//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Yathabhutam Nyanadassanam (melihat apa adanya), Apakah Arti dan Maksudnya?  (Read 78565 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
Bro Riky,
Di awal Bro Riky menjelaskan bahwa kita perlu mengendalikan si AKU kita.
Dan Bro juga setuju bahwa diperlukan usaha dan belajar, supaya bisa mengendalikan si Aku tsb.
Mungkin bisa Bro Riky jelaskan, bagaimana cara 'mengendalikan si Aku' itu?
Apa langkah2 yg perlu kita lakukan?
Bro willi,saya setuju dengan anda bahwa "mengendalikan" butuh usaha dan belajar...
Tapi saya kurang setuju dengan pendapat mendiskripsikan "aku"...
Bagaimana caranya mendiskripsikan si "aku"?
Cara mengendalikan "aku" sebenarnya tidak ada langkah2...
Cth:Ketika saya marah karena dihina oleh seseorang apakah lantas saya memakinya seketika?Ketika ucapan yg dikeluarkannya,saya akan mendengarkannya dan pasti saya akan meresponnya dulu apa yang dia ucapkan dan maksud dr ucapannya tersebut...Ketika saya tahu baru saya bisa merespon balik/menyerang balik kata2nya bukan?Ini yang saya maksudkan mengendalikan "aku" secara emosional ini...
Ketika kita diserang dengan hinaan,kita jangan sudah "tahu" langsung serang balik dengan kata2 yang lebih tajam....Seharusnya ketika kita sudah "tahu" karena disini ada 5khanda =bentuk,perasaan,pencerapan,bentuk2 pikiran,kesadaran inderiawi...Maka ketika saat itu juga kendalikan dulu "emosi" yg diciptakan oleh "aku" ini sehingga tidak menjadikan sebuah perbedaan menjadi lebih mendalam,sehingga tidak menjadikan sebuah permusuhan menjadi lebih mendalam,dstnya...(Disini yang dapat dilihat dan dikendalikan oleh kita adalah "aku" yang kasar yakni "luar"nya..."Dalam"nya menurut saya pribadi tidak mungkin dikendalikan karena bersifat sangat "halus")
Kemudian dari pada itu bro,mengendalikan "aku" akhirnya akan menguatkan "aku" saja...
"aku" bisa dikendalikan oleh "aku",maka yang berkuasa kembali akhirnya adalah "aku"....

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Kemudian dari pada itu bro,mengendalikan "aku" akhirnya akan menguatkan "aku" saja...
"aku" bisa dikendalikan oleh "aku",maka yang berkuasa kembali akhirnya adalah "aku"....

Salam,
Riky

setuju...

siapa yg mengendalikan aku? tentunya adalah aku sendiri
dgn demikian, pengendalian ini sebenarnya adalah jurus sang aku utk berkelit2

aku ini selalu berusaha menjadi yg terbaik, menjadi yg terkuat, menjadi yg terhormat, menjadi yg tersuci, dsb...
dgn demikian, aku adalah kumpulan nafsu yg cenderung bertambah besar...

jd bagaimana pengendalian yg 'benar'?
yg membawa ke nibbana (padamnya aku/nafsu)?

mohon pencerahannya sdr. Riky :)



Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
jd bagaimana pengendalian yg 'benar'?
yg membawa ke nibbana (padamnya aku/nafsu)?

mohon pencerahannya sdr. Riky
Oh,saudara Tesla saya tidak sanggup mencerahkan siapapun karena saya sendiri belum tercerahkan...Bagaimana seorang yang belum tercerahkan bisa mencerahkan orang lain?
Kemudian saya rasa anda masih berada di atas saya,saya menghormati dan kagum terhadap anda seperti yang pernah saya katakan di salah satu thread...Didalam thread ini yang membuat saya terpana hanya anda dan Pak Hudoyo...

Kemudian saudara Tesla menanyakan,"bagaimana pengendalian yg 'benar'?
yg membawa ke nibbana (padamnya aku/nafsu)?"

