//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya  (Read 23517 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #45 on: 28 April 2014, 05:11:02 PM »
Pertanyaannya... darimana bisa dipastikan kena "ilmu hitam" ?
Bro apakah anda pernah melihat ada binatang hidup (sebangsa "otis" bhs jawa nya, oma kgk tau bhs indonesia nya, binatang yg berwarna hitam dan kulitnya sangat keras) berjalan2 didalam tubuh manusia ? pernahkah anda melihat bola pingpong berjalan2 didalam tubuh manusia...sebentar di perut...sebentar di dada...sebentar di tenggorokan (klo sedang ditenggorokan dia sampe melotot2 n kelojotan krn kgk bs nafas).... #medis tdk bisa menjelaskan penyakit ini tp sembuh hny dengan sentuhan tangan seseorang#
I'm an ordinary human only

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #46 on: 30 April 2014, 01:23:21 PM »
Bro apakah anda pernah melihat ada binatang hidup (sebangsa "otis" bhs jawa nya, oma kgk tau bhs indonesia nya, binatang yg berwarna hitam dan kulitnya sangat keras) berjalan2 didalam tubuh manusia ? pernahkah anda melihat bola pingpong berjalan2 didalam tubuh manusia...sebentar di perut...sebentar di dada...sebentar di tenggorokan (klo sedang ditenggorokan dia sampe melotot2 n kelojotan krn kgk bs nafas).... #medis tdk bisa menjelaskan penyakit ini tp sembuh hny dengan sentuhan tangan seseorang#

kadang yang belum bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan, acap kali di-hubung-hubung-kan dengan kena ilmu hitam...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #47 on: 30 April 2014, 03:47:22 PM »
Bro apakah anda pernah melihat ada binatang hidup (sebangsa "otis" bhs jawa nya, oma kgk tau bhs indonesia nya, binatang yg berwarna hitam dan kulitnya sangat keras) berjalan2 didalam tubuh manusia ? pernahkah anda melihat bola pingpong berjalan2 didalam tubuh manusia...sebentar di perut...sebentar di dada...sebentar di tenggorokan (klo sedang ditenggorokan dia sampe melotot2 n kelojotan krn kgk bs nafas).... #medis tdk bisa menjelaskan penyakit ini tp sembuh hny dengan sentuhan tangan seseorang#
kadang yang belum bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan, acap kali di-hubung-hubung-kan dengan kena ilmu hitam...

Jadi ingat quote dari Dana Scully (The X-Files): "Nothing happens in contradiction to nature, only in contradiction to what we know of it." 8)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #48 on: 30 April 2014, 05:10:42 PM »
tinggal diberikan ilmu putih. atau ilmu penghapus.
Samma Vayama

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #49 on: 02 May 2014, 06:54:59 PM »
Jika permasalahan yang dimaksud dalam AN 4.67 Ahi Sutta hanya rajanya yang dipancarkan metta atau seluruh keluarga/sukunya maka penjelasannya ada dalam bahasa Palinya.
 
Sace hi so bhikkhave bhikkhu cattāri ahirājakulāni mettena cittena phareyya, na hi so bhikkhave bhikkhu ahinā daṭṭho kālaṃ kareyya. Katamāni cattāri ahirājakulāni?

Pasti, para bhikkhu, bhikkhu itu tidak meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Karena jika ia melakukan demikian, maka ia tidak akan digigit ular dan tewas. Apa saja keempat suku/keluarga (Pali: kulā) raja ular tersebut?

Jika kita bisa terjemahkan secara harfiah nama-nama keluarga ular tersebut, mungkin kita bisa tahu jenis ular seperti apa, dan mengingat bahwa tidak menutup kemungkinan seseorang memberi nama pada sesuatu berdasarkan ciri atau sifat sesuatu tersebut. Misalnya kaṇhāgotamaka, maka artinya adalah hitam (kanha) yang beracun (gotamaka), jadi keluarga ular hitam beracun.
Di sini bukan masalah hanya rajanya atau tidak. Di sini "kula" sudah berarti "keluarga/suku" yang berarti bukan satu pribadi. Perbedaan pendapat di sini adalah saya dari berbagai rujukan mengatakan keempat suku itu adalah naga di alam deva yang merupakan pelindung (lokapala), sedangkan ada pendapat lain bahwa itu hanyalah murni ular sebagai hewan semata. Karena pihak yang berbeda pendapat tidak memberikan referensi pendukung untuk saya pelajari, maka saya tidak lanjutkan.

