//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Empat Kebenaran Ariya  (Read 31476 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

cunda

  • Guest
Empat Kebenaran Ariya
« on: 18 September 2008, 10:23:11 AM »
Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera

Mari kita membahas Empat Kebenaran Ariya, dengan ini aku kutipkan dari salah satu sutta, sebagai berikut:


Saŋyuttanikāyo; Mahāvaggo; 1. Maggasaŋyuttaŋ; 3. Koţigāmavaggo;    1. Paţhamakoţigāmasuttaŋ

1091. “Catunnaŋ, bhikkhave, ariyasaccānaŋ ananubodhā appaţivedhā
evamidaŋ dīghamaddhānaŋ sandhāvitaŋ saŋsaritaŋ mamañceva tumhākañca”.


Pada suatu ketika Bhagavā bermukim di Koţigāma di antara suku Vajjī, di sana Bhagavā berkata pada para Bhikkhu: ”O para Bhikkhu, karena tak memahami dan menembus Empat Kebenaran Ariya demikianlah anda begitu juga Aku telah mengembara dalam samsara dalam waktu yang lama”.

Ada yang bersedia menambahkan, apakah samsara dan apakah Empat Kebenaran Ariya?


Yathā mama manoratho nipphanno,
Evaŋ tumhākam‘pi nipphajjatū‘ti.

Sebagaimana keinginanku telah tercapai,
Demikian juga semoga keinginanmu tercapai.

anumodanam

Cunda

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #1 on: 18 September 2008, 10:57:25 AM »
Om Cunda punya Dhammacakkappavattana Sutta edisi PTS, lumayan menarik loh.

[attachment deleted by admin]
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #2 on: 18 September 2008, 11:14:00 AM »
Om Cunda punya Dhammacakkappavattana Sutta edisi PTS, lumayan menarik loh.


Om Cunda punya Dhammacakkappavattana Sutta edisi PTS, lumayan menarik loh.

Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera

Terimakasih atas infonya


Sukhī te hotu mańgalaŋ.
Semoga anda berbahagia dan beruntung

Anumodanam

Cunda

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #3 on: 18 September 2008, 11:17:52 AM »
 _/\_
Namaste Romo,

IMO,

Samsara menurut pengertian umum adalah lingkaran lahir-mati lahir-mati beserta segala penderitaan didalamnya.

Empat Kebenaran Ariya telah dijelaskan dengan sangat indah oleh Sang Buddha dalam Dhammacakkappavattana Sutta, yaitu:
1. Kebenaran tentang Dukkha (yang harus dipahami)
2. Kebenaran tentang Sumber Dukkha (yang harus ditinggalkan/dilenyapkan)
3. Kebenaran tentang Lenyapnya Dukkha (yang harus dicapai)
4. Kebenaran tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha (Yang harus dikembangkan/dipraktikkan)

 _/\_

« Last Edit: 18 September 2008, 11:22:03 AM by Indra »

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #4 on: 18 September 2008, 12:12:07 PM »
_/\_
Namaste Romo,

IMO,

Samsara menurut pengertian umum adalah lingkaran lahir-mati lahir-mati beserta segala penderitaan didalamnya.

Empat Kebenaran Ariya telah dijelaskan dengan sangat indah oleh Sang Buddha dalam Dhammacakkappavattana Sutta, yaitu:
1. Kebenaran tentang Dukkha (yang harus dipahami)
2. Kebenaran tentang Sumber Dukkha (yang harus ditinggalkan/dilenyapkan)
3. Kebenaran tentang Lenyapnya Dukkha (yang harus dicapai)
4. Kebenaran tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha (Yang harus dikembangkan/dipraktikkan)

 _/\_




Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera

Trims, atas masukannya:

Menurut kitab komentar juga seperti itu, aku kutipkan komentarnya:

Vinayapiţake; Sāratthadīpanī-ţīkā (tatiyo bhāgo);
6. Bhesajjakkhandhakaŋ; Koţigāme saccakathāvaņņanā


Saŋsaritanti aparāparaŋ cavanupapajjanavasena saŋsaritaŋ.
[/i]
Samsara = bergulir dalam "mati dan lahir" (cavanupapajjana) berulang-ulang secara terus menerus (aparāparaŋ)[/b]

"Cattāri Ariyasaccāni" banyak diterjemahkan sebagai "Empat Kesunyataan Mulia", "Empat Kebenaran Mulia", hal ini kurang tepat, aku lebih suka menggunakan terjemahan "Empat Kebenaran Ariya", bagaimana anda?

Kata Ariyasacca adalah "gabungan kata kepemilikan" = artinya Kebenaran yang diketemukan oleh seorang Ariya (Buddha), jadi apabila peng-Indonesia-an kata Ariya = mulia sudah barang tentu kurang tepat, seharusnya "muliawan" (Orang Mulia), jadi lebih tepat sebagai "Empat Kebenaran Muliawan".

Terjemahan sebagai "Empat Kesunyataan Mulia" tidaklah tepat karena kata "sacca" (pali) atau satya (sanskrit) artinya: "Kebenaran".

Kata mulia pada "Empat Kebenaran Mulia" juga tidak tepat karena kebenaran pertama (dukkha) dan kedua (dukkhasamudaya) bersifat tidak mulia.

Kita hendaknya cermat dalam menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar terhindar dari kekeliruan pemahaman.

Lalu bagaimana terjemahan kataq dukkha yang tepat?
mohon dibantu


Sukhī te hotu mańgalaŋ.
Semoga anda berbahagia dan beruntung

Anumodanam

Cunda

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #5 on: 18 September 2008, 12:35:24 PM »
Kendala dalam menerjemahkan istilah2 Dhamma adalah miskinnya kosa kata Bahasa Indoensia. Namun, bahkan Bahasa Inggris yang jauh lebih kaya juga mengalami hal yang sama. Menurut saya, boleh saja kita menggunakan istilah2 yang sudah populer meskipun kurang tepat, karena istilah yg kurang tepat itu sudah dipahami oleh publik.

untuk Dukkha menurut saya, Dukkha adalah suatu perasaan tidak dapat menerima (tidak puas) yang timbul dari segala sesuatu yang terus menuerus berubah (Anicca), tapi definisi panjang ini sudah disepakati dan dimengerti umum sebagai "Penderitaan", jadi saya pribadi tidak keberatan menggunakan istilah "Penderitaan". Karena dalam menerjemahkan, kita juga ahrus mempertimbangkan unsur estetika juga.

Jika Romo yang sudah sangat berpengalaman, memiliki saran2 untuk perbaikan sitilah2, mohon kesediaannya untuk mem-posting-kan saran2nya di board Penerjemahan dan Penulisan Teks Buddhis
http://dhammacitta.org/forum/index.php?board=46.0
 _/\_
« Last Edit: 18 September 2008, 12:38:53 PM by Indra »

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #6 on: 18 September 2008, 01:05:04 PM »
Kendala dalam menerjemahkan istilah2 Dhamma adalah miskinnya kosa kata Bahasa Indoensia. Namun, bahkan Bahasa Inggris yang jauh lebih kaya juga mengalami hal yang sama. Menurut saya, boleh saja kita menggunakan istilah2 yang sudah populer meskipun kurang tepat, karena istilah yg kurang tepat itu sudah dipahami oleh publik.

untuk Dukkha menurut saya, Dukkha adalah suatu perasaan tidak dapat menerima (tidak puas) yang timbul dari segala sesuatu yang terus menuerus berubah (Anicca), tapi definisi panjang ini sudah disepakati dan dimengerti umum sebagai "Penderitaan", jadi saya pribadi tidak keberatan menggunakan istilah "Penderitaan". Karena dalam menerjemahkan, kita juga ahrus mempertimbangkan unsur estetika juga.

Jika Romo yang sudah sangat berpengalaman, memiliki saran2 untuk perbaikan sitilah2, mohon kesediaannya untuk mem-posting-kan saran2nya di board Penerjemahan dan Penulisan Teks Buddhis
http://dhammacitta.org/forum/index.php?board=46.0
 _/\_


Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera

Awalnya aku juga sependapat seperti itu, tapi seringkali kita terjebak pada terjemahan yang kurang tepat sehinnga tidak heran banyak orang yang menganggap Buddhism cuma apatis karena menganggap semua hal sebagai penderitaan.

aku kutipkan sedikit dari Tipitaka, semoga bermanfaat

I. Dukkha Ariyasacca
(Kebenaran Ariya Tentang Dukkha)

Abhidhammapiţake; Sammohavinodanī nāma;
Vibhańga-aţţhakathā; 4. Saccavibhańgo;
1. Suttantabhājanīyavaņņanā

dukkha berasal dari kata: du + √kha
- du = jahat; sukar; buruk
- √kha = kosong dari ketiadaan konsep orang dungu
tentang kekekalan (nicca) keabadian (dhuva), keindahan (subha), kesenangan (sukha) dan keakuan (attabhäva)
- Secara harfiah Dukkha berarti menanggung
kesukaran atau tidak memuaskan

Tāva idha ‘du’iti ayaŋ saddo kucchite dissati; kucchitañhi puttaŋ duputtoti vadanti

Di sini kata 'du' ini terlihat dalam pengertian buruk atau jahat (kucchita), mereka menyebut anak yang jahat sebagai 'duputto'.

‘Khaŋ’saddo pana tucche; tucchañhi ākāsaŋ khanti vuccati

Kata 'kha' sesungguhnya adalah kosong (tuccha), mereka menyebut ruang kosong sebagai 'kha'.


Idañca paţhamasaccaŋ kucchitaŋ aneka-upaddavādhiţţhānato, tucchaŋ bālajanaparikappita-dhuva-subha-sukh’attabhāva-virahitato

Di sini kebenaran pertama disebut buruk karena merupakan tempat banyak bahaya, dan disebut kosong karena ketiadaan yang dikonsep oleh orang dungu sebagai 'keabadian (dhuva), keindahan (subha), kebahagiaan (sukha) dan keakuan (attabhāva)'


Sukhī te hotu mańgalaŋ.
Semoga anda berbahagia dan beruntung

Anumodanam

Cunda

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #7 on: 18 September 2008, 01:06:43 PM »
Dukkha itu mau diterjemahkan jadi apapun tidak akan pernah dapet kata one-to-one nya yg pas ;D
There is no place like 127.0.0.1

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #8 on: 18 September 2008, 01:20:56 PM »
Dukkha itu mau diterjemahkan jadi apapun tidak akan pernah dapet kata one-to-one nya yg pas ;D

Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera


hehehehehe, paling tidak pengertiannya benar, apabila yang bertanya tetangga sebelah hehehe, banyak umat Buddha yaqng menerangkannya sangat ngawur, sehingga mereka bilang agama Buddha cuma bisa mengajarkan penderitaan dan tidak pernah bersukur pada "anugrah kebahagiaan", salah siapa kah?

Dengan lebih memperhatikan keterangan yang tepat walaupun "terjemahan perkata" tidak tepat", .......lumayan hehehehe

Dhammo have rakkhati dhammacāriŋ
Dhamma sesungguhnya melindungi pelaksana Dhamma

Anumodanam

cunda

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #9 on: 18 September 2008, 01:37:15 PM »
kalo saya sih kurang suka pake "penderitaan" utk kata Dukkha, tetapi lebih suka "ketidakpuasan" romo.
There is no place like 127.0.0.1

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #10 on: 18 September 2008, 01:39:04 PM »

Dukkha itu mau diterjemahkan jadi apapun tidak akan pernah dapet kata one-to-one nya yg pas ;D

Memang benar, kata dukkha bisa diterjemahkan artian sempit atau artian yang luas,

mungkin artian yang paling sempit dari dukkha yang kita temui adalah sakit.
arti yang lebih luas dari sempit adalah penderitaan
dan arti yang paling luas saya rasa adalah "ketidak puasan" (unsatisfactoriness) ini adalah terjemahan yang paling dekat untuk istilah dukkha dalam arti luas, karena semua bentuk-bentuk entah menyenangkan maupun tidak menyenangkan bersifat tidak memuaskan....

sukhi hotu,

fabian


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #11 on: 18 September 2008, 01:40:01 PM »

 eh..saudara Sumedho sudah posting duluan..... :)
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #12 on: 18 September 2008, 01:50:05 PM »
kalo saya sih kurang suka pake "penderitaan" utk kata Dukkha, tetapi lebih suka "ketidakpuasan" romo.


Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera


Trims, aku juga setuju karena itu aku tetap menggunakan tulisan "Dukkha" daripada diterjemahkan sebagai penderitaan atau ditulis (peng-Indonesia-an) "duka". bisa membingungkan umat dikemudian hari.


Tiga Jenis Dukkha

Saŋyuttanikāyo; Mahāvaggo; 1. Maggasaŋyuttaŋ;
7. esanāvaggo; 5. dukkhatāsuttaŋ 165

1. Dukkhadukkhatā = sifat Dukkha sebagai derita biasa (fisik dan mental)

2. Vipariņāmadukkhatā = sifat Dukkha karena perubahan

3. Sańkhāradukkhatā = sifat Dukkha karena merupakan perpaduan unsur yang bersyarat

Seringkali kata "dukkha" melulu diterjemahkan sebagai "penderitaan", sehingga hal ini menimbulkan kesan pada mereka yang sedang diliputi kebahagiaan bahwa ajaran Buddha bersifat pesimis.

Seharusnya kata "dukkha" dipahami sebagai "yang menimbulkan penderitaan", karena kebahagiaan yang tengah dialami bersifat  tidak kekal dan selalu berubah sehingga menimbulkan ketidak-puasan yang terasa sebagai "penderitaan"



Dhammo have rakkhati dhammacāriŋ
Dhamma sesungguhnya melindungi pelaksana Dhamma

Anumodanam

cunda

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #13 on: 18 September 2008, 01:54:07 PM »
setoedjo,

btw romo utk signaturenya daripada tulis berulang2x, dipindahkan ke signature di settingan profile saja supaya gampang
There is no place like 127.0.0.1

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #14 on: 18 September 2008, 01:57:14 PM »
Wah...ide yang bagus... saya juga mau ubah aahhh...;D

Suhu Medho... Anumodana... _/\_

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #15 on: 18 September 2008, 02:24:20 PM »
gaptek nih

gimana caranya?

Tolong dong suhu bantu saya, thanks

cunda

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #16 on: 18 September 2008, 02:33:28 PM »
di atas -> klik profile -> di kiri -> modify profile klik forum profile information -> di kanan cari profile, isi sesuka om cunda, terus klik tombol change profile di bawah.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Adrian

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 48
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #17 on: 18 September 2008, 08:05:48 PM »
Namo Buddhaya Romo Cunda. _/\_

Karena  sedang membahas tentang dukha.
Saya mau bertanya,dalam kehidupan  sehari-hari kita seringkali kita mengalami penolakan dalam diri kita yang dikarenakan oleh hal-hal yang kita tidak inginkan yang menyebabkan kondisi batin atau pikiran  bergejolak.Sebagai umat Buddha kita mempelajari hal itu.Tapi bagaimanakah cara umat Buddha seharusnya menanangani keadaan tersebut.

Terima kasih
Adrian
Semoga postingan ini bermanfaat bagi teman se-dhamma yang lain


cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #18 on: 18 September 2008, 09:48:43 PM »
Namo Buddhaya Romo Cunda. _/\_

Karena  sedang membahas tentang dukha.
Saya mau bertanya,dalam kehidupan  sehari-hari kita seringkali kita mengalami penolakan dalam diri kita yang dikarenakan oleh hal-hal yang kita tidak inginkan yang menyebabkan kondisi batin atau pikiran  bergejolak.Sebagai umat Buddha kita mempelajari hal itu.Tapi bagaimanakah cara umat Buddha seharusnya menanangani keadaan tersebut.

Terima kasih
Adrian
Semoga postingan ini bermanfaat bagi teman se-dhamma yang lain




Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera

Asal mula dukkha adalah kemelekatan pada nafsu keinginan (taôhä) yang selalu mencari kesenangan di mana-mana, ketika gagal meraih sesuatu sesuai dengan keinginan kita, maka kita akan mengalami kekecewaan, kejengkelan dan pada akhirnya bisa putus asa.

Adalah wajar apabila kita merasa senang (somanassa) ketika menerima sesuatu yang kita sukai (piya), namun hal ini akan menimbulkan keserakahan (lobha) baru yang berdampak pada makin eratnya kemelekatan.