Bukankah saudara sendiri sudah menjawabnya?"siapa yg mengendalikan aku? tentunya adalah aku sendiri dgn demikian, pengendalian ini sebenarnya adalah jurus sang aku utk berkelit2"
Kesimpulan yang saya bisa tarik disini adalah tidak ada "pengendalian yg benar" yang bisa membawa ke dalam Nibbana...
Jika yang mengendalikan "aku" adalah "aku" sendiri lantas kapan "aku" bisa runtuh,selain mempertebal "aku"?

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Bro willi,saya setuju dengan anda bahwa "mengendalikan" butuh usaha dan belajar...

Kok 'mengendalikan' doang?
maksudnya mengendalikan AKU kan?
Atau 'mengendalikan'.... apa nih?

Quote
Cara mengendalikan "aku" sebenarnya tidak ada langkah2...

>>"Tidak ada langkah"

Menurut sy sebelumnya Bro Riky sudah setuju bahwa diperlukan tools / langkah2, usaha dan belajar...
Ini saya copas kalimat yg Bro Riky tulis sebelum ini:
Riky: Mengendalikan=Memang butuh "usaha" dan "Belajar"...

Quote
Cth:Ketika saya marah karena dihina oleh seseorang apakah lantas saya memakinya seketika?Ketika ucapan yg dikeluarkannya,saya akan mendengarkannya dan pasti saya akan meresponnya dulu apa yang dia ucapkan dan maksud dr ucapannya tersebut...Ketika saya tahu baru saya bisa merespon balik/menyerang balik kata2nya bukan?Ini yang saya maksudkan mengendalikan "aku" secara emosional ini...
Ketika kita diserang dengan hinaan,kita jangan sudah "tahu" langsung serang balik dengan kata2 yang lebih tajam....

>>"Mengendalikan AKU secara emosionil"

Siapa yg mengendalikan AKU? Apakah AKU yg mengendalikan AKU?

Quote
Seharusnya ketika kita sudah "tahu" karena disini ada 5khanda =bentuk,perasaan,pencerapan,bentuk2 pikiran,kesadaran inderiawi...

Berarti sesungguhnya kita masih memerlukan 'pengetahuan 5 khanda' alias memerlukan 'pemahaman benar' satu dari 8 jalan yg diajarkan oleh Sang Buddha, kan? Kita masih memerlukan "Ajaran" itu.

Quote
Maka ketika saat itu juga kendalikan dulu "emosi" yg diciptakan oleh "aku" ini sehingga tidak menjadikan sebuah perbedaan menjadi lebih mendalam,sehingga tidak menjadikan sebuah permusuhan menjadi lebih mendalam,dstnya...

AKU menciptakan emosi?
Kalimat ini menjelaskan bahwa AKU dan EMOSI itu berbeda.
Membingungkan, bukankah EMOSI itu adalah AKU?

Quote
(Disini yang dapat dilihat dan dikendalikan oleh kita adalah "aku" yang kasar yakni "luar"nya..."Dalam"nya menurut saya pribadi tidak mungkin dikendalikan karena bersifat sangat "halus")

IMO:
~ jika bisa mengendalikan AKU yg kasar, maka pasti akan bisa juga (nantinya) mengendalikan AKU yg halus.
~ Dan sebaliknya jika kita berasumsi Tidak Mungkin mengendalikan aku yg halus, maka mana mungkin pula kita bisa mengendalikan aku yg kasar?

Yg benarnya yg mana?  ???

Quote
Kemudian dari pada itu bro,mengendalikan "aku" akhirnya akan menguatkan "aku" saja...
"aku" bisa dikendalikan oleh "aku",maka yang berkuasa kembali akhirnya adalah "aku"....

Sy tidak berpendapat bahwa yg mengendalikan AKU adalah AKU.
Sy berpendapat bahwa pikiran itu timbul dan lenyap.
Sy mempunyai cara sendiri, yakni mengurangi pikiran2 tidak bermanfaat dan memperbanyak pikiran2 yg bermanfaat. Ketika pikiran bermanfaat hadir, maka pikiran buruk tidak berkesempatan hadir.
Itu cara saya.

