//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Candi Borobudur ^_^  (Read 31156 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Candi Borobudur ^_^
« on: 04 September 2008, 09:38:32 PM »
pertamax..  ;D

mo posting foto2nya candi Borobudur..
ayo semuanya kasih input tambahannya ya..


By : Zen

[attachment deleted by admin]
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #1 on: 04 September 2008, 09:44:52 PM »
"Selama gunung berapi masih menyemburkan asap panasnya,
Selama bumi masih terikat (pohon) Bodhi,
Selama para dewa masih bersemayam di Gunung (Maha) Meru,
Dan selama sang surya masih bersinar menerangi angkasa,
Semoga candi ini senantiasa memancarkan kebajikan para Buddha.”

Prasasti Kayumwungan, 824 M.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #2 on: 04 September 2008, 09:48:02 PM »
Bro.. post foto perjalanan bro di India donk..
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #3 on: 04 September 2008, 09:51:40 PM »
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=805.0
di link atas ada koq bro hedi.
kalo mau foto2 yg ada saya, tinggal liat di fs. :)


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #4 on: 04 September 2008, 09:52:26 PM »
Setidaknya ada linknya deh.. soalnya sering ketimbun
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #5 on: 04 September 2008, 09:55:32 PM »
no problemo. :)
linknya udah ada, bro hedi..

eh iya, sapa yg bisa translate inggris-indo ya..
saya ada artikel2 ttg candi borobudur, but in english boo..
kasihan buat yang ga isa baca..
ada yg berminat utk translate-in?
pm me, ok?


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #6 on: 04 September 2008, 09:57:35 PM »
Rina Hong :))
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #7 on: 04 September 2008, 10:25:21 PM »
Borobudur, Ajaran Hidup Sang Buddha

KapanLagi.com - Selain terkenal dengan Malioboro, Kaliurang, Parangtritis dan keratonnya, Yogya juga menyimpan sebuah obyek wisata yang sekaligus merupakan tempat pemujaan agama Buddha. Candi Borobudur, itulah namanya.

Candi ini terletak disebelah Barat Laut Yogya. Candi yang tercatat sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia ini konon dibangun pada abad ke 8. Selain tercatat sebagai kuil Buddha terbesar di dunia, Borobudur juga memiliki keunikan tersendiri.

Candi ini tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan (pradaksina).

Candi ini dibangun ketika Samaratungga - raja dari dinasti Syailendra memerintah di Jawa Tengah. Konon pembangunan candi ini memakan waktu setengah abad. Jika dilihat dari udara, Borobudur seolah tampak seperti bunga lotus yang akan berkembang, mengambang di atas air danau. Penelitian geologi membuktikan bahwa daerah Candi Borobudur dulu adalah sebuah danau yang luas.

Hingga kini belum diketahui arti Borobudur. Konon Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara dan Budur. Bara (Sansekerta) berarti kompleks candi atau biara. Sedangkan Budur (berasal dari bahasa Bali, Beduhur) berarti di atas. Dengan kata lain, Borobudur berarti Biara di atas bukit.

Konon candi ini sempat terkubur oleh letusan gunung Merapi (950M) dan baru ditemukan lagi pada abad 19 oleh Gubernur Jenderal Jawa Sir Thomas Raffles (1814). Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar. Tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.

Borobudur dikenal dengan nama BANGUNAN SUCI 10 TINGKAT karena memiliki 10 tingkat. Ini menggambarkan filsafat mazhab Mahayana yang mengajarkan bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Buddha harus melalui sepuluh tingkatan Bodhisattwa.

Barangsiapa mampu melampaui semua tingkat itu, ia akan mencapai kesempurnaan.
Konon Borobudur merupakan tiruan dari alam semesta [Mandala Bhumi].

[attachment deleted by admin]
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #8 on: 04 September 2008, 10:28:02 PM »
RAHASIA ANGKA

Jumlah tingkatan Borobudur adalah 10, angka-angka dalam 10 bila dijumlahkan hasilnya : 1 + 0 = 1.
Jumlah stupa di tingkat atas yang didalamnya ada patung-patungnya ada : 32 + 24 + 16 + 1 = 73.
Angka 73 bila dijumlahkan hasilnya: 10 dan seperti diatas 1 + 0 = 10.
Jumlah patung-patung di Borobudur seluruhnya ada 505 buah.
Bila angka-angka didalamnya dijumlahkan, hasilnya 5 + 0 + 5 = 10 dan juga seperti diatas 1 + 0 = 1.

TIGA SERANGKAI

Berdasarkan Prasasti Karangtengah (824M) maupun Prasasti Sri Kahulungan (842M) disebutkan bahwa selian Borobudur, ada dua candi lagi yang didirikan untuk mengagungkan kebesaran Buddha, yaitu Candi Mendut (didirikan Pramudyawardani) dan Candi Pawon (didirikan Indra).

Entah yang mana lebih dahulu didirikan, yang jelas ketiga candi yang terletak pada satu garis lurus dari timur menuju barat ini mempunyai makna tersendiri dan mempunyai keterikatan yang satu dengan yang lainnya. (tut)

Sumber : http://www.kapanlagi.com/a/0000002424.html

[attachment deleted by admin]
« Last Edit: 04 September 2008, 10:41:52 PM by Hikoza83 »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #9 on: 04 September 2008, 10:31:17 PM »
Aye mau sekali2 jalan ke borobudur... namun belum berkesempatan :))


Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #10 on: 04 September 2008, 10:43:30 PM »
Aye mau sekali2 jalan ke borobudur... namun belum berkesempatan :))



ketika saya kul di jogja aje, ke candi Borobudurnya setahun sekali, wei. :))


By :Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #11 on: 04 September 2008, 10:46:00 PM »
:)) :))

Ke Borobudur pake tiket gak? Terus bagus gak tempatnya?
Pengen kesono... :))

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #12 on: 04 September 2008, 10:55:53 PM »
:)) :))

Ke Borobudur pake tiket gak? Terus bagus gak tempatnya?
Pengen kesono... :))

kalo zaman dahulu sih, ngga usah pake tiket wei..  8)

kalo zaman sekarang musti pake duit buat bayar tiketnya.. :))

bagus ato nggaknya, musti liat sendiri, wei. :)


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #13 on: 04 September 2008, 10:58:13 PM »
:)

Aye rasa borobudur itu mesti dirawat baik2 deh, 'peninggalan' yang berharga itu...
Disana terawat gak?

Ayo kapan2 kita anak2 DC tour rame2 ksono :))

Offline mushroom_kick

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.302
  • Reputasi: 92
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #14 on: 04 September 2008, 11:03:11 PM »
aye taon lalu kesana,t4 na masih bagus, bersih jg, terawat jg, cm pedagang na az kelewat banyak, pas ud ampe puncak poto2, pas mo turun dengkul lemes saking tinggi na, frozen ditangga, untung ad teman mo turun, langsung tak gandeng, selamat dah ampe bawah, tips belanja>> pande2 tawar yak :whistle:
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #15 on: 04 September 2008, 11:07:35 PM »
Ayo rame2 kesono...
Mau lihat :))

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #16 on: 04 September 2008, 11:08:25 PM »
katanya di daerah krawang sekitarnya ....
ditemukan mirip2 candi, dan para ahli purbakala menyatakan candi tersebut lebih tua dr Bobobudur

ada yg tau informasi ini......
tolong dilengkapin ......  _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Mr. Bagus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 349
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • Sedang Apa
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #17 on: 04 September 2008, 11:10:20 PM »
Sayang sekali Mr. Wei tidak berkesempatan ke Candi Borobudur. Luar Biasa banget dah ! Keren. Auranya itu lho... saya ga bisa ikut melihatnya :P Tapi yang jelas kulit terasa rada panaas. Kebetulan waktu itu tur ama temen2 sekolah pas nyampenya siang hari dan pas lagi terik-teriknya, hahaha  ^-^

Tips dari saya:
1. Kalo pagi ke sana, pakailah alas kaki yang tidak licin agar tidak terpeleset karena embun.
2. Kalo siang ke sana, pakailah payung agar tidak kepanasan contoh:  :))
Jangan lupa kaca matanya biar dibilang keren  8)
3. Bawa kamera untuk dikasih ke orang-orang. Lho, kok  :o biar ada photo diri sendiri, kan ga punya tripod  :)) Tapi kalo pakai jasa fotografer nanti dikirain Mr. Wei artis/aktor lagi.. bisa ga nyaman di Borobudurnya pada rebutan photo bareng   :-?
4. Kalo sore ke sana, pakai jas hujan ya. Kan sekarang akan musim hujan. Kan sedia jas hujan sebelum hujan  :))
5. Kalo malam ke sana, pastinya hanya pada acara-acara khusus aja kalo ga dikira mencuri candi lagi, wuih mudah-mudah ga ketangkep eh ga ada kejadian begituan  :-?
Mungkin temen2 ada saran buat Mr. Wei supaya niat mengalahkan waktu yang sempet itu  0:)
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #18 on: 04 September 2008, 11:12:41 PM »
:))

Thenkyuuuu Mr. Bagus...

Klo gak kesampaian pergi juga gak apa2 koq, kan aye cuma kepengen, klo gak bisa yauda, kita lepas aja :))

Duh lagi ngebayangin borobudur sesuai dengan yg diceritain bang Bagus ^_^

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #19 on: 04 September 2008, 11:19:17 PM »
eh ya...
btw, setahuku zaman dahulu [sekitar abad ke-8],
candi Borobudur ga dibangun dengan semen loh..
dan masih kokoh hingga sekarang [sekitar 12 abad]..

kira2 arsitek2 zaman sekarang bisa ngga bikin candi lagi ya? ???
yg ga pake semen? :)
dan bisa tahan berabad-abad seperti itu..


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #20 on: 05 September 2008, 11:05:27 PM »
link referensi ttg candi Borobudur :

www.borobudur.tv

nb : in english. yg mo translate in dan posting ke sini, silahkan. sekalian menimbun kebajikan. :)


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #21 on: 05 September 2008, 11:09:26 PM »
dari wikipedia bahasa indonesia :

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Nama Borobudur

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan, pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga sekitar 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #22 on: 05 September 2008, 11:11:02 PM »
Struktur Borobudur

Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.

Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada jaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.

Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.

Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.

Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala.

Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #23 on: 05 September 2008, 11:14:38 PM »
Relief

Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang wiracarita Ramayana. Ada pula relief-relief cerita jātaka.

Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur disetiap tingkatnya, mulainya disebelah kiri dan berakhir disebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.

Adapun susunan dan pembagian relief cerita pada dinding dan langkan candi, adalah sbb :
Bagan Relief
Tingkat     Posisi/letak    Cerita Relief              Jumlah Pigura
Kaki candi asli    -----    Karmawibhangga             160 pigura
Tingkat I    - dinding    a. Latitawistara        120 pigura
-------    - -----    b. jataka/awadana      120 pigura
-------    - langkan    a. jataka/awadana        372 pigura
-------    - -----    b. jataka/awadana      128 pigura
Tingkat II    - dinding    Gandawyuha               128 pigura
--------    - langkan    jataka/awadana              100 pigura
Tingkat III    - dinding    Gandawyuha                88 pigura
--------    - langkan    Gandawyuha               88 pigura
Tingkat IV    - dinding    Gandawyuha                84 pigura
--------    - langkan    Gandawyuha                72 pigura
--------    Jumlah    --------                       1460 pigura

Secara runtutan , maka cerita pada relief candi secara ringkat bermakna sebagai berikut :

Karmawibhangga
Salah satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut tenggara)
Salah satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut tenggara)

Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut, menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri ( serial ), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.

Lalitawistara

Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke 27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.

Jataka dan Awadana

Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari mahluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa / perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju keringkat ke buddha an.

Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.

Gandawyuha

Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke 2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #24 on: 05 September 2008, 11:15:02 PM »
Tahapan pembangunan Borobudur

    * Tahap pertama

Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.

    * Tahap kedua

Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.

    * Tahap ketiga

Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.

    * Tahap keempat

Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #25 on: 05 September 2008, 11:15:48 PM »
Ikhtisar waktu proses pemugaran Candi Borobudur

    * 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

    * 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.

    * 1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.

    * 1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.

    * 1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.

    * 1956 - pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.

    * 1963 - pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.

    * 1968 - pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.

    * 1971 - pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.

Batu peringatan pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO
Batu peringatan pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO

    * 1972 - International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.

    * 10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984

    * 21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali. Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstrem yang dipimpin Habib Husein Ali Alhabsyi.

    * 1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.

Daftar pustaka

    * Dr. Soekmono, Candi Borobudur - Pusaka Budaya Umat Manusia, Jakarta: Pustaka Jaya (1978)


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Borobudur
« Last Edit: 05 September 2008, 11:45:32 PM by Hikoza83 »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #26 on: 05 September 2008, 11:23:41 PM »
Konon katanya stupa utama yg paling atas, didalamnya terdapat Relic Sang Buddha
Tetapi pada saat diketemukan kembali oleh Gubernur Raffles, tempat stupa utama itu dijadikan tempat
istiharat sambil ngopi oleh para tentara  (Inggris apa Belanda ??)
Stupa utama tersebut sempat dibuka didalamnya terdapat kotak
Kotak tersebut diyakinin sebagai Relic Sang Buddha
Karena ketidaktahuan para tentara, kotak tersebut diacuhkan dan dibuang ....  :'( :'( :'(

Aye gak ngarang lohh ..... (lupa baca buku apa denger diradio)

 _/\_

 
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #27 on: 06 September 2008, 09:22:10 AM »
Ada yang punya gambar arsitektural atau data-data arsitektural Borobudur?
Mau buat model 3d Borobudur yang sederhana saja nih, tapi gak punya data-datanya
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #28 on: 06 September 2008, 10:53:57 AM »
Ada yang punya gambar arsitektural atau data-data arsitektural Borobudur?
Mau buat model 3d Borobudur yang sederhana saja nih, tapi gak punya data-datanya

http://www.borobudur.tv/architecture.htm
buat info tambahan bro karuna. :)


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #29 on: 06 September 2008, 10:59:29 AM »
Thx Zen.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #30 on: 06 September 2008, 11:23:18 AM »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #31 on: 06 September 2008, 11:55:55 PM »
Ada yang punya gambar arsitektural atau data-data arsitektural Borobudur?
Mau buat model 3d Borobudur yang sederhana saja nih, tapi gak punya data-datanya

gambar2 tentang Borobudur, bisa diliat disini

Silaken : http://www..org/showthread.php?t=51637

Semoga bermanfaat .....  :)

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #32 on: 07 September 2008, 07:36:06 AM »
ttg candi Borobudur ini, Guru ku pernah bilang begini :

para arsitek mengagumi keindahan struktur bangunan dan desainnya;
para seniman mengagumi keindahan mahakarya seni yang terpahat di dinding candi;
para pujangga mengagumi keindahan alam di sekitarnya;
para rohaniwan mengagumi kerendahan hati, dan sifat2 baik masyarakat nusantara di masa lampau;

setiap orang dari berbagai bidang ilmu, dapat memperoleh manfaat yang sesuai bagi mereka. :)
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #33 on: 17 September 2008, 06:17:35 PM »
Kejujuran Raja Sutasoma

Pada suatu waktu, sang Bodhisattva dilahirkan sebagai Raja Maha Sutasoma. Pada waktu itu hiduplah pula seorang raja bernama Purusadha, yang di usir ke hutan karena gemar makan daging manusia. Kemudian ia berdiam di bawah sebuah pohon Banyan, menangkap dan memakan orang–orang lewat yang tersesat.

Pada suatu hari Raja Purusadha ingin melaksanakan sumpahan ketika sebuah duti mengganggu kakinya; dimana ia bersumpah akan mengorbankan seratus orang prajurit kepada dewanya. Dewa itu sendiri menyesalkan niat Purusadha, maka untuk mengindarkan pengorbanan manusia sebanyak itu, Purusadha diperintahkan untuk mengorbankan Raja Sutasoma saja.

Kebetulan Raja Sutasoma yang menuju ke sebuah danau akan mandi, berjumpa dengan seorang brahmana yang bermaksud untuk membacakan syair-syairnya untuk raja. Maha Sutasoma mempersilakan brahmana tersebut menunggu di istana san akan mendengarkan syair-syairnya setelah selesai mandi. Sewaktu selesai mandi, keluarlah raja Purusadha dari semak-semak dan membawa lari raja Sutasoma. Raja tidak gentar dan tetap tenang, hanya menyesal tidak dapat menempati janjinya untuk mendengarkan syair-syair sang brahmana. Hal ini dinyatakannya kepada Purusadha, yang kemudian melepaskan sang Raja dengan perjanjian akan kembali lagi apabila janji kepada brahama itu telah ditepati.

Raja Sutasoma kembali ke Istana, mendengarkan syair-syair sang brahmana, dan memberikanya hadiah. Meskipun telah ditahan tahan oleh seluruh anggota istana, Raja yang tetap hatinya itu menuju hutan menemui Purusadha kembali. Purusadha sedang menyiapkan api, heran melihat Raja Sutasoma datang kembali. Katanya, "Gila kau, saya lepasklan kau dengan tidak mengharapkan kau kembali lagi. Sekarang kau kembali, mengertilah bahwa kau akan ku bunuh juga. Mengapa kembali?" Sang Raja menjawab: "Hai Purusadha, menurut pendirianmu aku berbuat gila, tetapi aku tetap memenuhi janjiku. Aku berjanji akan kembali dan di sinihlah aku kembali. Aku lebih menghargai janjiku daripada hidupku, kau boleh mengorbankan aku". Purusadha yang dalam batinnya sesungguhnya tidak jahat, sangat terharu mendengar jawaban Sutasoma yang mempunyai ketetapan hati itu dan ingin mendengarkan ajaran ajaran utama. Segera ia duduk pada kaki Sutasoma dan asyik mendengarkan petuah-petuah yang berharga. Seketika ia berubah menjadi orang baik kembali, ia mengurungkan pergorbanannya kemudian mendapatkan kembali kerajaanya yang semula dan memerintah dengan bijaksana.

Sabda Sang Bodhisattva*) "Sesudah mendapatkan penerangan, untuk memenuhi janjiKu, Aku mengorbankan nyawaKu dan menyelamatkan seratus satu orang prajurit raja. Itulah kesempurnaanKu dalam menepati janji".

*) Sang Bodhisattva sebagai Raja Maha Sutasoma kemudian dikenal sebagai Buddha Gotama. Cerita di atas digambarkan di dalam Candi Borobudur dalam relief pada serambi pertama dinding luar deret atas dari pintu gerbang Selatan ke jurusan Barat pada relief nomor 23,24,25 dan 26.

(Kiriman: Dra Harumwati K, Tangerang. Dikutip dari Buku Mutiara Dhamma, atas izin Ir. Lindawati T)
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #34 on: 17 September 2008, 06:18:19 PM »
"Setelah membayar hutangku kepada brahmana itu aku akan kembali lagi, membawa kegembiraan pada matamu dan membayar hutangku padamu. Jangan menganggap bahwa hal ini merupakan muslihat untuk melarikan diri darimu, Oh Raja. Orang sepertiku tak mempunyai rasa takut. Aku menganut jalan yang berbeda dari yang sebagian besar orang tempuh."

Ucapan Bodhisattva menjengkelkan Purusadha yang menganggapnya sekedar berbasa-basi. Hingga akhirnya ia berpikir, "Jelas sekali ia membualkan kejujuran dan kebenarannya. Baiklah bila demikian, aku akan melihat kecintaannya terhadap kebenaran dan kebajikan!"

Kepada Bodhisattva ia lalu berkata: "Baiklah kalau begitu pergilah. Kita lihat kejujuranmu yang teguh dalam perbuatan, kita lihat bagaimana engkau menepati janjimu. Kita lihat kekuatan kebenaranmu. Setelah melakukan apa yang kau inginkan kepada brahmana, kembalilah segera! Sementara aku akan menyiapkan tungku pembakaranmu."
Sutasoma Jataka
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #35 on: 17 September 2008, 09:10:54 PM »


Yori Antar, arsitek muda Indonesia yang sangat terkenal itu, pernah berkata dalam bukunya "Tibet di Otak":

"Setelah melihat Swayambunath dan Boudhanath, kami jadi teringat candi Borobudur; dan semakin bangga akan milik bangsa sendiri itu. saya mengamini pendapat rekan saya, jay. tanpa mengecilkan keunikan pagoda di nepal, candi Angkor Wat di kamboja, maupun Shwedagon paya di Yangoon, Myanmar, Borobudur merupakan candi Buddha terindah di dunia, yang merupakan karya anak bangsa yang sangat jenius, yang menerobos ruang dan waktu. kehadirannya telah menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya. Borobudur memiliki tiga pelataran yang semuanya berisi pustaka perjalanan hidup Siddharta Gautama hingga mencapai pencerahan. Bagi saya yang telah empat kali mengunjungi Borobudur, tetap saja ada hal-hal baru yang saya dapatkan, seakan tidak pernah akan ada cukup waktu untuk emmahami keseluruhan arti dan makna yang dikandungnya"

"Karena Bororbudurlah kita dikenal dunia, karena Borobudur jugalah dunia memandang kita dengan penuh kagum dan hormat."


(Yori Antar - Tibet Di Otak)

Pada tahun 1989, Yori Antar bersama kawan-kawannya membentuk kelompok Arsitek Muda Indonesia. Universitas Ciputra di Surabaya juga didesain oleh beliau. Yori Antar telah menghasilkan puluhan karya desain arsitektur.

Yori Antar dan FORUM ARSITEK MUDA INDONESIA juga pernah mengajak seluruh calon arsitek, arsitek, dan siapa saja untuk menolak dengan tegas rencana pembangunan fasilitas komersial (Jagat Jawa) pada kawasan sakral Candi Borobudur tersebut.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #36 on: 17 September 2008, 09:55:19 PM »
nice post Bro!
Ditunggu cerita lainnya yang ada dalam relief Borobudur!
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #37 on: 17 September 2008, 10:29:07 PM »
nice post Bro!
Ditunggu cerita lainnya yang ada dalam relief Borobudur!

sebetulnya ada cukup banyak bro edward.
hanya kendala-nya di bahasa..
teksnya dlm bahasa inggris, dan saya kurang bagus dalam hal translatenya..  ;D
kalo ada yg berminat utk mentranslate teks2nya,
silahkan pm saya..
terima kasih :)
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #38 on: 17 September 2008, 10:34:13 PM »
Borobudur

Siapa pendiri candi Borobudur belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan data prasasti, Candi Borobudur dibangun oleh Smaratungga yang memerintah pada masa dinasti Syailendra (Abad VIII Masehi).

Prasasti yang memuat tentang pendirian Candi Borobudur yaitu:

· Prasasti Karang Tengah 824 Masehi, berbahasa Sanskerta dan Jawa Kuna yang dikeluarkan oleh Smaratungga. Dalam prasasti tersebut terdapat kata bhumisambharabudhara.

· Prasasti Shri Kahulunan 842 Masehi, dikeluarkan oleh Permaisuri raja Pikatan yaitu Pramodawardhani. Shri Kahulunan (Pramodawardhani) mentahbiskan tanah miliknya menjadi desa perdikan untuk bangunan suci “Kamulan Bhumisambhara”.