Kita merasa tidak senang (domanassa) ketika menerima sesuatu yang tidak kita sukai (appiya), hal ini menimbulkan kebencian dan penolakan

Untuk mengatasi hal ini, kita hendaknya tidak melarikan diri dari kenyataan tersebut, belajarlah untuk menghadapi dan memahami kejadian seperti ini dengan arif, ubah sikap diri kita yang selalu kukuh, yang selalu ingin begini dan begitu, sehingga lambat laun kita mampu mengarungi samudra perubahan tanpa terjebak pada satu kondisi (suka atau tidak suka).
Memang hal ini mudah untuk diucapkan dan sulit untuk dilaksanakan namun tidak berarti ”tidak mungkin”
Selamat berlatih

Dhammo have rakkhati dhammacāriŋ
Dhamma sesungguhnya melindungi pelaksana Dhamma

Anumodanam

cunda

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #19 on: 23 October 2008, 01:20:35 PM »
Pada hakikatnya.... lima kelompok perpaduan (pancakkhandha) yang menimbulkan kemelekatan (panca upadana kkhandha) itulah yang di sebut DUKKHA

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #20 on: 25 October 2008, 03:30:26 AM »
Pada hakikatnya.... lima kelompok perpaduan (pancakkhandha) yang menimbulkan kemelekatan (panca upadana kkhandha) itulah yang di sebut DUKKHA

_/\_ :lotus:

namaste suvatthi hotu

hehehehe

trims ya, maju terus bantu aku (maklum sibuk)

Thuti (thanks)

Cunda

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #21 on: 26 October 2008, 11:24:31 PM »
Namo Buddhaya Romo Cunda. _/\_

Karena  sedang membahas tentang dukha.
Saya mau bertanya,dalam kehidupan  sehari-hari kita seringkali kita mengalami penolakan dalam diri kita yang dikarenakan oleh hal-hal yang kita tidak inginkan yang menyebabkan kondisi batin atau pikiran  bergejolak.Sebagai umat Buddha kita mempelajari hal itu.Tapi bagaimanakah cara umat Buddha seharusnya menanangani keadaan tersebut.

Terima kasih
Adrian
Semoga postingan ini bermanfaat bagi teman se-dhamma yang lain




Namaste suvatthi  hotu
Hormat pada anda semoga sejahtera

Asal mula dukkha adalah kemelekatan pada nafsu keinginan (taôhä) yang selalu mencari kesenangan di mana-mana, ketika gagal meraih sesuatu sesuai dengan keinginan kita, maka kita akan mengalami kekecewaan, kejengkelan dan pada akhirnya bisa putus asa.

Adalah wajar apabila kita merasa senang (somanassa) ketika menerima sesuatu yang kita sukai (piya), namun hal ini akan menimbulkan keserakahan (lobha) baru yang berdampak pada makin eratnya kemelekatan.

Kita merasa tidak senang (domanassa) ketika menerima sesuatu yang tidak kita sukai (appiya), hal ini menimbulkan kebencian dan penolakan

Untuk mengatasi hal ini, kita hendaknya tidak melarikan diri dari kenyataan tersebut, belajarlah untuk menghadapi dan memahami kejadian seperti ini dengan arif, ubah sikap diri kita yang selalu kukuh, yang selalu ingin begini dan begitu, sehingga lambat laun kita mampu mengarungi samudra perubahan tanpa terjebak pada satu kondisi (suka atau tidak suka).
Memang hal ini mudah untuk diucapkan dan sulit untuk dilaksanakan namun tidak berarti ”tidak mungkin”
Selamat berlatih

Dhammo have rakkhati dhammacāriŋ
Dhamma sesungguhnya melindungi pelaksana Dhamma

Anumodanam

cunda


Pada hakikatnya.... lima kelompok perpaduan (pancakkhandha) yang menimbulkan kemelekatan (panca upadana kkhandha) itulah yang di sebut DUKKHA

_/\_ :lotus:

 _/\_
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #22 on: 01 November 2008, 07:40:37 PM »
Kakek.. lanjutin bahas "Empat Kebenaran Muliawan" (yang kedua dst) dunk..   >:)<
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #23 on: 09 November 2008, 06:24:56 AM »
Kakek.. lanjutin bahas "Empat Kebenaran Muliawan" (yang kedua dst) dunk..   >:)<



Sabar ya maklum sibuk hehehehehe
Semoga ada saudara yang lain berkenan untuk mem-postingkan-nya

Thuti

cunda

anatta.net

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #24 on: 09 November 2008, 04:20:50 PM »
Pembahasan berlanjut yah rekan2, next logical question, setelah semua bahan bakar yg membuat api lilin menyala telah habis, dan tidak ada bahan bakar baru yang ditambahkan apa yang terjadi?

So pasti nyala api padam, musnah, lenyap, tidak berbekas.

Apakah keadaan api padam lebih baik dari api menyala?

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #25 on: 09 November 2008, 04:45:59 PM »
keadaan dimana ada api pasti ada asap (anggap ini dukkha)

silahkan pilih sih mau api nyala atau padam, kalau saya sih sudah capai menyala karena semua semu dan pasti berasap.

tiada api, tiada asap.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #26 on: 09 November 2008, 05:36:46 PM »
Yang saya tahu empat kebenaran mulia adalah :

1. Adanya Dukkha (ketidakpuasan)
2. Sebab Dukkha
3. Terhentinya Dukkha
4. Jalan menuju terhentinya Dukkha

Sedangkan Samsara adalah lingkaran kelahiran dan kematian diantara 31 alam kehidupan yang tiada henti dan terus menerus berlangsung

Benar ga ?

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #27 on: 10 November 2008, 12:31:35 AM »
Meditasi Vipassāna dan Empat Kebenaran Ariya



Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Kami sangat senang bertemu kalian semua yang telah menaruh perhatian pada meditasi Vipassāna. Meditasi ini didasarkan pada Empat Kebenaran Ariya, yang diajarkan oleh Buddha dalam kotbah pertama Beliau, Dhammacakkappavatana Sutta “Kotbah Pemutaran Roda Dhamma”. Semua Ajaran Buddha berdasarkan pada Empat Kebenaran Ariya. Maka meditasi pandangan terang, meditasi Vipassāna atau meditasi perhatian murni – mempunyai dasar dalam Empat Kesunyataan Mulia. Empat Kesunyataan Mulia, seperti yang kalian ketahui adalah :

Dukkhasacca, kebenaran mengenai Dukkha / penderitaan

Samudayasacca, kebenaran mengenai asal mula Dukkha

Nirodhasacca, kebenaran mengenai lenyapnya Dukkha

Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha (akhir)

Saya percaya kalian memiliki pengetahuan yang baik mengenai Empat Kebenaran Ariya ini.

Dalam kotbah pertama Beliau, Buddha mengutarakan Dukkhasacca, kebenaran mengenai Dukkha, sebagai parinneya, kebenaran yang harus sungguh-sungguh disadari / dipahami. Samudayasacca, kebenaran asal mula Dukkha, sebagai pahatabba, kebenaran yang harus seluruhnya ditinggalkan. Nirodhasacca, kebenaran mengenai lenyapnya Dukkha, sebagai sacchikatabba, kebenaran yang harus dirasakan / dialami. Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha, sebagai bhavetabba, kebenaran yang harus sepenuhnya dikembangkan. Kebenaran mengenai Dukkha mengacu pada fenomena mental dan jasmani (Nama dan Rupa dalam bahasa Pali). Kebenaran mengenai asal-mula Dukkha mengacu pada hawa nafsu, atau Tanha dalam bahasa Pali. Kebenaran mengenai Lenyapnya Dukkha, mengacu pada Nibbana. Kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha mengacu pada Jalan Mulia Beruas Delapan.


Dukkhasacca



Dukkhasacca adalah Nama dan Rupa, fenomena mental dan jasmani. Nama (mental) dan Rupa (jasmani) keduanya muncul tergantung pada kondisi masing-masing, maka dari itu disebut mental yang terkondisi dan jasmani yang terkondisi. Sebagai contoh, dalam kesadaran melihat; ketika anda melihat sesuatu yang dapat dilihat, kesadaran melihat muncul. Hal ini muncul tergantung pada empat kondisi; mata, objek bentuk, cahaya dan perhatian (Manasikara dalam bahasa Pali). Empat kondisi ini menyebabkan kesadaran melihat muncul.



Semua kondisi tersebut harus ada agar dapat melihat apapun. Walaupun anda mempunyai mata, dan mata melakukan kontak dengan objek bentuk – bila tidak ada cahaya, anda tidak dapat melihat. Kesadaran melihat tidak akan muncul. Bila anda mempunyai mata, terjadi kontak mata, objek bentuk, dan cahaya, tapi tidak ada perhatian pada objek atau benda yang dapat dilihat, anda tidak akan melihat objek tersebut. Kesadaran melihat hanya akan muncul bila ada perhatian.

Karena kesadaran melihat mempunyai empat kondisi, ini disebut terkondisi / keadaan bersyarat. Dalam bahasa Pali, sesuatu yang terkondisi disebut Sankhata. Semua kesadaran terkondisi, demikian juga semua fenomena mental dan jasmani lainnya. Mereka muncul tergantung pada kondisi mereka.



Tetapi, Lenyapnya Dukkha, Nibbana, tidak terkondisi karena Nibbana tidak muncul maupun tergantung pada kondisi apapun. Sehingga tidak ada kondisi ataupun sebab dari lenyapnya Dukkha, Nibbana tidak terkondisi. Yang tidak terkondisi disebut Asankhata, sementara yang terkondisi disebut Sankhata.



Seperti dalam contoh kita, kesadaran melihat muncul tergantung pada mata, objek bentuk, cahaya dan perhatian. Ini muncul dan kemudian berlalu. Mengapa berlalu? Karena muncul. Semua hal yang terkondisi – Sankhata – mempunyai sifat muncul dan berlalu sehingga memiliki ciri ciri atau sifat sementara / tidak kekal (Anicca).



Sedangkan Lenyapnya Dukkha, Nibbana adalah tak terkondisi, selalu ada. Karena Nibbana tidak muncul dan tidak berlalu. Sehingga lenyapnya Dukkha, Nibbana, tidak bersifat sementara. Karena tidak terkondisi dan tidak muncul tergantung pada kondisi – tidak ada penyebab kondisi. Maka lenyapnya Dukkha, Nibbana disebut Akarana dalam bahasa Pali. ‘Karana’ berarti sebuah kondisi; ‘a’ berarti tidak, jadi Akarana berarti tidak terkondisi.



Ketika anda dapat memadamkan semua fenomena mental / jasmani, dimana fenomena tersebut terkondisi, maka lenyapnya Dukkha dialami. Lenyapnya Dukkha berdiri sendiri. Ia memang sudah ada di sana. Nibbana tidak muncul sehingga tidak berlalu, bersifat permanen. Nibbana disebut Akarana dan Asankhata, karena tidak memiliki kondisi.



Buddha bersabda pada kotbah-Nya yang pertama, Dukkhasacca (yaitu fenomena mental / jasmani) kesunyataan mengenai Dukkha adalah Parinneya. Ini adalah kesunyataan yang harus sungguh-sungguh dipahami / disadari (Parinneya). Semua fenomena mental dan fenomena jasmani muncul kemudian berlalu. Mereka tidak kekal. Apa yang tidak kekal adalah penderitaan, Dukkha. Itu sebabnya Buddha bersabda Nama dan Rupa, fenomena mental dan jasmani, keduanya adalah penderitaan, kebenaran mengenai Dukkha. Hal ini harus benar-benar dipahami dan disadari.




Tiga Jenis Dukkha

Di sini kami harus menjelaskan secara singkat tiga jenis dukkha, penderitaan, menurut Abhidhamma Buddha.

Pertama adalah Dukkha Dukkha

Kedua adalah Viparinama Dukkha

Ketiga adalah Sankhara Dukkha



Dukkha Dukkha adalah penderitaan yang paling umum. Contohnya: sakit, badan kaku, gatal, mati rasa, segala macam penyakit atau penderitaan jasmani. Yang lainnya seperti murung, sedih, berduka, cemas atau semua penderitaan mental. Penderitaan tersebut sangat menonjol dan umum dialami semua makhluk. Sehingga mereka disebut Dukkha Dukkha, penderitaan dari penderitaan.



Jenis yang kedua adalah Viparinama Dukkha (penderitaan dari perubahan). Buddha memandang kebahagiaan sebagai Viparinama Dukkha karena tidak berlangsung lama. Kebahagiaan muncul dan kemudian berlalu berubah menjadi kesedihan dan penderitaan. Karena sifat alaminya yang berubah menjadi penderitaan inilah Sang Buddha berkata bahwa kebahagiaan adalah Viparinama Dukkha. Perubahan ini dapat terjadi secara tiba-tiba atau sangat cepat.



Jenis yang ketiga adalah Sankhara Dukkha. Sankhara Dukkha dalam hal ini, mempunyai arti atau pengertian yang sama seperti Sankhata. Yaitu sesuatu yang muncul karena suatu kondisi atau sebab, maka semua fenomena mental dan jasmani adalah Sankhata dan Sankhara. Mereka adalah akibat dari sebab mereka, kondisi mereka. Mereka muncul dan dengan sangat cepat berlalu dan sangat tidak memuaskan. Mengapa mereka berlalu? Sekali lagi hal ini karena mereka muncul, dan oleh karena itu harus berlalu. Penderitaan yang disebabkan oleh fenomena muncul dan lenyap yang terus-menerus, Sankhara Dukkha, adalah hal biasa pada semua yang terkondisi.



Maka Nama dan Rupa, fenomena mental dan jasmani, yang merupakan sesuatu yang terkondisi, adalah Dukkhasacca. Kebenaran mengenai Dukkha ini harus sepenuhnya dipahami oleh seorang meditator yang ingin melenyapkan penderitaan.



Dua jenis penderitaan, Dukkha Dukkha dan Viparinama Dukkha, dapat dialami dan dipahami oleh kita dalam kehidupan sehari-hari walau tanpa berlatih meditasi. Tetapi, kecuali kita berlatih meditasi Vipassāna, meditasi perhatian murni, kita tidak akan mampu memahami sepenuhnya Sankhara Dukkha, penderitaan dari fenomena muncul dan lenyap. Sankhara Dukkha sangat dalam, terlalu dalam untuk dipahami melalui teori ilmu pengetahuan atau analisa. Hanya dengan pengetahuan langsung yang timbul dari praktek dan pengalaman Dhamma, yang diperoleh lewat meditasi Vipassāna, barulah kita mampu memahaminya sebagai penderitaan dari fenomena muncul dan lenyap. Buddha berkata, “Seseorang yang ingin mencapai lenyapnya Dukkha, Nibbana, harus mengerti dengan benar dan memahami sifat alami fenomena mental dan jasmani (Nama dan Rupa)”.



Inilah sebabnya kita melatih meditasi perhatian murni. Tujuan utama meditasi Vipassāna adalah memahami ketidakkekalan atau muncul dan berlalunya fenomena mental dan jasmani, Sankhara Dukkha. Ketika kita tidak mampu memahaminya, kita dengan salah menganggap fenomena ini bersifat kekal. Berdasarkan keyakinan ini bahwa mental dan jasmani bersifat kekal, kita memelihara konsep “Aku” atau “Kamu”, seseorang atau makhluk, diri sendiri atau roh. Karena kita tidak memahami dengan benar sifat sesungguhnya dari muncul dan lenyapnya fenomena mental dan jasmani, maka kita menganggapnya sebagai orang, mahluk, diri, dan sebagainya.



Ketika kita melekat kepada konsep seseorang, mahluk, karena ketidaktahuan mengenai sifat sesungguhnya dari proses jasmani dan mental, lalu kita mengembangkan hasrat atau keinginan untuk memperoleh sesuatu. Kita mungkin ingin menjadi seorang perdana menteri, seorang presiden atau orang kaya. Hasrat ini timbul karena kosep bahwa ada seseorang, diri atau roh. Hasrat / keserakahan ini menyebabkan banyak penderitaan. Ketika seseorang mempunyai hasrat untuk menjadi presiden, seseorang harus berjuang untuk mendapatkannya dengan segala cara. Maka timbullah penderitaan. Ketika seseorang menjadi presiden, timbul lebih banyak penderitaan. Sekarang, ada lebih banyak masalah yang harus dihadapi orang tersebut.




Bag. I, oleh: Sarira.
« Last Edit: 16 November 2008, 12:37:33 PM by cunda »
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #28 on: 10 November 2008, 12:32:46 AM »
Samudayasacca


Dalam hal ini, hasrat / keinginan dan keserakahan untuk menjadi presiden adalah penyebab penderitaan. Sama halnya, ketika seseorang mempunyai keinginan lainnya – mempunyai rumah mewah, mobil bagus, atau paras cantik – seseorang harus berusaha mendapatkannya dengan berbagai macam cara yang baik maupun tidak baik. Lagi, timbullah penderitaan. Singkatnya, keinginan, hasrat dan keserakahan adalah penyebab penderitaan. Mereka disebut Samudayasacca dalam bahasa Pali, Kebenaran mengenai asal-mula penderitaan.



Samudayasacca ini timbul karena ketidaktahuan tentang Dukkhasacca, sifat sesungguhnya dari nama dan rupa. Ketika seseorang tidak mampu menyadari / memahami sepenuhnya sifat sesungguhnya fenomena mental dan jasmani, Dukkhasacca, seseorang pastilah memiliki banyak keadaan mental yang negatif (Kilesa). Contohnya adalah keinginan, hawa nafsu, hasrat, keserakahan, kemarahan, kebencian, kesombongan dan sebagainya. Menurut Buddha, ketika seseorang memiliki Tanha dalam pikirannya, penderitaan pasti akan mengikuti. Kata ‘Tanha’ dalam bahasa Pali mengacu dalam bahasa Indonesia sebagai keserakahan, keinginan, hasrat, kemelekatan, dan sebagainya.