Cara itu sy dapatkan dari pengetahuan sy akan sifat2 pikiran (sifat2 AKU).

-----

Menurut sy keterangan dari Bro Riky sedikit membingungkan.
Terdapat banyak kontradiksi, seperti yg sy tuliskan diatas.
Dan menurut saya juga, untuk bisa mengendalikan AKU kita memerlukan pelajaran, perenungan, langkah2 tertentu, dan mulai mengikis AKU yg paling kasar sd AKU yg paling halus. Semuanya step by step.

-----

Diskusi ini sangat menarik dan semoga bermanfaat bagi kita semua

Salam,

 _/\_

willi


::






Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Kemudian saudara Tesla menanyakan,"bagaimana pengendalian yg 'benar'?
yg membawa ke nibbana (padamnya aku/nafsu)?"

Bukankah saudara sendiri sudah menjawabnya?"siapa yg mengendalikan aku? tentunya adalah aku sendiri dgn demikian, pengendalian ini sebenarnya adalah jurus sang aku utk berkelit2"
Kesimpulan yang saya bisa tarik disini adalah tidak ada "pengendalian yg benar" yang bisa membawa ke dalam Nibbana...
Jika yang mengendalikan "aku" adalah "aku" sendiri lantas kapan "aku" bisa runtuh,selain mempertebal "aku"?

Salam,
Riky

maksud saya, pengendalian dalam wujud "aku mengendalikan aku" adalah sia2. memperbesar nafsu (atau bahasa riky, mempertebal aku).

jadi pengendalian yg benar menurut saya adalah berhenti ingin mencapai ini & itu... (kehormatan, kesucian, kekayaan, kekuasaan, dll)...

caranya? saya tak tahu  :P
menurut saya terjadi begitu saja ketika kita berhenti menginginkan sesuatu seperti mencari cara nibbana, berusaha mencapai kesucian, mencari jawaban suatu pertanyaan, dll...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Menurut sy sebelumnya Bro Riky sudah setuju bahwa diperlukan tools / langkah2, usaha dan belajar...
Ini saya copas kalimat yg Bro Riky tulis sebelum ini:
Riky: Mengendalikan=Memang butuh "usaha" dan "Belajar"...

Bro willi,yang saya maksudkan memang butuh "usaha" dan "belajar" bukan "langkah2" yang cenderung berurutan dr A sampai Z,"Ketika ini muncul maka langkah kita ini","ketika itu muncul maka langkah kita itu.." Bukan maksud saya begitu bro willi...Maaf bro jika saya salah mengerti "tools" itu sebagai "alat" bukan sebagai "langkah",sebenarnya dlm bahasa Inggris terjemahkan ke Indonesia tools itu "langkah" atau "alat"?

Quote
>>"Mengendalikan AKU secara emosionil"
Siapa yg mengendalikan AKU? Apakah AKU yg mengendalikan AKU?
Yap "aku" yang mengendalikan "aku","aku" sadar bahwa "aku" sedang "marah"....

Quote
Seharusnya ketika kita sudah "tahu" karena disini ada 5khanda =bentuk,perasaan,pencerapan,bentuk2 pikiran,kesadaran inderiawi...
>>>Berarti sesungguhnya kita masih memerlukan 'pengetahuan 5 khanda' alias memerlukan 'pemahaman benar' satu dari 8 jalan yg diajarkan oleh Sang Buddha, kan? Kita masih memerlukan "Ajaran" itu.
Saya rasa bukan itu maksud saya,maksud saya adalah karena kita memiliki 5khanda tersebut maka kita bisa mengendalikan "emosi" ini,tetapi "emosi" ini tetap dikendalikan oleh "aku"...