· Pembandingan tulisan atau goresan yang terdapat pada panel relief Karmawibangga dengan prasasti lain yang sudah pasti pertanggalannya, sehingga didapatkan jawaban bahwa Candi Borobudur didirikan pada sekitar abad VIII Masehi. Pada masa tersebut berkuasa raja-raja dari Wangsa Sailendra yang menganut agama Buddha Mahayana.

Sampai sekarang belum ada suatu keterangan yang jelas mengenai berapa lama Candi Borobudur berfungsi sebagai tempat pemujaan sampai akhirnya ditemukan rusak tidak terpelihara. Pada umumnya candi-candi di Indonesia dianggap tidak berfungsi ketika rakyat sudah memeluk agama Islam pada abad XV Masehi. Namun kemungkinan Candi Borobudur sudah tidak terpelihara lagi sejak abad X Masehi ketika pusat pemerintahan Mataram Kuno berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Ketika ditemukan tahun 1812, Candi Borobudur sudah mengalami kerusakan yang sangat parah. Bangunannya sudah tertutup oleh pohon-pohon serta semak belukar. Saat itu yang kelihatan hanyalah sebuah gundukan tanah yang tertutup oleh daun-daun serta tampak adanya susunan batu yang tersembul dari celah-celah dedaunan.

Tahun 1814 usaha pembersihan candi Borobudur mulai dilakukan atas perintah Sir Thomas Stamford Raffles untuk menampakkan kembali. Kemudian kegiatan pembersihan ini dilanjutkan oleh Cornelius yang mengerahkan tidak kurang dari 200 orang penduduk selama hampir 2 bulan untuk menebangi pohon-pohon dan semak-semak. Reruntuhan batu-batu yang memenuhi lorong-lorong disingkirkan dan dikumpulkan di sekitar kaki candi.

Dalam tahun 1834 Residen Kedu menyuruh membersihkan seluruh bangunannya. Semua batu-batu lepas yang berserakan di sekeliling kaki candi disingkirkan dan bagian atas yang penuh dengan stupa-stupa juga dibersihkan.

Pada tahun 1907 - 1911 Theodore van Erp melakukan restorasi terhadap Candi Borobudur. Restorasi dilakukan terhadap pagar langkan, dinding lorong pertama, saluran-saluran air di lereng bukit, tangga-tangga bagian bawah, gapura-gapura pintu, relung-relung, dan stupa-stupa. Setelah 62 tahun pemugaran yang dilakukan van Erp, kondisi candi mengalami kerusakan yang cukup parah. Pada tahun 1973 sampai tahun 1983, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan UNESCO melakukan restorasi besar-besaran terhadap Candi Borobudur, dengan harapan Candi Borobudur dapat bertahan selama 1000 tahun.

Sumber : http://www.indowyn.org/index.php?option=com_content&view=article&id=8:borobudur&catid=6:indonesian&Itemid=16
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #39 on: 17 September 2008, 10:49:28 PM »
Kalau dalam Tradisi Chinese, ada kisah Chang E, kelinci bulannya dan Jendral Tian Feng, dalam Buddhadharma, kisah Jataka, juga ada cerita tentang kelinci di bulan. :)

Sasa Jataka

Kisah ini dituangkan dalam bentuk relief pada candi Borobudur, serambi pertama dinding bagian luar, deretan atas gambar ke-23, 24, 25 dari gerbang Timur ke jurusan Selatan.

Pada suatu peristiwa, Sang Bodhisattva dilahirkan sebagai seekor kelinci. Ia berkawan dengan seekor kera, seekor serigala, dan seekor berang-berang. Mereka hidup berbahagia dalam sebuah hutan; selalu bersama, pergi kian kemari untuk mencari makan. Di antara keempat sekawan itu, kelincilah yang paling pandai.

Sepuluh hari sekali mereka berkumpul pada tempat yang telah ditentukan untuk membicarakan suatu hal. Kelinci menjadi juru nasehat yang selalu menganjurkan agar mereka berbuat baik, membantu sesama makhluk atau memberi sedekah dan berbuat kebajikan pada hari-hari suci.

Pada suatu malam, menjelang bulan purnama, berkatalah sang kelinci, “kawan-kawan, besok adalah bulan purnama, marilah kita bersama-sama merenungkan Sang Ajaran.” (Yang dimaksud adalah Ajaran Atha Sila, yang biasanya direnungkan pada hari Uposattha, setiap tanggal 15 bulan lunar di mana pada malam harinya bulan berbentuk bulat penuh). Jika ada seseorang yang datang meminta sesuatu dari kita, harus kita berikan apa yang kita miliki. Dana yang dikerjakan dengan Sila adalah sangat berjasa."

Kera, serigala, dan berang-berang menyatakan persetujuan penuh dan masing-masing berkemas untuk keesokan malamnya. Berang-berang mendapat beberapa ekor ikan pada dasar sungai yang kering. Serigala menyediakan air susu asam, sedangkan kera mendapatkan mangga manis.

Pada malam purnama keesokan harinya, mereka berkumpul lagi dan dengan khidmat bersama-sama merenungkan Sang Ajaran. Kelinci yang tidak membawa persediaan makanan, berpikir dengan ikhlas akan menyerahkan dagingnya sendiri apabila diminta untuk dimakan.

Jika di atas bumi ini ada seseorang yang sangat tulus hatinya, maka singgasana Sang Sakka Mahadewa seketika menjadi panas. Pada malam itu pula, tahta Sang Sakka seolah-olah terbakar disebabkan oleh kesucian kelinci yang dengan ikhlas bersedia mengorbankan raganya sendiri. Sang Sakka mengarahkan penglihatan gaibnya di atas bumi dan segera menemukan jawabannya.

Untuk menguji ketulusan hati si kelinci, maka Sang Sakka menjelma sebagai seorang Bhramana yang datang meminta-minta. Mula-mula didatangilah berang-berang yagn bertanya, “Brahmana yang berbudi, apa ada gerangan Tuan datang kemari?".

“Oh, kawan yang baik, jika ada sesuatu yang dapat kami makan, kami akan ikut pula merenungkan Ajaran seperti Tuan.” Berang-berang senang sekali mendengarkan hal itu dan seketika itu pula menawarkan ikan-ikannya. Tetapi Sang Sakka menolak dengan halus dan berterima kasih dengan alasan bahwa hari masih siang.

Demikianlah pula berturut-turut ia mengucapkan terima kasih dan menolak pemberian air susu dari serigala dan buah mangga yang manis dari kera. Akhirnya didatangilah si kelinci dan kembali Sakka meminta sesuatu untuk dimakan. Si kelinci sangat besar hatinya, karena kesempatan yang ditunggu-tunggu telah datang.

Maka ujarnya dengan riang, “Oh, Brahmana yang berbudi, adalah baik hati Tuan yang sudi menerima makanan dari kami dan sudi pula merenungkan Ajaran-ajaran bersama kami. Akan kami sajikan apa yang belum pernah kami berikan. Silahkan mengumpulkan kayu kabar dan membuat api; kami akan melompat ke dalamnya dan mempersembahkan hidup kami kepada Tuan. Jika daging kami telah masak, silahkan mengambil dan memakannya agar Tuan dapat pula merenungkan Ajaran.”

Seperti yang telah diminta, dengan kekuatan gaibnya Sang Sakka mengumpulkan kayu bakar dan membuat api. Kemudian Ia memanggil si Kelinci. Kelinci lekas-lekas memandikan diri; menggetarkan badannya tiga kali agar kutu-kutu pada kulitnya tidak turut terbakar dan tanpa ragu lagi, ia melompat ke dalam api yang menyala-nyala. Betapa besar pengorbanan itu. Betapa gembiranya ia menyerahkan nyawanya sendiri. meskipun ia hanya seekor binatang saja, dalam pengorbanan itu masih pula diutamakan keselamatan kutu-kutu yang selama hidup mengisap darahnya sendiri. Tetapi ajaib! Kelinci yang terjun ke dalam api tersebut, tidak terbakar; bahkan ujung-ujung bulunya pun tidak terbakar. Sang Sakka menangkap kelinci yang gagah itu dalam tangannya dan melindungi nyawanya.

Untuk menghargai jasa tulus dan ikhlas itu, dan untuk menyiarkan hal itu kepada seluruh umat, maka Sang Sakka memahat gambar kelinci pada bulan yang memutari bumi hingga saat ini masih dapat kita lihat.

(Dikutip dari Majalah Buddhis Indonesia Edisi 80)
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #40 on: 17 September 2008, 10:51:02 PM »
"Inilah cara untuk menunjukkan kepadamu kehendak baikku. Kini terpenuhilah harapanku dan nikmatilah dagingku. Engkau harus tahu, wahai brahmana mulia, bahwa aku telah larut dalam keinginan untuk memberi. Kepadamu aku telah menemukan tamu yang tepat, hatiku tak menganggap adanya cara lain. Kesempatan untuk berdana seperti ini sungguh tak mudah didapat. Jangan biarkan pemberianku sia-sia; itu tergantung padamu."

Setelah memberikan penghormatan dan penghargaan kepada tamu tersebut,
kelinci melemparkan diri ke dalam api,
seperti orang miskin yang tiba-tiba menemukan gundukan harta,
 atau seperti angsa menyelam ke dalam kolam yang tertutup teratai.
Sasa Jataka
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #41 on: 17 September 2008, 10:53:12 PM »
Wah,kalo translate, aye mah nyerah deh....secara Inggris pas2an, dan kaga teliti juga...
mungkin bisa langsung copas aj versi inggrisnya, klo sekedar baca sih, gw masih bisa lha...

Kalo memank benar Borobudur dibangun abas 8, gw sangat kagum membayangkan, dengan kondisi jaman dulu di mana suatu komunitas manusia tidak terlalu banyak, terdapat bangunan tinggi menjulang diantara hutan2....Wah, keren abis....

Ow iya, gw sedikir lupa, pas gempa jogja kemarin, borobudur ada kerusakan ga yah?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #42 on: 17 September 2008, 11:04:51 PM »
Wah,kalo translate, aye mah nyerah deh....secara Inggris pas2an, dan kaga teliti juga...
mungkin bisa langsung copas aj versi inggrisnya, klo sekedar baca sih, gw masih bisa lha...

Kalo memank benar Borobudur dibangun abas 8, gw sangat kagum membayangkan, dengan kondisi jaman dulu di mana suatu komunitas manusia tidak terlalu banyak, terdapat bangunan tinggi menjulang diantara hutan2....Wah, keren abis....

Ow iya, gw sedikir lupa, pas gempa jogja kemarin, borobudur ada kerusakan ga yah?

ya, ada banyak sih kisah2 Jataka & Avadana yg terpahat di kaki candi. :)
saya masih mengusahakan utk dpt translate indonesianya, bro Edward.
kalo bro edward mau baca versi inggrisnya, ke link ini aja :
www.borobudur.tv
di link itu kisah2nya cukup lengkap, bersama gambar2 reliefnya.

waktu saya di candi Borobudur pertama kali, kata tour guidenya, batu-batu untuk pembangunan candi itu adalah batu kali. sedangkan di dekat candi, ga ada sungai loh.. katanya sungai yang paling dekat jaraknya beberapa puluh km dr lokasi candi. kalo saya bayangin waktu abad ke 8 M, butuh berapa orang tuh yg angkut batunya satu2 ke lokasi.  ;D
dan lagi, menurut saya, ukiran-ukiran reliefnya dipahat dengan sangat indah.
saya juga suka sekali dengan wajah patung Buddha di candi Borobudur, yang menurut saya sangat khas indonesia. :)

waktu kejadian gempa yogya kemarin, kebetulan saya baru tiba malamnya di jogja, lalu pagi2 jam 6 disambut gempa. :))
setahu saya, candi Borobudur tidak ada masalah, karena letaknya di jawa tengah, sedang gempanya di laut selatan.


By :Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #43 on: 17 September 2008, 11:17:03 PM »


Yori Antar, arsitek muda Indonesia yang sangat terkenal itu, pernah berkata dalam bukunya "Tibet di Otak":

"Setelah melihat Swayambunath dan Boudhanath, kami jadi teringat candi Borobudur; dan semakin bangga akan milik bangsa sendiri itu. saya mengamini pendapat rekan saya, jay. tanpa mengecilkan keunikan pagoda di nepal, candi Angkor Wat di kamboja, maupun Shwedagon paya di Yangoon, Myanmar, Borobudur merupakan candi Buddha terindah di dunia, yang merupakan karya anak bangsa yang sangat jenius, yang menerobos ruang dan waktu. kehadirannya telah menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya. Borobudur memiliki tiga pelataran yang semuanya berisi pustaka perjalanan hidup Siddharta Gautama hingga mencapai pencerahan. Bagi saya yang telah empat kali mengunjungi Borobudur, tetap saja ada hal-hal baru yang saya dapatkan, seakan tidak pernah akan ada cukup waktu untuk emmahami keseluruhan arti dan makna yang dikandungnya"

"Karena Bororbudurlah kita dikenal dunia, karena Borobudur jugalah dunia memandang kita dengan penuh kagum dan hormat."


(Yori Antar - Tibet Di Otak)

Pada tahun 1989, Yori Antar bersama kawan-kawannya membentuk kelompok Arsitek Muda Indonesia. Universitas Ciputra di Surabaya juga didesain oleh beliau. Yori Antar telah menghasilkan puluhan karya desain arsitektur.

Yori Antar dan FORUM ARSITEK MUDA INDONESIA juga pernah mengajak seluruh calon arsitek, arsitek, dan siapa saja untuk menolak dengan tegas rencana pembangunan fasilitas komersial (Jagat Jawa) pada kawasan sakral Candi Borobudur tersebut.

 _/\_
The Siddha Wanderer


ketika masih mahasiswa, saya pernah dengar tentang rencana pembangunan Jagat Jawa itu, but ditentang abis2an oleh masyarakat sekitar dan pemerhati candi borobudur. ga tau gmn selesainya.. but sepertinya rencana itu dibatalkan oleh pemda setempat.
thx atas infonya bro Gandalf. :)


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #44 on: 17 September 2008, 11:44:59 PM »
KULMASHAPINDI JATAKA
KELAHIRANNYA SEBAGAI PEMBERI SEDIKIT BUBUR

Pemberian apa pun yang keluar dari ketulusan hati, dan diberikan kepada penerima yang pantas, akan mengakibatkan pahala yang besar. Tiada pemberian yang seperti ini, betapapun kecilnya, yang tidak mendatangkan kebajikan.

Pada suatu ketika, saat Sang Buddha masih sebagai Bodhisattva, beliau hidup sebagai seorang raja agung di Koshala. Bersemangat, bijak, mulia, berkuasa; kesemua itu serta berbagai kemuliaan raja lainnya, telah membuatnya berada dalam keagungan. Namun demikian kekuatan kemuliaannya yang melampaui semua yang lain adalah bakatnya dalam mengumpulkan kekayaan. Diperkaya oleh kecakapannya yang demikian, kemuliaannya yang lain juga bersinar terang, bagai cahaya agung bulan yang membubung di musim gugur.

Keberuntungan mengikutinya ke mana pun seperti seorang kekasih, menjauhi musuh-musuhnya dan memperlakukan para punggawanya dengan kasih sayang. Meskipun rasa keadilannya mencegahnya melakukan kejahatan terhadap makhluk hidup, nasib baiknya seolah-olah para musuh tak berkembang meski ia tidak berusaha menindas mereka.

Ketika itu secara kebetulan pada suatu hari sang raja teringat kembali pada kehidupannya yang lampau, di mana kejadian tersebut sangat mengejutkannya. Akibat ingatan tersebut raja kemudian meningkatkan kegiatan amal dananya yang ditujukan kepada para sramana serta brahmana, orang-orang miskin, cacat dan yang tanpa penolong. Mengingat bahwa pemberian merupakan dasar dan sebab bagi kebahagiaan. Meningkat dari yang sebelumnya, ia berusaha untuk melaksanakan perilaku yang baik; jauh melampaui yang pernah dijalaninya, yang hanya ditekankan pada hari-hari suci saja.

Berusaha memberi suri teladan pada rakyatnya mengenai kekuatan perbuatan baik, setiap hari raja membuat pernyataan yang sama baik di dalam balai pertemuannya maupun di dalam istananya. Demikianlah ucapan yang keluar dari lubuk hatinya dengan penuh perasaan:

"Berikan hormat pada Sang Buddha, tak soal betapapun kecil tampaknya itu, akan membawa pahala yang tak terlukiskan. Ini pernah didengar sebelumnya, tapi sekarang usahakan agar meningkat. Lihatlah di sekelilingmu, dan ketahuilah kekayaan yang diakibatkan oleh sedikit bubur, tanpa garam, kasar dan kering!

Bala tentaraku yang kuat dengan kereta-keretanya yang mengagumkan, kuda-kudanya yang tangguh dan gajah-gajahnya yang ganas dengan belalainya yang biru gelap; kekayaanku yang tak terhingga; keberuntungan; berkuasa di atas bumi; istriku yang terpuji, lihatlah pahala kebajikan, semuanya berasal dari sedikit bubur!"

Bahkan meskipun raja terus-menerus mengucapkan kata-kata tersebut setiap hari, tak seorang pun, termasuk para menterinya, para brahmana sepuh yang terhormat, dan juga penduduk kota – tak seorang pun yang berusaha untuk menanyakan maksudnya, meski semua diliputi oleh kebingungan.

Tak terkecuali permaisurinya sendiri yang juga bingung terhadap apa yang terus-menerus diucapkan oleh sang raja. Merasa bebas untuk bertanya kepada suaminya, suatu hari, pada saat berlangsung suatu pertemuan yang lengkap, ia melihat kesempatan untuk bertanya:

"Suamiku, sekarang sepanjang waktu, siang dan malam, engkau terus-menerus mengulang-ulang kata-kata tentang sedikit bubur. Engkau mengucapkannya dengan penuh perasaan hingga membuat kami dipenuhi perasaan bingung. Kata-kata Paduka pasti tidak menunjuk pada suatu rahasia, karena diucapkan dengan cara yang begitu terbuka; apa yang dimaksud pastilah sesuatu agar diketahui oleh umum. Jika kami diijinkan untuk mendengar, kami mohon dengan segala kerendahan hati apa makna dari yang Paduka ucapkan kepada kami?"

Raja sambil memandang istrinya, wajahnya berseri dalam kasih sayang. Sambil tersenyum ia berkata:

"Engkau bukanlah satu-satunya yang bingung terhadap maksud, sebab dan latar belakang ucapanku. Seluruh pejabat, ratu dan seluruh penduduk kota semua diliputi keheranan dan kebingungan. Untuk itu dengarkanlah kata-kataku:

Bagaimana aku tidak mengetahuinya, sebagaimana biasa seperti jika seseorang bangun dari tidur lelapnya, ingatan akan salah satu kehidupan masa lampau tiba-tiba muncul pada diriku. Aku hidup sebagai seorang pelayan di kota ini. Aku menyenangkan dan pantas untuk dipercaya, tetapi terpaksa menghadapi kehidupan yang mengecewakan, bekerja pada orang yang terhormat hanya karena hartanya. Seluruhnya tanah, menjengkelkan dan merana. Setiap hari aku berjuang untuk menghidupi keluargaku, selalu cemas kalau-kalau tak sanggup menghidupi mereka.

Lalu pada suatu siang aku berjumpa dengan empat orang sramana yang sedang berpindapatra. Mereka tampak terkendali, mereka memancarkan aura keagungan seorang pertapa. Hatiku terpana pada mereka, seolah aku siswanya; aku bersujud kepada mereka dan memintanya agar datang ke rumahku.

Aku mempersembahkan apa yang kunamakan sedikit bubur. Dan dari tunas yang kecil itu tumbuhlah pohon keagungan ini yang begitu lebatnya hingga membuat mahkota permata raja lain seakan-akan seperti debu di kakiku.

Itulah yang kupikirkan saat aku mengucapkan kata-kata itu, permaisuriku, dan Itulah alasannya mengapa aku merasa senang dalam melakukan kebajikan dan bergaul dengan para praktisi Dharma."

Wajah sang ratu berseri takjub bercampur bahagia. Rasa hormat kepada raja terpancar dari matanya, ia berkata:

"Kini aku. mengerti, Raja Agung, mengapa Paduka begitu gigih dalam melakukan kebajikan, karena dirimu sendiri telah menjadi saksi dari pahala perbuatan baik. Oleh sebab itu, Engkau berusaha melindungi rakyatmu bagaikan seorang ayah, bahkan dengan penuh kesadaran berusaha menjauhi perbuatan jahat dan berusaha mencapai segala sifat-sifat yang mendatangkan kebajikan.

Kini Engkau bersinar dengan keagungan tak terperikan diperindah oleh kemurahan hati, hingga bahkan para raja pesaingmu menunggu perintahmu, hendak memberikan penghormatannya. Semoga Paduka memerintah di bumi dengan keadilan untuk selama-lamanya, dari tempat ini hingga di mana angin menyapu batas samudra."

Sang raja menjawab: "Karena aku telah melihat tanda-tanda yang menyenangkan itu, aku akan senantiasa berusaha menunjukkan jalan keselamatan. Bagaimana aku tak akan bebas, permaisuriku, setelah mengalami sendiri pahala kemurahan hati? Sekarang, setelah mendengar kisah tentang pahala kemurahan hati ini, di mana pun manusia akan menyukai perbuatan memberi."

Raja, memandang penuh kasih sayang kepada ratunya, mengetahui bahwa ia telah mulai diliputi oleh keagungan seperti seorang dewi.
"Engkau bersinar di antara para pengiringmu bagaikan bulan sabit cemerlang di antara bintang-bintang. Kebajikan apakah yang telah Engkau lakukan yang menyebabkan aura sedemikian rupa?"

Ratu menjawab: "Demikian pula diri kami, suamiku, juga ingat akan beberapa hal dari kehidupan yang lampau, samar seperti sesuatu yang teringat ketika aku masih kecil. Aku adalah seorang budak yang pada suatu hari setelah memberikan sepiring dana makanan kepada seorang pertapa suci, jatuh tertidur. Dan kejadian itu seolah seperti aku bangun di sini.

Dari perbuatan baik memberi tersebut aku ingin menjadikanmu sebagai suami serta pelindungku, berbagi hidup bersamamu. Kata-kata yang sama yang telah kau ucapkan – Tak ada kebajikan kecil bilamana diberikan kepada mereka yang telah bebas dari ‘klesha' – itu adalah kata-kata yang diucapkan oleh pertapa tersebut."

Seluruh yang hadir dalam pertemuan diliputi oleh rasa takjub; setelah menyaksikan pahala kebajikan yang begitu mengagumkan, mereka sangat menghargai kegiatan berdana. Melihat hal ini, raja berkata kepada mereka semua:

"Setelah melihat betapa luar biasanya pahala kebajikan seseorang, betapapun kecilnya, bagaimana bisa ada orang yang tidak tekun dalam melaksanakan perbuatan kemurahan hati dan sila? Pastilah orang seperti itu dikuasai oleh kegelapan ketidaktahuan, malas berdana meskipun kekayaannya cukup untuk melakukannya, tidak patut untuk dipedulikan sekejap pun.

