//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Yathabhutam Nyanadassanam (melihat apa adanya), Apakah Arti dan Maksudnya?  (Read 78592 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
markosprawira,

Terima kasih. Tapi lebih baik nanti saja kalo ada waktu saya langsung ke sana.



Hendra Susanto,

Quote
pinter2 banget yak.. buset dachh... xiixixixiix...

tp sorry banget yak gw bilang thread ini tong kosong nyaring bunyinya

hm... maksudnya apa yah?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
pinter2 banget yak.. buset dachh... xiixixixiix...

tp sorry banget yak gw bilang thread ini tong kosong nyaring bunyinya ;D

kesiapa neh?

gw tersungging nih :(
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
IMHO,
tidak perlu rasanya kita membuktikan ke-otentikan suatu sutta (dhamma) apakah berasal dari mulut Sang Buddha sendiri ataukah tidak. Pembuktian ke-otentikan sudah tidak memungkinkan lagi sekarang. Seperti juga Sutta2 yg lainnya, kita hanya dapat ber-ehipassiko terhadap dhamma yg diajarkan, termasuk Abhidhamma.

Setelah suatu dhamma kita baca, kemudian kita renungkan dan kita saksikan di kehidupan sehari2 kita, ternyata terbukti memang benar, maka dhamma tsb bisa kita jadikan pegangan... yg belum terbukti, kita jadikan saja sebagai catatan, mungkin suatu saat bisa kita buktikan, mungkin juga tidak akan terbukti....

Pembuktiannya hanya dapat dilakukan dari: bermanfaat atau tidaknya suatu Dhamma dalam membantu kita mengikis penderitaan kita.

Semoga sharing ini bisa membantu jalan diskusi ini
 _/\_
::

Terima kasih, Rekan Willibordus, Anda telah mengingatkan saya. ... Saya telah terseret oleh konsep "peta" Rekan Markos. ... :)  Dari situlah saya terseret bertanya: "peta"-nya otentik gak? ;D  ...

Anda betul ... tidak mungkin lagi mengetahui mana sutta/abhidhamma/abhidharma yang berasal dari Sang Buddha dan mana yang tidak ... :)  Namun, dari fakta adanya dua Abhidhamma/Abhidharma dapat disimpulkan dengan pasti: tidak mungkin kedua-duanya sekaligus berasal dari mulut Sang Buddha. ...

Nah, mau berpegang kepada yang mana, silakan. ... Menurut saya, ukuran relevansi suatu Abhidhamma/Abhidharma/Sutta tergantung seberapa jauh itu membantu mengikis aku/atta.

Sekarang, terserah masing-masing ... mau pakai sutta silakan ... mau pakai abhidhamma Theravada silakan ... mau pakai abhidharma Sanskrit silakan ... mau tidak pakai apa-apa, tapi mengandalkan pengalaman batin sendiri, seperti teman-teman non-Buddhis yang ber-MMD silakan ...

Salam,
hudoyo

« Last Edit: 13 June 2008, 04:15:45 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Sekedar masukan pak :
Anda berbicara melepas, tapi saya lihat anda "melekat" pada MMD dengan segala atributnya, mirip dengan yang bro ryu bilang utk Riky : melekat pada melepas

Rekan Markos,

Silakan Anda tempuh jalan Anda ... saya akan menempuh jalan saya ...

Sekadar masukan buat Anda:
Anda suka sekali menilai batin orang lain ...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Menurut saya, kebijaksanaan seseorang adalah untuk mengerti kebenaran itu dari sisinya dan mengerti bagaimana kebenaran dari orang lain,[...]
Menurut saya, kebijaksanaan seseorang adalah memahami bahwa setiap kebenaran yang berasal dari pikiran (yang dualistik, terkondisi, terbatas) bukanlah kebenaran, entah itu pikiran sendiri entah pikiran orang lain.

Quote
dan jika memang mampu, maka dia akan membimbing orang lain menemukan kebenarannya sendiri (karena tidak mungkin seseorang merealisasikan kebenaran untuk orang lain), lewat cara yang sesuai bagi orang itu, bukan dipukul rata dengan cara yang sama dirinya sendiri menemukan kebenaran, misalnya harus lewat meditasi tertentu,[...]
Kebenaran (yang sejati) hanya tercapai setelah proses pikiran (yang dualistik, terkondisi, terbatas) ini disadari, sehingga pikiran itu berhenti dengan sendirinya, bukan dibuat berhenti.

Quote
Setuju. Itulah mengapa saya tidak setuju bahwa ada konsep orang mengerti kebenaran harus Retreat Vipassana selama 7 hari, yang membuat konsep orang tidak kenal Vipassana seolah-olah adalah orang tidak bisa mengerti kebenaran.
Kebenaran (sejati) hanya bisa muncul jika pikiran (yang dualistik, terkondisi, terbatas) ini berhenti. Ada banyak jalan menuju ke situ, salah satunya vipassana/MMD. Tanpa mengalami berhentinya pikiran orang tidak bisa mengalami kebenaran.