Tanha adalah Samudayasacca, kebenaran tentang asal-mula penderitaan. Ini timbul karena ketidaktahuan mengenai Dukkhasacca, fenomena mental dan jasmani. Ketika seseorang memahami dengan benar sifat sesungguhnya Dukkhasacca, seseorang mampu menyingkirkan konsep tentang adanya orang, mahluk, diri atau roh. Jadi dengan hilangnya konsep tentang adanya diri pribadi, keinginan, keserakahan, hasrat atau Kilesa lainnya tidak akan timbul. Seseorang yang telah meninggalkan Samudayasacca, maka penderitaan pergi; penderitaan berhenti muncul.



Dalam mengalami lenyapnya penderitaan / Dukkha, seseorang memahami secara langsung Nirodhasacca, Nibbana. Untuk mengalami lenyapnya penderitaan / Dukkha, Samudayasacca (yaitu Tanha, hawa nafsu atau keinginan) perlu dibasmi dan dimusnahkan sampai ke akarnya. Dengan membasmi Tanha, asal-mula penderitaan, penderitaan itu sendiri, akibat dari penderitaan, tidak akan timbul sama sekali. Ketika tidak ada sebab, maka tidak ada akibat. Seseorang kemudian akan memahami berdasarkan pengalamannya kebenaran lenyapnya penderitaan, Nirodhasacca, kebenaran yang harus dialami.



Seperti yang Buddha sabdakan dalam kotbah-Nya yang pertama, Samudayasacca adalah Pahatabba. Ini adalah kebenaran yang harus dihilangkan atau ditinggalkan sepenuhnya. Dalam melenyapkan Tanha sepenuhnya, seseorang mampu mengalami lenyapnya penderitaan / Dukkha karena penyebabnya telah dihancurkan seluruhnya. Maka dari itu tidak ada sama sekali hasil atau akibat yang akan timbul.




Nirodhasacca

Buddha menyebutkan Nibbana, Nirodhasacca sebagai Sacchikatabba. Kata ini berarti kebenaran tentang lenyapnya penderitaan, yang harus dialami. Ketika hal ini terjadi, seseorang mengalami hidup damai dan bahagia. Untuk mengalami lenyapnya derita, Nibbana, Nirodhasacca, seseorang harus membasmi Tanha seluruhnya sampai akarnya, Samudayasacca. Untuk mencapainya, seseorang harus memahami dengan benar dan menyadari Dukkhasacca sepenuhnya, kebenaran mengenai penderitaan dari fenomena mental dan jasmani.



Lalu, bagaimana seseorang mencapai hal ini? Untuk memahami dengan benar fenomena mental dan jasmani, hal ini harus diamati dan dilihat pada saat proses tersebut berlangsung sebagaimana adanya. Hanya ketika memahami kedua proses ini sebagaimana adanya, maka sifat sesungguhnya dan pemahaman benar akan dapat direalisasi. Kewaspadaan dan perhatian penuh pada segala hal yang timbul dalam proses jasmani dan mental adalah sangat penting.



Bila seseorang mampu mengembangkan kewaspadaan ini, secara bertahap perhatian penuh akan berlangsung terus-menerus, konstan, tajam dan kuat. Hal ini menyebabkan pikiran terkonsentrasi secara mendalam pada semua kondisi mental ataupun pada proses jasmani. Perhatian penuh yang konstan dan terus-menerus adalah penyebab konsentrasi yang dalam. Ketika pikiran terkonsentrasi secara mendalam pada semua yang diamati, pandangan terang (Vipassāna-nana) akan timbul. Nana ini menyadari dan memahami dengan benar sifat sesungguhnya dari kondisi mental dan proses jasmani yang diamati.


Ketika kebijaksanaan menyadari sifat sesungguhnya dari fenomena mental dan jasmani, kemelekatan terhadap mental dan jasmani padam. Keinginan atau keserakahan terhadap fenomena mental dan jasmani juga tidak muncul. Tanha dibasmi sampai ke akarnya dengan memahami secara benar sifat sesungguhnya ini. Seseorang kemudian akan mengalami lenyapnya penderitaan karena penyebabnya telah dihancurkan.

Itulah sebabnya perhatian penuh terhadap segala sesuatu yang muncul dalam mental dan jasmani kita pada saat sedang berlangsungnya adalah penting. Hal ini sesuai dengan kotbah pada Maha Satipattana Sutta, Empat Landasan Perhatian Murni seperti yang telah diuraikan oleh Buddha. Dengan mengamati dan waspada pada semua kondisi mental dan proses jasmani, perhatian murni dari Maggasacca, Kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya penderitaan muncul. Karena perhatian murni inilah, Jalan Ariya Beruas Delapan menjadi berkembang dengan baik.

Maggasacca : Jalan Ariya Beruas Delapan

Seperti yang anda tahu, Maggasacca tidak lain adalah Jalan Ariya Beruas Delapan yang terdiri dari 8 faktor. Faktor-faktor itu adalah Samma Ditthi (pandangan benar), Samma Sankappa (pikiran benar), Samma Vacca (bicara benar), Samma Kammanta (perbuatan benar), Samma Ajiva (penghidupan benar), Samma Vayama (daya upaya benar), Samma Sati (perhatian benar), Samma Samadhi (konsentrasi benar). Kombinasi dari seluruh delapan faktor jalan mulia ini disebut Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan. Ini harus dikembangkan sepenuhnya (Bhavetabba).

Maka, anda harus waspada pada apapun yang muncul pada jasmani dan mental anda. Ketika perhatian menjadi konstan, terus-menerus dan mantap, perhatian terkonsentrasi dengan dalam pada objek. Tapi untuk mencapainya, usaha harus dikerahkan. Hanya dengan mengerahkan usaha mental yang kuat, barulah seseorang dapat memperoleh kewaspadaan pada segala sesuatu yang muncul dalam mental dan jasmani. Usaha yang penting itu adalah daya upaya benar (Samma Vayama). Keadaan berperhatian penuh secara berkesinambungan disebut Sammasati. Karena perhatian yang kuat dan konstan, konsentrasi benar (Samma Samadhi) berkembang. Seperti yang anda tahu, tiga faktor ini saling berhubungan sebagai sebab akibat. Daya upaya benar menyebabkan perhatian benar, yang pada gilirannya kemudian menyebabkan timbulnya konsentrasi benar.

Tapi kadang-kadang, pikiran tidak fokus pada objek – entah itu kondisi mental atau proses jasmani, pikiran dapat berkelana atau berpikir tentang hal lain. Lalu salah satu faktor mental, Samma Sankappa (pikiran benar), muncul bersama perhatian benar untuk menjaga pikiran tetap focus pada objek. Dengan cara ini, pikiran dibawa pada konsentrasi yang lebih dalam pada objek yang diamati.

Ada tiga faktor Jalan Ariya lainnya yang memperkuat dan membantu faktor-faktor mental yang disebut di atas, agar dapat melaksanakan fungsi mereka dengan benar. Faktor-faktor itu adalah; Samma vaca (bicara benar), Samma kammanta (perbuatan bnar), Samma ajiva (penghidupan benar). Sebelum memulai meditasi seseorang harus mengambil lima, delapan, sembilan, sepuluh Sila atau 227 aturan Vinaya untuk para bhikkhu. Dengan menjalankan Sila, seseorang menahan diri dari perbuatan buruk (Samma Kammanta) atau pun pembicaraan tidak benar (Samma Vaca) dan pencaharian yang tidak benar (Samma Ajiva). Dengan menjalankan Sila sepenuhnya, seseorang terpenuhi oleh ketiga faktor moralitas, Sila.

Karena moralitas termurnikan, pikiran jernih, bebas dari semua rintangan mental, seseorang dapat mengembangkan konsentrasi yang dalam dan merasa bahagia. Kegiuran dan ketenangan dialami. Dengan keadaan pikiran ini, konsentrasi pada objek meditasi manapun dapat menjadi lebih mudah dan dalam. Jadi tiga faktor dari Sila, bicara benar, perbuatan benar, penghidupan benar membantu pikiran untuk fokus dan konsentrasi mendalam pada objek yang sedang diamati. Mereka membentuk pondasi yang penting untuk timbulnya daya upaya benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.


Vipassāna Nana : Pengungkapan Dukkha, Anicca dan Anatta

Dengan cara ini, pikiran yang sedang mengamati menjadi lebih terkonsentrasi secara mendalam pada kondisi mental atau proses jasmani. Kemudian munculah pengertian benar (Samma Ditthi), pandangan terang. Ini kita sebut sebagai Vipassāna Nana. Pandangan terang ini menembus dan mengungkapkan sifat sesungguhnya dari fenomena mental dan jasmani – Dukkhasacca. Sifat sesungguhnya ini semua fenomena ini tidak kekal, tidak memuaskan dan tidak ada pribadi (aku). Tiga karakteristik ini, Anicca (tidak kekal), Dukkha (penderitaan atau tidak memuaskan), dan Anatta (tidak ada roh, tidak ada aku, tidak ada orang), dapat dimengerti secara langsung dan dialami oleh seorang meditator pandangan terang.

Ketika pikiran terkonsentrasi mendalam pada objek apapun dari jasmani ataupun mental, maka akan muncul tingkat-tingkat Vipassāna Nana, pandangan terang. Kemajuan pencapaian kesadaran ini adalah proses pematangan pemahaman benar dari sifat sesungguhnya dari fenomena.

Lalu, meditator menyadari, “Ini hanya sifat alami proses dari mental dan jasmani. Ini bukan seseorang, roh, aku atau diri.” Meditator melenyapkan konsep tentang seseorang, diri, aku, atau roh, yang menjadi penyebab dari semua kekotoran mental (Kilesa). Ketika dia telah sepenuhnya menyingkirkan konsep seseorang, makhluk, diri, roh (Sakaya ditthi atau Atta ditthi dalam bahasa Pali) maka penderitaan tidak akan muncul sama sekali dan akan padam.

Kita melaksanakan dan mengembangkan Jalan Ariya Beruas Delapan, Magga Sacca, dengan selalu waspada terhadap semua kondisi mental dan proses jasmani pada saat berlangsung sebagaimana adanya. Perhatian penuh adalah kuncinya. Karena perhatian penuh / murni itulah kita dapat mengembangkan sepenuhnya Jalan Ariya Berunsur Delapan ini. Kita sampai pada tingkat menyadari dan memahami dengan benar Dukkhasacca, kebenaran tentang penderitaan. Kita dapat menyingkirkan hawa nafsu / kemelekatan (Tanha) pada Samudaya sacca, kebenaran tentang asal-mula Dukkha.

Kesimpulan
Seperti yang telah saya katakan terdahulu, setiap ajaran Buddha mesti berdasarkan pada Empat Kebenaran Ariya. Jalan kebebasan ditemukan dalam Empat Kebenaran Ariya ini. Perkembangan oleh meditator Maggasacca, meditasi pandangan terang, akan membawa pada pemahaman sepenuhnya atas Dukkhasacca, kesunyataan tentang penderitaan. Pemahaman ini selanjutnya membawa seseorang meninggalkan samudayasacca, kebenaran tentang asal-mula penderitaan. Ketika tidak ada lagi Samudayasacca, tidak ada asal-mula / penyebab, tidak ada akibat, tidak ada penderitaan. Penderitaan padam. Lalu kita menemukan dan mengalami secara langsung lenyapnya penderitaan, Nirodhasacca, Nibbana untuk diri kita sendiri. Inilah sebabnya para meditator harus memahami dan melaksanakan Empat Kebenaran Ariya pada praktek meditasi Vipassāna mereka.

Semoga anda semua mampu memahami dengan benar bagaimana anda dapat mencapai dan mengalami lenyapnya penderitaan. Semoga anda dapat berjuang dengan usaha terbaik anda untuk menunaikan tugas mulia tersebut: Tugas mulia dari meditasi pandangan terang akan mengarahkan anda untuk mencapai tujuan akhir Nibbana.
Sadhu, sadhu, sadhu.




Bag. II, disadur dari postingan oleh: Sarira

Semoga bisa membantu penjelasan Romo Cunda :)

mettacitena
_/\_
« Last Edit: 16 November 2008, 12:45:36 PM by cunda »
appamadena sampadetha

Offline Andi Sangkala

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • Eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #29 on: 15 November 2008, 12:38:07 PM »
namaste suvatthi hotu

trims ya semoga terjemahan Empat Kesunyataan Mulia jangan digunakan lagi.

buddha menerangkan sacca (P) atau satya (S) yang artinya kebenaran

kesunyataan berasal dari kata sunyata (S) = kosong

Ketidak cermatan akan terjemahan teks Pali akan berakibat salah pemahaman di kemudian hari

Thuti

cunda


Ini keterangan dari Cunda



trims

Andi




« Last Edit: 15 November 2008, 12:41:17 PM by Andi Sangkala »
Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #30 on: 15 November 2008, 08:39:29 PM »
Maaf berhubung itu disadur dr postingan org laen, jd ngga kepikiran utk diedit. Mengenai itu akan saya lakukan segera. thanx buat koreksinya.. :)

ehmm.. tampaknya ga bs diedit lg yah.. ada jangka waktu begitukah? :)

mettacitena
_/\_
« Last Edit: 15 November 2008, 08:42:09 PM by xuvie »
appamadena sampadetha

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #31 on: 15 November 2008, 10:22:03 PM »
Sharing perjalanan dalam mencoba memahami Dukha (dalam lingkup intelektual),

Tidak mudah bagi saya untuk menerima bahwa hidup ini adalah Dukha, karena bagaimanapun juga tetap ada kebahagiaan di dalamnya. Di banyak referensi kebahagiaan selalu dikatakan sebagai bagian dari dukha.

Sampai suatu ketika saya membaca kotbah dari Ajahn Chah yang memberikan ilustrasi sederhana yang menenangkan kebingungan saya. Dukha digambarkan beliau sebagai seekor ular, dimana kepala ular adalah penderitaan dan ekornya adalah kebahagiaan. Orang senang bermain-main dengan ekor ular karena terlihat menyenangkan dan tidak berbahaya sedangkan kepala ular tampak menakutkan dengan taring berbisanya. Memegangi ekor ular bisa memancing kepalanya untuk mendekat. Tidak peduli melekat pada ekor atau kepala, dua2nya adalah bagian dari satu kesatuan yaitu Dukha.

Di dalam perenungan lebih lanjut saya baru sadar bahwa masih ada terdapat badan dari ular, yaitu segala sesuatu yang berkondisi di dunia yang fana/tidak kekal yang tidak lain dan tidak bukan adalah juga merupakan bagian dari Dukha.
« Last Edit: 15 November 2008, 10:23:36 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #32 on: 16 November 2008, 12:47:49 PM »
Maaf berhubung itu disadur dr postingan org laen, jd ngga kepikiran utk diedit. Mengenai itu akan saya lakukan segera. thanx buat koreksinya.. :)

ehmm.. tampaknya ga bs diedit lg yah.. ada jangka waktu begitukah? :)

mettacitena
_/\_


sudah aku perbaiki, tolong di cek lagi

Semoga membantu

thuti

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #33 on: 16 November 2008, 01:38:31 PM »
Mengenai terjemahan arti kata Dukkha, para penerjemah di Tiongkok sejak dulu sudah menerjemahkannya sebagai 苦 (penderitaan). Penerjemah yang dianggap paling awal dan kebanyakan menerjemahkan Sutra dari tradisi Sarvastivada adalah AnShiGao. Jadi dapat dikatakan pada abad 2 masehi, mereka sudah menerjemahkannya demikian.   
Mungkin ini satu hal yang perlu dibahas, mengapa AnShiGao juga menerjemahkan demikian? Apakah cuma kebetulan di Indonesia kok bisa menerjemahkan sama dengan terjemahan AnShiGao?  Dan apakah anonim dari kata Dukkha? Apakah Sukkha? Kalo benar Sukkha (happines, 樂) , maka tentu Dukkha memang berarti penderitaan.   Mudah2an ini jadi masukan yg bermanfaat.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #34 on: 16 November 2008, 07:32:38 PM »
Mengenai terjemahan arti kata Dukkha, para penerjemah di Tiongkok sejak dulu sudah menerjemahkannya sebagai 苦 (penderitaan). Penerjemah yang dianggap paling awal dan kebanyakan menerjemahkan Sutra dari tradisi Sarvastivada adalah AnShiGao. Jadi dapat dikatakan pada abad 2 masehi, mereka sudah menerjemahkannya demikian.   
Mungkin ini satu hal yang perlu dibahas, mengapa AnShiGao juga menerjemahkan demikian? Apakah cuma kebetulan di Indonesia kok bisa menerjemahkan sama dengan terjemahan AnShiGao?  Dan apakah anonim dari kata Dukkha? Apakah Sukkha? Kalo benar Sukkha (happines, 樂) , maka tentu Dukkha memang berarti penderitaan.   Mudah2an ini jadi masukan yg bermanfaat.

Sekedar pendapat pribadi,

Saya setuju dengan Chingik kalau Dukha berarti penderitaan, beberapa ada yang mengartikan sebagai ketidakpuasan dan stress dimana keduanya adalah merupakan bagian dari penderitaan.