Kekayaan, serta semua hal yang lain, tentulah pada akhirnya harus ditinggalkan, setelah itu sama sekali tak berguna lagi. Namun dengan mendanakannya dengan cara yang benar, berbagai keuntungan akan diperoleh.

Sebenarnya, terdapat berbagai macam kebajikan – kebahagiaan, reputasi yang baik dan seterusnya – itu seluruhnya timbul berkat dana. Siapakah yang kemudian mengerti akan hal ini, memilih cara hidup mementingkan diri sendiri?

Dana adalah harta terbesar. Tak ada pencuri yang dapat mencurinya, tak ada api yang dapat menghancurkannya, tak ada air yang dapat menghanyutkannya, tak ada raja yang dapat merampasnya.

Dana membersihkan pikiran dari sikap mementingkan diri sendiri serta keserakahan, menghentikan kemelaratan sepanjang hidup kita. Itulah sahabat terbaik dan terdekat kita, yang tiada henti memberi kesenangan dan kenyamanan.

Dana akan mendatangkan apa pun yang engkau inginkan: kekayaan atau kekuasaan, keindahan fisik, atau istana surgawi. Siapakah yang tidak mau melakukan dana?

Dana disebut kekayaan yang benar, inti dari kekuatan, jalan menuju keagungan. Bahkan meskipun baju usang yang diberikan dengan didasari oleh pikiran ikhlas akan mendatangkan berkah yang luar biasa."

Semua yang hadir dalam pertemuan mendengarkan ceramah sang raja dengan penuh hormat, sehingga sejak saat itu setiap orang semakin bergairah untuk melakukan kegiatan berdana.

Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana setiap pemberian yang di lakukan dengan hati yang tulus, pemberian kepada yang pantas untuk menerima, membawa pahala yang besar; pemberian seperti itu tak ada yang dapat disebut kecil. Karena itu, jika seseorang memberi dengan hati yang penuh keyakinan pada Sangha, kumpulan para makhluk suci, yang merupakan sahabat terbaik, yang menunjukkan jalan kebajikan, seseorang akan dapat memperoleh kemuliaan utama; atau bahkan kedudukan sangat tinggi. Berkah yang bahkan lebih besar dari hal itu juga akan muncul.

Sumber : http://groups.yahoo.com/group/Taman_Budicipta/message/2269
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline 53121f4n71

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.111
  • Reputasi: 95
  • Gender: Female
  • semoga semua makhluk berbahagia
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #45 on: 17 September 2008, 11:47:51 PM »

Ow iya, gw sedikir lupa, pas gempa jogja kemarin, borobudur ada kerusakan ga yah?

sama ky ko Hikoza... pas gempa yogya kmrn, saya lg ada di yogya... ikut kremasi alm. Bhante Vin Vijjano Mahathera, kremasinya itu di kawasan Candi Borobudur... setau ku Candi Borobudur ga ada kerusakan.... yg ada kerusakan itu di vihara Mendut.. ada retak2 gitu... soalnya aku ada ke vihara Mendut.... tp ga tau skg, mgkn udh diperbaiki....
this too will pass

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #46 on: 18 September 2008, 12:12:23 AM »
VYAGHRI JATAKA
Kelahirannya Berkaitan Dengan Kisah Tentang Harimau

Belas kasih Sang Buddha menjangkau seluruh makhluk hidup. Belas kasihnya yang sempurna, tiada terlukiskan serta tak terbatas. Dikumandangkan dalam seluruh kelahiran masa lampaunya. Sebelum menjadi seorang Buddha, Bodhisattva dalam rangkaian kelahirannya yang terlalu banyak untuk diingat, berdasarkan kebijaksanaannya, memberkati dunia dengan tiada terhitung peragaan belas kasihnya, yang ditunjukkan melalui perbuatan dana, kata-kata yang menyenangkan, pertolongan serta kesamaan antara ucapan dengan perbuatannya.

Dalam salah satu kelahirannya, Bodhisattva terlahir dalam keluarga brahmana yang dihormati karena kemurnian sila serta ketekunan ibadahnya. Sebagai hasil dari penimbunan kebajikan dalam kehidupan lampaunya, ia mendapati dirinya bergelimang dalam kekayaan, kedudukan dan kemasyhuran.

Sebagai pemuda, kedalaman kepandaiannya dicapai berkat kegigihannya dalam belajar. Dengan segera ia mahir dalam seni serta pengetahuan yang sangat hebat hingga bahkan para brahmana menghormatinya Sebagai suri teladan, seperti kitab-kitab sendiri; bagi para kesatria perang, ia dihormati laksana seorang raja. Bagi mereka yang haus akan pengetahuan, ia tampak sebagai mata air pengetahuan yang tak akan pernah kering; dan bagi rakyat banyak, ia bagaikan seorang dewa.

Namun demikian dirinya tak merasa senang pada kekuasaan, kekayaan ataupun kemasyhuran. Karma masa lalunya dan perenungannya terhadap Dharma yang terus-menerus, telah membuat batinnya murni; ia melihat segala sesuatu dengan jelas bahwa penderitaan yang tiada akhirlah yang menyertai kebahagiaan duniawi, di samping sikap penolakan terhadap samsara memang telah mengakar dalam dirinya. Tanpa ragu, ia menjauhkan diri dari kehidupan rumah tangga, seolah seperti suatu penyakit, pindah ke tempat pengasingan di hutan sepi, yang kemudian menjadi terhias dengan kehadirannya.

Di tempat tersebut, bebas dari keterikatan dan seimbang, ia memancarkan ketenangan batin. Ia mempengaruhi bahkan orang-orang duniawi yang tak tertarik pada kebajikan sekalipun, membuat mereka berpaling dari keterikatannya terhadap perilaku jahat. Kebijaksanaan serta kebajikan beliau tersebar ke segala penjuru, melembutkan bahkan hati seekor binatang yang sangat buas sekalipun, hingga mereka berhenti saling menyakiti satu sama lain; sebaliknya, bahkan mulai menjalani hidup seperti sang pertapa. Melalui kekuatan kemurnian sila, pengendalian indriawi, kepuasan dan belas kasihnya, Bodhisattva, pada saat tak berhubungan dengan makluk-makhluk duniawi, tetap menunjukkan belas kasihnya kepada semua makhluk.

Mengingat bahwa keinginannya hanya sedikit, sikap kepura-puraan tidak dikenalnya; penghormatan, perolehan dan ketenangan, tidak menarik baginya. La bahkan membuat kagum para dewa, yang datang kepadanya untuk menyampaikan hormat. Mendengar tentang penolakan duniawi yang dilakukannya, para sahabat dekat yang telah tertarik padanya karena kebajikannya, meninggalkan keluarga mereka dan bergabung menjadi siswanya. la menerima mereka dengan senang hati dan mengajari mereka apa yang disebut sebagai tingkah laku utama, rasa puas, penyucian indriawi, sikap sadar, ketidakterikatan, meditasi pada maitri karuna serta ajaran-ajaran semacam lainnya.

Kenyataan kebahagiaannya menarik para siswa yang memiliki sifat-sifat seperti dirinya. Dan melalui ajaran-ajarannya, sebagian besar dari para siswanya berhasil mencapai realisasi serta berdiam dalam kebajikan, dengan demikian pintu yang menuju ke alam rendah telah ditutup dan gerbang kebahagiaan telah terbuka lebar.

Pada suatu hari, Mahasattva, dengan diiringi oleh seorang siswanya bernama Ajita, pergi menyusuri jalan menuju ke gunung, ke tempat yang sesuai untuk melakukan meditasi. Ketika mereka melintasi sebuah jurang yang tertutup semak belukar, ketenangan mereka terganggu oleh suara geraman binatang buas.

Bodhisattva mencarinya melalui jalan setapak di tepi jurang menuju ke sebuah ngarai kecil yang berada jauh di bawah, lalu melihat seekor harimau muda yang bermata sayu dan bertubuh lunglai. Jelas sekali bahwa ia lemas, sudah tidak makan selama beberapa hari disebabkan karena kesulitan sehabis melahirkan. Tersiksa oleh rasa lapar, ia mulai menatap anaknya sendiri untuk diterkam. Bodhisattva melihat bahwa anak harimau yang kehausan, dengan tanpa rasa takut, penuh rasa percaya, mendekati ibunya yang menatapnya dengan tajam dan menggeram seolah-olah ia anak harimau lain.

Tergetarlah hati Bodhisattva, bagaikan pohon besar yang terguncang oleh gempa bumi, terguncang oleh derita yang dilihatnya. Demikianlah orang yang sungguh berbelas kasih tersentuh oleh penderitaan kecil makhluk lain, bahkan tak menghiraukan penderitaan berat dirinya sendiri.

Didorong oleh belas kasihnya yang besar, ia berkata kepada siswanya: "Oh, lihatlah betapa buruknya mengasihi diri sendiri; seorang ibu akan memakan anaknya demi memuaskan rasa laparnya! Demikianlah, teman ketidakpantasan di dalam samsara. Siapakah yang kemudian akan menuruti kecintaannya pada diri sendiri, bila mereka melihat apa yang akan diakibatkannya! Cepatlah pergi dan carikan mereka makanan, agar ia tidak menyakiti anaknya sendiri, dengan begitu juga tidak menyakiti dirinya sendiri. Aku akan berusaha menghalanginya sampai engkau kembali."

Siswanya pergi seperti yang diperintahkannya, tak menyangka bahwa Bodhisattva menjauhkan dirinya dengan alasan yang sama sekali berbeda. Karena Bodhisattva berpikir;

"Mengapa aku harus mencari daging dari tubuh makhluk lain bila tubuhku sendiri tersedia? Mencari daging makhluk lain belum dapat dipastikan, dan aku akan kehilangan kesempatan untuk menolong. Tubuh sesungguhnya lemah, tak memuaskan, selamanya kotor dan penyebab derita. Sungguh bodoh tak menggunakannya demi kebajikan makhluk lain.

Hanya dua alasan yang membuat orang mengabaikan penderitaan makhluk lain, yaitu adanya keterikatan, dan ketidaksanggupan untuk memberikan yang dibutuhkan. Sebaliknya aku tidak merasa tenang selagi makhluk lain menderita; bilamana aku mempunyai kemampuan untuk menolong, mengapa aku tidak melakukannya?

Bahkan bila mereka yang menderita itu telah melakukan suatu kejahatan yang berat, aku tak dapat menahan apa yang kumiliki; hatiku akan terbakar oleh rasa sesal tiada terkira, seperti semak kering yang dilalap api. Karenanya, aku akan mencegah penyebab penderitaan ini dengan menjatuhkan diriku sendiri dari atas tebing ini. Tubuhku akan mencegah harimau itu memakan anaknya sendiri dan menghindarkan anak-anaknya mati ditaring ibunya.

Perbuatan ini akan membesarkan hati mereka-mereka yang berusaha untuk menolong dunia, sekaligus menjadi teladan bagi mereka Yang lemah dalam berusaha. Ini akan diingat oleh mereka yang mengerti arti kemurahan hati, dan akan memacu pikiran kebajikan. Perbuatan ini akan membuat kecewa Mara dan menggembirakan para sahabat yang memiliki sifat-sifat Kebuddhaan, membuat malu mereka yang mementingkan diri sendiri, sombong serta penuh nafsu. Ini akan memberikan dorongan keyakinan kepada para praktisi Mahayana, membuat bingung mereka yang mencela kemurahan hati. Pada saat yang sama, ini akan membersihkan jalan menuju kelahiran di alam surga bagi mereka yang senang dalam beramal dana. Aku akan memenuhi kehendak agungku, yaitu membawa kebajikan bagi makhluk lain menggunakan tubuhku sendiri, dengan demikian aku akan dapat mencapai Pencerahan Agung.

Sebagaimana matahari yang memupus kegelapan dan membawa terang, demikian pula semoga perbuatan ini mengakhiri penderitaan dunia, membawa kebahagiaan selama-lamanya. Aku tidak melakukan perbuatan ini demi pujian atau harapan akan kedudukan, bukan pula demi ketenaran serta kebahagiaan yang kekal, perbuatan ini semata-mata demi kebajikan seluruh semesta, sehingga kebahagiaanniya akan terus berkembang setiap kali kisah ini dituturkan."

Selanjutnya, untuk membuat takjub bahkan para dewa yang cinta kedamaian, Bodhisattva menjatuhkan dirinya dari bibir bukit, dengan demikian telah memberikan hidupnya sendiri. Tubuhnya, saat membentur bumi, menimbulkan suara gaduh yang mengejutkan harimau, mengurungkan niatnya yang semula, lalu mencari dan menemukan Bodhisattva, ia kemudian mulai memakannya.

Ajita segera datang dengan tangan kosong tak dapat menemukan daging apa pun. ia memanggil-manggil gurunya, akan tetapi tak ada jawaban yang terdengar. Lalu pandangannya jatuh ke arah bawah, ia menyaksikan gurunya sedang disantap oleh harimau. Rasa sedih serta duka memenuhi hatinya, namun demikian ia merasa takjub pada perbuatan tiada mementingkan diri luar biasa yang begitu agungnya.

"Betapa berbelas kasihnya Sang Mahasattva terhadap makhluk hidup yang sengsara, dan betapa bedanya terhadap nasib dirinya sendiri! Betapa berani dan perwira wujud balas kasihnya! ia memiliki sila kebajikan sempurna, melampaui segala keagungan makhluk lain. Tubuhnya, yang begitu berharga oleh kebajikannya, kini telah berubah menjadi bejana yang patut untuk dipuja setinggi-tingginya.

Betapa tegar dan seimbang batinnya, sekokoh bumi, namun demikian ia begitu tergetar oleh penderitaan makhluk lain! Betapa tak sempurnanya batinku sendiri bersikap terhadap perbuatan agungnya Yang penuh keberanian ini. Sesungguhnya, makhluk hidup tak perlu lagi menderita dalam perlindungannya. Berdasarkan kekuatan penolakan samsaranya, ia menaklukkan segala penderitaan dan juga Mara, sumber segala keinginan, yang tak akan bangkit dengan mudah, telah ditundukkan serta dikalahkan. Mari memuja dengan berbagai cara kepada Mahasattva atas kebajikannya yang tiada taranya dan tiada terhingga, karena dialah pelindung bagi semua makhluk."

Dalam ketakjubannya atas perbuatan agung Bodhisattva, para siswanya bersama-sama dengan para Gandharva, Yaksa, Naga dan para Raja Dewa menutupi tanah tempat harta tulang belulang Bodhisattva dengan untaian bunga, kain warna-warni, hiasan permata serta serbuk cendana. Memenuhi angkasa dengan lantunan puji-pujian, mereka takjub atas perbuatan tanpa keakuan yang telah dilakukan oleh Bodhisattva.

Dalam kisah ini, kita dapat mengetahui bagaimana Sang Buddha, bahkan dalam kehidupannya yang lampau, telah menunjukkan sikap belas kasihnya kepada semua makhluk. Melihat belas kasih agung yang demikian, menimbulkan keyakinan tak tergoyahkan kepadanya, dan dengan keyakinan ini timbullah kesukacitaan yang tertuju pada Sang Buddha. Dengan jalan inilah keyakinan dikembangkan.

Kisah ini juga berguna dalam menjelaskan mengapa kita harus mendengarkan ajaran dengan seksama, karena Dharma diperoleh melalui berbagai kesulitan besar. Tergerak oleh kisah yang seperti ini, orang dapat memuji kemuliaan belas kasih yang akan membawa pada perbuatan yang mendatangkan kebajikan bagi semua makhluk.

Sumber : http://asia.groups.yahoo.com/group/daunbodhiindonesia/message/463
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #47 on: 18 September 2008, 10:31:48 AM »
KUMBHA JATAKA
KISAH TENTANG KENDI
JATAKAMALA

Minum minuman keras adalah sumber berbagai penyakit. Memahami akan hal ini, orang yang baik berusaha mempengaruhi orang lain agar meninggalkan minuman keras, meskipun dalam melakukannya ia menodai dirinya sendiri.

Suatu ketika Bodhisattva lahir sebagai Sakra, Raja Para Dewa. Belas kasih telah memurnikan hatinya, setiap perbuatannya senantiasa ditujukan demi meningkatkan kebahagiaan serta kebajikan makhluk lain, melalui perbuatan dana, sila dan caga [kemurahan hati]. Meskipun ia sangat menikmati segala kesenangan duniawi yang dimiliki oleh para dewa, tak sesaat pun Ia mengendurkan usahanya bagi kebajikan dunia.

Sebagaimana para pemimpin, yang sangat mabuk oleh arak keras keagungan hingga kehilangan kewaspadaan serta lupa bahkan terhadap kepentingannya sendiri, mereka sudah seperti orang yang sudah gila. Sakra, sebaliknya, tak membiarkan kemabukan pada kekuasaan mempengaruhi batinnya. Bahkan, ketertarikannya pada kebajikan bagi semua makhluk terus berkembang, menyadari kecenderungan dirinya sendiri dengan baik, ia sama sekali tak mengabaikan kepentingan orang lain. Belas kasihnya kepada semua makhluk sedemikian besar hingga ia bahkan memperhatikan makhluk hidup sekecil apa pun yang sangat menderita.

Pada suatu hari, sebagai seorang Mahasattva yang mengarahkan pandangannya terhadap umat manusia, pandangannya yang tajam serta kuat sebagaimana sifatnya, penuh maitri serta karuna, tertuju pada seorang raja bernama Sarvamitra, `Sahabat Bagi Semua'. Raja ini, dikarenakan oleh persahabatannya dengan orang-orang yang tidak baik, terikat sangat kuat terhadap arak yang keras, dengan mana ia bergaul, baik dengan berbagai macam rakyatnya maupun para punggawanya. Melihat bahwa raja tersebut tidak memperlihatkan perasaan bersalah dari meminum minuman keras, Mahasattva merenung dengan hati belas kasihnya:

"Kemalangan besar apakah yang akan menimpa orang ini? Aduh! Menyenangkan pada mulanya, minuman keras membawa pada kegelapan serta kehancuran yang berat. Yang demikian ini merupakan jalan persimpangan, yang tampak menarik akan tetapi menjauhkan dari pencerahan; mereka yang menuruti daya tarik arak, tak akan menyadari kejahatan yang dipeluknya. Tetapi apa yang harus kulakukan?"

Setelah merenung dengan seksama, Sakra segera melihat apa yang harus dilakukannya. "Apakah sebabnya, jelaslah kiranya. Sudah menjadi sifat manusia, meniru orang yang terpandang di antara mereka. Raja, karenanya, menjadi orang yang harus disadarkan, mengingat bahwa karena dirinyalah segala kebajikan serta kejahatan rakyatnya akan mengikuti."

Untuk itu Mahasattva lalu bersalin rupa menjadi seorang brahmana mulia. Bersinar bagaikan emas murni, ia tak pernah terpengaruh oleh hal-hal yang rendah; rambutnya kusam serta gimbal, tubuhnya tertutup oleh jubah pertapa dari kulit kayu yang keras serta kulit rusa.

Ketika Raja Sarvamitra sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, membicarakan tentang mutu arak yang begini dan begitu, Sakra muncul di hadapan mereka, berdiri di angkasa, sebuah kendi berukuran sedang tergantung di pinggang kirinya. Membuat terkejut serta takjub yang sedang berkumpul, lalu mereka bangkit dari duduknya, menangkupkan kedua telapak tangannya penuh hormat.

Dengan suara yang menggetarkan bagaikan petir awan hujan Sakra bernyanyi:

"Lihatlah kendi ini yang terisi penuh hingga lehernya, bunga mekar tersenyum melingkari lehernya! Ukiran tangan dengan hiasan yang kemilau, Siapa yang mau membeli mustika menggiurkan ini?

Kendi bagus ini, dihiasi dengan bunga indah, betapa bangganya dia memakai dedaunannya yang bagus sekali. Mari, siapa di antara kalian yang ingin membelinya?"

Takjub pada pemunculan yang demikian, raja menatap brahmana dengan rasa hormat. Mengangkat tangan anjalinya, ia menjawab: "Engkau muncul seterang matahari, seagung bulan, seperti seorang Mahamuni. Siapakah panggilan namamu di dunia ini? Engkau muncul dengan cara yang begitu berbeda hingga membuat kami keheranan."

Sakra menjawab: "Beli saja kendi ini. Setelah itu Engkau akan tahu siapa aku. Belilah, jika kalian tidak merasa takut menderita dalam hidup yang akan datang, atau bencana akan terus datang sekarang."

Raja menjawab: "Aku tak pernah mendengar apa pun yang dijual dengan cara seperti ini sebelumnya. Pedagang biasanya memuji keunggulan barangnya, semua akan menyembunyikan kekurangannya. Caramu telah menunjukkan siapa dirimu, karena makhluk-makhluk suci membenci kesalahan. Mereka mengucapkan kebajikan tanpa meninggalkan kebenaran, bahkan meski dalam kesulitan.

Katakan kepadaku, Manusia Utama, apa sebenarnya yang ada di dalam kendimu? Dan apa yang sebenarnya diinginkan orang mulia sepertimu sebagai imbalannya?"

Sakra menjawab: "Dengarlah baik-baik, Raja Agung. Kendi ini tidak berisi air, bukan air yang keluar dari awan, bukan air yang mengalir dari mata air suci. Ia tidak beraroma madu yang dikumpulkan dari sari bunga; bukan pula sari mentega; bahkan juga bukan susu yang berwarna bagai bulan yang membuat mekar bunga kumuda di malam hari yang tiada mendung. Bukan, kendi ini penuh dengan kejahatan yang sesungguhnya hingga lehernya.

Dan kini jika Engkau mengijinkan, aku akan menyebutkan kebajikan dari minuman ini:

"Jika Engkau minum dari kendi ini seluruh pengendalian diri akan meninggalkanmu. Ingatan akan melupakanmu, Engkau akan tersandung bahkan di atas tanah lunak. Bingung serta tumpul, Engkau tak akan memedulikan Apakah yang kaumakan patut dimakan atau tidak. Demikianlah air yang terkandung di dalam kendi ini. Silahkan beli kendi yang tanpa cela ini!

Menyebabkan hilangnya panca indera, dan berbuat tanpa menyadarinya! Menjadikan bagai binatang, berbicara tanpa berpikir, Sementara musuh-musuhmu tertawa seolah Engkau sedang menari-nari di antara mereka, Menari mengikuti pukulan gendang kata-katamu sendiri yang tanpa disadari. Silahkan beli kendi ini! Ia kosong dari segala kebajikan!

Ketika mereka minum dari kendi ini, Bahkan yang pemalu kehilangan kepantasan – Melepaskan pakaiannya berjingkrak di jalanan. Demikianlah cairan yang terdapat di dalam kendi ini, Dan kini ia ditawarkan kepadamu! Minum dan tergeletak tanpa sadar, berlepotan dengan muntahan, Anjing semaunya menjilati mukamu. Betapa senangnya membeli yang ada dalam kendi ini!

Minum dan minumlah dengan rakus yang ada di dalam kendi ini! Pukul orang tuamu hingga mati dan bunuh Dewa Kekayaan! Tumpahkan hidupmu hingga kering, minumlah pikiranmu hingga habis! Seperti Andhaka dan Vrishnaya bersaudara, Yang satu sama lain saling memukul. Begitulah kegilaan yang dapat ditemukan dalam kendi ini.