Quote
Maka ketika saat itu juga kendalikan dulu "emosi" yg diciptakan oleh "aku" ini sehingga tidak menjadikan sebuah perbedaan menjadi lebih mendalam,sehingga tidak menjadikan sebuah permusuhan menjadi lebih mendalam,dstnya...
 >>>>>AKU menciptakan emosi?
Kalimat ini menjelaskan bahwa AKU dan EMOSI itu berbeda.
Membingungkan, bukankah EMOSI itu adalah AKU?
Pikiran=aku=pencerapan,dstnya........
Jadi Pikiran menciptakan aku,aku menciptakan rasa....yakni rasa emosi tersebut....
Tidak ada didalam kalimat saya yang tersirat bahwa AKU berbeda dengan EMOSI...
Karena Emosi diciptakan Aku,sehingga AKu,emosi,dstnya......adalah SAMA semuanya berasal dr PIKIRAN....

Quote
IMO:
~ jika bisa mengendalikan AKU yg kasar, maka pasti akan bisa juga (nantinya) mengendalikan AKU yg halus.
Aneh,bagaimana bro bisa tahu jika bisa mengendalikan AKU yg kasar nantinya bisa mengendalikan AKU yang halus?

Quote
~ Dan sebaliknya jika kita berasumsi Tidak Mungkin mengendalikan aku yg halus, maka mana mungkin pula kita bisa mengendalikan aku yg kasar?
TIDAK MUNGKIN mengendalikan yang HALUS karena yang "halus" itu sendiri adalah AKU,sedangkan yang kasar lebih banyak "terkontaminasi" sehingga kita bisa "mengetahuinya",Seperti saat kita "emosi" ketika dihina.Bukankah kita "mengetahuinya?" sehingga kita bisa "bersabar" menghadapi cercaan org tsb?Ini yang saya katakan KASAR...Bagaimana caranya mengetahui "aku" yang halus sedangkan "aku yang halus adalah AKU itu sendiri?"

Quote
Sy tidak berpendapat bahwa yg mengendalikan AKU adalah AKU.
Sy berpendapat bahwa pikiran itu timbul dan lenyap.
Sy mempunyai cara sendiri, yakni mengurangi pikiran2 tidak bermanfaat dan memperbanyak pikiran2 yg bermanfaat. Ketika pikiran bermanfaat hadir, maka pikiran buruk tidak berkesempatan hadir.
Jadi siapa yg mengendalikan AKU jika Bukan AKU?
"mengurangi pikiran2 tidak bermanfaat dan memperbanyak pikiran2 yg bermanfaat. Ketika pikiran bermanfaat hadir, maka pikiran buruk tidak berkesempatan hadir"
Pikiran bermanfaat hadir,pikiran buruk tidak berkesempatan,lantas apakah dengan adanya pikiran bermanfaat saja itu bisa mencapai NIBBANA?
Lantas apakah karena yang ada cuma pikiran yg bermanfaat maka itu dikatakan mengendalikan "aku" secara penuh(Aku yang kasar bahkan Aku yang halus)??

Quote
Itu cara saya.
Cara itu sy dapatkan dari pengetahuan sy akan sifat2 pikiran (sifat2 AKU).
Yap itu cara anda...Setiap org memiliki cara yang berbeda2 bukan?Begitu juga dengan cara saya memandang "aku"...
Tetapi cara yang anda dapatkan dari pengetahuan tetap dualitas yakni ada kemungkinan "salah" dan ada kemungkinan "benar"(Jangan balas saya mengganggap saya paling benar lo...tar jadi debat kusir lagi...;D )

Quote
Menurut sy keterangan dari Bro Riky sedikit membingungkan.
Terdapat banyak kontradiksi, seperti yg sy tuliskan diatas.
Dan menurut saya juga, untuk bisa mengendalikan AKU kita memerlukan pelajaran, perenungan, langkah2 tertentu, dan mulai mengikis AKU yg paling kasar sd AKU yg paling halus. Semuanya step by step.
Disini saya tulis "mengendalikan" lo...Saya tidak bilang mengendalikan "aku" bisa mencapai NIBBANA....
Kemudian balik dulu kepertanyaan saya diawal,saya mengartikan tools sebagai "alat" bukan "langkah"...Apakah saya yang salah?Jika saya yang salah mengartikan saya meminta maaf ya bro ^:)^

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Quote
bantu dikit ahhh... bagaimana anda menjawab duluan mana telur apa ayam  :D

