Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).
Tujuan akhir dalam Buddhisme memang Nibbana/Nirvana, tapi tidak selalu ditargetkan ataupun otomatis tercapai dalam hidup ini.
Lalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?
Biasanya penghidupan dipisahkan menjadi 2 jenis: perumah-tangga yang masih menikmati kenikmatan indriah dan petapa yang telah meninggalkan keduniawian.
Sutta ini diberikan bagi mereka yang menjalani penghidupan sebagai perumah-tangga agar bisa menikmati keduniawian dengan cara yang benar dan tidak membawa pada penderitaan di masa depan.
Kalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja?
Kelahiran sebagai dukkha adalah satu hal, tidak berhubungan dengan seseorang rajin/malas bekerja. Konteks di sini adalah agar seseorang bisa hidup di dunia dengan bahagia, maka kualitas kerajinan ini dibutuhkan.
mengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?
"Ala kadarnya" setiap orang itu berbeda. Tidak semua orang hidup hanya berfokus pada 'cukup makan'. Ada juga yang bekerja giat demi keluarga, demi membantu orang lain, atau memenuhi ambisi, dll. Jadi kembali lagi ini kembali pada pola pikir masing-masing saja, seberapa definisi "cukup" bagi dirinya sendiri.
Dan terlepas dari motivasinya, tetap kerajinan adalah kualitas yang baik.