Just my 2 cents......
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #35 on: 16 November 2008, 07:49:10 PM »
dukkha tidak terlepas dari anicca (ketidakkekalan), kondisi anicca ini bahwa segala sesuatu selalu berubah (termasuk penderitaan dan kebahagiaan) inilah yang menyebabkan dukka, oleh karena itu saya lebih menyukai definisi dukkha yang berarti kondisi yg tidak memuaskan, yang disebabkan karena perubahan yang terjadi terus-menerus.

makna penderitaan sangat relatif tergantung dari individunya, seseorang menganggap kehidupan berumah tangga adalah kebahagiaan sementara orang lain menganggapnya sebagai penderitaan. namun apakah itu penderitaan atau kebahagiaan, kehidupan berumah tangga itu tidaklah kekal dan oleh karena itu menimbulkan dukkha.

Just another 2 cents....

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #36 on: 16 November 2008, 09:34:59 PM »
I vote for ketidakpuasan.

Setelah melihat dalam berbagai dimensi, sudut, arah dan kondisi aye pilih itu.
There is no place like 127.0.0.1

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #37 on: 16 November 2008, 10:55:17 PM »
Hmmm.... kalo saya masih cenderung ke penderitaan nih......

Sebagai masukan, saya mencoba berbagi beberapa sudut pandang:
1. Senada dengan Chingik, bahwa kata Dukha yang dimaksud adalah secara harafiah lawan dari sukha. Agak sulit dijelaskan namun mari kita beranjak pada penelusuran berikutnya:

2. Terdapat beberapa kasus kata yang mirip, dimana didalam uraian pengertian suatu kata tersebut kata yang dijelaskan (yaitu kata itu sendiri) terdapat sebagai salah satu arti, contoh:
    a. Samadhi, yang berarti konsentrasi, terdiri dari:
        a.1. Samadhi (konsentrasi)
        a.2 Sati (perhatian penuh)
    b. Avijja, ketidaktahuan/kebodohan:
        Kalau tidak salah ada 5 bagian uraian dimana salah satunya adalah avijja itu sendiri.

3. Kata tidak memuaskan adalah bentuk negatif dengan penggunaan kata tidak. Jadi kesannya kurang pas dengan arti harafiah Dukha yang lawannya adalah sukha, seakan-akan semestinya adalah asukha yaitu tidak bahagia.

4. Kata tidak memuaskan di dalam bahasa Pali (menurut asumsi saya) bukan Dukha (kalo salah mohon dikoreksi karena saya tidak tahu persis kata tidak memuaskan di dalam bahasa Pali), namun jelas yang digunakan dalam 4 kebenaran Arya adalah Dukha.

5. Sedikit panjang, pertama-tama saya menghadirkan beberapa kalimat terlebih dahulu

   * Hidup adalah Dukha (penderitaan)
   * Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi

Hidup adalah bersifat Dukha (penderitaan), salah satu penyebabnya adalah di dalamnya terdapat dualitas, berkondisi,  apabila ada sukha harus ada dukha dan sebaliknya. Dan sebagaimana ilustrasi ular sebagai dukha (penderitaan), kepala (bahagia) dan ekor (penderitaan) merupakan satu kesatuan dari ular (penderitaan), hanya tampilannya saja yang berbeda. Jadi dikarenakan ke-dualitas-an antara sukha dan dukha, apabila asukha maka dukha, apabila adukha maka sukha, berkondisi. Selain itu kebahagiaan dan penderitaan sebenarnya timbul dari ketidaktahuan, ilusi. Bagi Arahat yang telah melihat segala sesuatu sebagaimana adanya (sejatinya, lawan dari ilusi) dualitas tersebut telah terlampaui.

Sebaliknya Nibbana dikatakan sebagai kebahagiaan tertinggi (adisukha?? mohon dikoreksi?!) bukan karena lawan dari dukha namun karena sudah di luar dualitas, melampauinya, yang sejati.


makna penderitaan sangat relatif tergantung dari individunya, seseorang menganggap kehidupan berumah tangga adalah kebahagiaan sementara orang lain menganggapnya sebagai penderitaan. namun apakah itu penderitaan atau kebahagiaan, kehidupan berumah tangga itu tidaklah kekal dan oleh karena itu menimbulkan dukkha.


Kalau saya mikirnya gini, kebahagiaan dalam berumah tangga tidak kekal (anicca) oleh karena itu tidak memuaskan, karena tidak memuaskan hal tersebut adalah sebuah penderitaan. Persis seperti perumpamaan dukha sebagai ular, dimana kebahagiaan hanyalah salah satu bagian dari ular tersebut yaitu ekor yang terlihat tidak berbahaya dan menyenangkan(??).

Demikian beberapa sudut pandang dari saya.
« Last Edit: 16 November 2008, 11:00:47 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #38 on: 16 November 2008, 11:15:08 PM »
Memang kata Dukkha itu agak sulit ditemukan padanan apple to applenya  ;D



Quote from: SN 56.11
"Birth is dukkha, aging is dukkha, death is dukkha; sorrow, lamentation, pain, grief, & despair are dukkha; association with the unbeloved is dukkha; separation from the loved is dukkha; not getting what is wanted is dukkha. In short, the five clinging-aggregates are dukkha."


Dukkha disini diterjemahkan jadi stress.
Quote from: MN 141
[Ven. Sariputta:] "Now what, friends, is the noble truth of stress? Birth is stressful, aging is stressful, death is stressful; sorrow, lamentation, pain, distress, & despair are stressful; association with the unbeloved is stressful; separation from the loved is stressful; not getting what is wanted is stressful. In short, the five clinging-aggregates are stressful.

"And what is birth? Whatever birth, taking birth, descent, coming-to-be, coming-forth, appearance of aggregates, & acquisition of [sense] spheres of the various beings in this or that group of beings, that is called birth.

"And what is aging? Whatever aging, decrepitude, brokenness, graying, wrinkling, decline of life-force, weakening of the faculties of the various beings in this or that group of beings, that is called aging.

"And what is death? Whatever deceasing, passing away, breaking up, disappearance, dying, death, completion of time, break up of the aggregates, casting off of the body, interruption in the life faculty of the various beings in this or that group of beings, that is called death.

"And what is sorrow? Whatever sorrow, sorrowing, sadness, inward sorrow, inward sadness of anyone suffering from misfortune, touched by a painful thing, that is called sorrow.

"And what is lamentation? Whatever crying, grieving, lamenting, weeping, wailing, lamentation of anyone suffering from misfortune, touched by a painful thing, that is called lamentation.

"And what is pain? Whatever is experienced as bodily pain, bodily discomfort, pain or discomfort born of bodily contact, that is called pain.

"And what is distress? Whatever is experienced as mental pain, mental discomfort, pain or discomfort born of mental contact, that is called distress.

"And what is despair? Whatever despair, despondency, desperation of anyone suffering from misfortune, touched by a painful thing, that is called despair.

"And what is the stress of association with the unbeloved? There is the case where undesirable, unpleasing, unattractive sights, sounds, aromas, flavors, or tactile sensations occur to one; or one has connection, contact, relationship, interaction with those who wish one ill, who wish for one's harm, who wish for one's discomfort, who wish one no security from the yoke. This is called the stress of association with the unbeloved.

"And what is the stress of separation from the loved? There is the case where desirable, pleasing, attractive sights, sounds, aromas, flavors, or tactile sensations do not occur to one; or one has no connection, no contact, no relationship, no interaction with those who wish one well, who wish for one's benefit, who wish for one's comfort, who wish one security from the yoke, nor with one's mother, father, brother, sister, friends, companions, or relatives. This is called the stress of separation from the loved.

"And what is the stress of not getting what is wanted? In beings subject to birth, the wish arises, 'O, may we not be subject to birth, and may birth not come to us.' But this is not to be achieved by wanting. This is the stress of not getting what is wanted. In beings subject to aging... illness... death... sorrow, lamentation, pain, distress, & despair, the wish arises, 'O, may we not be subject to aging... illness... death... sorrow, lamentation, pain, distress, & despair, and may aging... illness... death... sorrow, lamentation, pain, distress, & despair not come to us.' But this is not to be achieved by wanting. This is the stress of not getting what is wanted.

There is no place like 127.0.0.1

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #39 on: 17 November 2008, 09:33:04 PM »

"Cattāri Ariyasaccāni" banyak diterjemahkan sebagai "Empat Kesunyataan Mulia", "Empat Kebenaran Mulia", hal ini kurang tepat, aku lebih suka menggunakan terjemahan "Empat Kebenaran Ariya", bagaimana anda?

Kata Ariyasacca adalah "gabungan kata kepemilikan" = artinya Kebenaran yang diketemukan oleh seorang Ariya (Buddha), jadi apabila peng-Indonesia-an kata Ariya = mulia sudah barang tentu kurang tepat, seharusnya "muliawan" (Orang Mulia), jadi lebih tepat sebagai "Empat Kebenaran Muliawan".

Sedikit urun saran,

"Cattāri Ariyasaccāni"

Menurut saya, terjemahan "Empat Kebenaran Mulia" sudah tepat.

Kata Ariyasacca kelihatannya memang merupakan "gabungan kata kepemilikan", namun dalam hal ini , kata Ariya bukan merupakan kata benda, melainkan kata sifat yaitu "Mulia", jadi artinya memang "kebenaran (yang mempunyai sifat) mulia" atau singkatnya "Kebenaran Mulia".

Kata Ariya sendiri (dari literatur saya yg terbatas) adalah kata sifat,

Dari Kamus Baru Buddha Dhamma :
Ariya = Suci, Mulia.
Ariya Puggala = Orang Suci
Puggala = individu, orang.

Dari Kompilasi Istilah Buddhis :
Ariya = Suci, Agung. Siswa yang telah mencapai kesucian disebut Yang Ariya.
Ariya Puggala = Mahluk suci, yang terdiri atas delapan pasang,
Puggala = 'Individu', 'orang', Juga sebagai persamaan dari kata satta (Mahluk). Di dalam Buddha Dhamma, kata mahluk semata-mata merujuk sebutan, ekspresi kesepakatan sosial (vohara desana). Secara hakekat sesungguhnya (paramatha), hanya berlangsung fenomena fisik dan batiniah yang berproses secara terus menerus.

Jadi apabila disebut sebagai "Muliawan" kurang tepat. Karena merujuk kepada "orang", sedangkan sebagaimana yang dijelaskan pada arti kata Puggala di dalam Kompilasi Istilah Buddhis. Kata 'orang' maupun 'mahluk' hanyalah konvensi dimana hakekatnya tidak ada (anatta).
Jadi seorang yang telah mencapai kesucian disebut Ariya, karena kemelekatan terhadap 'diri' sudah tidak ada lagi, oleh karena itu pantas di sebut 'Mulia', 'Ariya'.


Kata mulia pada "Empat Kebenaran Mulia" juga tidak tepat karena kebenaran pertama (dukkha) dan kedua (dukkhasamudaya) bersifat tidak mulia.


Kebenaran, karena 'benar' secara otomatis bersifat mulia, sejati. 'Kebenaran' yang tidak benar, bukan kebenaran dan tidak bersifat mulia. Jadi di dalam "Empat Kebenaran Mulia", seluruhnya adalah bersifat 'Mulia", karena "Kebenaran-nya".

Semoga bermanfaat.

 _/\_
yaa... gitu deh

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #40 on: 17 November 2008, 10:59:35 PM »

"Cattāri Ariyasaccāni" banyak diterjemahkan sebagai "Empat Kesunyataan Mulia", "Empat Kebenaran Mulia", hal ini kurang tepat, aku lebih suka menggunakan terjemahan "Empat Kebenaran Ariya", bagaimana anda?

Kata Ariyasacca adalah "gabungan kata kepemilikan" = artinya Kebenaran yang diketemukan oleh seorang Ariya (Buddha), jadi apabila peng-Indonesia-an kata Ariya = mulia sudah barang tentu kurang tepat, seharusnya "muliawan" (Orang Mulia), jadi lebih tepat sebagai "Empat Kebenaran Muliawan".

Sedikit urun saran,

"Cattāri Ariyasaccāni"

Menurut saya, terjemahan "Empat Kebenaran Mulia" sudah tepat.

Kata Ariyasacca kelihatannya memang merupakan "gabungan kata kepemilikan", namun dalam hal ini , kata Ariya bukan merupakan kata benda, melainkan kata sifat yaitu "Mulia", jadi artinya memang "kebenaran (yang mempunyai sifat) mulia" atau singkatnya "Kebenaran Mulia".

Kata Ariya sendiri (dari literatur saya yg terbatas) adalah kata sifat,

Dari Kamus Baru Buddha Dhamma :
Ariya = Suci, Mulia.
Ariya Puggala = Orang Suci
Puggala = individu, orang.

Dari Kompilasi Istilah Buddhis :
Ariya = Suci, Agung. Siswa yang telah mencapai kesucian disebut Yang Ariya.
Ariya Puggala = Mahluk suci, yang terdiri atas delapan pasang,
Puggala = 'Individu', 'orang', Juga sebagai persamaan dari kata satta (Mahluk). Di dalam Buddha Dhamma, kata mahluk semata-mata merujuk sebutan, ekspresi kesepakatan sosial (vohara desana). Secara hakekat sesungguhnya (paramatha), hanya berlangsung fenomena fisik dan batiniah yang berproses secara terus menerus.

Jadi apabila disebut sebagai "Muliawan" kurang tepat. Karena merujuk kepada "orang", sedangkan sebagaimana yang dijelaskan pada arti kata Puggala di dalam Kompilasi Istilah Buddhis. Kata 'orang' maupun 'mahluk' hanyalah konvensi dimana hakekatnya tidak ada (anatta).
Jadi seorang yang telah mencapai kesucian disebut Ariya, karena kemelekatan terhadap 'diri' sudah tidak ada lagi, oleh karena itu pantas di sebut 'Mulia', 'Ariya'.


Kata mulia pada "Empat Kebenaran Mulia" juga tidak tepat karena kebenaran pertama (dukkha) dan kedua (dukkhasamudaya) bersifat tidak mulia.


Kebenaran, karena 'benar' secara otomatis bersifat mulia, sejati. 'Kebenaran' yang tidak benar, bukan kebenaran dan tidak bersifat mulia. Jadi di dalam "Empat Kebenaran Mulia", seluruhnya adalah bersifat 'Mulia", karena "Kebenaran-nya".

Semoga bermanfaat.

 _/\_



namaste suvatthi hotu

Idañca pathamasaccam kucchitam aneka-upaddavadhitthanato, tuccham balajanaparikappita-dhuva-subha-sukh'attabhava-virahitato

Di sini kebenaran pertama disebut buruk karena merupakan tempat banyak bahaya, dan disebut kosong karena ketiadaan yang dikonsep oleh orang dungu sebagai keabadian, keindahan, kesenangan dan keakuan

Thuti

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #41 on: 17 November 2008, 11:22:27 PM »
Konteksnya beda, Romo.

Walaupun isinya "buruk" bukan berarti "kebenaran" itu tidak "Mulia", sebuah "kebenaran" walaupun isinya adalah sesuatu yang buruk tetaplah sebuah "Kebenaran", oleh karena itu bersifat "Mulia", oleh karena Ke-benar-an-nya.

Embel2 mulia dibalik kebenaran, menurut asumsi saya adalah untuk menunjukkan ke-sejati-annya yaitu untuk membedakannya dengan kebenaran relatif.


« Last Edit: 17 November 2008, 11:25:17 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #42 on: 18 November 2008, 01:32:50 PM »
Konteksnya beda, Romo.

Walaupun isinya "buruk" bukan berarti "kebenaran" itu tidak "Mulia", sebuah "kebenaran" walaupun isinya adalah sesuatu yang buruk tetaplah sebuah "Kebenaran", oleh karena itu bersifat "Mulia", oleh karena Ke-benar-an-nya.

Embel2 mulia dibalik kebenaran, menurut asumsi saya adalah untuk menunjukkan ke-sejati-annya yaitu untuk membedakannya dengan kebenaran relatif.

Ya, saya setuju dengan bro Hendrako. Di sini saya tambahkan sedikit , kalo ada salah mohon koreksi. :)
Pada hakekatnya, kehidupan itu menderita. Mengapa menggunakan kata menderita?   Menderita di sini bukan kasus per kasus, bukan 'menderita' karena rasa bahagia secara emosional menghilang. Menderita ini adalah cakupan dari titik kulminasi pergolakan emosi makhluk hidup. Jadi menderita di sini dilihat dari seluruh rangkaian kehidupan makhluk itu, bukan sekedar menderita karena kehilangan rasa bahagia yang timbul lenyap.
Jika 'menderita' diartikan hanya karena kehilangan rasa bahagia, maka para bangsawan yang hidupnya serba berkecukupan merasa tidak perlu belajar dhamma, karena mereka tidak merasa menderita2 banget. Lalu mereka akan menganggap  'dukkha' itu bukan kebenaran mulia.

Tetapi bila kata 'dukkha' itu dipahami sebagai penderitaan dari rangkaian kehidupan makhluk karena terombang-ambing dalam siklus samsara yg tidak berkesudahan, maka orang akan merasa bahwa kata 'dukkha' memang adalah sebuah kebenaran yang sebelumnya tidak disadari oleh orang2, maka dianggap sebagai sebuah kebenaran mulia. Mulia karena belum diketahui sebelumnya, Mulia karena itu adalah realitas yang sesungguhnya. 
 