Ketika pikiran bergerak membentuk 'ide', maka ada telur dan ayam dalam ruang dan waktu. Ketika 'ide' itu ada, maka telur dan ayam muncul bersamaan; ketika 'ide' itu pergi, telur dan ayam hilang bersamaan. Begitu juga ketika terjerat konsep, maka ada 'ini kesadaran', 'ini perasaan', 'ini pikiran'. Ketika konsep ditinggalkan, tidak ada 'ini kesadaran', 'ini perasaan', 'ini pikiran'.  ;D

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Quote
Ketika konsep ditinggalkan, tidak ada 'ini kesadaran', 'ini perasaan', 'ini pikiran'.

Wah, sudah tidak berkonsep. ^:)^
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Quote
Ketika konsep ditinggalkan, tidak ada 'ini kesadaran', 'ini perasaan', 'ini pikiran'.

Wah, sudah tidak berkonsep. ^:)^

Konsep 'kan memang diperlukan hanya 'sementara'. Pada akhirnya memang harus ditinggalkan. :)


Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Terima kasih Bro Riky atas penjelasannya.

Kita bahas yg terakhir saja:

Disini saya tulis "mengendalikan" lo...Saya tidak bilang mengendalikan "aku" bisa mencapai NIBBANA....
Kemudian balik dulu kepertanyaan saya diawal,saya mengartikan tools sebagai "alat" bukan "langkah"...Apakah saya yang salah?Jika saya yang salah mengartikan saya meminta maaf ya bro ^:)^

TOOLS memang artinya 'alat', yakni: cara (how to), ya artinya langkah2 yg harus dikerjakan, begitu kan?

Jadi sesuai dgn yg Bro Riky nyatakan, bahwa: "Jika saja setiap orang bisa mengendalikan AKUnya"
Kalimat itu yg awalnya membuat sy penasaran.

Bro Riky menenuliskan: "mengendalikan AKU" (bukan "mengendalikan" saja)
Saya berpendapat (dan juga disetujui Bro Riky) bahwa untuk bisa mengendalikan, tentunya kita perlu TOOLS, kita perlu belajar, kita perlu usaha.

Nah, mungkin bisa dijelaskan bagaimana cara 'mengendalikan aku' tsb? (ini yg sy sebut langkah-langkah).

willi

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Dear willi,
Quote
TOOLS memang artinya 'alat', yakni: cara (how to), ya artinya langkah2 yg harus dikerjakan, begitu kan?
Alat disini saya mengasumsikan sebagai "sesuatu" yang mengendalikan "sesuatu",dan "sesuatu" yang saya maksudkan adalah "aku".Jadi secara konteks yang mengendalikan "aku" adalah "aku"....Tidak ada langkah2 dalam mengendalikan "aku" karena "aku" dikendalikan oleh "aku" sendiri...Cthnya: Jika anda sedang "marah",maka "aku" sadar bahwa "aku" sedang "marah"...Biasanya yang dilakukan org dengan "mengendalikan" "aku"nya adalah "bersabar" "tersenyum" "lihat sisi2 positif" "cuek" dll mungkin ini yang dipersepsikan oleh saudara willi sebagai langkah2??Pada akhirnya "aku" lah yang mengendalikan "aku",bagaimana "aku" yang mengendalikan "aku" tersebut bisa padam?
Dan yang dikendalikan disitu adalah AKU yang KASAR,bukanlah AKU yang HALUS,sehingga saya mengatakan,"Bagaimana mungkin mengendalikan AKU yang HALUS jika AKU yang HALUS adalah AKU itu sendiri?"