Jika Engkau menginginkan apa yang ada dalam kendi ini, Engkau akan kehilangan kedudukanmu –kemuliaanmu akan lenyap, Engkau akan kehilangan nama baikmu. Harta serta rumahmu habis, keluargamu hancur – Yang di dalam kendi ini batal dijual! Tangis dan tawa dengan demikian terhindarkan mata sayu serta kebodohan yang seperti orang kerasukan yaksa, Menghindarkan menjadi objek cemoohan Pikiran kotormu terdapat dalam bejana ini!

Minum menyebabkan perasaan menyesal di hari tua; ia melemahkan keinginan untuk melakukan apa yang baik bagi diri sendiri. Pikiran jernih terabaikan, perbuatan tergesa-gesa lalu timbul. Di sini, di dalam kendi inilah kesemua itu, bahkan masih banyak lagi!

Disebabkan oleh cairan ini dewa tua menjadi tak terkendali, dan dilucuti dari keagungannya oleh raja para dewa, basah kuyup di dalam samudra sambil mencari pertolongan. Seperti itulah malapetaka yang ditimbulkan oleh kendi ini!

Berkata tidak benar seolah-olah benar, karenanya kehilangan perasaannya terhadap benar dan salah Engkau akan melakukan perbuatan yang tak seharusnya dilakukan. Di sinilah di dalam kendi ini kutukan berwujud! Ibu dari kedosaan, kebodohan serta kepedihan, Sumber segala kejahatan, jalan menuju segala kegilaan, Di sinilah di dalam kendi ini kegelapan batin yang menakutkan!

Aku memberi penawaran ini pada Raja Agung untuk membelinya! Biarlah ia kehilangan indriawinya dan membunuh para pertapa Tanpa memikirkan selanjutnya, Dan juga membunuh orang tuanya sendiri!

Wahai Pemimpin Manusia, yang dipandang sebagai dewa di dunia ini, begitulah cairan ini. Biarlah siapa pun tak bersahabat dengan kebajikan dengan membelinya di sini.

Barang siapa bergantung pada barang ini akan terbiasa dengan perbuatan salah. Tak diragukan lagi ia akan jatuh ke dalam neraka, atau dalam kelahiran sebagai binatang ataupun peta. Lalu siapakah yang bahkan mau melihat kendi ini?

Bahkan sekedar meminumnya sedikit berpengaruh pada kehidupan ini, dengan pelan menghancurkan sifat baik serta nalarnya, mengarahkan orang menuju pada kebinatangan, danawa, bahkan hingga ke pintu neraka untuk terbakar dalam api yang berkobar-kobar.

Singkatnya, minum arak mematikan sifat baik, membunuh nama baik, menghancurkan rasa malu dan mengotori pikiran. Wahai Baginda, mengetahui semua ini, bagaimana bisa engkau membiarkan dirimu menjadi peminum?"

Kata-kata yang sedemikian berikut alasan-alasannya menyadarkan raja dari sifat arak yang menghancurkan. Melenyapkan seluruh keinginan untuk minum, raja lalu berkata kepada Sakra:

"Engkau telah mempengaruhiku seolah seperti kasih sayang seorang ayah yang mempengaruhi putranya, atau seperti seorang guru yang tergerak hatinya oleh bakti siswanya. Engkau mengajar seolah seperti seorang Muni yang memahami cara yang tepat. Kebajikanmu telah memberi kami kebajikan besar; mohon terimalah sesuatu dari kami sebagai balasan.

Aku akan memberimu lima desa, seratus orang budak, lima ratus ekor sapi, juga sepuluh kereta yang ditarik oleh kuda-kuda terbaik: Kesemuanya demikian pula yang lain, yang mungkin kau inginkan, mengingat bahwa Engkau telah menjadi guru bagiku. Apa pun lainnya yang kauinginkan karenanya, Oh Yang Mulia, mohon terimalah sebagai persembahanku."

Sakra menjawab: "Aku tak menginginkan desa, aku juga tak membutuhkan budak-budak. Ketahuilah, Wahai Raja, diriku adalah Raja Para Dewa. Dan ketahuilah juga bahwa, orang yang membicarakan kebajikan tak menginginkan apa pun kecuali ajarannya diterima dan dilaksanakan, dengan cara demikian akan membawa keagungan serta kemuliaan, setelah kematiannya ia akan pergi ke alam bahagia. Untuk itu, buanglah kebiasaanmu minummu. Berpeganglah teguh pada perbuatan benar, Engkau kelak akan dapat berbagi surga denganku."

Setelah memenuhi kehendaknya, Sakra menghilang seketika. Sang raja bersama orang-orangnya, kemudian menjauhi minuman keras untuk selama-lamanya.

Dari kisah ini orang dapat melihat betapa besarnya penderitaan yang diakibatkan minuman keras, dan bagaimana orang baik akan berusaha mengubah orang lain dari keburukannya, tak perlu dikatakan lagi demikian pula terhadap dirinya sendiri. Kisah ini juga sesuai pada saat memuji keagungan Tathagata, dan juga pada saat menunjukkan bagaimana Sang Bhagavan membawa kebajikan bagi makhluk hidup dalam kehidupannya yang lampau.

Sumber : http://asia.groups.yahoo.com/group/daunbodhiindonesia/message/560
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #48 on: 18 September 2008, 12:55:20 PM »
MAHAKAPI JATAKA
KELAHIRANNYA SEBAGAI KERA BESAR
JATAKAMALA

Saat orang baik disakiti oleh yang lain, mereka kurang menangisi kesakitannya sendiri, dibanding kebajikan yang hilang oleh mereka yang telah menyakitinya. Pada suatu ketika Bodhisattva menunjukkan hal ini.

Di dekat pegunungan Himagiri terbentang daerah yang subur, kaya, dan menarik serta beraroma seharum gaharu, tertutup oleh hutan lebat bagai padatnya sutra gelap. Burung berbagai warna serta ukuran menghiasi taman, yang begitu padu dalam ukuran maupun warna yang muncul menggambarkan sebuah karya besar. Di sini makhluk-makhluk surgawi bermain di air jernih yang mengalir dari mata air gunung yang mengalir melewati bebatuan tebing dan tumpah melalui tebing sebagai air terjun yang besar. Dengung lebah menggema, angin sejuk meniup pepohonan yang berbunga. Di sinilah Bodhisattva pada suatu ketika mengambil kelahiran sebagai seekor kera besar yang hidup sendirian.

Bahkan dalam wujudnya sebagai binatang, Bodhisattva tidak kehilangan kesadarannya pada Dharma: baik, sabar tiada terukur, dan karena sifat yang manis serta teguh, ia diberkati dengan belas kasih yang tanpa batas, bagai angkasa. Meskipun bumi, dengan hutan, gunung besar, dan samudra yang dalam, telah lenyap berkali-kali karena air, api dan angin; belas kasih Bodhisattva benar-benar tak dapat dihancurkan. Kera besar ini hidup bagaikan seorang pertapa, mencukupi diri hanya dengan makanan sederhana dedaunan dan buah-buahan, dan menggunakan apa pun sarana yang ia dapatkan untuk binatang-¬binatang yang ada di sekitarnya.

Hingga suatu hari lewatlah seorang petani, yang dalam pencarian sapinya yang lepas, tersesat jalan. Tak dapat mengenali keberadaannya melalui gugusan bintang di angkasa, ia berkelana tanpa arah sama sekali, hingga kemudian ia sampai di tempat kediaman kera besar. Di situ, kering oleh lapar, haus, kepanasan dan kelelahan, hatinya terbakar oleh api penderitaan, hatinya sedih oleh beban keputusasaan, ia menjatuhkan dirinya di pangkal sebatang pohon. Dalam kelaparannya memandang ke sana kemari, ia melihat sejumlah runtuhan buah tinduka terhampar berceceran di atas tanah. Perihnya rasa lapar membuat rasa pahit buah itu seakan manis, begitu menyegarkan, hingga ia mulai mencari asal-usulnya.

Ia belum melihat jauh. Tumbuh di sebuah bukit batu di tebing air terjun, pohonnya menjulang di atas tebing yang curam, rantingnya berayun oleh berat buahnya yang berkilau, bulat dan memikat. Menimbulkan minat, petani tersebut menaiki bukit dan memanjat pohon tersebut, menjangkau ranting yang sarat dengan buah. Karena bergegas untuk mendapatkan buah, ia perlahan-lahan sampai ke ujung cabang. Tiba-tiba, karena tak dapat menahan beratnya, cabang tersebut patah, seolah ditebang dengan kapak.

Dengan jeritan keras ia langsung jatuh dari atas bukit. Berpegangan pada cabang untuk menyelamatkan diri, ia jatuh ke dalam jurang di mana terdapat kolam dengan air yang dalam dikelilingi oleh tembok batu tinggi. Daun dari ranting pohon menahan jatuhnya, menghindarkannya dari patah tulang, lalu ia dapat bergegas memanjat keluar dari air dingin. Tapi setelah melihat ke segala arah ia tak dapat menemukan jalan keluar dari kolam hutan. Menyadari bahwa dirinya akan segera menghadapi kematian, ia larut dalam tangis, panah kemalangan telah menghancurkan hatinya. Dikuasai oleh perasaan sedih, ia berteriak-teriak:

"Aduh! Di tengah hutan terpencil ini, yang jauh dari telinga manusia, aku jatuh ke dalam kubangan, seperti binatang hutan terjerat oleh perangkap. Tak seorangpun, betapapun dan bagaimanapun cermatnya mereka mencari, pasti tak akan dapat menemukanku, kecuali kematian.

Tak ada kerabat atau sahabat yang dapat mendengar tangisku, hanya suara nyamuk yang datang untuk mengisap darahku. Aku tak akan dapat lagi menyaksikan taman dan hutan yang indah, gubuk dan sungai, langit yang indah oleh bintang-bintang bagaikan permata. Aku duduk di tempat yang benar-benar gelap, di mana malam gelap kubangan ini menyembunyikanku dari dunia."

Demikianlah keluh kesahnya, selama berhari-hari ia berada di dalam kubangan yang dalam, hanya hidup dari air kubangan dan sedikit buah tinduka yang jatuh bersamanya.

Saat itu, secara kebetulan kera besar sedang berkeliling melewati bagian hutan itu mencari makanan. Menemukan tanda dari ranting pohon tinduka yang tercuri di angkasa, ia memanjatnya, lalu memandang ke arah air terjun, melihat tubuh kurus manusia yang terbaring di bagian bawah kubangan, mata dan pipinya cekung serta pucat, jelas sekali lemah karena kelaparan. Belas kasih kera besar serta-merta timbul. Sama sekali lupa mencari makanan, ia mengarahkan pandangannya pada manusia yang jauh di bawah, dengan bahasa manusia ia memanggil:

"Kau yang di sana, apa yang kaulakukan di dalam kubangan yang tak terjamah manusia? Siapa Engkau dan bagaimana Engkau bisa sampai ke sana?"

Orang yang di dalam kubangan, mengarahkan matanya pada kera besar, membungkuk dengan tangan beranjali dalam takjub serta memuji: "Kami hanyalah seorang manusia, Oh Dewa Agung," ujarnya. “Kami tersesat jalan di hutan. Berusaha untuk mengambil buah dari pohon itu, yang kami dapatkan bencana. Di tempat yang mengerikan ini, yang jauh dari teman dan keluarga, bencana telah menimpa kami. Kami mohon kepadamu, Oh Sang Pelindung Kera, selamatkanlah diri kami."

Orang yang sedang dalam kesulitan, tanpa sahabat atau keluarga yang menolong, meminta bantuan dengan wajah penuh harap dan tangan beranjali, akan membangunkan perasaan kasihan bahkan di hati musuhnya yang paling jahat sekalipun. Bagi Mahasattva, orang seperti ini menimbulkan belas kasih yang besar. Dipenuhi oleh perasaan kasihan yang tiada terbilang Bodhisattva menanggapi orang itu dengan kata-kata yang menyenangkan:

"Jangan menganggap bahwa segalanya telah hilang karena kamu jatuh ke dalam lubang ini, dan tak mempunyai teman yang akan menolongmu. Apa yang tak dapat dilakukan oleh para sahabat, aku dapat melakukannya. Janganlah cemas."

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Bodhisattva melemparkan lebih banyak buah tinduka dan juga buah-buahan lainnya, lalu pergi melalui jalan kecil untuk mempersiapkan dirinya menjalankan tugas yang ada di hadapannya. Pertama-tama ia mencari sebuah batu yang berat serta ukurannya sama dengan manusia, lalu menggendongnya di punggung untuk menguji kemampuannya membawa orang itu keluar dari dalam lubang. Memahami kesanggupan kekuatannya dan memastikan bahwa ia dapat melakukannya, ia kembali lagi ke tebing dan turun ke dasarnya.

Dengan tenang ia berkata: "Naiklah ke punggungku dan peganglah yang erat saat aku menarik tubuhku dan tubuhmu sekuat tenaga. Karena sebenarnya, seperti yang diketahui para bijaksana, tubuh adalah sesuatu yang tak berguna hingga digunakan untuk menolong orang lain."

Setelah menunduk hormat pada kera besar, orang itu naik ke punggungnya. Selanjutnya sang kera, dengan menahan rasa sakit karena beban berat, meskipun dengan keteguhan hati yang tak tergoyahkan, memanjat dengan susah payah naik ke samping batu, dan dengan demikian berhasil menyelamatkannya. Meskipun ia merasa sangat gembira, Bodhisattva begitu terkuras tenaganya hingga cara jalannya gontai serta gemetar; mencari hamparan batu, berwarna abu-¬abu seperti awan, ia berbaring untuk istrirahat. Dengan hati murni, tak menduga datangnya bahaya dari orang yang baru saja diselamatkannya, dengan penuh percaya ia berkata:

"Daerah hutan ini penuh dengan bermacam-macam binatang buas. Untuk itu, selagi aku memulihkan diri, tolong awasi kalau-kalau beberapa binatang hendak menghancurkan baik kebahagiaanku maupun dirinya sendiri di kemudian hari. Berjagalah dengan penuh kewaspadaan demi kita berdua. Aku sangat lelah dan perlu istirahat."

Dengan berpura-pura orang itu berjanji: "Jangan khawatir. Saya akan berada di sini menjaga kita berdua. Tidurlah, selama yang kau inginkan, jangan bangun sebelum Engkau benar-benar pulih kembali."

Akan tetapi segera setelah Mahasattva jatuh tertidur, pikiran jahat muncul dalam hati orang tersebut. "Untuk apa kau tetap di sini lebih lama lagi?"pikirnya. "Dengan apa aku akan hidup, umbi-umbian yang susah payah dikumpulkan atau buah-buahan yang ditemukan secara kebetulan? Dengan makanan seperti itu, aku tak akan dapat memulihkan kekuatanku. Jika aku lemah dan lapar, bagaimana bisa aku keluar dari hutan belantara ini?”

"Tubuh kera ini akan memberiku makanan yang cukup selama perjalanan. Meskipun ia telah berbuat baik kepadaku, tetapi ajaran untuk menghadapi keadaan sulit harus dijalankan di sini, sehingga aku dapat memakannya. Tetapi aku hanya dapat membunuhnya saat ia tidur; dalam tidurnya yang sekarang lebih tepat, mengingat bahkan tak ada singa yang dapat mengalahkannya bila ia terjaga. Tak akan ada kesempatan yang disia-siakan."

Pikiran jahat telah begitu membelenggu dalam nafsu yang kelam dibanding kemurahan hatinya, pengetahuannya pada apa yang benar dan naluri belas kasihnya sama sekali telah lenyap. Mengabaikan tubuhnya yang kurus dan hanya berpikir tentang keinginannya untuk membunuh, ia mengambil sebongkah batu besar dan menjatuhkannya tepat di kepala kera.

Akan tetapi tubuhnya yang masih lemah terjatuh, ia melakukannya dengan tergesa-gesa; batu tersebut, meleset dari tujuan hendak membuat kera tertidur pulas dalam kematian dan hanya sekadar menggoncangkannya. Jangankan membuat kepala kera remuk, ia hanya membuat pelipisnya memar dan jatuh ke tanah dengan suara gedebuk yang keras.

Dengan cepat meloncat, Bodhisattva melihat ke sekeliling untuk mencari penyerangnya. Namun ia tak menemukan kecuali orang yang telah diselamatkannya, wajahnya pucat pasi, sikapnya serba salah, ia memperlihatkan dirinya sendiri dengan wajahnya yang malu dan cemas. Serta-merta rasa takut telah mencekik tenggorokan orang itu, membuat keringat berjatuhan dari tubuhnya, dan ia tak sanggup mengangkat pandangannya. Tak perlu lama bagi kera untuk mengerti siapa yang telah berusaha menyakitinya.

Dengan mengabaikan seluruh rasa sakitnya, Bodhisattva hanya merasakan kesedihan dan belas kasih terhadap orang itu yang telah melempar segala harapan kebahagiaannya. Menjalankan keputusan hatinya yang telah bulat, ia lalu berangkat pergi ke hutan melemparkan segala harapan kebahagiaan melalui perbuatannya. Tanpa perasaan marah dan dendam, matanya penuh dengan air mata, Bodhisattva berbicara dengan suara yang sangat sedih: "Saudara! Bagaimana bisa Engkau, sebagai manusia dapat melakukan perbuatan seperti ini? Bagaimana bisa Engkau merencanakannya, bahkan berusaha melakukannya, padahal Engkau telah berjanji untuk melakukan apa saja untuk melindungiku dari bahaya?

Apakah aku telah memperlihatkan sedikit rasa congkak setelah dapat menyelamatkanmu, sehingga dengan begitu Engkau hendak menghancurkannya, karena yang telah kaulakukan sesungguhnya jauh lebih sukar dari yang telah kulakukan. Setelah ditolong dari mulut Dewa Kematian, dan baru saja keluar dari jurang, Engkau telah jatuh lagi pada jurang lain!

Bagaimana ini bisa terjadi? Hei orang yang diliputi ketidaktahuan, hina dan kejam, yang akan membuat penderitaan menjadi kesulitan yang jauh lebih berat yang tak ada harapan lagi. Engkau telah menghancurkan dirimu sendiri, dan juga menyalakan api kesedihan dalam diriku. Engkau telah mengotori nama baikmu, bertentangan dengan kecintaanmu pada kebajikan, dan juga menghancurkan kemungkinanmu untuk dipercaya. Kini Engkau menjadi sasaran seluruh panah yang dilepaskan. Akibat itukah yang ingin kaudapatkan?

Rasa sakit lukaku tak seberapa dibanding dengan pikiran yang menurutku telah Engkau jatuhkan ke dalam kejahatan, sehingga tak seorang pun, bahkan juga diriku mampu untuk menghapuskan perbuatan itu.

Sekarang kemarilah. Duduklah di sampingku. Jangan mengelak dari pandanganku, karena Engkau tak dapat dipercaya. Aku akan menuntunmu keluar dari hutan yang berbahaya ini ke jalan yang membawa ke pemukiman penduduk. Berada disini sendiri, dengan tubuh lemah dan tak tahu jalan, Engkau akan menjadi incaran mereka yang akan membuatmu sangat menderita dan menyia-nyiakan segala yang telah kulakukan."

Mahasattva membawa orang tersebut ke tepi hutan. Setelah menunjukkan jalan kepadanya, ia sekali lagi berkata: "Sekarang, Saudara, Engkau telah berada di tepi permukiman penduduk dan Engkau dapat meninggalkan hutan yang berbahaya ini. Semoga perjalananmu menyenangkan, dan semoga Engkau juga menjauhi perbuatan jahat, karena pahala kejahatan sangatlah menyedihkan."

Demikianlah, dengan dipenuhi belas kasih, kera besar mengajari orang tersebut seolah-olah ia siswanya. Selanjutnya ia kembali ke kediamannya di hutan. Sebaliknya orang tersebut, tersiksa oleh kobaran api penyesalan sehingga ia sendiri tak lama kemudian terjangkit oleh penyakit lepra ganas. Wajah dan kulitnya dipenuhi oleh luka menganga yang mengeluarkan nanah busuk di sekujur tubuhnya. Sejak saat itu, ke mana pun ia pergi ia menimbulkan ketakutan dan rasa jijik. Begitu mengerikan wujudnya yang rusak hingga baik rupa maupun suaranya membuat ngeri manusia, begitu jelasnya bentuk penderitaannya. Menganggapnya sebagai hantu, di mana-mana orang karena takutnya, melemparinya dengan batu dan pentungan serta makian.

Suatu hari saat ia berkelana bagaikan rusa melewati sebuah hutan, ia ditemukan oleh seorang raja yang sedang berburu di hutan. Melihat manusia yang berwujud sangat seram, pakaiannya telah berubah menjadi lusuh compang-camping yang menutupinya, raja berkata kepadanya dengan suara gemetar bercampur takut:

"Tubuhmu rusak oleh lepra, kulitmu penuh dengan borok. Sangat pucat, kurus dan makhluk paling menderita yang pernah kulihat. Siapakah Engkau? Preta, yaksa, asura atau vetala? Makhluk apa hingga mengalami penyakit seperti itu?

Membungkuk kepada raja, orang itu menjawab dengan suara yang memilukan: "Kami bukan hantu, kami seorang manusia, Baginda."

Raja lalu bertanya kepadanya bagaimana mulanya hingga ia jatuh dalam keadaan yang cacat demikian, dan orang lepra itu kemudian mengakui perbuatan jahatnya, dan menambahkan: "Penderitaanku sekarang sesungguhnya akibat dari berbuahnya ketiga pohon yang kutanam, yaitu perbuatan mengkhianati sahabat. Aku tidak ragu lagi buahnya akan jauh lebih menderita lagi. Untuk itulah, Oh Baginda, engkau harus menganggap perbuatan pengkhianatan terhadap seorang sahabat sebagai musuh terbesar, senantiasa memandang dengan kebajikan terhadap semua orang yang baik kepadamu.

Mereka yang memutuskan persahabatan pasti akan mengalami halangan di dalam hidup ini, apalagi hidup nanti. Karena pikirannya ternoda oleh kebencian dan niat jahat lainnya, apa yang akan menimpanya kemudian tak dapat dibayangkan. Mereka, bagaimanapun, yang batinnya dipenuhi oleh belas kasih dan perhatian pada sahabat, menuai kepercayaan dari semua dan menikmati kebajikan agung. Pikiran setia akan memberinya kebahagiaan besar. Dengan keseimbangan dan kemanusiaan mereka akan merengkuh musuhnya dan pada akhirnya meraih jalan menuju alam luhur.

Mengerti akibat dari sikap baik dan buruk kepada sahabat, Oh Baginda, berpeganglah teguh pada jalan kebajikan, karena siapa pun yang melewati jalan itu tak diragukan lagi mencapai kebahagiaan."

Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana orang yang baik sedih karena kehilangan kebajikan yang ditimbulkan oleh mereka yang menyakitinya dibandingkan sedih pada deritanya sendiri. Kisah ini dapat juga digunakan ketika membicarakan keagungan batin Sang Tathagata, dan juga ketika membicarakan tentang perlunya mendengar dengan penuh perhatian terhadap ajaran Dharma. Ini juga dapat dilafalkan ketika berkaitan dengan kesabaran dan kesetiaan terhadap sahabat. Juga pada saat mengungkapkan betapa merusaknya perbuatan jahat.