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #43 on: 23 November 2008, 12:59:44 PM »
um...daripada sibuk tentang penerjemahan "kata" bagaimana kita lebih rajin "praktek" untuk menembus Cattari Ariya Saccani?
Oh ya om Cunda,saya setuju dengan anda soal penggunaan kata,tapi dalam konteks "pengertian" saja... :)

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #44 on: 25 November 2008, 07:53:24 AM »
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas, apakah minum obatnya 3 kali sehari ato 3 hari sekali, bagaimana pasien bisa minum sesuai dosis utk penyakitnya, dan apakah si pasien bisa sembuh?

IMO, dalam 4 Kebenaran Ariya, 2 Kebenaran pertama perlu direnungkan secara mendalam, dan 2 Kebenaran terakhir yang harus kita praktekkan dalam hidup sehari-hari. butuh penjelasan lebih mendetil mengenai praktek ini, dan saya blm kompatible utk menjelaskannya. :P setahu saya sih, kalo prakteknya bener & kontiniu, bisa menjadi arya sangha..  :)

secara umum, yang dikatakan bro riky ada benarnya.. penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan.. agar dapat berdiskusi dari kedua sisi, teori dan pengalaman langsung, sehingga kita dapat menggunakan kapasitas kelahiran kita sebagai manusia yang berharga ini untuk mencapai tujuan tertinggi, yaitu pembebasan demi kebaikan semua makhluk.
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #45 on: 25 November 2008, 09:42:05 AM »
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas, apakah minum obatnya 3 kali sehari ato 3 hari sekali, bagaimana pasien bisa minum sesuai dosis utk penyakitnya, dan apakah si pasien bisa sembuh?
benar kata anda,dan sekarang apakah pengertian ini bisa membawa anda sampai "pencerahan" tanpa praktek bung?bahkan coba tanyakan pengertian 4 kebenaran mulai,may be anak smp juga bisa menjawabnya tapi secara teori doang....pengertiannya sih oke.tapi...??

Quote
IMO, dalam 4 Kebenaran Ariya, 2 Kebenaran pertama perlu direnungkan secara mendalam, dan 2 Kebenaran terakhir yang harus kita praktekkan dalam hidup sehari-hari. butuh penjelasan lebih mendetil mengenai praktek ini, dan saya blm kompatible utk menjelaskannya. :P setahu saya sih, kalo prakteknya bener & kontiniu, bisa menjadi arya sangha..  :)
hehehe

Quote
secara umum, yang dikatakan bro riky ada benarnya.. penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan.. agar dapat berdiskusi dari kedua sisi, teori dan pengalaman langsung, sehingga kita dapat menggunakan kapasitas kelahiran kita sebagai manusia yang berharga ini untuk mencapai tujuan tertinggi, yaitu pembebasan demi kebaikan semua makhluk.
 _/\_


By : Zen
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #46 on: 26 November 2008, 08:15:28 AM »
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas, apakah minum obatnya 3 kali sehari ato 3 hari sekali, bagaimana pasien bisa minum sesuai dosis utk penyakitnya, dan apakah si pasien bisa sembuh?
benar kata anda,dan sekarang apakah pengertian ini bisa membawa anda sampai "pencerahan" tanpa praktek bung?bahkan coba tanyakan pengertian 4 kebenaran mulai,may be anak smp juga bisa menjawabnya tapi secara teori doang....pengertiannya sih oke.tapi...??

Quote
IMO, dalam 4 Kebenaran Ariya, 2 Kebenaran pertama perlu direnungkan secara mendalam, dan 2 Kebenaran terakhir yang harus kita praktekkan dalam hidup sehari-hari. butuh penjelasan lebih mendetil mengenai praktek ini, dan saya blm kompatible utk menjelaskannya. :P setahu saya sih, kalo prakteknya bener & kontiniu, bisa menjadi arya sangha..  :)
hehehe

Quote
secara umum, yang dikatakan bro riky ada benarnya.. penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan.. agar dapat berdiskusi dari kedua sisi, teori dan pengalaman langsung, sehingga kita dapat menggunakan kapasitas kelahiran kita sebagai manusia yang berharga ini untuk mencapai tujuan tertinggi, yaitu pembebasan demi kebaikan semua makhluk.
 _/\_


By : Zen
_/\_

dear riky,

Menanggapi :
Quote
apakah pengertian ini bisa membawa anda sampai "pencerahan" tanpa praktek bung?

Sepertinya di akhir postingannya, bro hikoza sudah dgn jelas menyatakan perlunya mengkombinasikan pengertian dan praktek dhamma.
Quote
penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan

Namun di awal, beliau menggambarkan pentingnya pengertian yg benar sebelum melakukan praktek
Quote
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas

Mungkin untuk ke depannya, alangkah lebih baiknya jika kita semua membaca suatu postingan sampai selesai terlebih dahulu sebelum ditanggapi, agar diskusi dapat berjalan dengan baik

Semoga bisa dimengerti  _/\_

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #47 on: 26 November 2008, 02:06:26 PM »
 _/\_ bro markos. :)


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #48 on: 26 November 2008, 08:38:04 PM »
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas, apakah minum obatnya 3 kali sehari ato 3 hari sekali, bagaimana pasien bisa minum sesuai dosis utk penyakitnya, dan apakah si pasien bisa sembuh?
benar kata anda,dan sekarang apakah pengertian ini bisa membawa anda sampai "pencerahan" tanpa praktek bung?bahkan coba tanyakan pengertian 4 kebenaran mulai,may be anak smp juga bisa menjawabnya tapi secara teori doang....pengertiannya sih oke.tapi...??

Quote
IMO, dalam 4 Kebenaran Ariya, 2 Kebenaran pertama perlu direnungkan secara mendalam, dan 2 Kebenaran terakhir yang harus kita praktekkan dalam hidup sehari-hari. butuh penjelasan lebih mendetil mengenai praktek ini, dan saya blm kompatible utk menjelaskannya. :P setahu saya sih, kalo prakteknya bener & kontiniu, bisa menjadi arya sangha..  :)
hehehe

Quote
secara umum, yang dikatakan bro riky ada benarnya.. penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan.. agar dapat berdiskusi dari kedua sisi, teori dan pengalaman langsung, sehingga kita dapat menggunakan kapasitas kelahiran kita sebagai manusia yang berharga ini untuk mencapai tujuan tertinggi, yaitu pembebasan demi kebaikan semua makhluk.
 _/\_


By : Zen
_/\_

dear riky,

Menanggapi :
Quote
apakah pengertian ini bisa membawa anda sampai "pencerahan" tanpa praktek bung?

Sepertinya di akhir postingannya, bro hikoza sudah dgn jelas menyatakan perlunya mengkombinasikan pengertian dan praktek dhamma.
Quote
penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan

Namun di awal, beliau menggambarkan pentingnya pengertian yg benar sebelum melakukan praktek
Quote
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas

Mungkin untuk ke depannya, alangkah lebih baiknya jika kita semua membaca suatu postingan sampai selesai terlebih dahulu sebelum ditanggapi, agar diskusi dapat berjalan dengan baik

Semoga bisa dimengerti  _/\_

Om markos...pandangan benar?apakah standart pandangan benar itu om?apakah ada barometernya?silakan dijawab dulu sebelum anda mulai menanggapi maksud saya.. :)

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #49 on: 27 November 2008, 02:34:40 PM »
Meditasi Vipassāna dan Empat Kebenaran Ariya



Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Kami sangat senang bertemu kalian semua yang telah menaruh perhatian pada meditasi Vipassāna. Meditasi ini didasarkan pada Empat Kebenaran Ariya, yang diajarkan oleh Buddha dalam kotbah pertama Beliau, Dhammacakkappavatana Sutta “Kotbah Pemutaran Roda Dhamma”. Semua Ajaran Buddha berdasarkan pada Empat Kebenaran Ariya. Maka meditasi pandangan terang, meditasi Vipassāna atau meditasi perhatian murni – mempunyai dasar dalam Empat Kesunyataan Mulia. Empat Kesunyataan Mulia, seperti yang kalian ketahui adalah :

Dukkhasacca, kebenaran mengenai Dukkha / penderitaan

Samudayasacca, kebenaran mengenai asal mula Dukkha

Nirodhasacca, kebenaran mengenai lenyapnya Dukkha

Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha (akhir)

Saya percaya kalian memiliki pengetahuan yang baik mengenai Empat Kebenaran Ariya ini.

Dalam kotbah pertama Beliau, Buddha mengutarakan Dukkhasacca, kebenaran mengenai Dukkha, sebagai parinneya, kebenaran yang harus sungguh-sungguh disadari / dipahami. Samudayasacca, kebenaran asal mula Dukkha, sebagai pahatabba, kebenaran yang harus seluruhnya ditinggalkan. Nirodhasacca, kebenaran mengenai lenyapnya Dukkha, sebagai sacchikatabba, kebenaran yang harus dirasakan / dialami. Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha, sebagai bhavetabba, kebenaran yang harus sepenuhnya dikembangkan. Kebenaran mengenai Dukkha mengacu pada fenomena mental dan jasmani (Nama dan Rupa dalam bahasa Pali). Kebenaran mengenai asal-mula Dukkha mengacu pada hawa nafsu, atau Tanha dalam bahasa Pali. Kebenaran mengenai Lenyapnya Dukkha, mengacu pada Nibbana. Kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha mengacu pada Jalan Mulia Beruas Delapan.
.
.
.
dst
.
.
.


Bag. I, oleh: Sarira.

terima kasih atas paste nya, penjelasan dari sini inti nya sama persis dengan penjelasan dari buku Komentar Anattalakkhana Sutta dan Malukyaputta Sutta, terbitan DC press ;D promo lagi ;D :hammer: .. ampuuuuun jgn di injek gepeng tar ;D

tp asli ... seolah saling melengkapi semakin dalam ke 2 penjelasan tersebut ... ayo dibaca dibaca ...

btw ...

teori itu utk mendukung praktek, jadi ga da yg salah dengan belajar teori sekaligus berpraktek, ke 2 nya saling mendukung.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #50 on: 27 November 2008, 03:07:43 PM »
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas, apakah minum obatnya 3 kali sehari ato 3 hari sekali, bagaimana pasien bisa minum sesuai dosis utk penyakitnya, dan apakah si pasien bisa sembuh?
benar kata anda,dan sekarang apakah pengertian ini bisa membawa anda sampai "pencerahan" tanpa praktek bung?bahkan coba tanyakan pengertian 4 kebenaran mulai,may be anak smp juga bisa menjawabnya tapi secara teori doang....pengertiannya sih oke.tapi...??

Quote
IMO, dalam 4 Kebenaran Ariya, 2 Kebenaran pertama perlu direnungkan secara mendalam, dan 2 Kebenaran terakhir yang harus kita praktekkan dalam hidup sehari-hari. butuh penjelasan lebih mendetil mengenai praktek ini, dan saya blm kompatible utk menjelaskannya. :P setahu saya sih, kalo prakteknya bener & kontiniu, bisa menjadi arya sangha..  :)
hehehe

Quote
secara umum, yang dikatakan bro riky ada benarnya.. penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan.. agar dapat berdiskusi dari kedua sisi, teori dan pengalaman langsung, sehingga kita dapat menggunakan kapasitas kelahiran kita sebagai manusia yang berharga ini untuk mencapai tujuan tertinggi, yaitu pembebasan demi kebaikan semua makhluk.
 _/\_


By : Zen
_/\_

dear riky,

Menanggapi :
Quote
apakah pengertian ini bisa membawa anda sampai "pencerahan" tanpa praktek bung?

Sepertinya di akhir postingannya, bro hikoza sudah dgn jelas menyatakan perlunya mengkombinasikan pengertian dan praktek dhamma.
Quote
penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan

Namun di awal, beliau menggambarkan pentingnya pengertian yg benar sebelum melakukan praktek
Quote
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas

Mungkin untuk ke depannya, alangkah lebih baiknya jika kita semua membaca suatu postingan sampai selesai terlebih dahulu sebelum ditanggapi, agar diskusi dapat berjalan dengan baik

Semoga bisa dimengerti  _/\_

Om markos...pandangan benar?apakah standart pandangan benar itu om?apakah ada barometernya?silakan dijawab dulu sebelum anda mulai menanggapi maksud saya.. :)

Salam hangat,
Riky

dear Riky,

Point dari pembicaraan ini adalah mengenai kombinasi pengertian/pemahaman teoritis dan sekaligus mempraktekkannya.

Nah apakah point ini sudah disetujui sebelum anda beralih ke topik lain? ini penting agar tidak melebar kemana2 karena pemosting yaitu bro hikoza sudah menyatakan benar adanya
Tinggal dari sisi anda sebagai penanggap, apakah sudah mempunyai sudut pandang yg sama?


Setelah point diatas sudah disepakati, mari kita lanjutkan dengan pengertian benar : dalam aspek apakah yg anda ingin bahas?
Silahkan diperjelas dahulu apa yg anda maksud, lalu standar apakah yg anda ingin lihat, apakah secara teori, praktek atau dari sudut mana.

Semoga berkenan utk berdiskusi secara fokus agar bisa jelas bagi kita semua  _/\_
« Last Edit: 27 November 2008, 03:09:54 PM by markosprawira »

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #51 on: 27 November 2008, 03:30:12 PM »
um...daripada sibuk tentang penerjemahan "kata" bagaimana kita lebih rajin "praktek" untuk menembus Cattari Ariya Saccani?
Oh ya om Cunda,saya setuju dengan anda soal penggunaan kata,tapi dalam konteks "pengertian" saja... :)




Salam hangat,
Riky

namaste suvatthi hotu

Dalam suatu diskusi orang bebas menyatakan pendapatnya masing-masing, boleh setuju dan boleh tidak.
Namun setiap orang harus berdiskusi berdasarkan alasan yang akurat yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.

Apabila anda tidak cermat dengan pengertian bagaimana praktek anda nanti?
Empat Kebenaran Ariya yang pertama (dukkha) harus dipahami, yang kedua (dukkha samudaya) harus dilenyapkan, yang ketiga (dukkha-nirodha)harus dicapai dan yang keempat (dukkha-nirodha-gmini-patipada) harus dikembangkan.

jadi Empat Kebenaran Ariya mencakup pengertian dan praktek

Thuti


Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #52 on: 27 November 2008, 08:20:34 PM »
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas, apakah minum obatnya 3 kali sehari ato 3 hari sekali, bagaimana pasien bisa minum sesuai dosis utk penyakitnya, dan apakah si pasien bisa sembuh?
benar kata anda,dan sekarang apakah pengertian ini bisa membawa anda sampai "pencerahan" tanpa praktek bung?bahkan coba tanyakan pengertian 4 kebenaran mulai,may be anak smp juga bisa menjawabnya tapi secara teori doang....pengertiannya sih oke.tapi...??

Quote
IMO, dalam 4 Kebenaran Ariya, 2 Kebenaran pertama perlu direnungkan secara mendalam, dan 2 Kebenaran terakhir yang harus kita praktekkan dalam hidup sehari-hari. butuh penjelasan lebih mendetil mengenai praktek ini, dan saya blm kompatible utk menjelaskannya. :P setahu saya sih, kalo prakteknya bener & kontiniu, bisa menjadi arya sangha..  :)
hehehe

Quote
secara umum, yang dikatakan bro riky ada benarnya.. penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan.. agar dapat berdiskusi dari kedua sisi, teori dan pengalaman langsung, sehingga kita dapat menggunakan kapasitas kelahiran kita sebagai manusia yang berharga ini untuk mencapai tujuan tertinggi, yaitu pembebasan demi kebaikan semua makhluk.
 _/\_


By : Zen
_/\_

dear riky,

Menanggapi :
Quote
apakah pengertian ini bisa membawa anda sampai "pencerahan" tanpa praktek bung?

Sepertinya di akhir postingannya, bro hikoza sudah dgn jelas menyatakan perlunya mengkombinasikan pengertian dan praktek dhamma.
Quote
penting bagi kita untuk mengkombinasikan pengertian dan praktek dharma secara berkesinambungan

Namun di awal, beliau menggambarkan pentingnya pengertian yg benar sebelum melakukan praktek
Quote
jika instruksi Guru tidak dipahami dengan baik, bagaimana seorang murid mempraktekkannya dengan baik?  ???
ibarat petunjuk dokter utk minum obat tidak dipahami dengan jelas

Mungkin untuk ke depannya, alangkah lebih baiknya jika kita semua membaca suatu postingan sampai selesai terlebih dahulu sebelum ditanggapi, agar diskusi dapat berjalan dengan baik

Semoga bisa dimengerti  _/\_

Om markos...pandangan benar?apakah standart pandangan benar itu om?apakah ada barometernya?silakan dijawab dulu sebelum anda mulai menanggapi maksud saya.. :)

Salam hangat,
Riky

dear Riky,

Point dari pembicaraan ini adalah mengenai kombinasi pengertian/pemahaman teoritis dan sekaligus mempraktekkannya.

Nah apakah point ini sudah disetujui sebelum anda beralih ke topik lain? ini penting agar tidak melebar kemana2 karena pemosting yaitu bro hikoza sudah menyatakan benar adanya
Tinggal dari sisi anda sebagai penanggap, apakah sudah mempunyai sudut pandang yg sama?


