Menurut sy sebelumnya Bro Riky sudah setuju bahwa diperlukan tools / langkah2, usaha dan belajar...
Ini saya copas kalimat yg Bro Riky tulis sebelum ini:
Riky: Mengendalikan=Memang butuh "usaha" dan "Belajar"...
Bro willi,yang saya maksudkan memang butuh "usaha" dan "belajar" bukan "langkah2" yang cenderung berurutan dr A sampai Z,
"Ketika ini muncul maka langkah kita ini",
"ketika itu muncul maka langkah kita itu.." Bukan maksud saya begitu bro willi...Maaf bro jika saya salah mengerti "tools" itu sebagai "alat" bukan sebagai "langkah",sebenarnya dlm bahasa Inggris terjemahkan ke Indonesia tools itu "langkah" atau "alat"?
>>"Mengendalikan AKU secara emosionil"
Siapa yg mengendalikan AKU? Apakah AKU yg mengendalikan AKU?
Yap "aku" yang mengendalikan "aku","aku" sadar bahwa "aku" sedang "marah"....
Seharusnya ketika kita sudah "tahu" karena disini ada 5khanda =bentuk,perasaan,pencerapan,bentuk2 pikiran,kesadaran inderiawi...
>>>Berarti sesungguhnya kita masih memerlukan 'pengetahuan 5 khanda' alias memerlukan 'pemahaman benar' satu dari 8 jalan yg diajarkan oleh Sang Buddha, kan? Kita masih memerlukan "Ajaran" itu.
Saya rasa bukan itu maksud saya,maksud saya adalah karena kita memiliki 5khanda tersebut maka kita bisa mengendalikan "emosi" ini,tetapi "emosi" ini tetap dikendalikan oleh "aku"...
Maka ketika saat itu juga kendalikan dulu "emosi" yg diciptakan oleh "aku" ini sehingga tidak menjadikan sebuah perbedaan menjadi lebih mendalam,sehingga tidak menjadikan sebuah permusuhan menjadi lebih mendalam,dstnya...
>>>>>AKU menciptakan emosi?
Kalimat ini menjelaskan bahwa AKU dan EMOSI itu berbeda.
Membingungkan, bukankah EMOSI itu adalah AKU?
Pikiran=aku=pencerapan,dstnya........
Jadi Pikiran menciptakan aku,aku menciptakan rasa....yakni rasa emosi tersebut....
Tidak ada didalam kalimat saya yang tersirat bahwa AKU berbeda dengan EMOSI...
Karena Emosi diciptakan Aku,sehingga AKu,emosi,dstnya......adalah SAMA semuanya berasal dr PIKIRAN....
IMO:
~ jika bisa mengendalikan AKU yg kasar, maka pasti akan bisa juga (nantinya) mengendalikan AKU yg halus.
Aneh,bagaimana bro bisa tahu jika bisa mengendalikan AKU yg kasar nantinya bisa mengendalikan AKU yang halus?
~ Dan sebaliknya jika kita berasumsi Tidak Mungkin mengendalikan aku yg halus, maka mana mungkin pula kita bisa mengendalikan aku yg kasar?
TIDAK MUNGKIN mengendalikan yang HALUS karena yang "halus" itu sendiri adalah AKU,sedangkan yang kasar lebih banyak "terkontaminasi" sehingga kita bisa "mengetahuinya",Seperti saat kita "emosi" ketika dihina.Bukankah kita "mengetahuinya?" sehingga kita bisa "bersabar" menghadapi cercaan org tsb?Ini yang saya katakan KASAR...Bagaimana caranya mengetahui "aku" yang halus sedangkan "aku yang halus adalah AKU itu sendiri?"
Sy tidak berpendapat bahwa yg mengendalikan AKU adalah AKU.
Sy berpendapat bahwa pikiran itu timbul dan lenyap.
Sy mempunyai cara sendiri, yakni mengurangi pikiran2 tidak bermanfaat dan memperbanyak pikiran2 yg bermanfaat. Ketika pikiran bermanfaat hadir, maka pikiran buruk tidak berkesempatan hadir.
Jadi siapa yg mengendalikan AKU jika Bukan AKU?
"mengurangi pikiran2 tidak bermanfaat dan memperbanyak pikiran2 yg bermanfaat. Ketika pikiran bermanfaat hadir, maka pikiran buruk tidak berkesempatan hadir"Pikiran bermanfaat hadir,pikiran buruk tidak berkesempatan,lantas apakah dengan adanya pikiran bermanfaat saja itu bisa mencapai NIBBANA?
Lantas apakah karena yang ada cuma pikiran yg bermanfaat maka itu dikatakan mengendalikan "aku" secara penuh(Aku yang kasar bahkan Aku yang halus)??
Itu cara saya.
Cara itu sy dapatkan dari pengetahuan sy akan sifat2 pikiran (sifat2 AKU).
Yap itu cara anda...Setiap org memiliki cara yang berbeda2 bukan?Begitu juga dengan cara saya memandang "aku"...
Tetapi cara yang anda dapatkan dari pengetahuan tetap dualitas yakni ada kemungkinan "salah" dan ada kemungkinan "benar"(Jangan balas saya mengganggap saya paling benar lo...tar jadi debat kusir lagi...
)
Menurut sy keterangan dari Bro Riky sedikit membingungkan.
Terdapat banyak kontradiksi, seperti yg sy tuliskan diatas.
Dan menurut saya juga, untuk bisa mengendalikan AKU kita memerlukan pelajaran, perenungan, langkah2 tertentu, dan mulai mengikis AKU yg paling kasar sd AKU yg paling halus. Semuanya step by step.
Disini saya tulis "mengendalikan" lo...Saya tidak bilang mengendalikan "aku" bisa mencapai NIBBANA....
Kemudian balik dulu kepertanyaan saya diawal,saya mengartikan tools sebagai "alat" bukan "langkah"...Apakah saya yang salah?Jika saya yang salah mengartikan saya meminta maaf ya bro
Salam,
Riky