Sumber : http://asia.groups.yahoo.com/group/daunbodhiindonesia/message/588
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline oddiezz

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 325
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • in vain
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #49 on: 18 September 2008, 01:56:39 PM »
bro hikz... salah tempel kah?
Eschew Obfuscation! Espouse Elucidation!

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #50 on: 18 September 2008, 03:24:48 PM »
Gak, soalnya relief Borobudur kan menggambarkan cerita Jataka.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #51 on: 18 September 2008, 05:39:26 PM »
betul yg dikatakan bro karuna.  :)
kisah2 jataka dipahat dalam bentuk relief-relief di dinding candi.
untuk jelasnya, bro oddiezz bisa liat di page pertama dr topik ini.
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #52 on: 18 September 2008, 05:54:48 PM »
SHIBI JATAKA
KELAHIRANNYA SEBAGAI RAJA SHIBI

Hanya setelah melewati beratus-ratus kesulitan, barulah Sang Buddha menemukan Dharma demi kebajikan kita. Memahami akan hal ini, kita harus mendengarkan Dharma ajarannya dengan sikap penuh hormat dan perhatian yang terpusat.

Suatu ketika saat Sang Buddha masih hidup sebagai Bodhisattva, timbunan kebajikan benar yang dikumpulkan dalam banyak kehidupan masa lampaunya, menyebabkan beliau terlahir sebagai Raja Shibi. Menghormati semua yang tua sejak masa kanak-kanak dan santun dalam tingkah lakunya, ia benar-benar sangat dicintai oleh seluruh rakyatnya.

Diberkati dengan semangat yang tak terbatas, kebijaksanaan, kemuliaan dan kekuatan, paham akan berbagai pengetahuan, juga diberkati dengan keberuntungan, ia memerintah rakyatnya seolah mereka anak-anaknya sendiri. Pada Bodhisattva, segala kemuliaan terbaik, duniawi maupun Dharma, berpadu dengan sangat baik, menyingkirkan segala perbedaannya. Keagungan, yang ditiru oleh mereka yang memperoleh kedudukan tinggi melalui cara-cara tidak benar, keagungan yang menyebabkan bencana bagi orang-orang bodoh dan memabukkan bagi yang batinnya kasar, telah menemukan tempat untuk berdiam dalam dirinya.

Mengalirkan belas kasihnya bahkan lebih deras dibandingkan mengalirkan harta kekayaannya, raja terpilih ini merasa bahagia apabila dapat memenuhi permintaan para pengemis, dan ketika melihat wajah gembira mereka. Di seluruh wilayah kerajaannya, ia mempunyai balai rumah amal yang didirikan dan diisi dengan segala rupa barang-barang kebutuhan serta hasil bumi, yang dapat memenuhi setiap permintaan. Dengan kerendahan hati dan kesukacitaan yang besar, sang raja terus-¬menerus menumpahkan amal dananya bagaikan derasnya air hujan.

Setiap orang miskin diberi apa saja yang mereka butuhkan, disertai dengan keramahan serta tegur sapa. Makanan dibagikan kepada yang lapar, minuman diberikan kepada yang haus. Dengan cara yang sama, bahan pakaian, tempat tinggal, busana, wewangian, untaian bunga, perak dan emas, diberikan kepada siapa pun yang menginginkannya; apa pun yang diminta akan diberikan. Kabar tentang kemurahan hati sang raja tersebar luas sampai ke tempat yang jauh, sehingga menyebabkan orang-orang dari berbagai tempat yang jauh berdatangan ke sana dengan hati diliputi oleh kesukacitaan, mereka takjub serta girang atas kemuliaannya. Dengan hasrat yang kuat bagai seekor gajah yang menuju ke telaga luas, mereka tak ingin lagi mendapatkan pemberian dari tempat lain mana pun.

Raja senantiasa menyambut para pengemis, memahami bahwa penampilan luar mereka tiada lain merupakan pengharapan dan pikiran mereka hanya dipenuhi oleh keinginan untuk memperoleh. Beliau menerima mereka seolah-olah seperti menerima seorang sahabat yang telah lama hilang, yang kembali dari tempat yang jauh; matanya terbelalak berseri gembira, beliau mendengarkan permintaan mereka seolah mendengar sebuah kabar gembira. Kebahagiaan para pengemis bahkan melampaui kebahagiaan sang raja sendiri, mereka menyebarluaskan kabar gembira kemurahan hati sang raja ke seluruh negeri di sekelilingnya, sehingga memudarkan keangkuhan para raja tetangga.

Pada suatu hari ketika sang raja mengunjungi balai dananya, mendapati hanya ada sedikit pengemis di sana, hal mana membuatnya menjadi cemas. Kehausan para pengemis pada amal dana mudah sekali dipuaskan, namun tidak demikian dengan kehausan sang raja pada keinginan untuk memberi. "Secepatnya juga akan semakin sedikit yang tersisa untuk didanakan." pikirnya. "Alangkah menyenangkan jika ada yang meminta lebih! Terberkatilah pengemis yang darinya datang keinginan meminta apa saja, meskipun bagian tubuhnya! Dariku mereka hanya meminta harta bendaku, seolah takut kalau aku mungkin akan menolak permintaan yang diluar kewajaran."

Saat ia membuat pernyataan tersebut, bumi mengetahui tiadanya keterikatan pada dirinya, bahkan terhadap tubuhnya sendiri, bergetar dengan perasaan cinta bagaikan seorang istri terhadap suaminya. Begitu kuatnya gempa yang terjadi hingga bahkan raja gunung yang bertaburan permata sekalipun, mulai bergelombang; dan Dewa Sakra, Raja Para Dewa, telah keluar untuk mengetahui yang menjadi penyebabnya. Mendapat berita bahwa Raja Shibi telah meninggalkan segala keterikatannya bahkan terhadap daging tubuhnya sendiri, Sakra berpikir dalam kekagumannya: "Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah batin sang raja sedemikian mulianya, apakah ia sedemikian besar kegembiraannya dalam berdana, sehingga rela bahkan melepaskan anggota tubuhnya sendiri? Aku akan mengujinya."

Raja sedang duduk di singgasana di tengah-tengah pertemuannya, yang seperti biasa mendengarkan mereka-mereka yang membutuhkan. Menimbun harta, perak, emas dan juga permata, membuka peti yang berisi busana, demikian pula yang diusung oleh binatang-binatang terlatih, yang dikeluarkan oleh para bendahara. Dari segala penjuru para pengemis berkumpul riuh, di antara mereka terdapat Dewa Sakra, Raja Para Dewa, dalam penyamarannya sebagai seorang brahmana tua yang buta.

Brahmana cacat tersebut dengan segera menunjuk mata sang raja; raja dengan belas kasih dan tenang memandangnya seolah hendak merangkul sang brahmana cacat. Para punggawa kerajaan meminta sang brahmana untuk mengutarakan permintaannya, namun mengabaikan mereka, brahmana tersebut terus mendekati raja.

"Aku, seorang brahmana tua yang buta, datang dari tempat yang sangat jauh, Oh Raja Agung, dengan sangat memohon pemberian salah satu mata paduka. Kiranya satu mata cukup untuk mengatur dunia, Oh Baginda Yang Bermata Bagai Bunga Padma, Raja Dunia."

Sang Bodhisattva merasakan kebahagiaan yang meluap: keinginan hatinya telah terpenuhi. Oleh karena keinginan hatinya begitu kuat hingga ia bahkan telah membayangkan. Ingin kembali mendengar permintaan tersebut, ia bertanya; "Siapakah yang menyuruhmu, wahai brahmana mulia, untuk meminta salah satu mataku? Bagaimana dirimu dapat mengira bahwa ada manusia yang bahkan akan sanggup melepaskan benda itu? Siapa yang percaya bahwa aku akan memenuhinya?"

Mengetahui kepedulian raja, samaran Dewa Sakra menjawab; "Dewa Sakralah yang memberi tahu kami. Sebuah arca dewa itu telah berbicara kepada kami, berkata agar kami datang kemari dan memohon kepadamu. Yakin bahwa dia benar serta dapat mengabulkan keinginan terdalam kami; karenanya mohon berilah kami salah satu mata Baginda."

Mendengar nama Sakra, raja berpikir; "Pastilah kekuatan para dewa akan membantu memulihkan penglihatan brahmana ini." Sehingga dengan suara yang mantap dan penuh kegembiraan seraya berkata: "Brahmana, aku akan mengabulkan permintaanmu. Meskipun engkau hanya meminta satu mataku, aku akan memberimu keduanya! Setelah wajahmu dihiasi dengan kedua kuntum padma yang cemerlang ini, kau pergilah jauh; biarlah keajaiban ini membuat kagum setiap orang yang kau temui!"

Penasihat raja terperanjat dan diliputi kecemasan mengetahui bahwa raja bermaksud hendak memberikan matanya. "Sri Baginda," ucapnya, "kemurahan hati baginda telah sampai pada batas ketidakadilan sehingga menjadi sebuah keanehan! Baginda tak boleh memberikan mata Baginda! Hanya demi kebajikan orang yang lahir dua kali ini (dwijati sebutan bagi seorang brahmana), janganlah melupakan kami semua! Paduka akan menyalakan api penderitaan pada kami semua setelah sebelumnya Paduka merupakan sumber dari kenyamanan serta kemakmuran kami.

Uang, permata yang cemerlang, kereta, tandu, gajah tangkas yang mengagumkan, kediaman yang sesuai dengan segala musim, yang bergema oleh suara para penari; pemberian yang demikian sudah pantas. Berikanlah yang demikian, tetapi mohon, jangan berikan mata Paduka, Padukalah mata satu-satunya bagi dunia!

Dan sadarilah hal ini; hanya berkat pengaruh kekuatan para dewalah yang memungkinkan mata seseorang dapat dipindahkan ke orang lain. Meskipun jika hal itu terjadi, mengapa harus mata Baginda? Juga, apa manfaatnya mata itu bagi orang malang sepertinya, bagi dia yang hanya akan menjadi saksi kemakmuran orang lain? Beri saja dia uang, bagaimanapun mohon jangan lakukan tindakan yang tidak tepat itu!"

Sebagai jawaban, raja menatap menterinya dengan kelembutan serta keramahan:

"Ia yang telah berjanji untuk memberi, yang lalu memegangi apa yang akan diberikannya, hanya akan mendapatkan tali keterikatan yang telah dibukanya. Ia yang telah menjanjikan sebuah pemberian, tetapi karena terdorong oleh kepelitan, lalu mengingkari janjinya, harus dianggap sebagai orang yang sangat tercela. Ia yang memberi harapan pada orang yang membutuhkan, lalu memberi mereka penolakan yang kasar, yang demikian tak patut diperlakukan lain kecuali dijauhi.

Mengingat bahwa kekuatan para dewa untuk menimbulkan penglihatan pada mata cangkokan, ketahuilah: Bahkan dewa bergantung pada suatu keadaan untuk menimbulkan pengaruh tertentu. Siapakah di antara kita yang dapat berkata bahwa cara seperti apa yang sesuai dengan apa yang diharapkan pada akhirnya? Jangan, janganlah mencoba menghalangi maksud hatiku. Aku tetap akan memberikan mataku kepadanya."

Menterinya menjawab: "Kami tidak berusaha menghalangi Sri Baginda melakukan perbuatan apa pun yang luar biasa! Kami hanya sekadar menganalisa bahwa. Pemberian benda-benda, hasil bumi atau emas akan lebih sesuai daripada memberikan penglihatan paduka."

"Apa pun yang diminta itulah yang harus diberikan", jawab raja. "Memberikan sesuatu yang tidak diinginkan tak akan membuat senang. Apa gunanya memberi air pada orang yang sedang hanyut? Aku akan memberi orang ini seperti apa yang diinginkannya."

Sebagai reaksi, menteri pertama yang lebih akrab dengan raja dibandingkan para menteri lainnya berbicara hingga melampaui batas tata krama disebabkan kasih sayangnya terhadap sang raja: "Jangan lakukan itu! Dibutuhkan pertapaan yang berat serta meditasi yang lama untuk memperoleh kerajaan seperti ini; kemurahan hati Baginda telah memberi Baginda keagungan serta kemuliaan di antara para dewa. Kerajaan Baginda sebanding dengan kekayaan yang dinikmati oleh Dewa Indra, akankah Baginda mengabaikannya! Kini Baginda ingin memberikan kedua mata Baginda, untuk maksud apa? Di bumi ini hal seperti itu belum pernah dilakukan sebelumnya! Mahkota para raja menghiasi kakimu; pengorbanan Baginda menempatkan Baginda pada kedudukan dewa; kemasyhuranmu bersinar menjangkau hingga ke tempat yang sangat jauh. Apa tujuan yang hendak Baginda raih dengan memberikan matamu?"

Raja menjawab dengan sangat menyentuh: "Aku tidak bermaksud menguasai bumi, ataupun mencapai keagungan; aku tidak menginginkan moksha atau kebahagiaan surgawi. Aku melakukan perbuatan ini semata-mata agar permohonan seorang pengemis dapat terpenuhi, dengan harapan dapat menjadi Pelindung Dunia."

Sambil mengucapkan kata-kata tersebut, raja memerintahkan seorang tabib agar mengeluarkan salah satu matanya, perlahan-lahan dan berhasil. Dengan kegembiraan yang tiada terlukiskan is menggenggam bulatan bola mata tersebut, yang berseri bagai kuntum bunga utpala, lalu memberikannya kepada sang pengemis.

Sakra, Raja Para Dewa, kemudian dengan menakjubkan memasukkan bola mata tersebut ke dalam kelopak mata brahmana tua, hingga raja bersama semua yang hadir menyaksikan sebuah mata yang membuka. Perasaan hatinya dipenuhi oleh kebahagiaan murni, raja lalu kembali memberikan matanya yang satu lagi.

Wajah raja kini menjadi bagaikan kolam teratai yang kehilangan bunga, dengan raut muka yang memancarkan kegembiraan, perasaan gembira yang tiada dirasakan oleh orang lain, yang hanya melihat bahwa raja telah menjadi buta dan brahmana telah mendapatkan penglihatannya dari raja. Dari dalam ruangan istana, hingga jauh ke wilayah kota, air mata kesedihan telah tumpah, sebaliknya Sakra diliputi oleh rasa penyesalan, mengetahui bahwa raja tak bergeming dari keinginannya untuk mencapai Kebuddhaan Yang Sempurna.

"Betapa teguhnya!" pikirnya "betapa baiknya ingin menolong makhluk lain! Betapa berbelas kasihnya! Meskipun aku menyaksikannya, sulit bagiku untuk mempercayainya! Sangatlah tidak tepat manusia yang sedemikian baiknya harus mengalami kesulitan lebih lama lagi! Aku akan segera menunjukkan padanya cara memulihkan penglihatannya."

Ketika waktu telah menyembuhkan lukanya, dan telah meredakan kesedihan semua orang di istana serta seluruh penduduk negeri, sang raja bermaksud pergi menyepi, pada suatu hari pergi ke taman kerajaan, duduk bersila di dekat sebuah kolam teratai. Seluruh pohon di sekelilingnya merunduk sarat oleh bunga, riuh oleh dengung suara lebah. Angin sepoi-sepoi bertiup, sejuk serta berbau harum.

Tiba-tiba, raja merasakan ada yang datang. "Siapa itu?" tanyanya. "Sakra, Raja Para Dewa," jawab Sakra. Menyampaikan hormat pada Sakra, raja lalu bertanya apa yang dapat dilakukan baginya. Dewa Sakra menjawab: "Aku datang untuk mengabulkan apa yang menjadi keinginanmu. Sekarang apa yang kauinginkan, wahai Pangeran Suci? Katakan kepadaku, aku akan mengabulkannya."

Raja terperanjat, mengingat bahwa biasanya dialah yang memberi, bukannya menerima.

"Aku telah memiliki harta berlimpah, Oh Sakra, bala tentaraku juga sangat besar dan kuat. Akan tetapi kebutaanku, membuat diriku tak dapat lagi melihat wajah gembira para pengemis setelah aku memberi apa yang mereka inginkan. Karenanya hanya kematianlah yang sesuai bagiku kini. Kematianlah yang kuinginkan."

"Jangan sampai berpikir seperti itu!" ujar Sakra. "Lebih baik, sampaikan kepadaku apa yang sebenarnya kaurasakan, Oh Raja, apa yang kaupikirkan tentang para pengemis, hingga mereka membuatmu begitu menderita. Katakanlah! Katakan kepadaku apa yang ada di dalam hatimu, mungkin engkau akan segera merasa lega."

Sang Raja menjawab: "Mengapa engkau menyangka bahwa hanya dengan memulihkan penglihatanku akan membuatku merasa cukup? Dengarlah ini, bagaimanapun, jika engkau memaksa; sebagaimana kenyataan bahwa kegembiraan seorang pengemis adalah bagaikan berkah bagi pendengaranku, demikianlah hal yang sangat kuinginkan adalah memulihkan kembali salah satu mataku!"

Tak lama setelah raja mengucapkan kata-kata tersebut, berkat kekuatan kebenaran kata-kata serta kebajikannya, salah satu mata sang raja pulih kembali, sebuah kuntum padma yang dilingkari oleh permata indranila. Dengan gembira raja melanjutkan;

"Dan sebagaimana kenyataan kebenaran ketika aku mengetahui betapa bahagianya memberikan kedua mataku kepada orang yang hanya minta satu, untuk itu semoga dengan pasti aku mendapatkan mataku yang satu lagi."

Sekali lagi, setelah ia mengucapkan kata-kata tersebut tak begitu lama matanya yang satu lagi muncul, keindahannya sebanding dengan yang pertama. Gunung berguncang, samudra bergolak, suara genderang surgawi terdengar dengan jelas dan berirama. Angkasa menjadi terang benderang oleh cahaya matahari bagaikan musim gugur, berbarengan dengan tiada terhingga bunga serta, serbuk cendana terhambur dari angkasa. Para dewa serta makhluk-makhluk surgawi lainnya dengan segera menuju ke tempat tersebut, mata mereka terbelalak menyaksikan apa yang terjadi, hati semua makhluk diliputi oleh perasaan sukacita yang luar biasa.

Dari kesepuluh penjuru, nyanyian puji-pujian dilantunkan oleh makhluk-makhluk yang memiliki kekuatan gaib. Dalam kegembiraan serta kesukacitaan, mereka berkata; "Betapa hebatnya belas kasihnya! Betapa lembut serta murni batinnya! Betapa kecil kepeduliannya pada kebahagiaan pribadi! Hormat padanya, sang pahlawan yang siaga, sebagaimana mata padmamu yang telah pulih, demikianlah dunia kini mendapatkan kembali pelindungnya! Setelah begitu lama, kebajikan menjadi pemenangnya!"

"Bagus, bagus," ucap Sakra memuji. "Disebabkan oleh perasaanmu yang memahamiku dengan baik, Oh Raja Yang Berhati Suci, aku mengembalikan kedua matamu. Dan dengan kedua mata itu engkau kini akan dapat melihat jauh ke segala penjuru, tak akan terhalang bahkan oleh gunung sekalipun." Setelah itu Dewa Sakra menghilang.

Bodhisattva, diiringi oleh para punggawanya yang takjub tertegun, kembali ke istana dalam sebuah arak-arakan. Di sana rakyat menegakkan bendera serta umbul-umbul seolah sedang berlangsung sebuah perayaan. Para brahmana memberkati kerajaannya dengan beribu-ribu kebajikan. Duduk di dalam balai pertemuan di hadapan sejumlah besar Para menteri, brahmana, Para tetua serta rakyat dari kota maupun desa, Bodhisattva mengajarkan Dharma berdasarkan pengalaman pribadinya:

"Siapakah di antara kalian yang kini lemah dalam melakukan amal dana? Mengingat bahwa kalian telah melihat mataku, mata yang memiliki kekuatan dewa, yang diperoleh dari kebajikan beramal dana. Dengan mata ini aku dapat melihat segala sesuatu yang berada sejauh beribu-ribu kilometer; aku dapat melihat melintasi pegunungan tinggi, sejelas aku melihat ruangan balai pertemuan ini. Apakah yang lebih membawa kebajikan kebahagiaan selain kemurahan hati, belas kasih dan disiplin diri? Dengan melepaskan mata manusiaku, aku mendapatkan penglihatan dewa.

Memahami hal ini, Para Shibiku, lipat gandakanlah kekayaanmu dengan menggunakannya dengan benar. Inilah jalan menuju keagungan dan kebahagiaan, baik di dunia ini maupun sesudahnya. Harta sesungguhnya tak berarti begitu saja, hingga ia menjadi kebajikan seseorang; ia dapat diberikan bagi kebajikan yang lain. Hanya dengan sikap yang demikianlah ia akan menjadi harta karun; kepelitan, membuatnya sia-sia."

Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana Sang Buddha mendapatkan Dharma dengan menjalani berbagai pertapaan, dan betapa pentingnya mendengarkan Dharma dengan penuh hormat. Mengetahui keagungan Sang Tathagata, serta buah kebajikan semasa hidupnya, orang memuji kemuliaan belas kasihnya serta bangkit rasa hormatnya. Demikianlah, timbunan kebajikan seseorang, memungkinkan dalam hidupnya yang sekarang mendapatkan sesuatu berkat berkembangnya kekuatan agung serta mengalirnya keagungan.

Sumber : http://asia.groups.yahoo.com/group/daunbodhiindonesia/message/485
« Last Edit: 18 September 2008, 06:20:24 PM by Hikoza83 »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #53 on: 19 September 2008, 08:45:58 AM »
UNMADAYANTI JATAKA
KISAH TENTANG UNMADAYANTI
Jatakamala

Orang yang baik senantiasa merasa enggan untuk mengikuti jalan hina. Bahkan pada saat sakit dengan penderitaan berat, keteguhan mendorongnya untuk mempertahankan kegigihannya.

Bodhisattva, dalam berbagai kelahirannya senantiasa berusaha demi kebajikan makhluk hidup melalui sifat-sifat utama; kebenaran, kemurahan hati, keseimbangan dan kebijaksanaan. Saat terlahir sebagai Raja Shibi, sebagai perwujudan Dharma dan pengendalian diri, ia dapat memberikan jaminan kesejahteraan kepada seluruh rakyatnya seperti seorang ayah yang memperhatikan anak-anaknya, mempengaruhi mereka untuk mengembangkan sifat baiknya dan agar berpaling dari perbuatan salah. Sehingga rakyatnya bersukacita baik dalam hidup saat ini maupun selanjutnya.

Raja menyusun keadilan berdasarkan Dharma, memperlakukan sama baik sanak saudara sendiri maupun masyarakat umum. Karena rakyat didorong untuk melaksanakan perbuatan baik serta menghindari jalan yang salah, tangga menuju alam surga berangsur-angsur tercipta.

Menyadari bahwa kesejahteraan dunia bergantung pada kebenaran, raja merasa senang berada di jalan Dharma. Senantiasa bertindak sesuai Dharma, tak membiarkan orang lain mengacaukan aturan tersebut, dengan begitu raja melindungi rakyatnya.