Setelah point diatas sudah disepakati, mari kita lanjutkan dengan pengertian benar : dalam aspek apakah yg anda ingin bahas?
Silahkan diperjelas dahulu apa yg anda maksud, lalu standar apakah yg anda ingin lihat, apakah secara teori, praktek atau dari sudut mana.

Semoga berkenan utk berdiskusi secara fokus agar bisa jelas bagi kita semua  _/\_
Jika anda berkata,standar apa yang saya ingin lihat,pandangan benar= omong kosong menurut saya...
Dan saya rasa anda juga perlu ingat bahwa point yang saya tekankan bukan teori tapi lebih ke praktek jadi alangkah baiknya anda jangan "mencampurkan2nya..." :)
Jelaskah sekarang?
Berkata itu sangat sangat mudah,belajar Tipitaka itu sangat sangat mudah,menghapal itu sangat sangat mudah,menulis diwarnet ini sangat sangat mudah,menang debat itu sangat sangat mudah,tinggal klick "google" cari bahan tentang Tipitaka,semuanya sangat mudah...tapi praktek itu? :))


Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #53 on: 27 November 2008, 08:53:46 PM »
mengalahkan ego yg sulit :(

ego berdebat tentang teori dan praktek....

berdiskusi itu seperti teman yang berbahagia dan tersenyum bertukar pikiran, jangan saling tunjuk, merasa yang benar dan menertawakan.

memang mengalahkan diri sendiri itu sulit yah
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #54 on: 27 November 2008, 09:07:47 PM »
mengalahkan ego yg sulit :(

ego berdebat tentang teori dan praktek....

berdiskusi itu seperti teman yang berbahagia dan tersenyum bertukar pikiran, jangan saling tunjuk, merasa yang benar dan menertawakan.

memang mengalahkan diri sendiri itu sulit yah
Hehehe,kalau mudah buat apa ada SammSambuddha?:)

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #55 on: 27 November 2008, 10:48:27 PM »
Jika anda berkata,standar apa yang saya ingin lihat,pandangan benar= omong kosong menurut saya...
Dan saya rasa anda juga perlu ingat bahwa point yang saya tekankan bukan teori tapi lebih ke praktek jadi alangkah baiknya anda jangan "mencampurkan2nya..." :)
Jelaskah sekarang?
Berkata itu sangat sangat mudah,belajar Tipitaka itu sangat sangat mudah,menghapal itu sangat sangat mudah,menulis diwarnet ini sangat sangat mudah,menang debat itu sangat sangat mudah,tinggal klick "google" cari bahan tentang Tipitaka,semuanya sangat mudah...tapi praktek itu? :))


Salam hangat,
Riky

dear riky,

jika memang anda berpikir demikian dan mendapat kemajuan batin, saya ikut senang........

namun hendaknya tidak semua org bisa menjalankan seperti apa yg anda jalankan karena tiap org mempunyai kondisi yg berbeda2.....

semoga bisa dimengerti dan senang bisa berdiskusi dengan anda

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #56 on: 27 November 2008, 11:32:00 PM »
Meditasi Vipassāna dan Empat Kebenaran Ariya



Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Kami sangat senang bertemu kalian semua yang telah menaruh perhatian pada meditasi Vipassāna. Meditasi ini didasarkan pada Empat Kebenaran Ariya, yang diajarkan oleh Buddha dalam kotbah pertama Beliau, Dhammacakkappavatana Sutta “Kotbah Pemutaran Roda Dhamma”. Semua Ajaran Buddha berdasarkan pada Empat Kebenaran Ariya. Maka meditasi pandangan terang, meditasi Vipassāna atau meditasi perhatian murni – mempunyai dasar dalam Empat Kesunyataan Mulia. Empat Kesunyataan Mulia, seperti yang kalian ketahui adalah :

Dukkhasacca, kebenaran mengenai Dukkha / penderitaan

Samudayasacca, kebenaran mengenai asal mula Dukkha

Nirodhasacca, kebenaran mengenai lenyapnya Dukkha

Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha (akhir)

Saya percaya kalian memiliki pengetahuan yang baik mengenai Empat Kebenaran Ariya ini.

Dalam kotbah pertama Beliau, Buddha mengutarakan Dukkhasacca, kebenaran mengenai Dukkha, sebagai parinneya, kebenaran yang harus sungguh-sungguh disadari / dipahami. Samudayasacca, kebenaran asal mula Dukkha, sebagai pahatabba, kebenaran yang harus seluruhnya ditinggalkan. Nirodhasacca, kebenaran mengenai lenyapnya Dukkha, sebagai sacchikatabba, kebenaran yang harus dirasakan / dialami. Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha, sebagai bhavetabba, kebenaran yang harus sepenuhnya dikembangkan. Kebenaran mengenai Dukkha mengacu pada fenomena mental dan jasmani (Nama dan Rupa dalam bahasa Pali). Kebenaran mengenai asal-mula Dukkha mengacu pada hawa nafsu, atau Tanha dalam bahasa Pali. Kebenaran mengenai Lenyapnya Dukkha, mengacu pada Nibbana. Kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha mengacu pada Jalan Mulia Beruas Delapan.
.
.
.
dst
.
.
.


Bag. I, oleh: Sarira.

terima kasih atas paste nya, penjelasan dari sini inti nya sama persis dengan penjelasan dari buku Komentar Anattalakkhana Sutta dan Malukyaputta Sutta, terbitan DC press ;D promo lagi ;D :hammer: .. ampuuuuun jgn di injek gepeng tar ;D

tp asli ... seolah saling melengkapi semakin dalam ke 2 penjelasan tersebut ... ayo dibaca dibaca ...

btw ...

teori itu utk mendukung praktek, jadi ga da yg salah dengan belajar teori sekaligus berpraktek, ke 2 nya saling mendukung.

:jempol:
« Last Edit: 27 November 2008, 11:35:08 PM by Hendra Susanto »

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #57 on: 28 November 2008, 08:29:39 PM »
setuju : Dukkha = "ketidakpuasan'
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #58 on: 28 November 2008, 11:47:34 PM »
namaste suvatthi hotu

Dalam suatu diskusi orang bebas menyatakan pendapatnya masing-masing, boleh setuju dan boleh tidak.
Namun setiap orang harus berdiskusi berdasarkan alasan yang akurat yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.

Apabila anda tidak cermat dengan pengertian bagaimana praktek anda nanti?
Empat Kebenaran Ariya yang pertama (dukkha) harus dipahami, yang kedua (dukkha samudaya) harus dilenyapkan, yang ketiga (dukkha-nirodha)harus dicapai dan yang keempat (dukkha-nirodha-gmini-patipada) harus dikembangkan.

jadi Empat Kebenaran Ariya mencakup pengertian dan praktek

Thuti



 _/\_ romo cunda. :)
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #59 on: 29 November 2008, 12:34:56 PM »

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #60 on: 30 November 2008, 01:38:38 PM »

 _/\_ romo cunda. :)


 _/\_ selamat berjuang


sedang fight, romo.. here and now..
musuh2nya musti dikenali, dihadapi dengan baik, dan semoga hari kemenangan tercapai dengan baik.
semoga semua makhluk juga meraih kebahagiaan, baik yang sementara maupun yang utama.
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #61 on: 01 December 2008, 09:23:10 AM »
Jika anda berkata,standar apa yang saya ingin lihat,pandangan benar= omong kosong menurut saya...
Dan saya rasa anda juga perlu ingat bahwa point yang saya tekankan bukan teori tapi lebih ke praktek jadi alangkah baiknya anda jangan "mencampurkan2nya..." :)
Jelaskah sekarang?
Berkata itu sangat sangat mudah,belajar Tipitaka itu sangat sangat mudah,menghapal itu sangat sangat mudah,menulis diwarnet ini sangat sangat mudah,menang debat itu sangat sangat mudah,tinggal klick "google" cari bahan tentang Tipitaka,semuanya sangat mudah...tapi praktek itu? :))


Salam hangat,
Riky

dear Riky,

Anda menekankan Praktek, atau menisbikan teori?

Ini 2 hal yg berbeda.
Pada poin 1, jika anda menekankan praktek berarti anda masih belajar teori juga

Tapi jika anda bilang Pandangan Benar = Omong Kosong, berarti anda masuk pada poin 2, berarti anda ga butuh teori sama sekali

Jika point anda adalah poin 1, maka itu berarti apa yg anda sebut, sudah sama dgn apa yg disebut oleh bro Hikoza. Jadi tidak perlu ada penekanan apapun

Tapi kalo anda bilang bhw Pandangan Benar = Omong Kosong, berarti apa yg anda praktekkan?

Ingat loh Pandangan benar adalah salah satu dari jalan utama berunsur 8, dan pengingkaran terhadap jalan utama yg dilakukan terus menerus, dapat membuat terlahir di Mahatapana Niraya

semoga bisa dimengerti

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #62 on: 01 December 2008, 09:30:16 AM »
Jika anda berkata,standar apa yang saya ingin lihat,pandangan benar= omong kosong menurut saya...
Dan saya rasa anda juga perlu ingat bahwa point yang saya tekankan bukan teori tapi lebih ke praktek jadi alangkah baiknya anda jangan "mencampurkan2nya..." :)
Jelaskah sekarang?
Berkata itu sangat sangat mudah,belajar Tipitaka itu sangat sangat mudah,menghapal itu sangat sangat mudah,menulis diwarnet ini sangat sangat mudah,menang debat itu sangat sangat mudah,tinggal klick "google" cari bahan tentang Tipitaka,semuanya sangat mudah...tapi praktek itu? :))


Salam hangat,
Riky

dear Riky,

Anda menekankan Praktek, atau menisbikan teori?

Ini 2 hal yg berbeda.
Pada poin 1, jika anda menekankan praktek berarti anda masih belajar teori juga

Tapi jika anda bilang Pandangan Benar = Omong Kosong, berarti anda masuk pada poin 2, berarti anda ga butuh teori sama sekali

Jika point anda adalah poin 1, maka itu berarti apa yg anda sebut, sudah sama dgn apa yg disebut oleh bro Hikoza. Jadi tidak perlu ada penekanan apapun

Tapi kalo anda bilang bhw Pandangan Benar = Omong Kosong, berarti apa yg anda praktekkan?

Ingat loh Pandangan benar adalah salah satu dari jalan utama berunsur 8, dan pengingkaran terhadap jalan utama yg dilakukan terus menerus, dapat membuat terlahir di Mahatapana Niraya

semoga bisa dimengerti


riki itu menyatakan pndangan benar = omong kosong. Dan setiap yang menyatakan pndangan benar = omong kosong itu gak butuh teori. Jadi, riki itu gak butuh teori.

pertanyaannya benarkah setiap yang menyatakan pndangan benar = omong kosong itu gak butuh teori?

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #63 on: 01 December 2008, 09:45:58 AM »
teori itu menunjang praktek...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #64 on: 01 December 2008, 05:01:55 PM »
praktek itu merupakan pengejewantahan teori.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Andi Sangkala

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • Eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #65 on: 01 December 2008, 05:03:31 PM »
praktek itu merupakan pengejewantahan teori.

teori juga muncul dari praktek
 ^:)^ ^:)^ pay suhu


Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #66 on: 01 December 2008, 05:10:53 PM »
iya jg yah, teori merupakan perumusan dari praktek :))
There is no place like 127.0.0.1

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #67 on: 01 December 2008, 05:34:55 PM »
Jika anda berkata,standar apa yang saya ingin lihat,pandangan benar= omong kosong menurut saya...
Dan saya rasa anda juga perlu ingat bahwa point yang saya tekankan bukan teori tapi lebih ke praktek jadi alangkah baiknya anda jangan "mencampurkan2nya..." :)
Jelaskah sekarang?
Berkata itu sangat sangat mudah,belajar Tipitaka itu sangat sangat mudah,menghapal itu sangat sangat mudah,menulis diwarnet ini sangat sangat mudah,menang debat itu sangat sangat mudah,tinggal klick "google" cari bahan tentang Tipitaka,semuanya sangat mudah...tapi praktek itu? :))


Salam hangat,
Riky

dear Riky,

Anda menekankan Praktek, atau menisbikan teori?

Ini 2 hal yg berbeda.
Pada poin 1, jika anda menekankan praktek berarti anda masih belajar teori juga

Tapi jika anda bilang Pandangan Benar = Omong Kosong, berarti anda masuk pada poin 2, berarti anda ga butuh teori sama sekali

Jika point anda adalah poin 1, maka itu berarti apa yg anda sebut, sudah sama dgn apa yg disebut oleh bro Hikoza. Jadi tidak perlu ada penekanan apapun

Tapi kalo anda bilang bhw Pandangan Benar = Omong Kosong, berarti apa yg anda praktekkan?

Ingat loh Pandangan benar adalah salah satu dari jalan utama berunsur 8, dan pengingkaran terhadap jalan utama yg dilakukan terus menerus, dapat membuat terlahir di Mahatapana Niraya

semoga bisa dimengerti


riki itu menyatakan pndangan benar = omong kosong. Dan setiap yang menyatakan pndangan benar = omong kosong itu gak butuh teori. Jadi, riki itu gak butuh teori.

pertanyaannya benarkah setiap yang menyatakan pndangan benar = omong kosong itu gak butuh teori?

Hi Bro Ricky....

Buddha Gautama mengajaran .... JB8.... salah satunya adalah PANDANGAN BENAR....

kalau menurut anda PANDANGAN BENAR = OMONG KOSONG....

dan Buddha Gautama yg menyarankan PANDANGAN BENAR...
apakah Guru kita juga mengajarkan OMONG KOSONG?

Mohon petunjuk teori dan logika anda mengatakan hal tsb....

trims sebelumnya.
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #68 on: 01 December 2008, 06:00:23 PM »
teori dan praktek...
spt resep obat dan memakan obat...

bertapa hebat resep obat tsb kalau resep tsb tidak dibelikan obatnya tidak kita makan...
mana bisa sembuh...

resep hebat > belikan obatnya > makan obatnya... = akan sembuh

bagaimana menurut yg lain?
« Last Edit: 01 December 2008, 06:16:02 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #69 on: 01 December 2008, 06:09:28 PM »
 [at] johan3000

ke rumah sakit aja ..... heehhe.. {just kidding}
i'm just a mammal with troubled soul



Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #70 on: 01 December 2008, 06:37:26 PM »
[at] johan3000

ke rumah sakit aja ..... heehhe.. {just kidding}
kalau dibayarin dan susternya cantik2 spt kuniang di Buddha Bar....
ok deh..... {no kidding}....
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

JJ Lee_

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #71 on: 22 December 2008, 08:43:33 PM »
Meditasi Vipassāna dan Empat Kebenaran Ariya


Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Kami sangat senang bertemu kalian semua yang telah menaruh perhatian pada meditasi Vipassāna. Meditasi ini didasarkan pada Empat Kebenaran Ariya, yang diajarkan oleh Buddha dalam kotbah pertama Beliau, Dhammacakkappavatana Sutta “Kotbah Pemutaran Roda Dhamma”. Semua Ajaran Buddha berdasarkan pada Empat Kebenaran Ariya. Maka meditasi pandangan terang, meditasi Vipassāna atau meditasi perhatian murni – mempunyai dasar dalam Empat Kesunyataan Mulia. Empat Kesunyataan Mulia, seperti yang kalian ketahui adalah :

Dukkhasacca, kebenaran mengenai Dukkha / penderitaan

Samudayasacca, kebenaran mengenai asal mula Dukkha

Nirodhasacca, kebenaran mengenai lenyapnya Dukkha

Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha (akhir)

Saya percaya kalian memiliki pengetahuan yang baik mengenai Empat Kebenaran Ariya ini.

Dalam kotbah pertama Beliau, Buddha mengutarakan Dukkhasacca, kebenaran mengenai Dukkha, sebagai parinneya, kebenaran yang harus sungguh-sungguh disadari / dipahami. Samudayasacca, kebenaran asal mula Dukkha, sebagai pahatabba, kebenaran yang harus seluruhnya ditinggalkan. Nirodhasacca, kebenaran mengenai lenyapnya Dukkha, sebagai sacchikatabba, kebenaran yang harus dirasakan / dialami. Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha, sebagai bhavetabba, kebenaran yang harus sepenuhnya dikembangkan. Kebenaran mengenai Dukkha mengacu pada fenomena mental dan jasmani (Nama dan Rupa dalam bahasa Pali). Kebenaran mengenai asal-mula Dukkha mengacu pada hawa nafsu, atau Tanha dalam bahasa Pali. Kebenaran mengenai Lenyapnya Dukkha, mengacu pada Nibbana. Kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya Dukkha mengacu pada Jalan Mulia Beruas Delapan.


Dukkhasacca

Dukkhasacca adalah Nama dan Rupa, fenomena mental dan jasmani. Nama (mental) dan Rupa (jasmani) keduanya muncul tergantung pada kondisi masing-masing, maka dari itu disebut mental yang terkondisi dan jasmani yang terkondisi. Sebagai contoh, dalam kesadaran melihat; ketika anda melihat sesuatu yang dapat dilihat, kesadaran melihat muncul. Hal ini muncul tergantung pada empat kondisi; mata, objek bentuk, cahaya dan perhatian (Manasikara dalam bahasa Pali). Empat kondisi ini menyebabkan kesadaran melihat muncul.

