logikanya begini, serakah => tidak serakah (artinya dia tidak melakukan keserakahan lagi)
ketika dia tidak serakah apa yang harus di lepas lagi? ketidak serakahannya itu? bukan kah keserakahan sudah hilang mau di apakan lagi?
keakuan=>tanpa keakuan (apakah tanpa keakuan akan di hilangkan juga?)
Orang melakukan ke-tidakserakah-an karena ada yang disebut dengan serakah kan? >> belum bebas
Apabila tidak ada serakah, tidak perlu lagi melakukan ke-tidakserakah-an. >> Bebas
Bagi orang yang bebas, karena bebas, tidak ada lagi serakah atau tidak serakah, yang ada adalah kebebasan.
Begitu juga dengan aku dan tanpa aku.
Tanpa aku ada karena ada aku
Kalau aku sudah tidak ada
bagaimana tanpa aku bisa ada?
Apabila sejak awal sudah tidak ada yang namanya "aku"
Maka apa yang disebut "tanpa aku" sejak awal juga tidak ada
Berhubung ada yang disebut dengan "aku"
Maka ada yang disebut dengan "tanpa aku"
Bagi orang yang bebas sudah tidak ada "aku" dan "tanpa aku"
Namun mengapa Buddha mengajarkan Anatta
Karena kita masih melekat pada "aku"
Anatta mengantar pada kebebasan dari aku
Setelah aku lenyap, tanpa aku pun lenyap