Saat itu secara kebetulan salah seorang pemimpin di kota sang raja, mempunyai seorang anak perempuan yang kecantikannya sangat luar biasa, seorang gadis yang sangat mengagumkan, bahkan ia tampak bagaikan titisan bidadari. Hanya sekilas memandangnya menyebabkan siapa pun tak mungkin tak ingin terus memandanginya, begitu kuatnya daya tarik yang dipancarkannya. Karena alas an inilah, keluarganya memanggilnya Unmadayanti, 'Ia yang membuat pria tergila-gila'.

Tak perlu diceritakan, ayahnya kehabisan waktu menceritakan keadaan putrinya kepada raja. "Sri Baginda," ujarnya, "sebuah mutiara sejati di antara wanita telah muncul di negeri Baginda. Mohon perkenan Baginda untuk menimbang mungkin atau tidak Baginda menerimanya sebagai istri."

Dengan segera raja memerintahkan serombongan brahmana yang sangat memahami tanda-tanda keberuntungan yang terdapat pada seorang wanita, untuk mengunjungi gadis tersebut dan memastikan apakah sesuai atau tidak untuk dijadikan istri. Demikianlah ayah Unmadayanti membawa para brahmana ke rumahnya di mana mereka hendak menemui putrinya. Diminta menemani tamunya, ia lalu mulai menyajikan makanan dengan sikap yang sopan, akan tetapi segera setelah para brahmana memandangnya, para brahmana telah kehilangan pengendalian dirinya, seolah mata serta pikiran mereka telah direnggut oleh minuman yang sangat keras.

Memperhatikan para brahmana tersebut telah kehilangan sama sekali selera makannya, dan bahwa tata karma serta sikapnya yang segera lengah, perumah tangga tersebut menarik putrinya dari pandangan serta melayani brahmana. Saat meninggalkan makan malamnya, para brahmana berbicara di antara mereka:

"Daya tariknya merasuki bagaikan mantra sakti. Sekilas pandang terhadapnya, akan menggugurkan kesucian seorang pertapa yang mengusahakan kebijaksanaan; apalagi terhadap seorang pangeran muda yang hidup dalam kesenangan indriawi'? Sungguh tidak bijaksana bila raja sampai melihatnya, apalagi menjadikannya sebagai permaisuri. Kecantikannya akan membuatnya mabuk kepayang; perhatiannya pada kewajiban, baik agama maupun politik akan lenyap. Tak ada kebaikan yang akan disebabkannya, dan pada akhirnya, rakyatlah yang akan menderita."

Setelah menetapkan sikapnya, mereka lalu melapor kepada raja:

"Baginda, kami telah melihat gadis tersebut. Memang benar adanya bahwa ia sangat menarik dan memiliki kecantikan, tapi tak lebih dari itu; sayangnya, ia memiliki tanda yang tak menguntungkan, bisa menyebabkan kejatuhan serta kemalangan. Sri Baginda sebaiknya jangan sampai melihatnya, apalagi menikahinya. Seorang istri yang buruk adalah kabut bagi keagungan serta kekayaan kedua keluarga, seperti mendung malam yang menyelubungi bulan, mengaburkan keindahan serta keteraturan surga dan juga bumi."

Percaya bahwa gadis tersebut benar-benar menyandang tanda yang tak menguntungkan dan dengan demikian tidak sesuai bagi kedudukannya, raja kehilangan seluruh keinginan untuk memilikinya. Segera setelah itu, perumah tangga tersebut menikahkan putrinya dengan Abhiparaga, seorang pejabat di istana raja.

Beberapa waktu kemudian, raja memutuskan untuk berkeliling menjelajahi kotanya untuk menyaksikan suatu perayaan keagamaan. Ia berjalan menelusuri kota di atas kereta kerajaan, senang pada hiasan serta kemeriahannya. Jalanan telah disiram dan dibersihkan, tanah berwarna putih telah ditaburi dengan bunga berbagai warna, sementara di atas berkibar bendera warna-warni serta panji-panji yang menarik. Di mana-mana terdapat tari-tarian, nyanyian, sandiwara serta gamelan. Aroma harum bunga bercampur dengan berbagai aroma berlimpah dari dupa, serbuk wewangian, minyak wangi serta arak. Barang-barang bagus dijajakan di antara keramaian penduduk yang bersukaria, yang mengenakan busana terbaik mereka.

Dalam perjalanannya raja mendekati rumah Abhiparaga. Di sana Unmadayanti marah terhadap raja karena ia telah menolaknya, 'Yang merupakan tanda kesialan', berdiri di atas atap datar rumah, bermaksud membuatnya takjub melihat dirinya. Ketika kilasan cahaya kilat menerangi awan, membuatnya terlihat dalam pandangan. Dan ia merasa ragu di dalam hatinya bila raja tetap dapat teguh tak tergoyahkan oleh orang yang tak membawa keberuntungan seperti dirinya.

Saat ia memandangnya, mata sang raja tertuju padanya. Saat itu raja telah terbiasa dengan hawa sembarangan kecantikan para selirnya. Ia juga memiliki sikap kesopanan, sangat teguh, dan memiliki rasa malu yang sangat kuat. Terikat pada jalan kebajikan, sehingga benar-benar sangat takut untuk memandang wanita muda yang terikat dengan orang lain, ia sesungguhnya sedang mengalahkan indriawinya sendiri. Namun demikian dirinya bukanlah tandingan dewa asmara. Tak sanggup untuk berpaling, raja lama memandanginya.

"Apakah itu dewi penunggu rumah?" pikirnya. "Apakah ia seorang apsari ataukah ia seorang yaksi? Ataukah ia Kumuda, istri kesayangan Bhatara Candra? Pasti dia bukan manusia." Demikianlah raja terus bertanya-tanya ketika keretanya terus berjalan. Pulang ke istananya seperti orang yang kehilangan kesadaran, ia sama sekali tak memikirkan hal lain kecuali wanita itu, keteguhan hatinya benar-benar hancur. Setelah beberapa hari, ia memanggil kusirnya, Sunanda, untuk menghadap lalu ia bertanya: "Rumah siapakah yang dikelilingi oleh tembok putih itu? Dan siapakah wanita yang kecantikannya bercahaya bagaikan kilat di dalam awan putih itu?"

Sunanda menjawab: "Baginda mempunyai seorang pejabat tinggi bernama Abhiparaga. Itu rumahnya, dan wanita itu istrinya. Dia putri Kiritavaba; orang-orang memanggilnya Unmadayanti, 'Ia yang membuat pria tergila-gila'."

Mengetahui bahwa wanita tersebut adalah istri orang, membuat raja jatuh kecewa. Menarik nafasnya panjang serta dalam, matanya menerawang tak berkedip, ia berkata kepada dirinya sendiri dengan suara yang pelan: "Aduh! Makhluk itu memang sesuai dengan yang dipanggil orang, karena senyum manisnya telah membuat hatiku galau. Di mana kelemahan diriku terhadap istri orang lain ini sama artinya aku sesungguhnya gila. Alangkah menyenangkannya bila aku dapat melupakannya!

Meskipun ia tak jauh dari pikiranku; ia telah menguasai pikiranku. Rasa malu telah meninggalkanku dan demikian pula dengan rasa kantuk. Alangkah menyenangkan bila aku dapat memberikan pada diriku sendiri wujudnya yang menawan, matanya, senyumnya, kecantikannya. Bunyi bende yang berusaha menahanku pada tugas-tugas kerajaan hanya membangkitkan kemarahanku."

Demikianlah raja benar-benar hanyut oleh kekuatan nafsu asmara. Berusaha untuk dapat menata pikirannya, atau menyembunyikan keadaan tersebut, matanya yang menerawang serta tak berkedip, tubuhnya yang kurus dan penampilannya yang merana mengungkapkan isi hatinya, membuat semua orang ingin melihatnya.

Abhiparaga, pejabat istana raja, yang pandai melihat gelagat, segera memahami perubahan sikap rajanya. Menemukan yang menjadi sebab musababnya, dan juga sangat memahami keampuhan kekuatan dewa asmara, ia mengerti akibat buruknya sebelum obat penawarnya ditemukan. Karena ia sangat mencintai rajanya, ia meminta bertemu secara pribadi, mendekati rajanya, ia lalu berkata: "Pada waktu kami berdoa pagi ini, Oh Raja Yang Bermata Padma, seorang yaksa muncul di hadapan kami dan berkata: 'Raja telah jatuh hati pada Unmadayanti. Bagaimana Engkau tak mengetahuinya?' Lalu ia menghilang. Dengan segera aku menghadapmu. Jika yang dikatakannya memang benar, Sri Baginda, mengapa Anda hanya berdiam diri? Berilah kami kesempatan untuk memberikannya."

Raja merasa terhina dan tak sanggup mengangkat pandangannya karena malu. Bahkan, meskipun dirinya telah terjerat oleh genggaman cinta, ia tak membiarkan keteguhannya goyah, berkat kedalaman pengetahuan Dharmanya, serta praktiknya yang gigih dan panjang.

"Tidak, itu tidak boleh," ujarnya pelan. "Lagi pula apa alasannya? Pertama, segala kebajikanku akan musnah, aku tak akan hidup selamanya. Kedua, perbuatan jahatku pada akhirnya juga akan diketahui oleh umum. Dan akhirnya, saat dirimu berpisah dengan istrimu, engkau akan terbakar oleh api kesedihan, api yang akan menghanguskanmu seperti api yang meludeskan rumput kering. Perbuatan yang kauanjurkan akan menyebabkan kesulitan baik dalam hidup saat ini maupun yang akan datang. Meskipun orang bodoh akan menerima pemberianmu, orang bijak akan menolaknya karena alas an tersebut."

Abhiparaga menjawab: "Jangan khawatir Anda akan melanggar ajaran Dharma, Baginda, bukankah Dharma mengajarkan kita menerima pemberian yang diberikan? Karenanya engkau telah menyalahkan kami dengan menolak pemberian dari kami. Baginda menghalangi praktik kemurahan hati kami. Tidak seharusnya Baginda khawatir merusak nama baik Baginda: Ini dilakukan benar-benar hanya di antara kita berdua. Tak perlu orang lain mengetahuinya! Bahkan, kejadian ini merupakan berkah bagi kami, bukannya penderitaan. Kesulitan apakah yang akan menimpa kami bila perasaan puas hati kami yang terbesar adalah melayani raja kami? Kami mohon kepada Baginda, pergilah diam-diam dan penuhilah hasrat hati Baginda. Tak akan ada hal buruk yang akan menimpa kami."

"Diam!" teriak raja. "Jangan teruskan pikiran buruk itu! Keterikatanmu kepadaku telah menghalangimu untuk menilai dengan benar. Tidak setiap pemberian harus diterima. Orang yang bersedia memberikan hidupnya kepadaku benar-benar adalah sahabatku, mengasihiku melebihi apa pun; karenanya, wajib bagiku untuk juga menghargai istrinya. Kesalahan yang kaulakukan juga akan berakibat pada diriku.

Akankah berkurang dosanya bilamana orang lain tak ada yang tahu? Melakukan perbuatan yang tidak ketahuan, berharap menemukan kebahagiaan, sama bodohnya dengan meminum racun yang tak dilihat, berharap, untuk bisa hidup. Baik para dewa yang bermata waskita maupun para pertapa suci yang ada di antara umat manusia tak pernah samar dalam melihat segala sesuatu.

Bahkan, aku bertanya kepadamu: Siapa yang percaya bila dirimu tidak mencintainya atau bahwa dirimu tak akan sedih segera setelah Engkau memberikannya?"

Abhiparaga menjawab: "Engkau adalah pelindung kami, Baginda. Kami hanyalah pelayan Anda, bersama dengan istri dan juga anak kami. Peraturan apakah yang akan rusak bilamana Engkau berbuat sesuka hatimu terhadap pelayan wanitamu? Apa masalahnya bilamana kami harus mencintainya? Pada dasamya, dengan pertimbangan itulah kami bermaksud untuk memberikannya kepadamu! Mereka yang memberi sesuatu yang sangat berharga memperoleh apa pun yang ia inginkan di dunia ini dan kebahagiaan yang lebih besar dalam kehidupan yang akan datang. Untuk itu, mohon terimalah dia."

Namun demikian raja tetap menampiknya. "Jangan berkata begitu! Itu tidak mungkin! Lebih baik bagiku untuk melemparkan diri pada sebilah pedang tajam atau kobaran api daripada melawan Dharma. Mengingat aku senantiasa mengikuti tuntunannya, Dharma sejati sesungguhnya merupakan sumber segala keagungan."

“Bagus sekali," ujar Abhiparaga. "Karena Sri Baginda tak akan dapat memilikinya sebab ia telah menjadi istri kami, kami akan memintanya agar melacurkan diri. Siapa pun dapat menginginkannya, ia akan menjadi milikmu bila diinginkan."

"Apakah engkau sudah gila?" tanya raja. "Untuk mencegah kecuranganmu terhadap istrimu akan membuatku terpaksa menghukummu, perbuatan seperti itu juga menimbulkan belenggu bahkan penuh kesedihan dan derita selama berkali-kali kehidupan. Engkau harus menghentikan semua ini. Arahkan pikiranmu pada sikap adil serta kemurnian."

Abhiparaga menegaskan: "Apa pun akibatnya, kami akan menghadapinya dengan senang hati demi kebahagiaan Baginda, bahkan meskipun perbuatan kami harus berlawanan dengan Dharma, menimbulkan celaan pada kami dan menghancurkan kebahagiaan diri kami. Tiada orang di dunia ini yang lebih pantas selain dirimu untuk dipuja, Oh Penguasa Bumi Termulia. Sebagaimana pemberian, tolonglah bantu kami mengembangkan kebajikan, terimalah istri kami sebagai persembahan kepadamu."

Raja menjawab: "Aku tahu hal ini terjadi akibat perhatianmu yang besar kepadaku hingga mendorongmu mengusahakan kebaikanku tanpa memedulikan benar atau salah. Akan tetapi kecintaan seperti itu membuatku berani mencegahmu lebih jauh. Sama halnya dengan mencela orang lain yang tak dapat dimaafkan. Lihatlah kemari! Barang Siapa yang meninggalkan kebajikan, ia tak mengerti baik celaan di dunia ini dan akibat yang harus ditanggung selanjutnya, memperoleh ketidakpercayaan sekarang dan membuang harapan kebahagiaan selanjutnya. Orang seharusnya tidak mengambil kegembiraan dalam sesuatu yang salah. Keuntungan adalah selalu berubah-ubah dan tak pasti, derita hebat tiada diragukan lagi.

Juga dianggap bahwa kebajikan tidak menyukai segala yang menyenangkan yang didapatkan dengan mengorbankan orang lain. Berdirilah di atas pijakan perbuatan baik, aku sendiri membayarnya dengan mengabaikan kesenangan diri, dengan maksud agar tidak menyebabkan kesedihan bagi orang lain mana pun."

Abhiparaga menanggapi: "Tapi di manakah ketidakadilannya? Tergerak kecintaan kami kepada pelindung kami, kami hanya ingin memberinya persembahan. Setiap orang Shibi, baik dari kota maupun desa, akan mendukung kami untuk bertanya: "Di manakah letak ketidakadilan perbuatan ini? Di manakah kerugiannya? Karenanya berkenanlah menerimanya, Baginda."

"Jelas sekali, engkau telah merasakan kebajikanku di hati. Tetapi hentikan dan pikirkan. Siapa yang memahami Dharma dengan baik di antara seluruh orang Shibi, dirimu atau rajamu?"

Segera Abhiparaga menjawab: "Dalam segala hal, Engkaulah Baginda yang sangat mengerti keadilan, sebanding dengan Dewa Rsi Brhaspati. Ketekunan Baginda belajar, perhatian Baginda yang besar pada pengetahuan serta tradisi suci, dan juga kebijaksanaan hakiki dalam hati Baginda, seluruhnya tiada banding."

Raja menjawab: "Jika demikian, seharusnya kalian jangan memaksaku berbuat salah. Karena ingatlah, jahat atau baiknya rakyat bergantung pada perbuatan pemimpinnya. Dan karena aku senantiasa memikirkan kebajikan rakyatku, aku harus terus mencintai jalan kebajikan, sejalan dengan ketenaranku. Sebagaimana lembu yang mengikuti pemimpin kawanan ke mana pun, benar atau salah, demikianlah agar rakyat meniru pemimpinnya tanpa merasa terpaksa.

Pahamilah ini dengan baik. Jika aku tak sanggup mengatur diriku sendiri, bagaimana aku dapat memimpin rakyatku, siapa yang menginginkan perlindunganku? Begitulah, dari sudut pandang Dharma dan kemasyhuranku yang bebas dari cela, aku tak akan membiarkan diriku menuruti nafsuku: aku adalah pelindung bagi rakyatku, pemimpin bagi bangsaku."

Akhirnya Abhiparaga, abdi raja, menundukkan diri kepada raja, tangannya beranjali penuh hormat. Terhibur oleh ucapan rajanya, ia berkata: "Baginda! Rakyatmu merasa terberkati memiliki raja seperti Anda, raja pelindung sepertimu! Kecintaan pada kebajikan yang hingga mengabaikan kesenangan jarang sekali ada, bahkan di antara hutan para pertapa. Bila kebajikan diberikan pada seseorang yang tanpa kebajikan, itu merupakan suara yang membunuh serta mengecewakan, sebagaimana jika ia merasa puas oleh pujian. Namun padamu, Oh Raja Agung, sebutan 'Agung' adalah perhiasan yang cemerlang. Itulah sebabnya mengapa kami begitu takjub pada kebajikan Baginda, Engkau yang penuh kebajikan sebagaimana samudra yang penuh dengan permata"

Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana kebajikan, meskipun di saat menderita kesedihan, berkat praktik Dharmanya yang murni serta lama, keteguhannya tak membiarkannya mengikuti jalan orang yang berpikiran rendah. Memahami hal ini, orang dianjurkan untuk berusaha menjalankan praktik Dharma serta mengembangkan keteguhan.

Sumber : http://asia.groups.yahoo.com/group/daunbodhiindonesia/message/553
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #54 on: 19 September 2008, 08:50:13 AM »
SRESHTHI JATAKA
KELAHIRANNYA SEBAGAI PEMIMPIN SUKU

Bahkan meskipun di hadapan bencana yang mengancam, orang yang baik tak akan berpaling dari melakukan amal dana. Siapakah yang kemudian ketika aman dan bahagia, tak mau beramal dana?

Pads suatu ketika, saat Sang Buddha masih sebagai Bodhisattva, ia lahir sebagai putra dari sebuah keluarga yang baik. Diberkati dengan semangat yang tiada terhingga serta keberuntungan, ia menjadi pemimpin sukunya. la memiliki tanah perkebunan yang luas, dan berkat kejujuran serta kepandaiannya dalam berdagang, ia mendapat penghormatan yang tinggi dari semua orang. Singkatnya, ia mempelajari berbagai cabang pengetahuan serta keterampilan, memurnikan pikirannya, menciptakan kemuliaan bersama dengan kemuliaannya, memberi kehormatan baginya bahkan oleh sang raja.

Menekuni ajaran tentang dana, ia terus-menerus berusaha berbagi kekayaan yang dimilikinya bersama-sama masyarakat. Orang miskin memuji-mujinya hingga kemana-mana, menyebarluaskan reputasinya sebagai seorang dermawan ke segala penjuru; mereka sangat mempercayainya, sehingga mau mengutarakan apa saja yang mereka inginkan dengan leluasa kepadanya. Bagi dirinya, yang tak terpengaruh oleh ketamakan, ia tidak lagi mempertahankan hartanya baik untuk kesenangannya sendiri, ataupun untuk menimbulkan pengaruh bagi orang lain karena ia merasa tak mungkin bagi dirinya melihat penderitaan apa pun tapi menolak untuk membantu.

Pada suatu hari, seorang pengemis yang merupakan seorang Pratyekabuddha di mana api pengetahuan telah membakar segala noda nafsunya, mendekati kediaman Bodhisattva. Saat itu keinginan pengemis tersebut hanyalah demi berkembangnya kebajikan Sang Bodhisattva, dan dengan maksud itu ia muncul di pintu gerbang tepat pada saat makan siang, tepat ketika Mahasattva baru saja mandi dan menghiasi dirinya, hendak duduk untuk bersantap siang. Terdapat bermacam-macam makanan dalam jumlah banyak yang telah dipersiapkan oleh juru masak terbaiknya, makanan-makanan yang rupa, aroma, rasa, bentuk serta segala sesuatunya menyenangkan. Pada siang yang tenang itu, sang pertapa berdiri di luar rumah tanpa dipersilahkan ataupun diusir, melihat dengan jelas dan tenang tak berapa jauh di hadapannya, tangannya yang bagaikan bunga padma memegang mangkok kayu pindapatra.

Ketika itu Mara, si jahat, tak tahan melihat Bodhisattva menikmati kesenangan dari memberi dana makanan. Bermaksud hendak menghalangi perbuatan berdananya, Mara menciptakan sebuah neraka yang sangat dalam, dengan lebar beberapa depa, yang menjadi pemisah antara si pengemis dengan gerbang pintunya. Di dalam neraka tersebut, tampak beratus-ratus orang di dalam kobaran api, mengeluarkan gemuruh yang mengerikan: Sungguh-sungguh merupakan pemandangan yang menakutkan.

Akan tetapi Bodhisattva, hanya melihat Pratyekabuddha, kemudian berkata dengan lembut kepada istrinya: "Pergilah, istriku, berilah orang suci itu makanan." Saat itu juga istrinya mendekati pintu dengan membawa sebuah tempayan penuh makanan yang sesuai bagi pengemis. Tetapi di dekat pintu, ia menengok ke arah neraka tersebut, merasakan ketakutan dan berteriak histeris. Begitu takutnya hingga tenggorokannya terkunci saat Bodhisattva bertanya kepadanya apa yang terjadi, ia tergagap tak dapat berbicara.

Tak mau ada orang suci yang pergi dari rumahnya dengan tangan hampa, Bodhisattva tak menghiraukan ketakutan istrinya. Meraih tempayan makanan tersebut dengan tangannya sendiri, ketika akan melewati pintu ia juga melihat neraka yang mengerikan tersebut. Pada saat ia berdiri di situ, keheranan pada apa yang terjadi tersebut, Mara, si jahat, tiba-tiba menampakkan dirinya. Menyamar sebagai seorang dewa agung, Mara keluar dari tembok rumah dan melayang di udara, berbicara yang kedengarannya menyenangkan kepada Bodhisattva:

“Perumah tangga, lihatlah neraka Maharaurava ini, dari situ sungguh sangat sulit untuk membebaskan diri! Ini adalah neraka bagi mereka yang merasa senang terhadap pujian dari para pengemis, mereka yang diliputi nafsu jahat kemurahan hati, dan memberikan seluruh hartanya yang dikumpulkan dengan baik. Di sini mereka akan berdiam selama beribu-ribu tahun.

Harta adalah sebab yang membawa pemurnian bagi ketiga dunia. Jika seseorang memberikan hartanya, bagaimana mungkin ia tidak merusak Dharma? Barang siapa yang merusak harta ia merusak kebenaran. Tidak pantaskah orang yang menghancurkan Dharma, dengan menghancurkan harta, harus pergi ke alam neraka?