Semua kondisi tersebut harus ada agar dapat melihat apapun. Walaupun anda mempunyai mata, dan mata melakukan kontak dengan objek bentuk – bila tidak ada cahaya, anda tidak dapat melihat. Kesadaran melihat tidak akan muncul. Bila anda mempunyai mata, terjadi kontak mata, objek bentuk, dan cahaya, tapi tidak ada perhatian pada objek atau benda yang dapat dilihat, anda tidak akan melihat objek tersebut. Kesadaran melihat hanya akan muncul bila ada perhatian.

Karena kesadaran melihat mempunyai empat kondisi, ini disebut terkondisi / keadaan bersyarat. Dalam bahasa Pali, sesuatu yang terkondisi disebut Sankhata. Semua kesadaran terkondisi, demikian juga semua fenomena mental dan jasmani lainnya. Mereka muncul tergantung pada kondisi mereka.

Tetapi, Lenyapnya Dukkha, Nibbana, tidak terkondisi karena Nibbana tidak muncul maupun tergantung pada kondisi apapun. Sehingga tidak ada kondisi ataupun sebab dari lenyapnya Dukkha, Nibbana tidak terkondisi. Yang tidak terkondisi disebut Asankhata, sementara yang terkondisi disebut Sankhata.

Seperti dalam contoh kita, kesadaran melihat muncul tergantung pada mata, objek bentuk, cahaya dan perhatian. Ini muncul dan kemudian berlalu. Mengapa berlalu? Karena muncul. Semua hal yang terkondisi – Sankhata – mempunyai sifat muncul dan berlalu sehingga memiliki ciri ciri atau sifat sementara / tidak kekal (Anicca).

Sedangkan Lenyapnya Dukkha, Nibbana adalah tak terkondisi, selalu ada. Karena Nibbana tidak muncul dan tidak berlalu. Sehingga lenyapnya Dukkha, Nibbana, tidak bersifat sementara. Karena tidak terkondisi dan tidak muncul tergantung pada kondisi – tidak ada penyebab kondisi. Maka lenyapnya Dukkha, Nibbana disebut Akarana dalam bahasa Pali. ‘Karana’ berarti sebuah kondisi; ‘a’ berarti tidak, jadi Akarana berarti tidak terkondisi.

Ketika anda dapat memadamkan semua fenomena mental / jasmani, dimana fenomena tersebut terkondisi, maka lenyapnya Dukkha dialami. Lenyapnya Dukkha berdiri sendiri. Ia memang sudah ada di sana. Nibbana tidak muncul sehingga tidak berlalu, bersifat permanen. Nibbana disebut Akarana dan Asankhata, karena tidak memiliki kondisi.

Buddha bersabda pada kotbah-Nya yang pertama, Dukkhasacca (yaitu fenomena mental / jasmani) kesunyataan mengenai Dukkha adalah Parinneya. Ini adalah kesunyataan yang harus sungguh-sungguh dipahami / disadari (Parinneya). Semua fenomena mental dan fenomena jasmani muncul kemudian berlalu. Mereka tidak kekal. Apa yang tidak kekal adalah penderitaan, Dukkha. Itu sebabnya Buddha bersabda Nama dan Rupa, fenomena mental dan jasmani, keduanya adalah penderitaan, kebenaran mengenai Dukkha. Hal ini harus benar-benar dipahami dan disadari.


Tiga Jenis Dukkha

Di sini kami harus menjelaskan secara singkat tiga jenis dukkha, penderitaan, menurut Abhidhamma Buddha.

Pertama adalah Dukkha Dukkha

Kedua adalah Viparinama Dukkha

Ketiga adalah Sankhara Dukkha


Dukkha Dukkha adalah penderitaan yang paling umum. Contohnya: sakit, badan kaku, gatal, mati rasa, segala macam penyakit atau penderitaan jasmani. Yang lainnya seperti murung, sedih, berduka, cemas atau semua penderitaan mental. Penderitaan tersebut sangat menonjol dan umum dialami semua makhluk. Sehingga mereka disebut Dukkha Dukkha, penderitaan dari penderitaan.

Jenis yang kedua adalah Viparinama Dukkha (penderitaan dari perubahan). Buddha memandang kebahagiaan sebagai Viparinama Dukkha karena tidak berlangsung lama. Kebahagiaan muncul dan kemudian berlalu berubah menjadi kesedihan dan penderitaan. Karena sifat alaminya yang berubah menjadi penderitaan inilah Sang Buddha berkata bahwa kebahagiaan adalah Viparinama Dukkha. Perubahan ini dapat terjadi secara tiba-tiba atau sangat cepat.

Jenis yang ketiga adalah Sankhara Dukkha. Sankhara Dukkha dalam hal ini, mempunyai arti atau pengertian yang sama seperti Sankhata. Yaitu sesuatu yang muncul karena suatu kondisi atau sebab, maka semua fenomena mental dan jasmani adalah Sankhata dan Sankhara. Mereka adalah akibat dari sebab mereka, kondisi mereka. Mereka muncul dan dengan sangat cepat berlalu dan sangat tidak memuaskan. Mengapa mereka berlalu? Sekali lagi hal ini karena mereka muncul, dan oleh karena itu harus berlalu. Penderitaan yang disebabkan oleh fenomena muncul dan lenyap yang terus-menerus, Sankhara Dukkha, adalah hal biasa pada semua yang terkondisi.

Maka Nama dan Rupa, fenomena mental dan jasmani, yang merupakan sesuatu yang terkondisi, adalah Dukkhasacca. Kebenaran mengenai Dukkha ini harus sepenuhnya dipahami oleh seorang meditator yang ingin melenyapkan penderitaan.

Dua jenis penderitaan, Dukkha Dukkha dan Viparinama Dukkha, dapat dialami dan dipahami oleh kita dalam kehidupan sehari-hari walau tanpa berlatih meditasi. Tetapi, kecuali kita berlatih meditasi Vipassāna, meditasi perhatian murni, kita tidak akan mampu memahami sepenuhnya Sankhara Dukkha, penderitaan dari fenomena muncul dan lenyap. Sankhara Dukkha sangat dalam, terlalu dalam untuk dipahami melalui teori ilmu pengetahuan atau analisa. Hanya dengan pengetahuan langsung yang timbul dari praktek dan pengalaman Dhamma, yang diperoleh lewat meditasi Vipassāna, barulah kita mampu memahaminya sebagai penderitaan dari fenomena muncul dan lenyap. Buddha berkata, “Seseorang yang ingin mencapai lenyapnya Dukkha, Nibbana, harus mengerti dengan benar dan memahami sifat alami fenomena mental dan jasmani (Nama dan Rupa)”.

Inilah sebabnya kita melatih meditasi perhatian murni. Tujuan utama meditasi Vipassāna adalah memahami ketidakkekalan atau muncul dan berlalunya fenomena mental dan jasmani, Sankhara Dukkha. Ketika kita tidak mampu memahaminya, kita dengan salah menganggap fenomena ini bersifat kekal. Berdasarkan keyakinan ini bahwa mental dan jasmani bersifat kekal, kita memelihara konsep “Aku” atau “Kamu”, seseorang atau makhluk, diri sendiri atau roh. Karena kita tidak memahami dengan benar sifat sesungguhnya dari muncul dan lenyapnya fenomena mental dan jasmani, maka kita menganggapnya sebagai orang, mahluk, diri, dan sebagainya.

Ketika kita melekat kepada konsep seseorang, mahluk, karena ketidaktahuan mengenai sifat sesungguhnya dari proses jasmani dan mental, lalu kita mengembangkan hasrat atau keinginan untuk memperoleh sesuatu. Kita mungkin ingin menjadi seorang perdana menteri, seorang presiden atau orang kaya. Hasrat ini timbul karena kosep bahwa ada seseorang, diri atau roh. Hasrat / keserakahan ini menyebabkan banyak penderitaan. Ketika seseorang mempunyai hasrat untuk menjadi presiden, seseorang harus berjuang untuk mendapatkannya dengan segala cara. Maka timbullah penderitaan. Ketika seseorang menjadi presiden, timbul lebih banyak penderitaan. Sekarang, ada lebih banyak masalah yang harus dihadapi orang tersebut.



Bag. I, oleh: Sarira.


:lotus:  _/\_
« Last Edit: 22 December 2008, 08:52:37 PM by JJ Lee_ »

JJ Lee_

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #72 on: 22 December 2008, 08:52:01 PM »
Samudayasacca

Dalam hal ini, hasrat / keinginan dan keserakahan untuk menjadi presiden adalah penyebab penderitaan. Sama halnya, ketika seseorang mempunyai keinginan lainnya – mempunyai rumah mewah, mobil bagus, atau paras cantik – seseorang harus berusaha mendapatkannya dengan berbagai macam cara yang baik maupun tidak baik. Lagi, timbullah penderitaan. Singkatnya, keinginan, hasrat dan keserakahan adalah penyebab penderitaan. Mereka disebut Samudayasacca dalam bahasa Pali, Kebenaran mengenai asal-mula penderitaan.

Samudayasacca ini timbul karena ketidaktahuan tentang Dukkhasacca, sifat sesungguhnya dari nama dan rupa. Ketika seseorang tidak mampu menyadari / memahami sepenuhnya sifat sesungguhnya fenomena mental dan jasmani, Dukkhasacca, seseorang pastilah memiliki banyak keadaan mental yang negatif (Kilesa). Contohnya adalah keinginan, hawa nafsu, hasrat, keserakahan, kemarahan, kebencian, kesombongan dan sebagainya. Menurut Buddha, ketika seseorang memiliki Tanha dalam pikirannya, penderitaan pasti akan mengikuti. Kata ‘Tanha’ dalam bahasa Pali mengacu dalam bahasa Indonesia sebagai keserakahan, keinginan, hasrat, kemelekatan, dan sebagainya.

Tanha adalah Samudayasacca, kebenaran tentang asal-mula penderitaan. Ini timbul karena ketidaktahuan mengenai Dukkhasacca, fenomena mental dan jasmani. Ketika seseorang memahami dengan benar sifat sesungguhnya Dukkhasacca, seseorang mampu menyingkirkan konsep tentang adanya orang, mahluk, diri atau roh. Jadi dengan hilangnya konsep tentang adanya diri pribadi, keinginan, keserakahan, hasrat atau Kilesa lainnya tidak akan timbul. Seseorang yang telah meninggalkan Samudayasacca, maka penderitaan pergi; penderitaan berhenti muncul.

Dalam mengalami lenyapnya penderitaan / Dukkha, seseorang memahami secara langsung Nirodhasacca, Nibbana. Untuk mengalami lenyapnya penderitaan / Dukkha, Samudayasacca (yaitu Tanha, hawa nafsu atau keinginan) perlu dibasmi dan dimusnahkan sampai ke akarnya. Dengan membasmi Tanha, asal-mula penderitaan, penderitaan itu sendiri, akibat dari penderitaan, tidak akan timbul sama sekali. Ketika tidak ada sebab, maka tidak ada akibat. Seseorang kemudian akan memahami berdasarkan pengalamannya kebenaran lenyapnya penderitaan, Nirodhasacca, kebenaran yang harus dialami.

Seperti yang Buddha sabdakan dalam kotbah-Nya yang pertama, Samudayasacca adalah Pahatabba. Ini adalah kebenaran yang harus dihilangkan atau ditinggalkan sepenuhnya. Dalam melenyapkan Tanha sepenuhnya, seseorang mampu mengalami lenyapnya penderitaan / Dukkha karena penyebabnya telah dihancurkan seluruhnya. Maka dari itu tidak ada sama sekali hasil atau akibat yang akan timbul.


Nirodhasacca

Buddha menyebutkan Nibbana, Nirodhasacca sebagai Sacchikatabba. Kata ini berarti kebenaran tentang lenyapnya penderitaan, yang harus dialami. Ketika hal ini terjadi, seseorang mengalami hidup damai dan bahagia. Untuk mengalami lenyapnya derita, Nibbana, Nirodhasacca, seseorang harus membasmi Tanha seluruhnya sampai akarnya, Samudayasacca. Untuk mencapainya, seseorang harus memahami dengan benar dan menyadari Dukkhasacca sepenuhnya, kebenaran mengenai penderitaan dari fenomena mental dan jasmani.

Lalu, bagaimana seseorang mencapai hal ini? Untuk memahami dengan benar fenomena mental dan jasmani, hal ini harus diamati dan dilihat pada saat proses tersebut berlangsung sebagaimana adanya. Hanya ketika memahami kedua proses ini sebagaimana adanya, maka sifat sesungguhnya dan pemahaman benar akan dapat direalisasi. Kewaspadaan dan perhatian penuh pada segala hal yang timbul dalam proses jasmani dan mental adalah sangat penting.

Bila seseorang mampu mengembangkan kewaspadaan ini, secara bertahap perhatian penuh akan berlangsung terus-menerus, konstan, tajam dan kuat. Hal ini menyebabkan pikiran terkonsentrasi secara mendalam pada semua kondisi mental ataupun pada proses jasmani. Perhatian penuh yang konstan dan terus-menerus adalah penyebab konsentrasi yang dalam. Ketika pikiran terkonsentrasi secara mendalam pada semua yang diamati, pandangan terang (Vipassāna-nana) akan timbul. Nana ini menyadari dan memahami dengan benar sifat sesungguhnya dari kondisi mental dan proses jasmani yang diamati.

Ketika kebijaksanaan menyadari sifat sesungguhnya dari fenomena mental dan jasmani, kemelekatan terhadap mental dan jasmani padam. Keinginan atau keserakahan terhadap fenomena mental dan jasmani juga tidak muncul. Tanha dibasmi sampai ke akarnya dengan memahami secara benar sifat sesungguhnya ini. Seseorang kemudian akan mengalami lenyapnya penderitaan karena penyebabnya telah dihancurkan.

Itulah sebabnya perhatian penuh terhadap segala sesuatu yang muncul dalam mental dan jasmani kita pada saat sedang berlangsungnya adalah penting. Hal ini sesuai dengan kotbah pada Maha Satipattana Sutta, Empat Landasan Perhatian Murni seperti yang telah diuraikan oleh Buddha. Dengan mengamati dan waspada pada semua kondisi mental dan proses jasmani, perhatian murni dari Maggasacca, Kebenaran mengenai Jalan menuju lenyapnya penderitaan muncul. Karena perhatian murni inilah, Jalan Ariya Beruas Delapan menjadi berkembang dengan baik.


Maggasacca : Jalan Ariya Beruas Delapan

Seperti yang anda tahu, Maggasacca tidak lain adalah Jalan Ariya Beruas Delapan yang terdiri dari 8 faktor. Faktor-faktor itu adalah Samma Ditthi (pandangan benar), Samma Sankappa (pikiran benar), Samma Vacca (bicara benar), Samma Kammanta (perbuatan benar), Samma Ajiva (penghidupan benar), Samma Vayama (daya upaya benar), Samma Sati (perhatian benar), Samma Samadhi (konsentrasi benar). Kombinasi dari seluruh delapan faktor jalan mulia ini disebut Maggasacca, kebenaran mengenai Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan. Ini harus dikembangkan sepenuhnya (Bhavetabba).

Maka, anda harus waspada pada apapun yang muncul pada jasmani dan mental anda. Ketika perhatian menjadi konstan, terus-menerus dan mantap, perhatian terkonsentrasi dengan dalam pada objek. Tapi untuk mencapainya, usaha harus dikerahkan. Hanya dengan mengerahkan usaha mental yang kuat, barulah seseorang dapat memperoleh kewaspadaan pada segala sesuatu yang muncul dalam mental dan jasmani. Usaha yang penting itu adalah daya upaya benar (Samma Vayama). Keadaan berperhatian penuh secara berkesinambungan disebut Sammasati. Karena perhatian yang kuat dan konstan, konsentrasi benar (Samma Samadhi) berkembang. Seperti yang anda tahu, tiga faktor ini saling berhubungan sebagai sebab akibat. Daya upaya benar menyebabkan perhatian benar, yang pada gilirannya kemudian menyebabkan timbulnya konsentrasi benar.

Tapi kadang-kadang, pikiran tidak fokus pada objek – entah itu kondisi mental atau proses jasmani, pikiran dapat berkelana atau berpikir tentang hal lain. Lalu salah satu faktor mental, Samma Sankappa (pikiran benar), muncul bersama perhatian benar untuk menjaga pikiran tetap focus pada objek. Dengan cara ini, pikiran dibawa pada konsentrasi yang lebih dalam pada objek yang diamati.

Ada tiga faktor Jalan Ariya lainnya yang memperkuat dan membantu faktor-faktor mental yang disebut di atas, agar dapat melaksanakan fungsi mereka dengan benar. Faktor-faktor itu adalah; Samma vaca (bicara benar), Samma kammanta (perbuatan bnar), Samma ajiva (penghidupan benar). Sebelum memulai meditasi seseorang harus mengambil lima, delapan, sembilan, sepuluh Sila atau 227 aturan Vinaya untuk para bhikkhu. Dengan menjalankan Sila, seseorang menahan diri dari perbuatan buruk (Samma Kammanta) atau pun pembicaraan tidak benar (Samma Vaca) dan pencaharian yang tidak benar (Samma Ajiva). Dengan menjalankan Sila sepenuhnya, seseorang terpenuhi oleh ketiga faktor moralitas, Sila.

