: 18 July 2009, 06:53:16 PM »
suruh ke bandung lage... kirimin kue bolu

gak kebagian yak :))

Maaf ...bagi yg ga kebagian... ;D

Makanya kalo Tukang BOlu agi ke bdg...jemput donk??? :))

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #17 on: 18 July 2009, 07:36:16 PM »
kita punya lohh... Digha Nikaya

Punya? kenapa ga di posting? ;D

Saya ketemu sutta itu di file saya... saya baca...menurutku itu bagus... :jempol:

_/\_ :lotus:

berarti belum baca DN kita nich...

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #18 on: 18 July 2009, 08:34:46 PM »
kita punya lohh... Digha Nikaya

Punya? kenapa ga di posting? ;D

Saya ketemu sutta itu di file saya... saya baca...menurutku itu bagus... :jempol:

_/\_ :lotus:

berarti belum baca DN kita nich...

Iyah...belum baca...Saya kalo baca buku beberapa lembar langsung ngantuk dech... :))

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #19 on: 22 July 2009, 08:39:13 AM »
bagus bangettt,,, ini susah sekali.. :))
tapi patut dicoba.. ;D

Offline akuilusi

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 37
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
Re: MAHA SATIPATTHANA SUTTA
« Reply #20 on: 09 February 2010, 02:00:25 PM »
Namo Maha Satipatthana Sutta _/\_