Dan neraka ini yang tampak seperti jilatan Narakantaka di tangga pintumu, akan menelanmu karena dosa-dosamu yang tiada terbilang akibat membagi-bagikan hartamu, yang menjadi akar dari segala Dharma. Sejak sekarang hentikan memberi dana, dengan begitu akan menahan kejatuhanmu yang langsung ke dalam jilatan kobaran api ini, berbagi nasib dengan pemberi dana makanan malang itu yang menggeliat kesakitan dan menangis tiada henti.

Kekayaan, sebaliknya, dari mereka, yang mengurangi kebiasaan buruknya memberi, akan mencapai alam para dewa! Bebaskan dirimu dari usaha beramal dana, yang menjadi rintangan kebahagiaan surgawi. Jalankan ketidakpedulian!"

Bodhisattva mengetahui bahwa orang yang mengatakan hal seperti ini pastilah orang yang jahat. "Ini pastilah rintangan kemurahan hatiku," pikirnya. Tetap gigih namun baik, dan sesuai kebajikan, ia menjawab:

"Pada intinya yang telah engkau tunjukkan kepadaku adalah jalan orang-orang jahat. Singkatnya, itu sesuai hingga para dewa harus menunjukkan belas kasihnya melalui perbuatan mereka serta kecakapannya dalam menolong makhluk lain. Bukankah lebih baik mencegah penyakit sebelum ia berjangkit, atau setidak-tidaknya menggunakan obat penawar segera setelah tanda-tanda pertama muncul. Mengingat bahwa jika penanganan yang salah akan membuat penyakitnya semakin berkembang, terlambat menggunakan obat penyembuh hanya akan menyebabkan bencana. Keinginanku untuk berdana telah tumbuh, ketakutanku, jauh melampaui jangkauan pertolongan – karena pikiranku kini tak dapat berpaling dari perbuatan memberi, mengabaikan nasihatmu sungguh suatu sikap yang tepat.

Mengingat bahwa ucapanmu menganggap kemurahan hati sebagai dosa dan harta sebagai kebenaran, aku khawatir kemampuan pemahaman manusiawiku yang lemah tak mampu memahaminya. Bagaimana bisa kekayaan tanpa kemurahan hati, dapat disebut sebagai jalan kebajikan? Katakan kepadaku, jika demikian kapan kekayaan akan membawa kebajikan? Seperti halnya harta karun yang terpendam, barangkali? Atau ketika telah dicuri oleh para pencuri jahat? Atau ketika hilang di dasar laut, atau ketika menjadi bahan bakar api?

Bahkan, dengan berkata bahwa para pemberi dana akan pergi ke neraka dan yang menerima akan pergi ke surga, engkau hanya membuat keinginanku untuk berdana semakin kuat. Semoga kata-kata itu benar adanya! Semoga mereka yang mengemis kepadaku langsung muncul di alam surga! Mengingat bahwa bukan demi kebahagiaanku sendiri aku berdana, tetapi demi kebahagiaan semua makhluk."

Kemudian Mara, si jahat, memeluk Bodhisattva, seperti sahabat karib mengucapkan sesuatu vang menyenangkan di telinganya: "Terserah padamu apakah kata-kataku bohong atau demi kebaikanmu. Lakukan yang kauinginkan. Bersyukur atau menyesal, Engkau tak akan cepat melupakanku."

Bodhisattva menjawab: "Pak, maafkan aku. Atas kemauanku sendiri aku akan menjatuhkan diri ke dalam api neraka yang berkobar dan merasakan jilatan apinya. Daripada memilih mengabaikan kebajikan para pengemis yang telah menunjukkan rasa percayanya pada diriku dengan datang mengemis kepadaku."

Sehingga Bodhisattva, bersandar pada kekuatan keberuntungan yang baik (yang sepenuhnya memahami dengan baik bahwa akibat sesungguhnya dari kemurahan hati bukanlah keburukan), melangkah menuju neraka yang terhampar di hadapannya. Dan dalam melakukannya, hatinya tak tersentuh oleh perasaan takut, dan kehendaknya untuk memberi jauh melampaui yang sebelumnya, mengabaikan pendapat maupun usul dari para sanak keluarga serta para pelayannya.

Berkat kekuatan kebajikan Bodhisattva, bunga padma bermekaran di tengah neraka tersebut; kuntum bunganya melambai-lambai seolah-¬olah menertawakan Mara, membawa Mahasattva menyeberangi samudra api tersebut. Berdiri di hadapan Pratyekabuddha, perumah tangga mengisi mangkok pindapatra sang pertapa dengan makanan, sementara perasaan hatinya sendiri diliputi oleh kebahagiaan dan kesukacitaan.

Pratyekabuddha, memperlihatkan rasa puasnya, terbang tinggi ke angkasa, hujan turun dengan lebatnya, menyala dengan keagungan bagaikan awan yang terang oleh kilasan kilat. Kalah dan kecewa, Mara kehilangan kekuatannya. Tak sanggup menatap wajah Bodhisattva, ia lenyap bersama dengan nerakanya.

Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana orang baik tidak surut dari melakukan pemberian, bahkan meskipun berada dalam bahaya; lalu siapakah, yang berada dalam keadaan aman dan bahagia tak melaksanakan amal dana? Orang yang pemberani dan yang berhati mulia, tak akan berjalan melewati jalan yang salah, meskipun dalam ketakutan.

Sumber : http://asia.groups.yahoo.com/group/daunbodhiindonesia/message/480
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline oddiezz

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 325
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • in vain
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #55 on: 19 September 2008, 09:39:02 AM »
betul yg dikatakan bro karuna.  :)
kisah2 jataka dipahat dalam bentuk relief-relief di dinding candi.
untuk jelasnya, bro oddiezz bisa liat di page pertama dr topik ini.
 _/\_


By : Zen

hehe my mistake, maaf atas ketidaktahuan daku..

barusan 17 Agustus berkesempatan mengunjungi Candi Borobudur beserta rombongan kantor.
Sayang sekali ga ada atmosfir religiusnya sama sekali, terlalu rame.
Laen dibandingin dengan Wat- wat yang di Thai, meski menjadi obyek wisata , masi terjaga kesakralannya.

Sampe-sampe aku suruh turun anggota rombongan dari stupa yang terbuka, yang di tengah ada patung Buddhanya, karena dia naik ke atas terus tangannya diacungin di atas patung Buddha membentuk huruf V untuk berfoto...duh...duh..
Dan di stupa stupa lain, kejadian serupa juga terjadi....
Eschew Obfuscation! Espouse Elucidation!

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #56 on: 19 September 2008, 06:39:18 PM »
betul yg dikatakan bro karuna.  :)
kisah2 jataka dipahat dalam bentuk relief-relief di dinding candi.
untuk jelasnya, bro oddiezz bisa liat di page pertama dr topik ini.
 _/\_


By : Zen

hehe my mistake, maaf atas ketidaktahuan daku..

barusan 17 Agustus berkesempatan mengunjungi Candi Borobudur beserta rombongan kantor.
Sayang sekali ga ada atmosfir religiusnya sama sekali, terlalu rame.
Laen dibandingin dengan Wat- wat yang di Thai, meski menjadi obyek wisata, masi terjaga kesakralannya.

Sampe-sampe aku suruh turun anggota rombongan dari stupa yang terbuka, yang di tengah ada patung Buddhanya, karena dia naik ke atas terus tangannya diacungin di atas patung Buddha membentuk huruf V untuk berfoto...duh...duh..
Dan di stupa stupa lain, kejadian serupa juga terjadi....


kalo mengunjungi Candi Borobudur dengan rombongan kantor atau bersama rombongan vihara tentu saja beda rasanya, bro oddiezz.. :)
kembali ke niat dan tujuan kita dalam ber-dharmayatra [melakukan perjalanan untuk tujuan spiritual]..
menurut saya, jika ingin memahami makna religius yang terkandung di Candi Borobudur ini, penting untuk mengajak seseorang / bhante yang paham akan kisah2 di relief2 candi.
jadi bisa memaparkan banyak hal berkaitan dengan candi ini..
agar tujuan kita berkunjung ke sana, tidak hanya untuk melihat tumpukan batu yang tersusun.. :)
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #57 on: 26 September 2008, 06:19:38 AM »
"Walaupun berusaha keras, engkau tidak bisa bertahan. Apa gunanya gemetar dan ketakutan terhadap sesuatu yang tak dapat dihindari?

Demikianlah, bila engkau merenungkan sifat dunia, manusia dipenuhi penyesalan pada saat kematian karena mereka telah melakukan kejahatan dan lalai melakukan kebaikan. Mereka cemas akan penderitaan yang menanti di kehidupan berikutnya, dan rasa takut akan kematian menyelimuti batin mereka.

Sebaliknya, diriku tak dapat mengingat bahwa pernah melakukan perbuatan apa pun selain yang putih.
Hal yang demikian sesungguhnya telah menyatu dengan sifatku.
Barang siapa yang selalu berdiam dalam kebajikan, akankah merasa takut pada kematian?

Sebenarnya, bahkan setelah lama merenungkan, aku tak dapat mengingat bahwa pernah melangkah satu langkah pun dalam kejahatan, sekalipun hanya di angan-angan. Jalan menuju pencerahan terang bagiku; untuk apa aku harus takut mati?"
Bodhisattva Sutasoma
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline tanpa_aku

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 7
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #58 on: 29 September 2008, 01:05:30 PM »
Bodhisattva duduk di atas setumpuk rumput kusa, menegakkan tubuhnya dalam sikap bersila, wajahnya menghadap ke arah timur. Dengan kesadaran penuh, Bodhisattva bersumpah dengan suara lantang:

"Disini, di tempat duduk ini tubuhku mungkin akan menyusut, kulitku, tulangku, dan dagingku mungkin akan habis, tapi tubuhku tidak akan beranjak dari tempat ini sampai Aku mencapai pencerahan, yang begitu sulit dicapai selama berkalpa-kalpa."

Bab kesembilan belas Lalitavistara
Berjalan menuju Bodhimanda

Offline tanpa_aku

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 7
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #59 on: 29 September 2008, 01:09:24 PM »
"Perbuatan ini akan membesarkan hati mereka yang berusaha untuk menolong dunia, sekaligus menjadi teladan bagi mereka yang lemah dalam berusaha. Perbuatan ini akan membuat kecewa Mara dan menggembirakan para sahabat yang memiliki sifat-sifat Kebuddhaan, membuat malu mereka yang mementingkan diri sendiri, sombong serta penuh nafsu.

Sebagaimana matahari yang memupus kegelapan dan membawa terang, demikian pula semoga perbuatan ini mengakhiri penderitaan dunia, membawa kebahagiaan selama-lamanya.

Aku tidak melakukan ini demi pujian atau harapan akan kedudukan, bukan pula demi ketenaran serta kebahagiaan yang kekal, perbuatan ini semata-mata demi kebajikan seluruh semesta, sehingga kebahagiaannya akan terus berkembang setiap kali kisah ini dituturkan."

Jatakamala

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #60 on: 07 October 2008, 08:17:30 PM »
 _/\_
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #61 on: 02 February 2009, 12:14:34 AM »
Brahmana Jataka
Kelahiran Sebagai Brahmana

Apakah yang mempertahankan orang baik di jalan kebajikan?
Yaitu rasa malu serta kesusilaannya.

Suatu ketika Bodhisattva mengambil kelahiran sebagai putra seorang brahmana mulia, sangat dihormati karena keturunan serta tingkah lakunya, sebuah keluarga yang menjunjung tinggi adat istiadat, mengendalikan dirinya serta menjalankan praktik. Ia menerima diksa sebagaimana umumnya, serta upacara penyucian yang diwajibkan, dan pada usianya yang telah pantas, ia dikirimkan agar tinggal bersama seorang guru untuk belajar, kelahirannya (kastanya) dan juga suri teladan tingkah lakunya.

Anak tersebut dengan segera mengerti apa yang diajarkan kepadanya, bertanggung jawab (yang sangat ditekankan oleh keluarganya), kelakuan baiknya serta tingkah lakunya yang tenang, semuanya sangat jarang menghiasi seorang pemuda, membuat gurunya memperlakukannya dengan lebih sayang serta senang. Singkatnya, jika kesaktian kebajikan dapat mempengaruhi bahkan mereka yang terbakar oleh api kebencian, apalagi terhadap mereka yang memang baik hati. Gurunya, untuk menguji moralitas para siswanya, bermaksud mengeluhkan derita serta kemiskinan dirinya. Di saat jeda pelajaran suci ia mengeluh:

"Bagi orang yang tak memiliki sarana keluarga, tak punya kebahagiaan, bahkan di hari raya! Mengemis makanan membuatku lelah. Kemiskinan sungguh keadaan yang menakutkan dan tiada harapan adalah buahnya. Menjadi orang miskin sama halnya dengan menjadi orang buangan, lahir hanya untuk membanting tulang! Kemiskinan adalah keadaan yang lemah, tiada kegembiraan serta tiada habisnya kesusahan."

Seperti kuda yang berjingkat tertusuk duri, para siswanya begitu tersentuh oleh ucapan gurunya hingga mereka bersemangat mengumpulkan makanan lebih banyak dan lebih baik untuknya. Namun demikian hanya membuatnya kecewa saja, ia berkata:

“Nak, tak usah lakukan berbagai kesulitan itu. Sisa makanan yang dikumpulkan dari mengemis setiap hari tak akan dapat menghapuskan kesulitan kemiskinan. Bila kesulitanku telah menjadi beban bagimu, pusatkan usahamu untuk meningkatkan kekayaanmu! Itulah cara yang tepat dilakukan. Mengapa aku berkata seperti ini?

Sebagaimana rasa lapar yang dihilangkan dengan makanan, rasa haus dengan air, sebagaimana rasa sakit disembuhkan dengan obat serta jampi-jampi yang sesuai, demikian pula halnya penyakit kemiskinan terhapus oleh harta kekayaan. Untuk menghapus kemiskinan, orang harus mendapatkan harta dengan cara bagaimanapun."

Siswanya menjawab:

"Tapi apa yang dapat kita lakukan? Kita tak punya apa-apa. Jika harta seperti halnya makanan, yang dapat diperoleh dengan mengemis, kami tak akan membiarkanmu mengalami kemiskinan seperti ini. Tapi seperti yang kau tahu, brahmana hanya memperoleh harta dengan menerima pemberian, sementara orang-orang di sisi lain, jauh dari kemurahan hati. Sehingga kita tak berdaya dan penuh kesulitan."

Jawab gurunya:

“Lihatlah ke dalam buku agama. Di sana terdapat cara lain bagi seorang brahmana untuk mendapatkan kekayaan! Sayangnya, aku tak sesuai untuk menjalankannya karena aku sudah tua dan juga tidak kuat."

"Bukankah kami masih muda dan kuat!" ujar mereka. "Bila engkau menganggap kami sesuai untuk menjalankan ajaran tersebut, katakana pada kami apa itu. Kami pasti akan membalas kebaikan ajaranmu!"

"Tidak!" jawab gurunya. "Cara untuk mendapatkan harta seperti itu sangat sulit bagi anak muda yang pikirannya kurang teguh. Tapi baiklah mengingat bahwa kalian dengan hormat mendesakku, untuk itu aku akan sekali saja membuka jalan itu.

Dalam ajaran, dikatakan bahwa pada masa-masa sulit mencuri merupakan cara hidup yang diakui oleh brahmana. Dan kesulitan apa yang lebih besar dari kemiskinan di dunia ini? Lalu apa yang menghalangi kita dari menikmati harta orang lain? Sebenarnya, seluruh benda di dunia ini menjadi milik brahmana.

Sekarang, meskipun kalian dengan tanpa ragu melihat harta seperti itu tergeletak, kalian harus ingat terhadap nama baik kalian, dan tidak mengambil benda apa pun dengan cara begitu saja. Gunakan kemahiranmu yang tak terlihat, di tempat yang sepi dan waktu yang lengang."

Ungkapan yang demikian memutuskan kendali para siswanya, yang seketika menganggap bahwa nasihat buruk tersebut seolah-olah baik, di mana mereka semua sangat bersemangat melakukan apa yang telah dianjurkan oleh gurunya. Semua siswa, kecuali Bodhisattva, di mana sifat baiknya tak membiarkannya menerima nasihat gurunya, meskipun itu telah diterima oleh siswa yang lain sebagai tugas.

Malu, dengan mata tertunduk, Bodhisattva tertegun diam. Gurunya, yang mengenali kebajikan murid mudanya yang begitu mulia, melihat bahwa Bodhisattva tak menerima ataupun berbicara menentang rencananya. Ia lalu berpikir dalam hatinya: "Mengapa ia melawan? Apakah ia kurang keberanian? Apakah karena ia tak memedulikanku, ataukah ia mengerti Dharma, dan tahu bahwa pencurian tersebut merupakan perbuatan jahat?"

Berharap dapat membuka isi hati anak itu, gurunya bertanya pada Bodhisattva: "Oh Brahmana Agung semua orang dwijati itu, tak sanggup melihat kemalanganku, berkehendak mengikuti jalan para pahlawan, bersemangat dan pemberani. Pada dirimu aku tak melihat apa pun kecuali kemalasan serta kelambanan. Jelas sekali bila dirimu sama sekali tak peduli pada kesulitanku. Bukankah penderitaanku nyata adanya? Apakah aku tak pernah mengutarakannya secara terbuka? Engkau hanya duduk di sini. Bagaimana bisa Engkau tak tersentuh oleh kesulitanku?"

Mendapat teguran, Bodhisattva dengan hormat membungkuk pada gurunya dan menjawab:

"Mohon, jangan menganggapku demikian! Bukannya tak terpengaruh, ataupun karena keras hati yang membuatku diam; bukan pula tak tergerak oleh penderitaanmu. Namun tindakan yang Guru anjurkan tak dapat dilaksanakan. Kenapa tidak? Sungguh tak mungkin melakukan perbuatan jahat tanpa dilihat.

Bagi pelaku kejahatan tak ada tempat yang disebut sepi: Di mana pun tak ada orang yang benar-benar sendirian. Bukankah mata dewa para makhluk agung, bukankah para Muni suci senantiasa melihat perbuatan kita? Tidak melihat mereka, orang bodoh melakukan perbuatan jahat, menyangka dirinya sendirian. Tetapi memahami hal ini, tak akan membuat hal seperti itu terjadi.

Bahkan, di mana pun yang tak ada orang lain, kosongkah tempat itu dari diriku sendiri? Kesaksianku justru jauh lebih bisa dipercaya daripada siapa pun. Orang lain barangkali memang tidak melihatku, karena sibuk dengan urusan lain, tapi bila aku melakukan perbuatan salah, bersemangat menyerah pada kehendak keinginanku sendiri, apakah benar-benar tak tahu apa yang kulakukan itu? Karena alasan inilah aku tak mau mengikuti yang lain."

Mengetahui jika gurunya puas dengan jawabannya, Bodhisattva melanjutkan:

"Aku tak akan meyakinkan diriku bahwa Engkau memperdayai kami dengan cara ini, semata-mata hanya untuk memperoleh harta. Barang siapa yang mengerti perbedaan antara kebajikan dan kejahatan, dapatkah tergoda oleh harta dengan membunuh kebajikan?

Lebih baik memakai pakaian usang dan mengangkat mangkok pengemis, meskipun di tengah-tengah musuh kemewahan, daripada tanpa malu melawan ajaran, bahkan menjadi pemimpin bagi para dewa."

Dengan kata-kata tersebut, gurunya bangkit dari duduknya, sangat senang dan penuh kekaguman. Memeluk siswanya, lalu berkata:

"Sangat bagus, kata-kata yang benar, Oh Brahmana Mulia! Kata-kata seperti itu tentulah muncul pada orang dengan kepandaian yang dihiasi oleh keseimbangan batin. Orang bodoh mungkin saja tergelincir dari kewajibannya, tergoda oleh berbagai macam hal. Tetapi orang yang baik tak akan pernah keliru, bahkan ketika mereka berada dalam kesulitan berat. Praktik pertapaan, belajar dan kebijaksanaan adalah kekayaan yang cukup bagi mereka.

Sebagaimana bulan musim gugur menghiasi cakrawala, demikianlah dirimu menjadi perhiasan bagi keluargamu. Tingkah lakumu menunjukkan bahwa dirimu telah memahami makna kitab-kitab suci, dan tugasku adalah memberkati dengan berbagai keberhasilan."

Dari kisah ini kita dapat melihat bagaimana Mahasattva, mengikuti ketetapan hatinya, tak melanggar batas sikap baik. Untuk alasan ini, orang yang berhati mulia senantiasa dihiasi dengan kekuatan rasa malu serta kesusilaan. Arya Shravaka, terlindung dengan baik oleh benteng keteguhan hatinya, menghindari apa yang tidak baik dan memperkuat apa yang baik. Kisah ini juga mengacu pada kitab-kitab pujian pada adat istiadat serta kehormatan diri.

Sumber: JATAKAMALA - Untaian Kelahiran Bodhisattva, Acharya Aryasura, BHUMISAMBHARA

Oleh diri sendiri kejahatan diperbuat.
Karena diri sendiri seseorang menjadi ternoda.
Oleh diri sendiri kejahatan tak diperbuat.
Karena diri sendiri seseorang menjadi suci.
Kesucian atau ketaksucian adalah milik masing-masing.
Tak seorang pun dapat menyucikan orang lain.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline N1AR

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 930
  • Reputasi: 22
  • Yui
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #62 on: 02 February 2009, 09:14:07 AM »
ini namanya keras kepala ^^

ada dompet dijalanan. kalau saya jawab ambil atau tidak ambil saya berbohong namanya kan..

tergantung situasi dan kondisi pada waktu itu ;D
« Last Edit: 02 February 2009, 09:16:26 AM by N1AR »

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #63 on: 22 February 2009, 10:51:38 PM »
ini namanya keras kepala ^^

ada dompet dijalanan. kalau saya jawab ambil atau tidak ambil saya berbohong namanya kan..

tergantung situasi dan kondisi pada waktu itu ;D

jika mengambil sesuatu yang bukan milik sendiri namanya apa ya..
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #64 on: 29 April 2009, 12:39:07 AM »
BISA JATAKA
“UBI TERATAI”


Orang yang telah belajar untuk mengusahakan kebahagiaan tiadanya keterikatan akan berpaling dari kesenangan duniawi, menjauhinya, seolah-olah ia menyebabkan aib atau penderitaan baginya.

Suatu ketika Bodhisattva terlahir dalam sebuah keluarga brahmana yang sangat mulia, yang dipuji atas kebajikan serta tiadanya sifat-sifat tercela. Ia mempunyai enam saudara laki-laki yang sifat serta pembawaannya seperti dirinya, dan seorang saudara perempuan, yang seluruhnya mengikutinya dalam segala hal, disebabkan oleh pengaruh serta rasa sikap hormat mereka.

Setelah mempelajari Veda dan menguasai pengetahuan tentang obat-obatan, ketangkasan musik dan kerajinan tangan, ia sangat dihormati oleh seluruh penduduk. Ia merupakan anak yang sangat berbakti pada orang tuanya, menghormati orang tuanya seolah mereka para dewa; terhadap para saudara laki-lakinya ia bagaikan seorang guru atau ayah, mengajari mereka dalam berbagai pengetahuan. Ia sangat mahir dalam urusan-urusan duniawi ditunjang oleh kedisiplinannya yang tiada banding dan juga perilaku hidupnya.