OOT dikit, mengenai "gotamaka" = "beracun", boleh dijelaskan detailnya? Sebab setahu saya "racun" adalah "visa" (asal kata "bisa"), dan selama ini belum menemukan arti "Gotama" secara pasti. Dari beberapa sumber hanya mengatakan nama suku keturunan Okkaka, sedangkan ada juga yang menjelaskan sebagai  "गो" (go/gau = kerbau) + "तम" (tama = terbaik). Thanks.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #50 on: 05 May 2014, 06:05:26 AM »
dan selama ini belum menemukan arti "Gotama" secara pasti. Dari beberapa sumber hanya mengatakan nama suku keturunan Okkaka, sedangkan ada juga yang menjelaskan sebagai  "गो" (go/gau = kerbau) + "तम" (tama = terbaik). Thanks.


Gotama = Pawang Kerbau
Go = Kerbau, Tama = Pawang
kebetulan dapat terjemahan dari seorangh Bhikkhu STI yang fasih di bahasa Pali  :)
« Last Edit: 05 May 2014, 06:09:23 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #51 on: 05 May 2014, 08:23:39 AM »
Gotama = Pawang Kerbau
Go = Kerbau, Tama = Pawang
kebetulan dapat terjemahan dari seorangh Bhikkhu STI yang fasih di bahasa Pali  :)
OK, masukan baru lagi. Thanks buat infonya. :)

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #52 on: 05 May 2014, 01:42:50 PM »
Apakah orang yang kena guna2 akan tau dirinya di guna2,kalau bisa tau sebelum kena buat pemusnahnya dulu aja

Pertanyaannya... darimana bisa dipastikan kena "ilmu hitam" ?

Sebagai org yang kena pengaruh gaib dan masih dalam pengaruh gaib, saya cuma kasih beberapa tanda-tanda yang saya alami misalnya:
1. Marah-marah gak jelas.
2. Jika kita menginginkan sesuatu walaupun itu baik, ada perasaan tiba-tiba terenyuh.
3. Kita sulit mengontrol diri sendiri semisal membaca suka salah, bahkan untuk mengatakan sesuatu saja seperti ada yang menahan.
4. Sulit mengingat
5. Kalo meditasi badan bergerak/goyang
6. Pada bagian tubuh tertentu terasa panas, ada yang tusuk-tusuk, terasa berat
7. Perut kembung terus menerus, akibatnya sering pusing

