Ada khan isi sutta yang berhubungan dengan ini di thread sutra bakti II. Tentang buddha yang menerangkan karma orang itu mengikuti orang yang meninggal.
Pada Zaman dahulu kala di India, ada seorang kepala kampung melihat iring2an brahmana dari barat sedang mengadakan upacara kematian dengan cara mengangkat orang mati itu ke atas dan membawanya keluar, memanggil nama orang mati tersebut. Hal ini dipercayai untuk mempercepat orang mati itu ke alam Surga.
Kebetulan kepala kampung tersebut bertemu dengan seorang yang sangat bijaksana, maka dia bertanya kepada orang yang sangat bijaksana tersebut mengenai pendapatnya terhadap para brahmana yang mengadakan upacara kematian itu.
Atas pernyataan tersebut, Sang Buddha bertanya dengan mengemukakan dua buah perumpamaan yang patut kita renungkan setiap saat sehingga tidak tergoda oleh fasilitas maupun ancaman oknum penjual kepercayaan religius, sebagai berikut:
1. Andaikata, seseorang melemparkan sebuah batu karang yang amat besar ke dalam sebuah kolam air yang sangat dalam; kemudian sejumlah besar orang berkumpul dan bergerombol bersama dan berdoa serta memujinya dan melakukannya dengan merangkapkan kedua tangan ke atas (beranjali), dan berkata:"Naiklah, batu karang yang baik ! Mengambanglah, batu karang yang baik ! mengambanglah ke tepi, batu karang yang baik !" Mungkinkah karena doa-doa, pujian yang dilakukan dengan penuh hormat dengan merangkapkan kedua belah tangan ke atas menyebabkan batu karang yang amat besar itu naik ke atas dan mengambang ke tepi ?' Asibandhaka menjawab bahwa hal itu tidak
mungkin terjadi.
Sang Buddha melanjutkan bahwa demikian pula halnya dengan
siapa saja sebagai pengambil kehidupan mahluk lain, pengambil barang yang tidak diberikan, pelaku yang salah dalam bidang seksual, pembohong, penyebar fitnah, penguncar kata-kata kasar, pembicara hal yang tidak bermanfaat, orang yang serakah, orang yang batinnya diliputi niat jahat dan yang batinnya menganut pandangan keliru, betapapun besarnya kumpulan / gerombolan orang-orang yang berdoa bersama, melakukan pujian, penghormatan dengan merangkapkan kedua belah tangan ke atas dengan berkata: "Semoga orang ini, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tumimbal lahir di alam berbahagia, di dunia Surga." Orang tersebut, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tetap tumimbal lahir di alam menyedihkan, di alam rendah, di Neraka.
2. Andaikata, seseorang menyelam membawa guci berisi mentega atau minyak ke dalam sebuah kolam air yang sangat dalam, lalu memecahkan guci tersebut sehingga pecahan guci itu tenggelam sedangkan mentega atau minyaknya mengambang naik ke permukaan air; kemudian sejumlah besar orang berkumpul dan bergerombol bersama dan berdoa serta memujinya dan melakukannya dengan merangkapkan kedua tangan ke atas (beranjali), dan berkata:"Turunlah, mentega yang baik ! Tenggelamlah ke dasar kolam, mentega yang baik ! Pergilah ke dasar kolam, mentega dan minyak yang baik !" Mungkinkah karena doa-doa, pujian yang dilakukan dengan penuh hormat dengan merangkapkan kedua belah tangan ke atas menyebabkan mentega atau minyak itu turun ke bawah dan tenggelam ke dasar kolam ?' Asibandhaka menjawab bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.
Sang Buddha melanjutkan bahwa demikian pula halnya dengan siapa saja yang menghindari mengambil kehidupan mahluk lain, menghindari mengambil barang yang tidak diberikan, menghindari perilaku yang salah dalam bidang seksual, menghindari berbohong, menghindari memfitnah, menghindari menguncarkan kata-kata kasar, menghindari berbicara hal yang tidak bermanfaat, orang yang tidak serakah, orang yang batinnya tidak diliputi niat jahat dan yang batinnya menganut pandangan benar, betapapun besarnya kumpulan / gerombolan orang-orang yang berdoa bersama, melakukan pujian, penghormatan dengan merangkapkan kedua belah tangan ke atas dengan berkata:
"Semoga orang ini, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tumimbal lahir di alam menyedihkan, di Neraka." Orang tersebut, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tetap tumimbal lahir di alam berbahagia, di dunia Surgawi.