Pada saat orang tuanya meninggal, perasaan kehilangan sangat dirasakannya. Seusai upacara pemakaman dan setelah beberapa hari berkabung. Ia mengumpulkan semua saudaranya dan berkata kepada mereka: “Meskipun kita ingin tetap bersama-sama seterusnya, kematian pastilah memisahkan kita dari orang yang kita cintai. Demikianlah sifat dunia ini dan itulah sumber penderitaan berat serta kesedihan. Karenanya aku bermaksud meninggalkan kehidupan rumah tangga, agar kematian tak mencariku sementara aku masih terikat pada kehidupan duniawi. Aku berkehendak akan mengembara tanpa rumah di Jalan Menuju Pencerahan. Setelah memutuskan hal ini, aku akan memberi kalian beberapa nasihat perpisahan: Keluarga kita telah memiliki kekayaan dengan cara yang pantas, dengannya kalian akan dapat dengan mudah menghidupi diri kalian sendiri. berdiamlah di sini sebagai perumah tangga dengan cara yang benar serta pantas. Saling mengasihi serta menghargai satu sama lain; cermat dalam mengikuti ajaran-ajaran kebajikan serta menjaga praktik kebajikan. Pelajarilah kitab-kitab suci, selalu bersiap memenuhi keinginan para sahabatmu, para tamumu dan juga keluargamu. Jelasnya, arahkan dirimu pada Dharma. Senantiasa bertindak dengan sikap disiplin dan rukun dengan orang lain; senanglah belajar dan memberi dana. Berhentilah menghiasi hidup sebagai perumah tangga. Nama baikmu akan berkembang, bersama dengan kebajikan dan kekayaanmu, memberimu kebahagiaan dalam hidup ini dan juga dalam kehidupan yang datang.”

Akan tetapi pembicaraan tentang kehidupan berumah tangga serta perpisahan ini, benar-benar mengejutkan para saudaranya. Diliputi oleh perasaan sedih, wajah mereka basah oleh air mata, mereka bersujud dengan hormat sambil berkata:
“Kematian ayah masih segar dalam ingatan kita, mohon jangan menimpakan kesedihan yang baru pada kita. Kesedihan akibat kematian orang tua masih meliputi kita; keputusanmu bagaikan garam yang ditaburkan di atas luka menganga.

Jika Engkau benar-benar menganggap bahwa keterikatan pada hidup berumah tangga adalah tidak bijaksana, dan hidup di hutan sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagiaan sejati, mengapa Engkau hendak pergi seorang diri, meninggalkan kami di sini tanpa pelindung? Hidup yang kaupilih tentunya juga pilihan kami. Kami juga akan meninggalkan kehidupan duniawi.”

Bodhisattva menjawab: “Mereka yang tidak biasa melepaskan keterikatan, tak akan bisa selain mengikuti keinginan duniawi secara membuta; mereka melihat tiada beda antara meninggalkan duniawi dengan meloncat dari tebing. Memahami hal ini, aku menghindarkan diri dari mendorong kalian untuk turut serta. Namun demikian bila hal itu benar-benar membuat kalian senang, baiklah, mari kita tinggalkan rumah bersama-sama!”

Demikianlah ketujuh bersaudara tersebut bersama-sama dengan saudara perempuannya meninggalkan harta kekayaan rumah serta kesenangannya. Pergi diiringi oleh tangis para sahabat serta sanak saudara, mereka selanjutnya menjadi pertapa tanpa rumah. Mereka bersama-sama masuk ke dalam hutan yang menjadi tujuannya; karena tertarik juga turut serta salah seorang sahabat mereka bersama dengan dua orang pelayannya, seorang pria dan seorang wanita.

Mereka menjumpai sebuah telaga sangat besar di dalam hutan, airnya jernih kebiru-biruan. Di siang hari telaga tersebut menyala dalam keindahan; banyak bunga teratai yang mekar mengapung di atas airnya yang berkilauan, dengung lebah terbang di atas ombak. Di malam hari bunga kumuda membuka kuntumnya.

Di tepi telaga, mereka mendirikan pondok dari daun palem dalam jarak yang sama satu dengan yang lain, masing-masing pondok sepi serta tersembunyi di bawah bayangan pohon. Di sanalah mereka berdiam, menekuni ikrar-ikrar serta praktiknya, batin mereka terpusat pada praktik meditasi. Setiap hari kelima belas, mereka pergi bersana-sama menghadap Bodhisattva, untuk mendengarkan ajaran tentang jalan menuju ketenangan dan menaklukkan pikiran. Sering bodhisattva berbicara tentang kebajikan meditasi dan pengaruh keinginan yang menghancurkan, atau menjelaskan tentang kepuasan yang timbul dari pelepasan, memperingatkan mengenai kepura-puraan, pembicaraan yang tiada guna, kemalasan dan semacamnya. Dengan cara demikianlah ia memperkuat semangat para pendengarnya.

Saat itu pelayan perempuan mereka, dengan penuh rasa hormat serta kekaguman, terus mengikuti mereka bahkan hingga ke dalam hutan. Setiap hari ia mencabuti banyak ubi teratai dari telaga dan membagikannya dengan rata di atas daun bunga teratai. Bila makanan telah dipersiapkan dengan pantas dan diletakkan di tempat bersih di tepi telaga, ia akan memukulkan dua potong kayu bersamaan untuk memberitahu bahwa makanan telah siap, setelah itu ia diam-diam mengundurkan dirinya.

Sang suci, setelah melaksanakan doa-doa dan persembahan sebagaimana biasa, akan berjalan ke tepi telaga satu persatu sesuai usianya. Masing-masing akan mengambil bagian ubinya lalu kembali lagi ke dalam pondoknya, menyantap makanannya. Sisa waktunya sepanjang hari dihabiskan dalam meditasi. Dengna jalan ini mereka menghindari saling melihat sepanjang waktu kecuali pada saat mendengarkan ajaran.

Praktik sila yang demikian luar biasa, kemurnian bertingkah laku serta hidup yang demikian, dan kesenangan pada pelepasan yang demikian, menjadikan mereka sangat termashyur. Ketika Sakka, Raja para dewa, mendengar tentang keluarga suci ini, ia pergi ke istana kediamannya untuk menyusun rencana menguji mereka. Mengetahui kecakapannya dalam bermeditasi, mereka bebas dari kebiasaan buruk serta keinginan, dan mereka bercirikan ketenangan, kekagumannya terhadap mereka semakin besar, membuat lebih kuat lagi keinginan untuk menguji mereka.

Demikianlah, mereka yang telah bebas dari keinginan, mereka yang berdiam jauh di dalam hutan belantara, yang sepenuhnya berada dalam ketenangan batin, senantiasa menyebabkan timbulnya rasa hormat di hati orang-orang baik.

Ketika perempuan pelayan tersebut sedang mengumpulkan ubi teratai, yang berwarna putih bagaikan gading gajah muda. Sakka mengawasinya tanpa terlihat. Gadis itu kemudian mencucinya dan membaginya secara merata di atas lembar daun teratai berwarna hijau zamrud, menghiasi setiap daunnya dengan kuntum bunga dan madu. Sakka mengawasi ketika gadis tersebut memberitahukan bahwa makanan telah siap kepada para pertapa suci dengan cara memukulkan dua potong kayu, juga mengawasi saat gadis tersebut pergi. Saat itu juga, Sakka membuat satu bagian yang pertama lenyap dari atas lembar daun teratai. Dengan demikian bila persoalan muncul dan rasa puas hilang, keteguhan orang yang baik telah diuji dengan baik.

Ketika Bodhisattva mengetahui bahwa ubinya hilang dari atas daun teratai, kuntum bunga dan madu penghiasnya rusak, ia berpikir: “Seseorang telah mengambil makanan bagianku!” Tetapi tidak merasa marah ataupun terpengaruh, ia kembali lagi ke dalam pondoknya sebagaimana biasa dan kembali bermeditasi. Ia merasa tak perlu memberitahukan kejadian tersebut kepada yang lain, tak ingin mengganggu mereka. Dan mereka tentu saja, yakin bahwa Bodhisattva telah memakan bagiannya, mengambil bagiannya masing-masing sebagaimana biasa dan memakannya di dalam pondok mereka, setelah itu kembali melaksanakan meditasinya.

Dengan cara yang sama, Sakka mengambil bagian Bodhisattva pada hari kedua, ketiga, keempat dan kelima. Namun demikian kejadiannya tetap saja sama; Mahasattva tetap tenang dan sama sekali tak mempersoalkannya. Sesungguhnya, bagi orang yang baik, itu adalah hasutan pikiran, bukan berakhirnya hidup yang menyebabkan kematian yang sesungguhnya. Sehingga orang yang baik tetap sama sekali tak terganggu, bahkan meskipun hidupnya dalam keadaan bahaya.

Pada hari kelima belas sore, para pertapa sebagaimana biasa pergi ke pondok bodhisattva untuk mendengarkan ajarannya. Tetapi saat melihatnya, mereka sangat terkejut; tubuh Bodhisattva begitu kurus, perutnya begitu kosong dan matanya begitu sayu. Wajahnya yang berseri telah berkabut, suaranya kehilangan kekuatannya. Tetap saja, betapapun sangat kurus, ia tetap menarik bagaikan bulan sabit, berkat kebajikan, kebijaksanaan, keteguhan dan keseimbangan batinnya yang tak pernah surut.

Setelah menyampaikan hormat kepada Bodhisattva sebagaimana biasa, para saudaranya lalu bertanya kepadanya dengan cemas yang menjadi penyebab keadaannya tersebut, dan Bodhisattva memberitahu mereka tentang makanannya yang hilang. Sulit membayangkan siapakah yang tega melakukan perbuatan seperti itu, dan sedikit cemas atas penderitaan saudaranya, para pertapa membicarakan penderitaannya, mata mereka tertunduk ke tanah sedih. Akan tetapi karena kekuatan Sakka secara perlahan-lahan telah bekerja mempengaruhi pikiran mereka, ia tak dapat bertamu karena keanehannya yang tak terlihat.

Lalu salah seorang saudara, tepatnya adik dari Bodhisattva, menunjukkan kedua alat penanda dan ketidaksalahannya melalui pernyataannya demikian: “Semoga siapa pun yang mengambil ubi terataimu, Oh Sang Brahmana, memperoleh rumah yang dihiasi oleh hiasan kekayaan dan seorang istri yang menyenangkan keinginan hatinya. Semoga ia juga memiliki banyak anak serta cucu!”

Kata saudaranya yang kedua: “Semoga siapa pun yang mengambil ubi terataimu, Oh Brahmana Mulia, akan ditandai dengan keterikatan yang kuat pada kesenangan duniawi. Semoga ia mengenakan benang serta karangan bunga serta wewangian terpilih, busana terbaik serta permata; semoga ia disayangi oleh anak-anaknya yang menarik!”

Kata saudaranya yang ketiga: “Semoga siapa pun yang mengambil ubi terataimu, menjadi perumah tangga yang kaya dengan keluarga yang besar. Semoga ia menyukai kehidupan rumah tangga tanpa berpikir sesaat pun ketika ia harus meninggalkan dunia!”

Ujar saudaranya yang keempat: “Semoga orang tamak yang mengambil ubi terataimu berkuasa di seluruh bumi, dipuja oleh para pangeran yang patuh seperti budak yang membungkukkan kepalanya dengan rendah kepadanya!”

Ujar saudaranya yang kelima: “Semoga siapapun yang mengambil ubi terataimu menjadi seorang pendeta agung di istana raja! Semoga ia memiliki pengetahuan mantra ampuh dan diperlakukan dengan sangat hormat!”

Ujar saudaranya yang keenam: “Semoga orang yang lebih pantas untuk memiliki ubi terataimu dari pada kemuliaanmu, menjadi seorang guru yang termasyhur fasih dalam melafalkan Veda, menikmati puji-pujian dari para siswanya yang banyak, yang memandangnya sebagai seorang pertapa agung!”

Ucap sahabatnya: “Semoga orang yang tak mampu mengekang keinginannya pada ubi terataimu, diberikan sebuah desa yang baik oleh raja, desa yang dipenuhi oleh penduduk yang makmur yang memiliki lumbung jagung, timbunan kayu serta air, dan semoga ia meninggal tanpa pernah menaklukkan keinginannya!“

Ucap pelayan pria: “Semoga orang yang menghancurkan urusannya sendiri demi mendapatkan ubi teratai itu, menjadi seorang kepala desa. Semoga ia memiliki banyak teman, dihibur oleh banyak penari dan penyanyi wanita, semoga ia tak disakiti oleh raja!”

Ucap saudara perempuannya: “Semoga siapa pun yang mengambil ubi terataimu, menjadi seorang wanita yang kecantikannya tiada banding, dengan penampilan dan rupa tiada banding di dunia; semoga raja mengambilnya sebagai istri, dan semoga menjadikannya pemimpin di antara seribu orang selirnya!”

Ucap pelayan wanitanya: “semoga orang yang mengarahkan hatinya untuk mendapatkan ubi teratai itu daripada memperoleh Dharma, sangat menyukai makan-makanan daging yang lezat saja dan dalam kegelapan. Semoga ia mengabaikan segala kebajikan, dan bergembira di mana pun ia diberikan makanan yang bagus!”

Saat itu, tiga makhluk hidup di dalam hutan juga datang mendekat untuk mendengarkan ajaran: seorang yaksa, seekor gajah dan seekor kera. Setelah mendengar pembicaraan tersebut, ketiganya diliputi oleh keragu-raguan serta kebingungan. Sehingga yaksa menyampaikan perasaannya dalam pernyataan sopan ini:

“Semoga siapa pun yang mengecewakanmu demi mendapatkan ubi teratai itu akan menjadi anggota vihara besar. Semoga ia bertanggung jawab atas segala perbaikan kota Kakangala dan diperintahkan untuk membuat satu jendela setiap hari!”

Ujar sang gajah: “Rshi termulia, semoga orang yang mengambil ubi terataimu akan dikeluarkan dari dalam hutan yang indah ini ke tempat manusia. Semoga ia dibelenggu dengan enam ratus rantai logam keras dan menderita penyakit yang menjijikkan dan galah penunggangnya!”

Ujar sang kera: “Semoga siapa pun yang tergerak oleh kerakusannya mengambil ubi terataimu, mengenakan untaian bunga yang murah dan ban leher kecil yang ketat melingkar di lehernya! Semoga ia dipukuli dengan tongkat dan dipaksa menari di depan seekor ular! Semoga ia melewatkan hari-harinya di rumah manusia!”

Selanjutnya dengan kata-kata yang baik dan meyakinkan, Bodhisattva menunjukkan kedalaman sifat belas kasihnya: “Semoga orang yang berkata salah: “Ia telah menghilang”, meskipun ia memilikinya, memperoleh segala bentuk kesenangan dunia yang senantiasa diinginkannya, serta mati sebagai perumah tangga. Dan semoga keuntungan yang sama juga terjadi pada mereka yang menuduh yang lain melakukan perbuatan tersebut!”

Pernyataan yang sedemikian tak lazim, mengungkapkan ketidaksenangannya pada segala kesenangan duniawi, benar-benar sangat mengejutkan Sakka, Raja Para Dewa. Dalam penampilannya yang bersinar, ia menemui para pertapa dan berkata, seakan ia merasa kesal: “Engkau tak seharusnya berkata seperti itu. Setiap orang di dunia ini menginginkan kebahagiaan, beberapa orang berjuang untuk itu dengan begitu susah payah hingga mereka bahkan tidak tidur; demi memperoleh kebahagiaan, orang akan melakukan berbagai cara pengorbanan dan kerja keras. Masihkan Engkau mencela kebahagiaan itu, dengan menyebutnya ‘Kebahagiaan duniawi!’ Bagaimana bisa Engkau membuat penilaian seperti itu?”

Bodhisattva menjawab:

“Kebahagiaan indriawi akan membuat mereka menderita tiada akhir. Dengarlah, aku akan memberi tahumu tepatnya mengapa para Muni menyingkirkan keinginan. Orang akan berada dalam belenggu serta kematian, penyesalan, kelelahan, bahaya serta tiada terbilang bencana, hanya demi mendapatkan keinginannya. Untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, raja akan dengan penuh nafsu menindas orang-orang baik, dan jatuh dari neraka ke neraka setelah kematiannya.

Saat persahabatan tiba-tiba putus; ketika jalan yang salah dan ternoda dijalani demi memperoleh kemajuan; ketika nama baik hilang dan penderitaan timbul; bukankah yang demikian selalu disebabkan oleh keinginan?

Kebahagiaan dunia, karena itu menghancurkan setiap orang, yang mulia, yang biasa maupun yang hina, baik dalam hidup ini maupun selanjutnya. Untuk itu, oh Dewa Sakka, demi untuk membawa kebajikan bagi dirinya sendiri, para Rshi menjaga jarak dari keinginan, sebagaimana menjauh dari ular yang marah.”

Merasa senang atas ucapan sang pertapa, Sakka menimpali: “Benar sekali!” Lalu ia mengakui bahwa dirinyalah yang telah melakukan pencurian. “Orang Mulia hanya dapat diuji melalui cobaan, karenanya kusembunyikan ubi terataimu. Betapa beruntungnya dunia di mana keagungan yang seperti ini dijalankan! Ini, ambilah ubi teratai dariku untuk menunjang kelangsungan serta kesucian perbuatanmu.”

Demikianlah, ia lalu menyerahkan ubi teratai kepada Bodhisattva. Tetapi Mahasattva, berdasarkan kemurnian hati yang telah terbebas dari kebanggaan, mencela Sakka karena sikap ketidaksopanan serta kelancangannya: “Kami bukanlah keluargamu, bukan juga sahabatmu. Kami bukanlah pemain sandiwara ataupun pelawak. Lalu apa alasanmu datang kemari, Hei Raja Para Dewa, mempermainkan para Rshi seperti ini?”

Dengan segera Sakka melepaskan perwujudan kedewataannya, antingnya yang kemilau, mahkotanya dan kalungnya yang menyala. Bersujud dengan penuh hormat, ia berkata demikian kepada Bodhisattva: “Oh Mahasattva, Engkau yang telah terbebas dari sikap mementingkan diri sendiri, mohon maafkan perbuatanku yang salah sebagaimana seorang ayah atau guru. Bukanlah hal tak biasa bagi mereka yang mata kebijaksanaannya tertutup untuk mengganggu orang lain, meskipun ia sendiri juga begitu. Mohon maafkanlah kejahatan kami, dan mohon jangan menutup hati pada kami.”

Setelah meredakan Bodhisattva, Sakka menghilang.

Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana mereka yang telah belajar untuk menemukan kebahagiaan penyepian tak sesuai lagi dengan kesenangan duniawi. Mereka akan berpaling darinya seolah berpaling dari yang tidak menyenangkan serta kejahatan.

Jataka ini dijelaskan oleh Sang Bhagava demikian: “Aku telah menjadi saudara yang paling tua saat itu. Sariputta, Moggalana, Kassapa, Punna, Anuruddha dan Ananda adalah saudara-saudaraku yang lain. Uppalavana adalah saudara perempuan. Kubgottara yang menjadi pelayan perempuan. Perumah tangga Kitra adalah pelayan prianya. Satagiri adalah yaksanya, Pariliya gajah, Madhudatar keranya, Kaludayi yang menjadi Sakka pada saat itu. Simpanlah Jataka ini dalam hati.”

Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline HITAM-PUTIH

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 39
  • Reputasi: 2
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #65 on: 03 May 2009, 03:39:07 PM »
seorang pendeta tantra pernah berkata : borobudur di bangun dengan kekuatan batin oleh leluhur-leluhur kita.
menunjuk batu besar, dan memindahkannya ke atas.

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #66 on: 03 May 2009, 04:37:22 PM »
seorang pendeta tantra pernah berkata : borobudur di bangun dengan kekuatan batin oleh leluhur-leluhur kita.
menunjuk batu besar, dan memindahkannya ke atas.

sy yg tau ? ada saksi dan bukti ? yg pasti borobudur adalah bukti kejayaan buddhism di tanah jawi...

dhanuttono berpesan : "jangan percaya begitu sj terhadap apa yg anda denger dr orang yg menjadi figur/idola anda begitu saja, sehingga kita tidak akan mendengar kata-kata yg tidak sedap atas penilaian orang lain terhadap pernyataan kita" (sutta-tono I:105)

:))

Offline HITAM-PUTIH

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 39
  • Reputasi: 2
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #67 on: 03 May 2009, 10:17:10 PM »
 [at] dhanuttono

idola saya Sang Buddha

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #68 on: 03 May 2009, 10:20:52 PM »
yg bilang anda mengidolakan saya sapa hayo... ?? :))

dhanuttono berpesan : "jangan percaya begitu sj terhadap apa yg anda denger dr orang yg menjadi figur/idola anda begitu saja, sehingga kita tidak akan mendengar kata-kata yg tidak sedap atas penilaian orang lain terhadap pernyataan kita" (sutta-tono I:105)

sy mengeluarkan syair sy, karena ditulisan anda sebelumnya "seorang pendeta tantra pernah berkata : borobudur di bangun dengan kekuatan batin oleh leluhur-leluhur kita. menunjuk batu besar, dan memindahkannya ke atas." sosok pendeta itu lah yg saya maksudkan sebagai figur/idola... btw, buddha sendiri pernah mengatakan koq "jangan begitu saja percaya terhadap apa yg saya katakan"... ehm... sebelum diselidiki dan dibuktikan...

Offline HITAM-PUTIH

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 39
  • Reputasi: 2
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #69 on: 05 May 2009, 12:17:24 PM »
yg bilang anda mengidolakan saya sapa hayo... ?? :))

dhanuttono berpesan : "jangan percaya begitu sj terhadap apa yg anda denger dr orang yg menjadi figur/idola anda begitu saja, sehingga kita tidak akan mendengar kata-kata yg tidak sedap atas penilaian orang lain terhadap pernyataan kita" (sutta-tono I:105)

sy mengeluarkan syair sy, karena ditulisan anda sebelumnya "seorang pendeta tantra pernah berkata : borobudur di bangun dengan kekuatan batin oleh leluhur-leluhur kita. menunjuk batu besar, dan memindahkannya ke atas." sosok pendeta itu lah yg saya maksudkan sebagai figur/idola... btw, buddha sendiri pernah mengatakan koq "jangan begitu saja percaya terhadap apa yg saya katakan"... ehm... sebelum diselidiki dan dibuktikan...


Menurut saya Sang Buddha berkata demikiian bukan karena agar kita tidak percaya sepenuhnya pada ajaran beliau sebelum dibuktikan. tapi, kata-kata beliau untuk mengajari kita di kehidupan selanjutnya. ajaran Sang Buddha adalah ajaran yang pasti. tidak perlu di buktikan lagi. karena apa yang dikatakan Sang Buddha adalah kebenaran. dan kebenaran adalah kata-kata Sang Buddha.

saya tidak bermaksud menyalahkan  sutta-tono I:105. menurut saya sutta kamu itu memiliki kebenaran yang nyata. tapi, jika idola saya adalah Sang Buddha, sutta itu tidak berlaku.

terima kasih.... ;D

 

anything