Karena moralitas termurnikan, pikiran jernih, bebas dari semua rintangan mental, seseorang dapat mengembangkan konsentrasi yang dalam dan merasa bahagia. Kegiuran dan ketenangan dialami. Dengan keadaan pikiran ini, konsentrasi pada objek meditasi manapun dapat menjadi lebih mudah dan dalam. Jadi tiga faktor dari Sila, bicara benar, perbuatan benar, penghidupan benar membantu pikiran untuk fokus dan konsentrasi mendalam pada objek yang sedang diamati. Mereka membentuk pondasi yang penting untuk timbulnya daya upaya benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.


Vipassāna Nana : Pengungkapan Dukkha, Anicca dan Anatta

Dengan cara ini, pikiran yang sedang mengamati menjadi lebih terkonsentrasi secara mendalam pada kondisi mental atau proses jasmani. Kemudian munculah pengertian benar (Samma Ditthi), pandangan terang. Ini kita sebut sebagai Vipassāna Nana. Pandangan terang ini menembus dan mengungkapkan sifat sesungguhnya dari fenomena mental dan jasmani – Dukkhasacca. Sifat sesungguhnya ini semua fenomena ini tidak kekal, tidak memuaskan dan tidak ada pribadi (aku). Tiga karakteristik ini, Anicca (tidak kekal), Dukkha (penderitaan atau tidak memuaskan), dan Anatta (tidak ada roh, tidak ada aku, tidak ada orang), dapat dimengerti secara langsung dan dialami oleh seorang meditator pandangan terang.

Ketika pikiran terkonsentrasi mendalam pada objek apapun dari jasmani ataupun mental, maka akan muncul tingkat-tingkat Vipassāna Nana, pandangan terang. Kemajuan pencapaian kesadaran ini adalah proses pematangan pemahaman benar dari sifat sesungguhnya dari fenomena.

Lalu, meditator menyadari, “Ini hanya sifat alami proses dari mental dan jasmani. Ini bukan seseorang, roh, aku atau diri.” Meditator melenyapkan konsep tentang seseorang, diri, aku, atau roh, yang menjadi penyebab dari semua kekotoran mental (Kilesa). Ketika dia telah sepenuhnya menyingkirkan konsep seseorang, makhluk, diri, roh (Sakaya ditthi atau Atta ditthi dalam bahasa Pali) maka penderitaan tidak akan muncul sama sekali dan akan padam.

Kita melaksanakan dan mengembangkan Jalan Ariya Beruas Delapan, Magga Sacca, dengan selalu waspada terhadap semua kondisi mental dan proses jasmani pada saat berlangsung sebagaimana adanya. Perhatian penuh adalah kuncinya. Karena perhatian penuh / murni itulah kita dapat mengembangkan sepenuhnya Jalan Ariya Berunsur Delapan ini. Kita sampai pada tingkat menyadari dan memahami dengan benar Dukkhasacca, kebenaran tentang penderitaan. Kita dapat menyingkirkan hawa nafsu / kemelekatan (Tanha) pada Samudaya sacca, kebenaran tentang asal-mula Dukkha.


Kesimpulan

Seperti yang telah saya katakan terdahulu, setiap ajaran Buddha mesti berdasarkan pada Empat Kebenaran Ariya. Jalan kebebasan ditemukan dalam Empat Kebenaran Ariya ini. Perkembangan oleh meditator Maggasacca, meditasi pandangan terang, akan membawa pada pemahaman sepenuhnya atas Dukkhasacca, kesunyataan tentang penderitaan. Pemahaman ini selanjutnya membawa seseorang meninggalkan samudayasacca, kebenaran tentang asal-mula penderitaan. Ketika tidak ada lagi Samudayasacca, tidak ada asal-mula / penyebab, tidak ada akibat, tidak ada penderitaan. Penderitaan padam. Lalu kita menemukan dan mengalami secara langsung lenyapnya penderitaan, Nirodhasacca, Nibbana untuk diri kita sendiri. Inilah sebabnya para meditator harus memahami dan melaksanakan Empat Kebenaran Ariya pada praktek meditasi Vipassāna mereka.

Semoga anda semua mampu memahami dengan benar bagaimana anda dapat mencapai dan mengalami lenyapnya penderitaan. Semoga anda dapat berjuang dengan usaha terbaik anda untuk menunaikan tugas mulia tersebut: Tugas mulia dari meditasi pandangan terang akan mengarahkan anda untuk mencapai tujuan akhir Nibbana.
Sadhu, sadhu, sadhu.



Bag. II, disadur dari postingan oleh: Sarira

Semoga bisa membantu penjelasan Romo Cunda :)

mettacitena
_/\_


Sadhu Sadhu Sadhu...

:lotus:  _/\_

Offline anggara

  • Teman
  • **
  • Posts: 51
  • Reputasi: 6
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #73 on: 22 December 2008, 09:02:48 PM »
teori dan praktek...
spt resep obat dan memakan obat...

bertapa hebat resep obat tsb kalau resep tsb tidak dibelikan obatnya tidak kita makan...
mana bisa sembuh...

resep hebat > belikan obatnya > makan obatnya... = akan sembuh

bagaimana menurut yg lain?

Bahasa teknisnya, "Pariyatti, Patipatti, Pattivedha", artinya "Belajar teori, Praktik, penembusan/hasil"

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #74 on: 23 December 2008, 02:01:48 PM »
iya jg yah, teori merupakan perumusan dari praktek :))

entul teori merupakan perumusan dari praktek, tp
kira2 berapa banyak kah orang2 yg berpraktek utk mencari obat utk samsara ini ? sejak zaman Buddha Gautama sendiri ? sebelum zaman sang Buddha, setelah nya jg , yg berhasil ?
kira2 berapa banyak perbandingan yg mendapat pandangan benar dari praktek (praktek from scratch alias tanpa teori) dibanding mereka yg berpraktek dengan ber pegang pada teori .

salah sedikit menafsirkan dari praktek nya akan berakibat yg sangat jauh, Buddha gautama sendiri perlu berkali2 kelahiran kembali dan usaha xtra keras utk memperoleh hasil nya itu (parami yg luar biasa), bahkan ke 5 (kalo gasalah) teman seperjuangan ber meditasi nya yg dirasa sendiri oleh sang buddha sudah cukup siap utk menerima babaran Dhamma dari beliau pertama kali, tidak dapat menembus ajaran tersebut secara mandiri, harus tetep dapet bimbingan dari SB (walaupun mungkin cuman sekedar kata2)

ibarat mau belajar membaca , sudah di kasi buku dari SD-SMP tp milih bikin bahasa sendiri aja ....
yg uda dikasi buku dan belajar dari SD aja masi blom bisa berbahasa Indonesia yg baik dan benar, mala nilai BI na masi merah2 , lah kalo bikin bahasa sendiri .. mau bisa baca aja bisa ga kelar2, bisa2 baca cerita pembunuhan dikira cerita HUmor

tp ya bahasa jawa nya .. karep mu lah .. demen cara A ya hajar aja .. demen cara B yg bakar aja :hammer:
IMO   ^-^

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #75 on: 23 December 2008, 09:22:22 PM »


"Cattāri Ariyasaccāni" banyak diterjemahkan sebagai "Empat Kesunyataan Mulia", "Empat Kebenaran Mulia", hal ini kurang tepat, aku lebih suka menggunakan terjemahan "Empat Kebenaran Ariya", bagaimana anda?

Kata Ariyasacca adalah "gabungan kata kepemilikan" = artinya Kebenaran yang diketemukan oleh seorang Ariya (Buddha), jadi apabila peng-Indonesia-an kata Ariya = mulia sudah barang tentu kurang tepat, seharusnya "muliawan" (Orang Mulia), jadi lebih tepat sebagai "Empat Kebenaran Muliawan".

Terjemahan sebagai "Empat Kesunyataan Mulia" tidaklah tepat karena kata "sacca" (pali) atau satya (sanskrit) artinya: "Kebenaran".

Kata mulia pada "Empat Kebenaran Mulia" juga tidak tepat karena kebenaran pertama (dukkha) dan kedua (dukkhasamudaya) bersifat tidak mulia.

Kita hendaknya cermat dalam menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar terhindar dari kekeliruan pemahaman.


 _/\_
Romo Cunda,

Lalu, Romo, bagaimana kita seharusnya menerjemahkan Ariya Atthangiko Magga? Apakah kata "Ariya" di sini juga mengacu pada "muliawan" (Orang Mulia) atau berarti "mulia" saja?

Mohon petunjuknya.
 _/\_
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #76 on: 26 December 2008, 08:59:35 PM »

 _/\_
Romo Cunda,

Lalu, Romo, bagaimana kita seharusnya menerjemahkan Ariya Atthangiko Magga? Apakah kata "Ariya" di sini juga mengacu pada "muliawan" (Orang Mulia) atau berarti "mulia" saja?

Mohon petunjuknya.
 _/\_


namaste suvatthi hotu

untuk Ariya maggo atau Ariya Atthagiko maggo, aku gak menterjemahkan kata ariya dengan kata mulia atau muliawan, aku tetap membiarkan kata ariya sebagai ariya, jadi Ariya maggo = Jalan Ariya, sedangkan Ariyo Atthangiko maggo = Jalan Ariya beruas delapan


thuti

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #77 on: 27 December 2008, 07:17:34 PM »
namaste suvatthi hotu

untuk Ariya maggo atau Ariya Atthagiko maggo, aku gak menterjemahkan kata ariya dengan kata mulia atau muliawan, aku tetap membiarkan kata ariya sebagai ariya, jadi Ariya maggo = Jalan Ariya, sedangkan Ariyo Atthangiko maggo = Jalan Ariya beruas delapan


thuti

 _/\_
Adakah alasannya atau tidak, Romo, kenapa membiarkan kata ariya sebagai ariya??

thuti
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #78 on: 29 December 2008, 08:04:15 PM »


 _/\_
Adakah alasannya atau tidak, Romo, kenapa membiarkan kata ariya sebagai ariya??

thuti

namaste suvatthi hotu

Aku tetap tidak menterjemahkan dan menggunakan kata Ariya, karena secara umum orang cenderung menterjemahkan sebagai mulia sedangkan aku cenderung pada pemahaman bahwa kata Ariya merujuk pada Buddha.

Biarlah perbedaan ini sebagaimana adanya

Thuti

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #79 on: 07 January 2009, 02:32:18 PM »
_/\_
Namaste Romo,

IMO,

Samsara menurut pengertian umum adalah lingkaran lahir-mati lahir-mati beserta segala penderitaan didalamnya.

Empat Kebenaran Ariya telah dijelaskan dengan sangat indah oleh Sang Buddha dalam Dhammacakkappavattana Sutta, yaitu:
1. Kebenaran tentang Dukkha (yang harus dipahami)
2. Kebenaran tentang Sumber Dukkha (yang harus ditinggalkan/dilenyapkan)
3. Kebenaran tentang Lenyapnya Dukkha (yang harus dicapai)
4. Kebenaran tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha (Yang harus dikembangkan/dipraktikkan)

 _/\_



kita paham bahwa yang disebut dgn Jalan adalah Jalan Ariya beruas 8 !

pertanyaannya: praktek Jalan Ariya itu satu2 atau sekaligus ke 8 nya pada satu tindakan ?


ika.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #80 on: 07 January 2009, 02:35:08 PM »
aneh, sungguh aneh
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Daniel

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 38
  • Reputasi: 2
  • sepahit empedu - semanis madu
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #81 on: 07 January 2009, 02:44:57 PM »

kita paham bahwa yang disebut dgn Jalan adalah Jalan Ariya beruas 8 !

pertanyaannya: praktek Jalan Ariya itu satu2 atau sekaligus ke 8 nya pada satu tindakan ?


ika.

salam

emang jalan itu banyak kayak jalan ke roma?

Daniel
Semoga semua makhluk berbahagia

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #82 on: 07 January 2009, 03:08:02 PM »
aneh, sungguh aneh

[at] hatRed...

:))... kayaknya jadi anda yang aneh nih...  :))

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #83 on: 07 January 2009, 03:08:50 PM »

kita paham bahwa yang disebut dgn Jalan adalah Jalan Ariya beruas 8 !

pertanyaannya: praktek Jalan Ariya itu satu2 atau sekaligus ke 8 nya pada satu tindakan ?


ika.

salam

emang jalan itu banyak kayak jalan ke roma?

Daniel

saya pikir itu tugas anda utk menemukannya bro , sebagai seorg buddhis!


ika/

Offline Daniel

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 38
  • Reputasi: 2
  • sepahit empedu - semanis madu
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #84 on: 07 January 2009, 03:12:16 PM »

saya pikir itu tugas anda utk menemukannya bro , sebagai seorg buddhis!


ika/

jadi bukan tugas anda kan?

daniel
Semoga semua makhluk berbahagia

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #85 on: 07 January 2009, 03:13:53 PM »

saya pikir itu tugas anda utk menemukannya bro , sebagai seorg buddhis!


ika/

jadi bukan tugas anda kan?

daniel

jika anda sdh berhasil menemukannya, mari diskusikan penemuan anda dgn saya disini!

ika.

Offline L.D.D

  • Sebelumnya: Lokasanjaya(Dhamma Dhiro)
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 349
  • Reputasi: 18
  • Gender: Male
  • Sang Penakluk - be yourself
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #86 on: 07 January 2009, 03:14:56 PM »
aneh, sungguh aneh

[at] hatRed...

:))... kayaknya jadi anda yang aneh nih...  :))
[/quote]

ikut  ;D  :))
ga ikutan aneh2
 _/\_
Terwarisi oleh perbuatan sendiri, Lahir dari perbuatan mereka sendiri, berhubungan dengan perbuatan mereka sendiri, Tergantung pada perbuatan mereka sendiri, Perbuatan apapun yang akan mereka lakukan baik atau buruk perbuatan itulah yang akan mereka warisi.
Anumodana-sabbe satta bhavantu sukkhitatta

cunda

  • Guest
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #87 on: 08 January 2009, 10:36:47 AM »


kita paham bahwa yang disebut dgn Jalan adalah Jalan Ariya beruas 8 !

pertanyaannya: praktek Jalan Ariya itu satu2 atau sekaligus ke 8 nya pada satu tindakan ?


ika.

namaste suvatthi hotu

Menyimak tulisan anda di atas (kita paham........) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anda sudah paham tentang jalan Ariya beruas delapan, jadi sudah barang tentu anda lebih tahu soal prakteknya

thuti


Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #88 on: 08 January 2009, 12:29:50 PM »


kita paham bahwa yang disebut dgn Jalan adalah Jalan Ariya beruas 8 !

pertanyaannya: praktek Jalan Ariya itu satu2 atau sekaligus ke 8 nya pada satu tindakan ?


ika.

namaste suvatthi hotu

Menyimak tulisan anda di atas (kita paham........) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anda sudah paham tentang jalan Ariya beruas delapan, jadi sudah barang tentu anda lebih tahu soal prakteknya

thuti



ditilik dari tanggapan anda thdp tulisan saya, terlihat bahwa anda juga memahami maksud saya ...

bisakah dituangkan hal itu bagi kejelasan semua yang ada disini ???


ika.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #89 on: 08 January 2009, 12:36:37 PM »
aneh, sungguh aneh
i'm just a mammal with troubled soul



Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #90 on: 08 January 2009, 12:40:56 PM »
Bro Ika      >>> Citta
Bro hatRed >>> Cetasika   :))

Offline Daniel

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 38
  • Reputasi: 2
  • sepahit empedu - semanis madu
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #91 on: 08 January 2009, 01:21:57 PM »


ditilik dari tanggapan anda thdp tulisan saya, terlihat bahwa anda juga memahami maksud saya ...

bisakah dituangkan hal itu bagi kejelasan semua yang ada disini ???


ika.


Ika Polim sebagai oran yang udah paham dong yang menjelaskannya

makin lama makin angot nih, oon nya
Semoga semua makhluk berbahagia

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #92 on: 09 January 2009, 12:33:08 PM »


ditilik dari tanggapan anda thdp tulisan saya, terlihat bahwa anda juga memahami maksud saya ...

bisakah dituangkan hal itu bagi kejelasan semua yang ada disini ???


ika.


Ika Polim sebagai oran yang udah paham dong yang menjelaskannya

makin lama makin angot nih, oon nya

saya akan dgn sabar menunggu jwb/tanggapan dr penulis posting awal itu.

ika.

Offline pujianto

  • Teman
  • **
  • Posts: 76
  • Reputasi: 6
  • Buka pintu hati, emang ada pintunya?
Re: Empat Kebenaran Ariya
« Reply #93 on: 09 January 2009, 12:37:41 PM »

saya akan dgn sabar menunggu jwb/tanggapan dr penulis posting awal itu.

ika.

nah ini yang gue suka, hehehehe ayo dong jelaskan jangan nanya dan  nunggu aja
Semoga semua makhluk berbahagia

 

anything