Quote
Jadi sesuai dgn yg Bro Riky nyatakan, bahwa: "Jika saja setiap orang bisa mengendalikan AKUnya"
Kalimat itu yg awalnya membuat sy penasaran.
Bro Riky menenuliskan: "mengendalikan AKU" (bukan "mengendalikan" saja)
Saya berpendapat (dan juga disetujui Bro Riky) bahwa untuk bisa mengendalikan, tentunya kita perlu TOOLS, kita perlu belajar, kita perlu usaha.
Kita lihat dari awal "permasalahan" dulu ya,lihat apa yang saya tulis dan saya akan menjelaskan maksud dr kata2 yang saya tulis tersebut :(TOOLS saya artikan sebagai "alat" bukan "langkah2")
Selami batin sendiri,maka segala kebenaran akan terkuak...
Bukan masalah siapa yang "benar" bukan juga masalah siapa yang "salah"...
Pada dasarnya setiap manusia memiliki perbedaan....
Bahkan sepasang kembar identik pun memiliki perbedaan...
Akankah perbedaan menjadi sebuah perpecahan?
Akankah perbedaan menjadi sebuah kendala?
Jika setiap orang bisa mengendalikan "aku"nya,maka perbedaan bukan suatu hal yang penting...
>>>Disini jelas saya mengatakan jika setiap orang bisa mengendalikan "aku"nya,maka perbedaan bukan suatu hal yang penting...Maksud dari kata2 ini adalah "jika anda,saya,siapapun didunia ini bisa "mengendalikan akunya" maka tidak akan ada lagi "perdebataan panjang yang tidak ada gunanya",maka tidak adalah lagi "perang yg mengatasnamakan agama,dstnya".....
"aku" yang dikendalikan disini adalah "aku" yang KASAR bukan AKU yang HALUS,cthnya:ketika saya mengkritik posting anda,mungkin anda akan "marah" dan membalas menyerang posting saya dengan kata2 yang lebih kejam maka disini jelas anda belum bisa mengendalikan "aku" anda yang KASAR,karena anda tahu saya mengkritik posting anda dan anda "marah" dan membalas "mengkritik",jika begitu kapan berakhirnya?"Sama2 tidak mau mengalah","sama2 tidak peduli".....Makanya kalimat saya mengajurkan,[]"Mengendalikan "aku" dan "aku" yang saya maksudkan adalah "aku" yang KASAR"[/b]  kemudian  saya jg menambahkan dalam kalimat saya "Apakah perbedaan akan,bla2...."
Dikalimat saya,saya mengartikannya sebagai apakah perbedaan itu penting?Kenapa kita harus "Tersinggung" "Marah" "Dendam" "Benci" thdp perbedaan pendapat dr org lain?Ini yang saya katakan ,"Jika setiap orang bisa mengendalikan "aku"nya,maka perbedaan bukan suatu hal yang penting..."

Lihatlah hewan berkaki seribu,walaupun kakinya seribu tetapi jika dia mengarahkannya dengan baik,beriringan,maka kaki seribu tersebut bukanlah sebuah kendala apa2....
Semua yang mencari kebahagian/kebenaran pada hakikatnya tujuannya sama walaupun berbeda caranya....
Apa pun yang kita yakini,ketika kita tiba di pantai seberang maka semuanya akan mengalir seperti air sungai yang berada di berbagai tempat yang mengalir ke lautan....

Nah, mungkin bisa dijelaskan bagaimana cara 'mengendalikan aku' tsb? (ini yg sy sebut langkah-langkah).[/quote]
Tidak ada langkah2 maupun cara yang ada cuma "alat" mengendalikan "aku" dan "alat" tsb adalah "aku" sendiri...Dan "alat" ini sendiri cuma mampu mengendalikan "AKU yang KASAR"....
Itulah pendapat saya....

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male

Dan yang dikendalikan disitu adalah AKU yang KASAR,bukanlah AKU yang HALUS,sehingga saya mengatakan,"Bagaimana mungkin mengendalikan AKU yang HALUS jika AKU yang HALUS adalah AKU itu sendiri?"

"aku" yang dikendalikan disini adalah "aku" yang KASAR bukan AKU yang HALUS,

"Mengendalikan "aku" dan "aku" yang saya maksudkan adalah "aku" yang KASAR"

Tidak ada langkah2 maupun cara yang ada cuma "alat" mengendalikan "aku" dan "alat" tsb adalah "aku" sendiri...Dan "alat" ini sendiri cuma mampu mengendalikan "AKU yang KASAR"....