itu yang saya alami......
Konon kata suhu.... saya belum terima kasih sama Dewi Kwan Im......
Saya jadi teringat sama mama saya, dia juga pernah dijadiin anak angkat Kwan Im tapi karena gak pernah dikasih tahu, makanya gak pernah sembahyang Kwan Im, akibatnya hidup susah mulu dari muda sampe tua, suka sakit-sakitan. Saya juga demikian suka sakit-sakitan kagak jelas, dikasih tahu sama suhu (2008) kalo saya musti sembahyang Kwan Im, cuma saya bilang kalo saya kan sembahyang Buddha Gotama, jadi saya pikir sama. Gak ikutin saran akhirnya sakit, masalah, sial terus berlanjut, ketemu suhu lagi ngomongnya sama musti terima kasih dulu sama Kwan Im musti pasang altar dirumah kalo gak keluarga berantakan/ribut2... sampe akhirnya minta bantuan Bumi Sapta Aji, tuh makhluk ditarik keluar.... Rasanya plong.... tapi karena kurang pinter akhirnya pergi ke suhu itu lagi... pasang Altar trus makhluk gaibnya dimasukin lagi..... Emosi saya..... udah hidup susah dibikin tambah susah.... Sampe akhirnya saya bilang sama diri saya... suatu saat nanti kalo saya punya anak sakit, lebih bagus dia mati saja daripada di jadiin anak angkat kayak gitu, sangking keselnya saya bahkan maki disamping altar..... NOLONG GAK IKLAS, sampe sekarang saya terus ngerutu ... dan terus juga saya diganggu..... ini lah hidup......... dan akhirnya saya sadar, yang kuatlah dia yang berkuasa, sebaik apa pun kita gak ada guna.... Mungkin itu sebabnya kenapa ada keluarga yang mualaf karena dirasukin juga seperti itu..... Suhu saya pun ada bilang tempat sembahyang yang saya buat untuk amulet thailand yang saya beli juga, ditinggalin sama Eyang (mungkin kiriman dari Bumi Sapta Aji) musti diangkat, suhu itu juga bilang, kalo gak diangkat, nanti Eyangnya pergi, saya pasti kena masalah....... saya akhirnya berpikir... mungkin ini sebabnya kenapa saya dari dulu gak suka sama Kwan Im.....
« Last Edit: 05 May 2014, 02:12:07 PM by Xan To »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #53 on: 05 May 2014, 07:27:37 PM »
Di sini bukan masalah hanya rajanya atau tidak. Di sini "kula" sudah berarti "keluarga/suku" yang berarti bukan satu pribadi. Perbedaan pendapat di sini adalah saya dari berbagai rujukan mengatakan keempat suku itu adalah naga di alam deva yang merupakan pelindung (lokapala), sedangkan ada pendapat lain bahwa itu hanyalah murni ular sebagai hewan semata. Karena pihak yang berbeda pendapat tidak memberikan referensi pendukung untuk saya pelajari, maka saya tidak lanjutkan.

IC.
Menurut saya begini, Sdr. Kainyn. Ketika kita mengatakan keempat suku itu adalah naga di alam deva yang merupakan pelindung (lokapala), kita tahu kan bahwa arti dari naga itu adalah ular (jenis kobra)? Kita bisa cari di kamus Pali maupun Sanskerta. Dan jika kita pernah nonton film India berjudul “Nagin” (dari kata naga) juga bercerita mengenai wanita ular. Naga dalam kebudayaan India bukan makhluk seperti liong di budaya Tionghoa. Contoh , Mucalinda itu adalah ular kobra, dalam teks ia disebut naga dan ia memiliki tudung.  Jadi naga itu adalah ular, dan sah-sah saja jika ada di alam dewa dan menjadi pelindung dan namanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tradisi India, ular memiliki peran yang cukup penting dan dijadikan dewa.

Kedua, seperti yang saya sampaikan bahwa kadang orang memberikan nama atau julukan pada sesuatu karena berdasarkan ciri atau sifat sesuatu itu. Contoh , Virupakkha (Pali) = Virupaksha (Sankserta) = mata yang berbeda / mata dengan bentuk yang tidak sesuai. Dalam agama Hindu,  Virupaksha adalah salah satu julukan bagi Dewa Shiva karena ia memiliki 3 mata, satu matanya ada di kening dalam posisi vertikal.
Keluarga ular Virupakkha, kemungkinan jenis ular yang memiliki mata yang tidak seperti biasanya. Demikian seterusnya.


Quote
OOT dikit, mengenai "gotamaka" = "beracun", boleh dijelaskan detailnya? Sebab setahu saya "racun" adalah "visa" (asal kata "bisa"), dan selama ini belum menemukan arti "Gotama" secara pasti. Dari beberapa sumber hanya mengatakan nama suku keturunan Okkaka, sedangkan ada juga yang menjelaskan sebagai  "गो" (go/gau = kerbau) + "तम" (tama = terbaik). Thanks.

Mengingat bahasa Pali adalah sekeluarga dengan bahasa Sanskerta, saya memperluas artinya dalam pengertian bahasa Sanskerta-nya ”gautama”. Jadi kata gotama atau gautama bisa bermacam-macam artinya. Salah satunya berarti racun atau sejenis racun.

http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=gautama&direction=SE&script=HK&link=yes&beginning=0