Quote
Setuju lagi. Tetapi menurut saya, kebenaran sejati pun tidak bertentangan (walaupun belom tentu bisa dipahami) dengan logika pikiran manusia sehari-hari. Sehingga tidak ada alasan orang ngomong yang 'tidak masuk akal' karena sudah mengerti kebenaran yang tidak bisa dipahami pikiran. Ini persis seperti ungkapan 'iman di atas logika' yang akhirnya ada orang bunuh2an atas nama ajaran.
Kebenaran sejati tidak akan bertentangan dengan logika (pikiran), tapi hakikat/intisari kebenaran sejati tidak mungkin dipahami oleh pikiran (yang dualistik, terkondisi dan terbatas). Pikiran ini harus berhenti agar kebenaran muncul.
« Last Edit: 12 June 2008, 06:50:55 PM by hudoyo »

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Saya sih udah menyerah sama theard 1 ini...
No Comment...

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Kalau tidak sama persepsi awal memank susah...Yah kembali ke...diri masing2 aj..Ambil yang menurut diri sendiri dapat digunakan untuk perkembangan batin.. _/\_
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Sebenarnya, agar diskusi menjadi bermanfaat, seharusnya pihak2 tidak hanya sekedar mendebat atau membantah, tapi juga mengeksplore pemahaman si pembawa tema, secara keseluruhan.
Walaupun redaksi kata-katanya tidak disetujui secara persis, tetapi asalkan sudah memahami maksudnya yg dipahami dari perspektif atau konteks tertentu, seharusnya tidak perlu mempermasalahkan detail-detail atau pun bagian per bagiannya dengan bersikukuh pada sudut pandangnya sendiri.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Kalau kedua pihak bisa bersikap demikian, maka dialog tetap menjadi dialog.

Tapi kalau salah satu pihak, atau malah kedua belah pihak, pasang kuda-kuda, maka sebaiknya "dialog" dihentikan.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Lah kalau penonton gimana?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Ryu nonton bola aj sana....Udh mo mulai tuh... ;D
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Penonton itu cukup 3D, duduk, diam dengar.

cukup sesekali aja nimbrung..
cuma hati2 kalo yg ditonton itu tim indonesia, biasanya suporternya jadi ngajak ribut, lembar batu dan botol.
hati2 juga kalo yg jadi tim lawan itu timnas inggris, siporter mreka kalo udah kena bir jadi ga kalah sangar sama aremania atau jakmania.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
males ah mending bobo, tau2 pagi nonton hasilnya :)) biar gak deg2 an
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Quote
Menurut saya, kebijaksanaan seseorang adalah memahami bahwa setiap kebenaran yang berasal dari pikiran (yang dualistik, terkondisi, terbatas) bukanlah kebenaran, entah itu pikiran sendiri entah pikiran orang lain.

Memang begitu, maksudnya adalah bagaimana kebijaksanaan memahami suatu 'kebenaran pikiran' itu membimbing dirinya atau orang lain kepada kebenaran sejati (yang pada saat itu memang kebenaran pikiran sudah ditinggalkan). Misalnya pada Cula Panthaka, kebenaran pikiran anicca berupa 'perubahan kain bersih dari kain kotor' adalah BUKAN kebenaran sejati, tetapi itu membimbing Cula Panthaka pada kebenaran sejati yang entah apa. Buddha Gotama memiliki kebijaksanaan untuk memahami keterkondisian dan keterbatasan Cula Panthaka, dan potensinya untuk mengerti kebenaran pikiran 'kain kotor' yang akhirnya membawa pada kebenaran sejati yang tidak terceritakan.


Quote
Kebenaran (yang sejati) hanya tercapai setelah proses pikiran (yang dualistik, terkondisi, terbatas) ini disadari, sehingga pikiran itu berhenti dengan sendirinya, bukan dibuat berhenti.
Setuju. Yang sering menjadi masalah adalah karena keterbatasan kita sendiri, kita tidak mampu menyadari semua proses pikiran itu. Maka dalam doktrin memang dikatakan dhamma diajarkan dalam bertahap.


Quote
Kebenaran (sejati) hanya bisa muncul jika pikiran (yang dualistik, terkondisi, terbatas) ini berhenti. Ada banyak jalan menuju ke situ, salah satunya vipassana/MMD. Tanpa mengalami berhentinya pikiran orang tidak bisa mengalami kebenaran.

Setuju, ada banyak jalan. Ada tradisi dari Yudaisme juga mengajarkan untuk menghentikan 'pikiran intelektual dan analitis' dalam meditasi untuk pengertian yang lebih mendalam.


Quote
Kebenaran sejati tidak akan bertentangan dengan logika (pikiran), tapi hakikat/intisari kebenaran sejati tidak mungkin dipahami oleh pikiran (yang dualistik, terkondisi dan terbatas). Pikiran ini harus berhenti agar kebenaran muncul.

Betul sekali. Menurut saya, memang intisarinya tak akan bisa dipahami. Maka seperti saya katakan, kalo mau mengerti proses pikiran Cula Panthaka secara 'pikiran', sampai kapanpun tidak akan bisa. Pernah saya katakan juga bahwa seperti kata Thera Asajji pada Sariputta, "ye dhamma hetuppabhava; Tesam hetum Tathagato aha" dan dikatakan Sariputta mencapai Sotapanna. Perkataan Thera Asajji itu adalah "kebenaran pikiran", tetapi yang direalisasikan Sariputta itu "kebenaran tak terpikirkan".




 

anything