Bro Riky,
Ini menjadi menarik

Dari pendapat Bro Riky diatas dapat saya simpulkan:

1. "AKU yg kasar" dapat dikendalikan
2. "AKU yg halus" tidak dapat dikendalikan
3. "AKU yg halus" adalah 'AKU' itu sendiri

Sehingga selanjutnya akan timbul pertanyaan:

1. Siapa yg mengendalikan "AKU yg kasar" tsb, apakah "AKU yg halus" yg mengendalikannya?
2. -
3. Kalau "AKU yg halus" adalah 'AKU' itu sendiri, lantas "AKU yg kasar" apa/siapa?

Mohon maaf, sy tidak bermaksud ingin berpolemik, hanya ingin mengklarifikasi sehingga menjadi jelas.
Karena sy menilai diantara pendapat Bro Rudy sendiri masih tidak konsisten, banyak terdapat kontradiksi.

::

« Last Edit: 21 June 2008, 12:51:28 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
1. Siapa yg mengendalikan "AKU yg kasar" tsb, apakah "AKU yg halus" yg mengendalikannya?
Yap...

Quote
3. Kalau "AKU yg halus" adalah 'AKU' itu sendiri, lantas "AKU yg kasar" apa/siapa?
"AKU yang KASAR" bukan lah "apa" dan "siapa",biasanya orang suka memberi "label" kepada setiap "bentuk" untuk "membeda2kannya"...
AKU yang HALUS maupun AKU yang KASAR semuanya adalah "AKU"...
Seperti yang sudah saya katakan Pikiran=aku=badan,pencerapan,dstnya....
"PIKIRAN" menciptakan "AKU","AKU" menciptakan "Perasaan" dstnya...
Ini yang biasanya dipisah2kan oleh orang menjadi "1label" yang berdiri "sendiri"...

Salam,
Riky

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
Mohon maaf, sy tidak bermaksud ingin berpolemik, hanya ingin mengklarifikasi sehingga menjadi jelas.
Karena sy menilai diantara pendapat Bro Rudy sendiri masih tidak konsisten, banyak terdapat kontradiksi
Anda boleh "mengklarifikasinya" tetapi saya mengharapkan diantara saya dan anda tidak ada yang "memaksakan" pendapat satu sama lain...
Mungkin anda heran terhadap semua pernyataan saya,tetapi itulah cara saya memandang "aku" ini...
"Karena sy menilai diantara pendapat Bro Rudy sendiri masih tidak konsisten, banyak terdapat kontradiksi"
Kemudian bisakah bro willi menunjukkan kalimat mana saja yang saling kontradiksi dan kalimat2 yang tidak konsisten,biar saya bisa membedahnya?

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Anda boleh "mengklarifikasinya" tetapi saya mengharapkan diantara saya dan anda tidak ada yang "memaksakan" pendapat satu sama lain...

Tentu tidak, setiap orang mempunyai jalan masing2.
Yang dapat didiskusikan hanyalah pendapat jika dilihat dari sudut pandang yg sama.
Saya saat ini berusaha melihat dari sudut pandang Bro Riky.

Quote
Kemudian bisakah bro willi menunjukkan kalimat mana saja yang saling kontradiksi dan kalimat2 yang tidak konsisten,biar saya bisa membedahnya?

Kontradiksinya:
1. Bro Riky mengatakan bahwa AKU tidak bisa mengendalikan AKU, tapi dilain pihak Bro Riky mengatakan: 'Aku yg kasar' bisa dikendalikan oleh 'AKU yg halus'.
2. Pertama2 Bro Riky mengatakan "Jika saja setiap orang bisa mengendalikan AKUnya", tapi dipost2 selanjutnya ditulis: "AKU tidak bisa dikendalikan"
3. Bro Riky mengatakan orang2 seringkali memberi label untuk membeda2kannya. Nah Bro Riky sendiri ternyata memberi label juga: AKU yg kasar dan AKU yg halus <--- bukankah ini label juga? Orang2 perlu label untuk berkomunikasi seperti anda juga kan?

::
 
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

 

anything