Hanya itu yang bisa saya sampaikan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #54 on: 06 May 2014, 09:35:49 AM »
IC.
Menurut saya begini, Sdr. Kainyn. Ketika kita mengatakan keempat suku itu adalah naga di alam deva yang merupakan pelindung (lokapala), kita tahu kan bahwa arti dari naga itu adalah ular (jenis kobra)? Kita bisa cari di kamus Pali maupun Sanskerta. Dan jika kita pernah nonton film India berjudul “Nagin” (dari kata naga) juga bercerita mengenai wanita ular. Naga dalam kebudayaan India bukan makhluk seperti liong di budaya Tionghoa. Contoh , Mucalinda itu adalah ular kobra, dalam teks ia disebut naga dan ia memiliki tudung.  Jadi naga itu adalah ular, dan sah-sah saja jika ada di alam dewa dan menjadi pelindung dan namanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tradisi India, ular memiliki peran yang cukup penting dan dijadikan dewa.

Kedua, seperti yang saya sampaikan bahwa kadang orang memberikan nama atau julukan pada sesuatu karena berdasarkan ciri atau sifat sesuatu itu. Contoh , Virupakkha (Pali) = Virupaksha (Sankserta) = mata yang berbeda / mata dengan bentuk yang tidak sesuai. Dalam agama Hindu,  Virupaksha adalah salah satu julukan bagi Dewa Shiva karena ia memiliki 3 mata, satu matanya ada di kening dalam posisi vertikal.
Keluarga ular Virupakkha, kemungkinan jenis ular yang memiliki mata yang tidak seperti biasanya. Demikian seterusnya.
Sekali lagi, yang jadi perbedaan sebelumnya di sini adalah anggapan bahwa nama-nama itu hanya seperti klasifikasi dalam biologi saja, tidak ada hubungannya dengan sosok lokapala dari catummaharajika, yang mana tentu saja tidak bisa dilanjutkan diskusinya.

Jika dikatakan itu adalah seperti dalam legenda (baik India maupun China) yang melibatkan makhluk supranatural, saya sepaham. Dan memang tampaknya masuk akal logikanya jika kita mengarahkan metta pada mereka, maka lokapala dan para pengikutnya akan membalas sikap tanpa permusuhan itu dan melindungi kita dari binatang-binatang (yang mereka kuasai tersebut).


Quote
Mengingat bahasa Pali adalah sekeluarga dengan bahasa Sanskerta, saya memperluas artinya dalam pengertian bahasa Sanskerta-nya ”gautama”. Jadi kata gotama atau gautama bisa bermacam-macam artinya. Salah satunya berarti racun atau sejenis racun.

http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=gautama&direction=SE&script=HK&link=yes&beginning=0

Hanya itu yang bisa saya sampaikan.
Memang itu yang saya perlukan. Thanks buat infonya. :)

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #55 on: 06 May 2014, 11:19:27 AM »
Bro apakah anda pernah melihat ada binatang hidup (sebangsa "otis" bhs jawa nya, oma kgk tau bhs indonesia nya, binatang yg berwarna hitam dan kulitnya sangat keras) berjalan2 didalam tubuh manusia ? pernahkah anda melihat bola pingpong berjalan2 didalam tubuh manusia...sebentar di perut...sebentar di dada...sebentar di tenggorokan (klo sedang ditenggorokan dia sampe melotot2 n kelojotan krn kgk bs nafas).... #medis tdk bisa menjelaskan penyakit ini tp sembuh hny dengan sentuhan tangan seseorang#

Belum pernah lihat,  anda sudah pernah? 
Serem juga ya
~Life is suffering, why should we make it more?~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #56 on: 06 May 2014, 12:57:39 PM »
inti-nya adalah karena belum pernah menyaksi-kan catumaharajika, maka kemungkinan adalah tidak ada...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #57 on: 17 December 2014, 06:47:31 PM »
Sekali lagi, yang jadi perbedaan sebelumnya di sini adalah anggapan bahwa nama-nama itu hanya seperti klasifikasi dalam biologi saja, tidak ada hubungannya dengan sosok lokapala dari catummaharajika, yang mana tentu saja tidak bisa dilanjutkan diskusinya.

Jika dikatakan itu adalah seperti dalam legenda (baik India maupun China) yang melibatkan makhluk supranatural, saya sepaham. Dan memang tampaknya masuk akal logikanya jika kita mengarahkan metta pada mereka, maka lokapala dan para pengikutnya akan membalas sikap tanpa permusuhan itu dan melindungi kita dari binatang-binatang (yang mereka kuasai tersebut).

