Kebetulan thread sebelah sedang bahas pertobatan dari agama "sesat" masuk ke agamanya, dan mengambil langkah-langkah tertentu seperti menghancurkan altar dan simbol-simbol dari ajaran lamanya yang "sesat".
Ada orang bertanya kepada saya apakah dengan memeluk Buddhisme, tradisi dan budaya harus ditinggalkan.
Saya katakan, ada yang harus ditinggalkan, dan ada yang tidak perlu ditinggalkan.
Kebiasaan, adat, tradisi, dan budaya yang ditinggalkan adalah yang tidak bersesuaian dengan moralitas Buddhis, yaitu: pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, berbohong, dan mabuk-mabukan. Harus ditinggalkan di sini maksudnya bukanlah untuk menyenangkan Buddha, bhikkhu, atau sesama umat Buddha lainnya, tetapi adalah demi keuntungan dirinya sendiri sebab perbuatan-perbuatan tersebut hanya memberikan akibat yang buruk bagi diri sendiri.
Kebiasaan, adat, tradisi, dan budaya yang tidak perlu ditinggalkan adalah yang tidak bertentangan dengan moralitas Buddhis, dengan catatan, hendaknya ia memiliki pengertian benar akan hal tersebut.
Ada kisah di mana ketika buddha sedang memberikan khotbah kepada para bhikkhu, Buddha bersin. Menurut kepercayaan orang-orang dulu, kalau bersin itu berarti "roh"-nya meninggalkan tubuhnya dan bisa menyebabkan umur pendek/kematian, maka ketika ada orang bersin, mereka "memantrai" dengan ucapan "semoga panjang umur". Kebiasaan ini juga ada di mana-mana sampai sekarang, di mana orang barat sering berkata "Bless you!" ketika ada orang bersin. (Di Jerman, "mantranya" adalah "Gesundheit!" yang mengharapkan agar sehat selalu.)
Kemudian Buddha bertanya kepada para bhikkhu tersebut, "apakah ungkapan 'semoga panjang umur' yang ditujukan kepada orang bersin bisa menyebabkan orang itu hidup atau mati?" Para bhikkhu menjawab, "tidak". Inilah pengertian benar yang diajarkan Buddha kepada para murid.
Lalu bagaimana dengan kebiasaan masyarakat yang demikian? Buddha menetapkan aturan yang memperbolehkan bhikkhu ketika bersin dan didoakan "panjang umur", membalas dengan "semoga anda juga panjang umur" sesuai adat yang berlaku. Inilah sikap Buddha terhadap kebiasaan, adat, tradisi dan budaya.
Jadi sebagai umat Buddha, kita harus memiliki pengertian yang benar tentang ajaran Buddha. Di samping itu, tidaklah perlu menjajah budaya orang lain, tidak perlu melakukan hal-hal ekstrim seperti penghancuran simbol-simbol, dan lain-lain yang tidak bermanfaat.