Memang itu yang saya perlukan. Thanks buat infonya. :)


Saya baru dapat info belum lama ini, dan setelah saya cek ternyata benar
Ada bagian dari Khanda Paritta yang paralel dengan Mahamayuri Vidyarajni Sutra , tentang 4 suku ular
Just info

Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #58 on: 18 December 2014, 10:11:21 AM »
Saya baru dapat info belum lama ini, dan setelah saya cek ternyata benar
Ada bagian dari Khanda Paritta yang paralel dengan Mahamayuri Vidyarajni Sutra , tentang 4 suku ular
Just info
Spoiler: ShowHide
The Mahamayuri Sutra

Once the Lord was staying at Jetavana monastery built by Anathapinda in Shravasti accompanied by numerous companion monks. About the same time in the same monastery there was also dwelling a newly-ordained monk named Svati who had little understanding of the rules of discipline.

One day, Svati was piling up logs to make a fire for heating the bodies of other companion monks who were suffering from rheumatism. From one of the logs came out a big black cobra who bit his right big toe. Immediately after the bite, the monk fell down and lay unconscious. His eyes rolled up and his mouth was full of foam. Venerable Ananda saw him in this condition and reported it to the Buddha.Upon hearing the report from Ananda, the Buddha said that he had his loving kindness (maitri) extended to all of the serpent kings. Saying so, the Buddha preached a discourse on the knowledge of the Mahamayuri. The Lord said to Ananda,"O Ananda! Long long ago on the southern slopes of the Himalaya Mountains, there lived a famous peacock-king named Suvarna Vibhasa.

Every day, the peacock-king recited this dharani in the morning and evening and he lived happily. One day the peacock-king went out for a romantic encounter with a number of peahens and finally entered a mountain cave fully consumed with sexual desire. Inside the cave there was a snare set by a fowl hunter and the peacock-king got enmeshed in it. At that time,the peacock-king became vigilant and recited the same dharani and freed itself from the entanglement and lived cheerfully.

O Ananda! Keep it in mind that the peacock of that time was myself. "In this world ["earth mandala"] there are countless demons possessed of supernormal powers. Recite this dharani for their help succoring the monk Svati. The army of demons
pervading all the directions may come to his rescue. The raksasis Lamba and Vilambaalso may rescue him. The demoness Kunaksi, also may protect him. The nagakings may also protect him. The Tathagata Vipashvi and other Tathagatas may protect him, too. Maitreya or other Bodhisattvas also may protect him. The holy rivers like the Ganga flowing on the earth and the powerful beings living within it may protect him. The mountain kings and powerful beings living in their kingdoms can also protect him. The heavenly bodies and planets also may protect him. This earth abounds in many different herbs and plants which may protect him. After saying this, the Buddha commanded Ananda, "Let all the powers of the Tathagata be with you. Go to the monk
Svati and protect him. Ananda bowed to the Buddha and asinstructed went to the monk Svati and recited the Mahamayuri Vidya over him. Due to the effect of this recitation, the poison lost its effect and he recovered.

When this matter was reported to the Buddha, he told the assembly of monks, nuns, and lay disciples (upasakas) that they all needed to learn the Mahamayuri Vidya. Since then, the practice of reciting this dharani came into usage among the people.
sumber:


Sepertinya sutra Mahayana ini juga cukup tua, bisa dilihat dari sosok yang disebutkan adalah yang muncul pada literatur awal, tidak termasuk sosok yang biasanya muncul dalam sutra mahayana belakangan.

Barusan juga mengintip sedikit Bhuridatta Jataka dan diceritakan tentang Virupakkha yang melayani Sakka di alam surga. Pengikut wanitanya juga diceritakan menghibur dengan permainan musik. Jadi makin menguatkan pandangan bahwa naga-naga yang dimaksud dalam Ahirajasutta adalah makhluk-makhluk gaib, bukan merujuk pada hewan ular biasa.

Thanks buat infonya yang bagus.


OOT, cukup menarik jika diingat salah satu Mahasavaka, Upasena Vangantaputta juga meninggal karena terpagut ular. Membuat saya bertanya-tanya apakah Arahant tidak senantiasa memancarkan metta, sekadar inkonsistensi cerita, atau ada teori lainnya.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pandangan Theravada mengenai "ilmu hitam" & cara menanggapinya
« Reply #59 on: 16 January 2019, 06:10:18 PM »
Spoiler: ShowHide
The Mahamayuri Sutra

Once the Lord was staying at Jetavana monastery built by Anathapinda in Shravasti accompanied by numerous companion monks. About the same time in the same monastery there was also dwelling a newly-ordained monk named Svati who had little understanding of the rules of discipline.

One day, Svati was piling up logs to make a fire for heating the bodies of other companion monks who were suffering from rheumatism. From one of the logs came out a big black cobra who bit his right big toe. Immediately after the bite, the monk fell down and lay unconscious. His eyes rolled up and his mouth was full of foam. Venerable Ananda saw him in this condition and reported it to the Buddha.Upon hearing the report from Ananda, the Buddha said that he had his loving kindness (maitri) extended to all of the serpent kings. Saying so, the Buddha preached a discourse on the knowledge of the Mahamayuri. The Lord said to Ananda,"O Ananda! Long long ago on the southern slopes of the Himalaya Mountains, there lived a famous peacock-king named Suvarna Vibhasa.

Every day, the peacock-king recited this dharani in the morning and evening and he lived happily. One day the peacock-king went out for a romantic encounter with a number of peahens and finally entered a mountain cave fully consumed with sexual desire. Inside the cave there was a snare set by a fowl hunter and the peacock-king got enmeshed in it. At that time,the peacock-king became vigilant and recited the same dharani and freed itself from the entanglement and lived cheerfully.

O Ananda! Keep it in mind that the peacock of that time was myself. "In this world ["earth mandala"] there are countless demons possessed of supernormal powers. Recite this dharani for their help succoring the monk Svati. The army of demons
pervading all the directions may come to his rescue. The raksasis Lamba and Vilambaalso may rescue him. The demoness Kunaksi, also may protect him. The nagakings may also protect him. The Tathagata Vipashvi and other Tathagatas may protect him, too. Maitreya or other Bodhisattvas also may protect him. The holy rivers like the Ganga flowing on the earth and the powerful beings living within it may protect him. The mountain kings and powerful beings living in their kingdoms can also protect him. The heavenly bodies and planets also may protect him. This earth abounds in many different herbs and plants which may protect him. After saying this, the Buddha commanded Ananda, "Let all the powers of the Tathagata be with you. Go to the monk
Svati and protect him. Ananda bowed to the Buddha and asinstructed went to the monk Svati and recited the Mahamayuri Vidya over him. Due to the effect of this recitation, the poison lost its effect and he recovered.

When this matter was reported to the Buddha, he told the assembly of monks, nuns, and lay disciples (upasakas) that they all needed to learn the Mahamayuri Vidya. Since then, the practice of reciting this dharani came into usage among the people.
sumber:


Sepertinya sutra Mahayana ini juga cukup tua, bisa dilihat dari sosok yang disebutkan adalah yang muncul pada literatur awal, tidak termasuk sosok yang biasanya muncul dalam sutra mahayana belakangan.

Barusan juga mengintip sedikit Bhuridatta Jataka dan diceritakan tentang Virupakkha yang melayani Sakka di alam surga. Pengikut wanitanya juga diceritakan menghibur dengan permainan musik. Jadi makin menguatkan pandangan bahwa naga-naga yang dimaksud dalam Ahirajasutta adalah makhluk-makhluk gaib, bukan merujuk pada hewan ular biasa.

Thanks buat infonya yang bagus.


OOT, cukup menarik jika diingat salah satu Mahasavaka, Upasena Vangantaputta juga meninggal karena terpagut ular. Membuat saya bertanya-tanya apakah Arahant tidak senantiasa memancarkan metta, sekadar inkonsistensi cerita, atau ada teori lainnya.

Apakah tidak selalu senantiasa memancarkan metta?Atau pada saat kejadian itu,metta tidak mampu terpancar karena dihalangi sesuatu yang sedang berbuah?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)